Dua tahun yang lalu Farel mengalami Kecelakaan mobil yang harus menyebabkan dirinya kehilangan memory beberapa tahun silam. Pria itu bahkan melupakan seseorang yang sangat berharga di dalam hidupnya yang tidak lain adalah Istrinya sendiri Tiara, yah wanita itu sangat mencintai Farel hingga rela mengorbanan dirinya demi kesembuhan pria yang menjadi suaminya tersebut.
Tidak ada satu orang pun yang membahas Wanita itu, semenjak kecelakaan yang dialami oleh Farel Tiara hanya menjenguk Suaminya sekali saja dan langsung menghilang saat Farel masih terbaring Koma di atas bed rumah sakit karena membutuhkan pendonor Ginjal. Sebenarnya Tiara tidak menghilang, tepat saat itu Tiara datang menemui dokter dan mengajukan diri untuk menjadi pendonor ginjal untuk suaminya tersebut dan ternyata cocok.
Hanya ada dua orang yang tau tentang kebenaran itu yaitu Fendo dan juga Bimo, Fendo adalah ayah mertua Tiara sedangkan Bimo sendiri adalah sahabat Tiara sekaligus pemilik rumah sakit tersebut.
Sampai Sekarang Farel tidak pernah tau perihal tentang Tiara sama sekali, Fendo menutup rapat semua cela tentang Tiara, ia bukannya berlaku kejam tapi Fendo hanya melaksanakan permintaan menantunya tersebut sebelum masuk ke dalam ruangan operasi.
***
Seorang Pria memandang pusat kota dari atas gedung
perkantoran, tangannya tampak berada di telinga karena sedang berbicara dengan seseorang melalui jaringan telepon, Farel menghubungi Ibunya ia harus menyampaikan keinginannya untuk menikah dengan kekasihnya yaitu Bella.
“Halo mah,..”
“Iya sayang ada apa..? kenapa kau menelpon di waktu sibuk seperti ini..?”
“Itu.. mah, sebenarnya Farel ingin menyampaikan sesuatu kepada mama..”
“apa itu..?”
Farel mengaruk kepala lalu menarik napas sebelum mengatakannya..
“Mama, sebenarnya Farel ingin melamar Bella mah.. kekasih Farel kami sudah lama berpacaran dan mungkin sudah waktunya aku melamarnya menjadi Istri ku..” Ujar Farel begitu yakin dengan keputusannyaa, Ia dan Bella memang sudah hampir setahun menjalin hubungan walau dulu mereka pernah
berpacara di masa Sma.
Susi terdiaan sejenak mencerna perkataan Farel yang baru dia dengar,.
“Mah..” panggil Farel.
“Umm.. iya sayang kenapa..?” Tanya Susi kembali tersadar.
“Mahh Farel ingin melamar Bella, apa mama setuju..?”
“Ahh, iya sayang kau ingin melamar kekasihmu.. lakukanlah mama akan mendukung semua keputusanmu” Ujar Susi terdengar sedikit aneh dengan nada suaranya.
Sebenarnya Susi sangat ingin mengatakan kepada Farel perihal Tiara, namun kembali ia mengingat bahwa Tiara menghilang di saat-saat Farel membutuhkannya Susi kembali kecewa dengan menantunya tersebut dan mungkin menyetujui keinginan Farel adalah satu-saatunya cara membuat Putra satu-satunya tersebut bahagia.
“tapi kita tunggu papamu kembali dari Amerika dulu sayang, ia masih di sana tidak lama lagi akan pulang” Lanjut susi.
“Memang papa kapan pulang nya..aku sudah tidak sabar mah..” Ucap Farel menghembuskan napas sedikit kasar.
“Sabarlah Farel.. nanti kalau papamu pulang, mama akan menghubungimu.. Okay sayang”
“okay mah.. Farel tutup dulu kalau begitu, soalnya mau
keluar bersama Bella” Ucap Farel memutuskan sambung telepon dengan ibunya lalu beranjak keluar dari ruangannya.
Tidak lama kemudian Farel sudah sampai di tempat Bella menunggunya..
"Bella, silakan masuk kedalam mobil Sayang, di luar sangat dingin cepat masuk"
"Uh.. Kau lama sekali, sudah beberapa menit aku menunggumu"
Gerutu Bella masuk dan duduk di samping kursi pengemudi.
Farel menyegir..
"sorry... Sebagai permintaan maaf atas keterlambatan. Semua barang belanja mu aku yang bayar"
Bujuknya berharap Bella tidak kesal dengannya.
"Ok.."
Jawab Bella tersenyum senang, Wah keberuntungan seperti ini tidak bisa di lewatkan, Bella bukanlah seseorang yang berada seperti Farel ia hidup dalam keadaan pas-pasan saja, Ia akan bahagia jika Farel yang mentraktirnya, gajinya akan bisa di kirim ke orang tuanya yang berada di Bali.
Farel memegang tangan Bella, ia melajukan mobil menuju Mall terdekat..
***
Di tempat lain seorang pria tengah frustrasi menghadapi kenyataan, sudah dua tahun keberadaan Adiknya tidak ada petunjuk untuk menemukanya. Toni menatap Foto Tiara, Adik perempuan satu-satunya itu hilang tanpa kabar, pamit saja Tiara tidak mengatakan apapun, bahkan ia sudah menyewa banyak detektif profesional agar Tiara bisa di temukan. Tetap saja salah satu dari mereka tidak dapat melacak Tiara.
Tidak terbayangkan Kerinduannya selama dua tahun ini, Air matanya terkadang menetes tanpa izin dulu jauh dari lubuk hati paling dalam Toni justru sangat menyesal atas perlakuannya dulu yang tidak pernah peduli Tiara.
"Sayang kau ada dimana.. Pulang lah, kami merindukan mu"
Ujar Toni mengusap figura Tiara, ia selalu mengusapnya pelan seolah itu Tiara.
"Kau dimana.. Tiara, maafkan kakakmu yang bodoh ini"
Lanjutnya Toni kini sudah menangis, semua usaha mencari Tiara hanya sia-sia saja, Toni ingin sekali memutar waktu kembali ke Masa kecilnya dengan Tiara yang sangat melekat di pikirannya dan Hatinya hingga sekarang.
Tidak jauh dari Toni kedua orangtuanya pun merasakan hal yang sama, mereka di landa penyesalan tiada akhir menyiksa bati dan hati mereka..
Kinan setiap hari menangis merindukan putrinya semata wayangnya, Tubuh yang perlahan menua itu semakin kurus. Andy... Suaminya sekaligus ayah dari Tiara hanya menghela napas keluarganya sangat kacau ketika Tiara menghilang.
"Pah.. Kemana putri kita sebenarnya.. Tiara"
Kinan menatap kosong ke arah jendela rumahnya setiap hari ia berharap Tiara akan kembali ke pelukannya lagi.
Andy selalu merasakan sebuah pukulan tepat mengenai uluh hatinya.. Jika saja dari awal ia bisa mengawasi setiap pergerakan dari putrinya itu pasti tidak akan kacau begini.
"Sayang.. Kau tenang saja, Tiara pasti akan di temukan cepat atau lambat, usaha tidak pernah menghilanati bagi seseorang yang ingin berusaha dengan serius"
Andy merapatkan tubuhnya dan menyandarkan tubuh Istrinya dalam pelukan.
"Semoga saja begitu.. Pah.. Tiara sudah hilang selama dua tahun ini dan kita juga salama itu selalu mencarinya"
Ujar Kinan mengangguk pasrah, keterpurukan begitu jelas di wajahnya.
"Sabarlah"
***
Di pusat perbelanjaan tampak Farel dan Bella menikmati kebesaran mereka , Farel tidak menyadari bahwa dari tadi ada seorang pria mengikuti dirinya dan menatapnya geram.
"Farel.. Aku mau pulang, aku tidak bisa meninggalkan adikku sendirian di kontrakan"
Bella mengajak Farel agar pulang saja semua kebutuhannya selama satu bulan lengkap.
"ayo.. Tidak baik meninggalkan seseorang sendirian, aku akan mengantarmu hingga sampai dengan Selamat"
Farel mengangguk lalu mengajak Bella menunggu nya saja di luar sedangkan ia ke parkiran mengambil mobilnya.
Langkah Farel sejenak berhenti seseorang langsung datang begitu saja dan menuju wajahnya hingga sudut bibirnya berdarah.
"apa-apan.. Kau, sialan kalau mau cari masalah jangan di sini tapi di penjara sana"
Geram Farel bangkit.
"Maaf Tuan.. Aku mengira anda adalah penjahat yang sedang kabur.. sekali lagi aku minta maaf"
Ucap Orang itu menundduk lalu pergi begitu saja tidak mendengar ocehan dari Farel yang masih dalam mode kesal.
"Tidak kusangka.. Kelak akan begitu mudah"
Guman orang itu berlari secepat mungkin.
Farel menatap ke arah pria iti yang perlahan menghilang..
"Dasar gila, ganteng gini di bilang penjahat"
Gerutunya, ia melanjutkan langkah ke arah mobil sudah dekat..
Farel sesekali bercermin melihat bibir berdarahnya.
"Bella menunggu ku"
Gumannya menghidupkan mobil lalu kembali ke arah Bella yang berada di depan mall menunggunya.
Ting.
Bella menoleh dan masuk ke mobil itu, sudah tau bahwa pemilik mobil mewah itu adalah Farel jadi tidak segan lagi..
"Farel. Kenapa dengan wajah mu"
Tanya Bella kaget.
"Ah.. Tidak apa-apa tadi aku tidak sengaja bertemu orang sinting menginra aku penjahat"
Ujar Farel justru mengundang tawa untuk Bella. Tidak masuk akal.
"Dimana dia.. Biar aku marah dan memakinya, Pasti orang tadi itu mines Farel atau buta kali."
Kekeh Bella tidak bisa berhenti bicara panjang lebar, Farel mendengar saja sudah terbiasa dengan ocehan seperti itu.
.
.
.
.
.
Tbc.. !!
"Sebuah Mimpi"
Hampir setiap hari Toni tetap bekerja dan melakukan pencarian di mana keberadaan adik semata wayang.. Tiara. Sudah begitu lama pencariannya dua tahun ini belum juga membuahkan hasil ,Tiara hilang bagaikan di telan bumi informasi tentangnya bahkan tidak ada.
Terkadang pekerjaannya sendiri tidak teratur bagaimana bisa Toni bisa fokus di saat Tiara hilang ,sebagai seorang kakak Toni belum bisa membahagiakan adiknya itu, saat ini Toni baru sadar bahwa Uang bukan segalanya, yang ia inginkan hanyalah memeluk Adiknya dan mengucapkan beribu kata maaf.
Jiwa toni bagaikan sudah mati saat ini, jujur saja Toni merasa sangat menyesal dengan perlakuannya kepada Tiara, adaikan waktu bisa di putar kembali Toni akan melakukan apa saja demi adiknya.
Tok..
Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Toni.
"Masuk"
Kata Toni singkat.
Pintu itupun terbuka, Saat mengangkat wajah ia melihat seorang pria yang tidak lain adalah sekretarisnya masuk membawa sebuah dokumen, Candra sekretarisnya meletakkan dokumen itu di atas meja kerjanya.
"Tuan.. Ini dokumen yang tadi anda minta. Saya sudah memperbaiki beberapa kesalahan susunan kata silakan anda periksa kembali"
Ucap Candra memberikan kepada Toni dengan sopan.
"hemm.."
Hanya deheman yang keluar dari mulut Toni, ia memang tidak banyak bicara.
"Kalau begitu saya keluar dulu Tuan, jika ada yang anda inginkan saya ada di dapan Tuan"
Ucap Candra lagi, ia hendak keluar dari tempat itu.
"Iya.. Keluarlah, aku akan memeriksanya nanti"
Ucap Toni membuka suara.
Candra keluar tanpa menjawab lagi, ia hanya berjalan pelan, Ia tau bahwa bosnya itu sangat tidak suka di ganggu oleh siapapun.
Tringg...
Sebuah telepon menghentikan pekerjaan Toni, ia mengangkat telepon masuk itu tanpa melihat siapa orang yang menghubunginya.
"Halo.. Siapa ini..?"
Tanya Toni bersuara datar.
"Maaf tuan. Ini saya.. Heri detektif yang anda percaya kan untuk mencari informasi tentang adik anda Tiara.."
Jawab orang itu dari sebelah telepon.
Toni menghela napas lalu berkata.
"Ada apa..? Jika kau belum mendapatkan kabar Tiara jangan coba-coba untuk menghubungi ku lagi seperti ini.. Ganggu pekerjaan saja"
Ujar Toni ketus.
Detektif yang bernama Heri itu menelan ludahnya kasar.
"Tidak tuan.. Saya baru saja mendapatkan sebuah informasi tentang nona Tiara,."
"Apa..?!! Cepat katakan jangan membuatku menunggu "
Sontak toni kaget dengan penuturan Heri. Ia berdiri tegak.. Akhirnya setelah penantian panjangnya tidak sia-sia.
"Sebaiknya anda menahan emosi dulu,, Tuan ini mungkin sangat membuat anda syok"
"Katakan saja"
Teriak Toni tidak sabar.
Detektif Heri menghela napas panjang lalu langsung menyampaikan informasi yang ia dapat.
"Tuan.. Nona Tiara selama ini berada di jakarta, selama dua tahun Adik anda di rawat dan kondisinya sangat memperlihatkan, Nona Tiara koma akibat dari operasi yang dilakukannya.. Hingga sekarang nona Tiara belum siuman."
Mendengar informasi itu, Toni hanya terdiam ia tidak menyangka hal ini, hatinya terasa sangat pilu mendengar kenyataan pahit tentang Adik perempuan satu-satunya itu Koma selama dua tahun, Jadi selama Tiara tidak pergi kemana-mana dan ada di rumah sakit!
"Tuan..!"
Panggil Heri Karena tidur mendapat respons .
"..um iya, Katakan dimana!, Rumah sakit mana"
Tanya Toni saat kesadarannya sudah kembali.
"Rumah sakit Romeo, Tapi Tuan Nona Tiara tidak menggunakan nama aslinya, dan sepertinya seseorang sengaja menyembunyikan keberadaannya selama ini.."
Terang Heri lagi.
"Sudah.. Tidak perlu kau lanjutkan lagi, cukup.. Aku akan mengirimkan sejumlah uang ke rekening mu, terima kasih informasinya"
Ujac Toni sudah tidak sanggup mendengar kelanjutan dari Heri, ia memutus sambungan telepon sepihak.
Dengan cepat Toni langsung menghubungi kedua orangtuanya untuk segera ke rumah sakit Romeo sepertinya Toni sudah tau siapa yang dengan berani menyembunyikan Tiara selama ini..
"Bimo.."
Guman Toni melangkah keluar dari ruangannya.
Sedangkan Heri detektif itu hanya mematung di tempatnya berdiri saat ini, ia tidak menyangka bahwa Toni orang kejam itu akan mengucapkan kata tabu "terima kasih" kata itu sebelumnya tidak pernah di ucapkan oleh mulut orang yang bernama toni.
***
Beda lagi di rumah orang tua Farel..
Ayahnya yang baru saja pulang dari Amerika marah besar kepada anaknya, Fendo tidak tau bahwa saat ia pulang akan mendapatkan kejutan dari anaknya Farel, yang ingin melamar Bella wanita yang berhubungan dengan Farel selama dua tahun belakangan..
Bahkan dalam kemarahannya Fendo hampir membeberkan janjinya kepada Tiara menantunya.
Flassback..
Dua tahun lalu satu jam sebelum Tiara melakukan operasi pendonoran Ginjal untuk Farel.
" Tiara apa kau yakin ingin memberikan ginjal mu untuk Suamimu sayang."
Tanya Fendo dengan tatapan keraguannya.
Tiara mengangguk dan tidak bisa di bantah.
"Iya...pah, aku yakin, ini sebagai kompensasi atas cinta ku untuknya, selama ini Farel sudah bersabar dengan perlakuanku yang terus memaksanya untuk menikah dengan ku,.. Jadi tolong jangan cegah diriku, sungguh aku tidak ingin membiarkan Farel dalam kondisi seperti sekarang ini Pah...Kumohon"
Ujar Tiara tegas, namun kesedihan di matanya tidak pernah hilang ia mengatakannya dengan air mata terus mengalir.
" jadi jika terjadi sesuatu kepada ku tolong kau jaga suamiku hingga aku kembali kepadanya"
Lanjut Tiara entah kenapa perasaannya tidak enak.
"Tiara jangan berkata seperti itu kau pasti akan baik-baik saja, Kau akan selamat dan akan hidup bersama dengan suami mu selamanya"
Lirih Fendo menggeleng, Ia tidak menyangka Tiara akan berkata seperti itu.
"Yang.. Penting kau menjaga Farel saja hingga aku kembali Pah. Tolong Papa juga rahasiakan ini dari semua orang.. please"
Tiara memohon sebelum kembali ke ruangannyaa.
FlassOf.
Fendo menatap anak dan Istrinya dengan datar duduk di hadapannya jika saja mereka tau tentang kondisi Tiara.. Pasti.
" Pah.. Tolong restui aku dengan Bella pah. Sudah begitu lama kami menjalin hubungan"
Ucap Farel memohon.
"Heh.. Kau ingin papa merestui hubungan kalian, Jangan harap Farel.. Jika kau tidak mau mendengar peringatan papa.. Terserah saja, Papa tidak pernah peduli lakukan yang kalian suka, anggap papa hanya angin yang berlalu saja"
Kata Fendo sinis, ia tidak sanggup lagi banyak bicara dengan kedua orang ada di hadapannya.
"Pah.. Jangan berkata seperti itu.. Farel adalah anak kita satu-satunya. Tolong kau restui keinginan Farel.. Mama kenal dengan Bella dia gadis yang baik dan sangat cocok untukmu mendampingi Farel"
Ujar Susi memberikan pengertian kepada Suaminya.
Lantas Fendo semakin kesal.
"Sudah kubilang.. Terserah kalian saja.. Jika kau tidak ingin menyesal di kemudian hari ingat lah ucapan ku yang tadi"
fendo berdiri setelah mengatakan hal itu, kekesalannya semakin membuncah rasanya ia ingin menangis. Rasa bersalah kepada Menantunya menyiksa batin.
"Maafkan Papa, Tiara.. Papa tidak bisa menahan obsesi Suamimu"
Guman Fendo meninggalkan anak dan Istrinya di ruang keluarga.
***
Malam harinya Farel tertidur dengan wajah penuh kegelisahan, di dalam mimpinya ia melihat seorang wanita cantik menggunakan gaun putih panjang tersenyum lebar kepadanya, Ketika Farel menghampirinya,, wanita itu begitu bersinar terang.
"Farel.. Aku mencintaimu sampai kapan pun, maafkan aku belum bisa kembali"
"Kau.. Siapa..?"
Tanya Farel kepada wanita di dalam mimpinya.
"Maaf Farel.. Selamat tinggal, asalkan kau bisa hidup bahagia aku juga ikut bahagia"
Ujar wanita cantik itu sebelum menghilang dari pandangannya.
Farel sontak panik.. Ia belum tau siapa nama wanita itu dan kini menghilang begitu saja..
Hosh.. Hosh.. Hosh..
Farel membuka matanya. Lalu mengatur detak jantung berdebar kencang. Ia mengusap wajahnya kasar entah kenapa perasaannya campur aduk setelah memimpikan wanita misterius itu.
"siapa kau..?"
Tanya Farel dalam hatinya, otaknya terus saja bertanya-tanya siapa wanita tersebut di dalam mimpinya itu.?
.
.
.
.
.
Tbc... !!!
"Menemukan"
Toni baru saja menghubungi Bimo serta kedua orangtuanya, kali ini ia sudah berpesan kepada Bomi agar tidak menyembunyikan Keberadaan Tiara lagi dari keluarganya.. Ia bahkan sempat marah besar saat menghubungi Bimo tadi karena Pria itu tetap kukuh mengatakan tidak tau keberadaan Tiara adiknya.
Saat ini Toni sampai di depan rumah sakit dengan kedua orangtuanya dengan langkah perlahan namun terasa berat..
"Toni.. Apa adikmu benar ada di rumah sakit ini?"
Tanya Andi sekali lagi memastikan.
"Iya, pah.. Tiara ada rumah sakit Romeo, Bimo sudah mengatakannya."
Ujar Toni menoleh lalu mengangguk pelan.
"Tapi.. Keadaan tidak bisa dikatakan baik-baik saja. tiara Koma selama dua tahun ini dan belum sekalipun ada perkembangan"
Lanjut Toni dengan wajah sedihnya.
Kinan yang tadinya berwajah cerah terdiam sesaat dan langsung menangis.
"Sudah sayang, yang penting saat ini Tiara anak kita sudah ditemukan, Semua pasti akan baik-baik saja jika kita berusaha dan terus berdoa"
Lirih Andy menghapus air matanya Kinan istrinya, istrinya saat ini sangat rapuh.
"Tapi.. Tiara, anakku.. Kondisinya. Saat ini".
Guman Kinan tidak jelas.. Hatinya begitu perih mendengar ucapan Toni.
Andy menatap melas, jujur saja ia juga sangat sedih saat ini.
"Us.. Sayang tenang kan dirimu, kita akan segera menemui Tiara anak kita, Papa dan Toni akan mencari pengobatan yang terbaik demi kesembuhan Tiara"
Ujar Andy menepuk bahu Istrinya.
Toni yang melihat kerapuhan dari kedua orangtuanya hanya bisa menahan dirinya untuk menangis.
"Papa.. Mamah... Ayo kita ke ruang Tiara, Bimo pasti sudah menunggu kedatangan Kita"
Ajak Toni merangkul lengan Kinan..
Mereka pun mempersiapkan mental sekaligus harus kuat demi Tiara.
___
Bimo menunggu kedatangan Toni dan Keluarga Tiara dengan perasaan gelisah, ia harus mempersiapkan mental untuk menghadapi kemarahan dari Toni, ia berjalan mondar mandir di depan ruangan tempat perawatan Tiara.
Beberapa saat kemudian ia melihat ketiga orang berjalan ke arahnya dengan wajah kesal. Bimo menelan air liurnya sendiri.
"Sam kau ajak mereka untuk menemui Tiara.."
Bisik Bomi kepada salah satu rekan sesama Dokter.
Sam melakukan perintah dari Bomi, ia menghampiri ketiganya dengan tersenyum ramah.
"Tuan & Nyonya silakan ikut dengan ku"
Ujar Sam mengajak ketiganya.
Andy dan Kinan mengangguk paham, mereka ke tempat untuk memakai baju steril sebelum masuk kedalaman ruangan Tiara terbaring.
selesai memakai baju steril dan masker wajah. Jantung Andy dan kinan berdebar kencang, sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana kondisi Tiara anak mereka saat ini.
Krek..
Mereka di persilakan masuk oleh Dokter Sam.
Kinan memejamkan kedua mata sekilas. Lalu berguman.
Ya.. Tuhan, Aku menemukan anakku"
Guman Kiana bahagia namun hanya sekejap wajahnya langsung bersedih.
Bagaimana tidak sedih seorang ibu yang baru saja menemukan putrinya tapi tidak dalam kondisi baik-baik saja. Hatinya teriris pisau Jika saja dari dulu ia memberikan perhatian sedikit saja kepada Tiara, penyesalannya tidak akan separah ini.
Andy dan Kinan menuju bed tempat berbaring Tiara selama ini, Tangisan Kinan semakin histeris Anaknya kini hidup menggunakan berbagai alat penunjang hidup.
"Tiara.. Sayang, Mama ada disini sayang, maafkan kami, Tolong buka matamu sayang Lihat mama sudah ada di sini"
Lirih Kinan berkata saat melihat Anak perempuannya yang dulunya sehat-sehat saja tidak membuka matanya..
"Sayang,"
Andy memegang pundak istrinya, ia juga ikut menangis tidak tega melihat anaknya Tiara yang seperti ini.
Bayang-bayang wajah Tiara tersenyum dan Tertawa dulu kini bagikan ilusi saja.
Sedangkan kedua pria itu... berada di atas loteng bersama dengan Toni yang kini menatapnya tajam dengan aura membunuh.
"Bimo kau jelaskan semuanya yang kau ketahui bagaimana bisa Adikku koma selama 2 tahun tidak mungkin karena kecelakaankan pasti ada hal yang lain... "
Menatap tajam memberikan peringatan kepada Bimo agar tidak berbohong.
Bimo membalas tatapan itu lalu menghela napas panjang.
"Jadi 2 tahun yang lalu Tiara mendatangiku dan meminta untuk mendonorkan Ginjalnya kepada suaminya yang saat itu butuh Ginjal.. Itu keputusan Tiara sendiri ia tidak ingin suaminya menderita lagi lebih baik jika Dia yang mati katanya sebelum di operasi Aku sudah mencegahnya berkali-kali namun Dia tetap pada pendiriannya.. Pada akhirnya Ia tidak sadarkan diri semenjak operasinya selesai"
Bimo menceritakan semuanya tentang Tiara tanpa ada kebohongan lagi.
"Tapi kenapa kau menyembunyikan dari kami!!, selama ini Bimo.. kau tau bagaimana kondisi papa dan mamaku setelah mengetahui bahwa Tiara hilang tanpa jejak..."
"Mereka sempat Drop aku bahkan tidak tau bagaimana lagi melanjutkan Hidupku lagi."
Ujar Toni Frustrasi ia memukul tembok di sampingnya tanpa mempedulikan rasa sakit di rasakan olehnya.. Yang lebih sakit adalah Hatinya.
"Arrrhhh"
Toni sudah emosi bahkan sampai menutup wajahya yang merah karena marah kepada dirinya sendiri yang tidak bisa melihat penderitaan Adiknya selama ini.
.
Bimo tidak mau mencegah apa yang di lakukan oleh Toni.. Lebih baik ia melihat saja dan mengatakan keinginan Tiara sebelum melakukan operasi dulu.
"Sebelum itu Tiara.. ingin tidak ada yang tau keberadaannya justru itulah aku sampai menyembunyikan keberadaannya. "
ucap Bimo serak tidak di sangka air matanya menetes.
Ia menangis bukan karena merasa bersalah kepada Toni..Tapi ia sungguh kecewa dengan usahanya selama ini yang tidak membuahkan hasil.
***
Rumah pribadi Farel..
Pria itu termenung duduk di tepi Kasur otaknya terus saja memikirkan tentang Wanita yang muncul dalam mimpinya semalam, bahkan saat ponselnya berdering Farel begitu malas memeriksa siapa yang menghubunginya.
"Siapa sebenarnya wanita yang berada di dalam mimpiku?"
"Kenapa aku merasa sangat ganjal, Wanita itu siapa sebenarnya?"
Tanya Farel kepada dirinya sendiri.
Krek..
Seseorang wanita masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, membuat Farel langsung menoleh ke arahnya lalu spontan mengubah mimik wajahnya.
"Bella kau datang.."
Tanya Farel dengan senyuman manisnya.
"Farel kenapa kau tidak mengangkat panggilanku"
Tanya Bella mendekat.
"Maaf seperti aku tadi mandi jadi tidak mendengar suara ponselku"
Ucapnya beralasan.
",Ayo kita ke ruang tamu dulu biar aku siapkan makan dan minum untukmu "
sembari menarik tangan pacarnya menuju ruang tamu.
Setelah duduk dan memberikan segelas minuman untuk Bella.
"Silakan Minum Bella"
Farel mempersilakan kekasihnya. Bella meneguk jus jeruk itu, Sedangkan Farel kini mengambil sebuah kotak kecil berisikan cincin di dalam saku celananya.
Farel tiba-tiba berkata kepadanya..
"Bella maukah kau menikah denganku jadilah Istriku " berlutut dengan sebuah cincin yang disodorkan kepada Bella.
Bella sempat tertegun tidak percaya, beberapa saat kemudian ia mengangguk.
"Umm.. Iya, Aku mau"
Bella terharu melihat lamaran dari Farel untuknya ia mengangguk menyetujui lamaran tersebut.
"Terima kasih.. Sayang"
Farel langsung memeluknya dengan mengangkat tubuh Bella dan berputar karena merasa bahagia. Akhirnya ia bisa melamar pacar sudah lama mereka ingin menikah. Farel hanya tinggal membujuk Ayahnya untuk merestui hubungan mereka.
***
"Mama... Bella setuju dengan lamaranku tinggal kita melamarnya secara resmi dirumah orang tuanya di bali"
Farel berteriak masuk kedalaman rumah Orang tuanya.. Ia begitu bahagia mengingat lamarannya yang diterima oleh bella, Ia datang karena ingin menyampaikan dan berbagi kebahagiaan.
"Selamat Sayang. Semoga kalian berdua bahagia... "
Susi ikut merasa bahagia.
Tapi apa ia harus mengatakan bahwa Farel sebenarnya sudah mempunyai seorang Istri. Susi menggeleng Wanita itu hilang tanpa jejak.. Lalu.
"Maafkan kata-kata papamu sebelumnya jangan dipikirkan Dia hanya pusing dengan pekerjaannya" memberikan pengertian kepada Farel agar tidak memikirkan perkataan suaminya.
"tidak apa-apa aku tau itu, aku tidak pernah mengambil hati... jika papa sedang marah "
Ujar Farel tersenyum mengelus kedua tangan susi.
Tapi.. Sebenarnya ada perasaan ganjal di hati Farel sendiri ketika papannya mengatakan hal yang kamarin.. Apa yang tidak ia ketahui selama ini..!
.
.
.
.
.
Tbc..!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!