"Kamu sedang apa Cecil?" tanya Mama Nicky saat melihat putrinya membongkar isi lemari.
Nicky yang baru pulang dari kantor terkejut melihat kamarnya yang berantakan dan makin terkejut melihat siapa pelakunya. Dia mendekati sang putri dan menariknya agar menjauh dari lemari.
"Apa yang kamu cari?" tanya Nicky dengan penuh penekanan.
"Aku mau mencari perhiasanku yang dulu papa belikan!" seru Cecil.
"Untuk apa perhiasan itu? Kamu mau jual?" Nicky memberondong sang putri dengan pertanyaan.
"Bukankah itu milikku yang dibelikan papa. Jadi mau aku apakan ya terserah ku!" seru Cecil dengan nada agak sedikit tinggi.
"Untuk apa uangnya? Bukankah Mama telah memberiku uang jajan?" Kembali Nicky bertanya.
"Sudah aku katakan tadi, terserah mau aku apakan uang itu. Bukankah itu hakku!" ujar Cecil dengan suara makin tinggi.
Nicky mendekati lemari. Mendorong tubuh putrinya agar menjauh. Dia lalu menutup pintu lemari dan langsung menguncinya. Wanita itu menyimpan kuncinya ke dalam tas. Cecil yang melihat tindakan ibunya, tak bisa menerimanya.
Dia kembali mendekati ibunya yang berdiri di dekat lemari. Menarik tas tangan Nicky.
"Apaan kamu, Cecil? Kembalikan tas Mama!" seru Nicky dengan suara tinggi.
"Kembalikan kunci lemari itu. Aku mau perhiasanku!" balas Cecil dengan suara tak kalah tingginya.
Cecil membuka resleting tas dan membuang semua isi ke lantai. Dia kembali mengambil kunci lemari dan membukanya.
"Lancang sekali kau!" Tanpa bisa dikendalikan, Nicky yang emosi langsung melayangkan tamparan ke wajah anaknya.
Cecil memegang pipinya yang terasa panas dan sakit. Matanya menatap tajam pada wanita yang telah melahirkan dirinya itu.
"Mama menamparku?" tanya Cecil dengan suara sedikit gemetar.
"Kamu sudah keterlaluan, Cecil. Sejak mengenal Kevin, kamu tak bisa di kendalikan lagi. Tingkahmu seperti orang tak benar!" seru Nicky.
Deru napas Cecil terlihat tak beraturan mendengar ucapan mamanya. Dia merasa darahnya naik hingga ke ubun-ubun. Tak terima jika kekasih yang dia cintai di cap jelek.
Bagi Cecil, pria itu sudah sangat sempurna. Hanya dia yang mau mendengar dan mengerti semua yang dia rasakan. Sejak kedua orang tuanya berpisah, gadis itu seperti mencari sosok pengganti ayahnya. Dan dia merasa Kevin bisa menggantikan.
"Jangan bawa-bawa Kevin! Mama tak tau dan tak mengenalnya. Dia lah orang satu-satunya yang mengerti aku dan peduli padaku!" seru Cecil dengan berteriak.
"Jadi kamu pikir Mama tak peduli? Kamu pikir Mama tak perhatian? Dasar bodoh, cinta telah membuat kamu lupa segalanya! Kevin itu tak pernah mencintai kamu, dia hanya memanfaatkan kebodohan kamu!" balas Nicky dengan suara tinggi.
"Sekali lagi aku katakan ... jangan pernah Mama menjelekkan atau mengatakan hal buruk tentang Kevin! Mama tak mengenalnya," ucap Cecil.
"Terserah ... bicara dengan orang yang telah di butakan karena cinta, tak akan pernah berhasil. Dalam pikirannya hanya kekasihnya seorang yang paling baik. Semoga suatu saat kau sadar jika pria itu toxic!" ucap Nicky dengan penuh penekanan.
"Jangan banyak bacot!" ucap Cecil.
Darah Nicky kembali mendidih mendengar ucapan anaknya. Sejak berkenalan dan berpacaran dengan Kevin, putrinya itu selalu membantah apa pun ucapannya.
Tangan wanita itu kembali terangkat dan melayang ke pipi putrinya. Kali ini Cecil tak tinggal diam, dia lalu mencekal pergelangan tangan mamanya dengan keras.
"Cukup ...! Ini terakhir kali kau menamparku! Aku benci dengan kau! Hanya Papa yang sayang denganku, kenapa dia yang harus pergi duluan," ucap Cecil.
Cecil melepaskan cekalan tangannya dan pergi meninggalkan mamanya. Dia berjalan menuju pintu dan turun ke lantai bawah.
Setelah Cecil pergi, Nicky luruh ke lantai. Tangisnya pecah. Menyesal karena telah menampar sang putri.
Dia sudah mencoba menahan marah selama ini. Cecil makin tak terkendali sejak mengenal Kevin. Pria itu memberikan dampak buruk bagi putrinya. Dia jarang kuliah dan membantah apa pun yang dia katakan. Apa lagi jika mamanya mengatakan hal buruk tentang kekasihnya, Cecil pasti akan marah dan mengamuk.
"Sayang, mama sadar bahwa mama tidak selalu sempurna dan kadang-kadang melakukan kesalahan. Maafkan Mama jika sikap Mama sebelumnya membuatmu merasa kurang dihargai. Kurang diperhatikan . Mama berjanji untuk selalu bekerja keras menjadi Mama yang lebih baik untukmu. Berdamai lah dengan keadaan, apapun yang kamu benci belum tentu harus kamu jauhi. Apapun yang kamu inginkan tak harus terkabulkan. Apapun yang kamu cintai tak harus dimiliki. Sebab dunia ini sudah digariskan oleh-Nya, ketetapan-Nya adalah yang terbaik. Mama harap kamu segera sadar, jika Kevin bukan pria yang baik."
**
Cecil mengendarai mobilnya menuju apartemen Kevin. Sebenarnya yang menyewakan apartemen itu adalah Cecil. Dia kasihan melihat pria itu hanya kost di tempat yang kecil.
Sampai di apartemen dia langsung menuju lift. Yang akan membawanya ke lantai paling atas, tempat Kevin tinggal.
Begitu sampai di depan pintu apartemen tempat tinggal kekasihnya, seorang wanita membuka pintu dan keluar. Di belakangnya ada Kevin mengikuti. Pria itu tampak terkejut melihat kedatangan Cecil.
"Cecil, sajak kapan kamu datang, Sayang?" tanya Kevin dengan suara lembut. Dia lalu memeluk kekasihnya itu.
Dengan isyarat mata dia meminta wanita itu pergi. Saat ingin berjalan menjauh, tangannya ditahan Cecil. Dia melepaskan pelukan Kevin.
"Kamu siapa? Kenapa bisa berada di dalam apartemen Kevin?" tanya Cecil dengan suara cukup tinggi. Sepertinya dia cemburu.
"Aku ... aku ...." Wanita itu tampak gugup untuk menjawab pertanyaan Cecil.
Kevin yang melihat kemarahan Cecil mendekati gadis itu dan kembali memeluknya. Dia mengecup pucuk kepalanya.
"Sayang, tak boleh bicara keras begitu. Nanti cantiknya hilang. Anak orang jadi takut. Dia ini tetanggaku. Datang untuk mengabari ibuku sakit. Kamu jangan marahi dia, kasihan," ucap Kevin.
Cecil melepaskan cekalan tangannya. Sehingga wanita itu langsung pergi tanpa pamit.
"Kenapa kamu tak bilang dari awal?" tanya Cecil dengan suara lembut.
"Kamu tak ada tanya denganku. Lagi pula aku pikir kamu tak akan cemburu dengan gadis seperti itu. Kamu jauh lebih segalanya, mana mungkin aku menduakan kamu, Sayang," ucap Kevin.
Cecil lalu tersenyum mendengar ucapan lembut dari pria itu. Kevin lalu mengajak gadis itu masuk. Setelah dia duduk, langsung bertanya sesuatu.
"Sayang, kamu mau minum apa? Sepertinya suasana hatimu sedang tak baik. Aku akan membuatnya kembali membaik!" seru Kevin.
"Aku memang lagi kesal!" balas Cecil.
"Jangan marah-marah ya, Sayang. Nanti cantiknya hilang. Aku buatkan jus jeruk dulu biar hatinya kembali adem. Kamu duduk saja. Jangan ikuti aku, biar aku saja yang kerjakan. Aku marah kalau kamu tak dengar ucapanku ini," ucap Kevin.
Pria itu langsung berjalan ke dapur. Melihat keadaan dapur yang berantakan karena ulah dia dan Mira yang bercumbu dan bercinta di dapur. Beruntung Cecil mau mendengar ucapannya sehingga tak mengikutinya.
***
Selamat Pagi menjelang Siang. Mama hadir dengan novel terbaru. Mohon dukungannya dengan memberikan like dan komentar di setiap bab. Satu lagi, jangan menumpuk bab, baca tiap bab update. Terima Kasih. Lope-lope sekebon jeruk ♥️♥️♥️
Kevin membawa jus jeruk dan roti yang tadi dibelikan Mira. Dalam hatinya bersyukur karena masih ada makanan yang bisa sebagai pembujuk sang kekasih.
Sampai di ruang tengah, pria itu meletakan segelas jus dan sepiring kue tadi dihadapan Cecil. Dia lalu duduk di samping gadis itu dan memeluk tubuhnya.
"Minumlah dulu, biar tak panas lagi tuh hati. Kamu pasti sedang ada masalah. Jangan di pendam sendiri, coba ceritakan denganku," ucap Kevin dengan lembut.
Cecil memandangi wajah pria itu dengan pandangan sendu. Dalam hatinya berkata, bagaimana sang mama bisa tak menyukai Kevin, padahal dia begitu lembut dan baik.
Jika sekarang dia sering membantah ucapan mamanya, karena wanita yang telah melahirkan dirinya itu selalu saja menjelekkan Kevin. Dia tentu saja tak terima.
Cecil langsung memeluk tubuh Kevin, tangisnya pecah di dada pria itu. Dia teringat mamanya yang telah menampar pipinya.
"Cerita lah, aku siap mendengar. Walau sebenarnya aku juga sedang banyak masalah. Kamu dengar tadikan, Mira itu datang untuk mengabari ibuku yang sedang di rawat. Ingin rasanya berada di dekat ibu. Merawatnya," ucap Kevin.
Sebelum Cecil mengatakan masalahnya, pria itu lebih dahulu menceritakan masalahnya sendiri. Wajahnya langsung berubah muram.
Cecil melepaskan pelukannya. Dia yang awalnya ingin mengatakan tentang mamanya yang telah menampar pipinya, jadi mengurungkan niat itu. Dia menggenggam tangan kekasihnya, berusaha memberikan dukungan.
"Apa kamu ingin pulang ke kampung melihat ibumu, Sayang?" tanya Cecil.
"Aku belum juga dapat kerja. Mana ada uangku untuk pulang kampung. Apa lagi ibuku sedang sakit, tentu butuh uang. Aku akan lebih sedih lagi jika tak bisa membantunya. Uang dari penjualan online ku hanya cukup buat beli sebungkus nasi Ampera," jawab Kevin dengan wajah yang sedih.
Cecil mengecup tangan kekasihnya itu. Sepertinya ikut larut dengan kesedihan yang ditunjukan Kevin. Dia jadi teringat kembali dengan mamanya.
"Aku harus bisa mendapatkan perhiasan milikku. Bukankah itu hak ku. Mau dijual atau mau aku apakan, itu terserah padaku saja. Bukankah papa membelinya untukku. Mama tak bisa melarang. Aku harus minta perhiasan itu!" gumam Cecil dalam hatinya.
"Sayang, kamu jangan sedih begitu. Kamu butuh uang berapa untuk pulang kampung. Aku akan usahakan mendapatkannya," balas Cecil dengan suara pelan karena ikut sedih.
Kevin tampak menyunggingkan senyuman, tapi buru-buru dia sembunyikan rasa bahagia itu. Dia kembali memasang wajah sedih. Semua agar Cecil percaya dengan apa yang dia katakan.
"Sayang, jangan. Aku tak mau merepotkan kamu lagi. Jika keluarga kamu tau, terutama mama kamu, dia pasti akan menuduhku memanfaatkan kamu. Aku tak mau mereka berpikiran begitu. Aku sayang kamu apa adanya, bukan karena ada apanya. Aku tak mau kamu jadi ikut susah memikirkan semua ini," ucap Kevin dengan suara lemah.
"Sayang, aku ini kekasihmu. Apa yang menjadi masalahmu itu juga masalah ku juga," jawab Cecil.
"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah orang yang paling mengerti aku. Tanpa kamu aku tak tahu harus bagaimana. Aku sangat mencintaimu, Cecil," bisik Kevin sambil memeluk kekasihnya.
Kevin tersenyum sambil memeluk Cecil. Gadis itu dengan gampangnya bisa di bohongi. Hanya dengan kelembutan dan perhatian, dia akan percaya dengan kita seratus persen. Tak akan mengira jika semua itu hanya sandiwara semata.
"Sayang, aku akan mencari uang untuk kamu. Aku pastikan besok kamu bisa menjenguk ibumu," ucap Cecil.
Cecil melepaskan pelukannya. Dia tersenyum pada pria itu untuk memberikan kekuatan dan dukungan. Tanpa dia tahu jika semua itu hanyalah sandiwara Kevin.
"Sayang, jika itu merepotkan kamu, jangan lakukan. Biar aku coba cari kerja dulu. Kerja apa pun itu walau nanti dapatnya pasti akan lama," balas Kevin dengan suara lembut.
"Nggak, Sayang. Aku tak pernah merasa direpotkan. Lagi pula kamu tak pernah minta. Semua atas inisiatif dariku saja. Kamu jangan merasa tak enak hati gitu. Aku punya perhiasan banyak dari almarhum papa. Aku bisa jual itu. Nanti uangnya bisa kamu pakai buat berobat ibumu. Jika kita nikah nanti, ibumu itu juga ibuku 'kan?" tanya Cecil dengan suara lembut juga.
"Cecil, kamu begitu baiknya. Aku yakin ibuku pasti akan senang bisa memiliki menantu seperti kamu," ucap Kevin. Cecil membalas ucapan pria itu dengan tersenyum.
Cecil lalu menghabiskan jus jeruk dan kue yang disediakan pria itu. Dia memakannya berdua dengan Kevin. Setelah itu dia langsung pamit. Ingin mencari kembali perhiasan miliknya.
"Sayang, aku pamit dulu. Kamu jangan kuatir. Aku pasti akan dapatkan uang itu," ucap Cecil.
"Cecil, aku takut mama kamu jadi salah sangka denganku. Aku tak mau dia berpikiran jika aku memeras kamu, dan memanfaatkan kamu," ucap Kevin.
"Kevin, aku tak akan mengatakan jika itu untukmu. Aku juga tak bodoh, Sayang. Kamu jangan kuatir. Jika pun mama tau untukmu, dia tak bisa melarang. Itu perhiasan milikku, dibelikan papa untukku!" seru Cecil.
"Tapi, Sayang. Itu'kan kenangan dari papamu!"
"Kita bisa beli dengan bentuk yang sama nanti jika kamu telah dapat kerja," balas Cecil.
"Pasti, Sayang. Semua gajiku nanti, akan aku serahkan untukmu. Sekali lagi terima kasih, Cecil ku," ucap Kevin dengan senyum manisnya.
"Aku pulang dulu, nanti malam atau besok aku datang lagi. Kamu jangan banyak pikiran. Nanti kamu ikut sakit," pesan Cecil.
"Iya, Sayang. Kamu hati-hati nyetirnya. Aku sayang kamu, Cecil," ucap Kevin.
Kevin mengecup pucuk kepala gadis itu. Dia mengantar hingga Cecil masuk lift. Setelah lift bergerak, pria itu langsung melompat kegirangan.
"Yesss, dasar bodoh. Kamu selalu saja bisa aku bohongi," ucap Kevin sambil tertawa.
***
Selamat Siang. Mama datang dengan karya terbaru. Novel ini ikut serta dalam kisah toxic love. Mungkin novel ini akan menguras emosi 🙈🙈. Tetap sabar membacanya ya. 😭
Mohon dukungan dengan memberi Like dan komentar. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk. ♥️♥️♥️
Cecil mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tak sabar ingin cepat sampai ke rumah dan mencari perhiasannya itu.
Saat Cecil baru menginjakan kakinya di lantai ruang keluarga, dia melihat mamanya sedang berbincang dengan tamu. Dalam hati gadis itu, ini kesempatan baginya untuk mencari di mana perhiasan di simpan sang mama.
Cecil berjalan pelan dengan berjinjit. Berharap kedatangannya tak di ketahui mamanya. Dengan langkah pelan dia berjalan menuju tangga. Baru kakinya menginjak tangga pertama, terdengar suara ibunya memanggil.
"Cecil, kemari lah ...!" seru Mama Nicky.
Cecil mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga. Dia berbalik dan menghampiri sang mama.
Sebenarnya Cecil anak yang baik dan penurut. Namun, sejak papanya meninggal, sang mama harus meneruskan bisnis suaminya sehingga waktu banyak dihabiskan di luar rumah.
Cecil yang kesepian bertemu dengan Kevin, di saat dia sedang butuh seseorang buat bersandar dan bercerita. Dia dikenalkan oleh seorang teman.
Kevin yang pandai bersandiwara dengan setia mendengarkan semua cerita gadis itu, hingga dia merasa ketergantungan dengan pria itu. Dia tak sadar jika semua itu dilakukan hanya untuk menjerat dirinya.
Cecil tersenyum dengan terpaksa pada tamu sang mama. Dia lalu mengulurkan tangan untuk berkenalan dan bersalaman.
"Cecil ...," ucap gadis itu. Dia lalu mengulurkan tangan bersalaman.
"Tante Tari," balas wanita itu.
Tari datang bersama putranya yang bernama Athalla. Pria itu tampaknya sangat pendiam dan pemalu. Dari tadi kepalanya hanya menunduk, tak berani menatap wajah lawan bicara.
"Duduklah Cecil ...! Kenalkan ini anaknya Tante Tari, Athalla," ucap Mama Nicky.
Mendengar namanya di sebut Athalla mengangkat wajahnya. Dia tersenyum. Cecil menatap tanpa kedip saat melihat wajah tampan pria itu.
Sesaat kemudian dia menggeleng. Dalam hatinya berkata, jika tak ada pria yang paling baik kecuali kekasihnya Kevin. Pria itu yang terbaik.
"Athalla, kenalin tuh anaknya Tante Nicky," ucap Tante Tari, mamanya.
Athalla dengan tersenyum mengulurkan tangannya, Cecil lalu menyambutnya. Dia lalu menyebut namanya.
Cukup lama mereka berbincang. Cecil sudah tampak gelisah. Dia sudah tak sabar ingin mencari di mana perhiasan itu berada.
"Sudah saatnya makan malam, kalian harus makan dulu. Aku tak mengizinkan kalian kembali jika belum mencicipi masakanku. Tadi aku sengaja masak untukmu," ucap Mama Nicky dengan Tante Tari.
"Aku jadi merepotkan kamu," balas Tante Tari.
"Sejak kapan aku merasa direpotkan sama kamu. Yuk, kita makan. Pasti bibi sudah menghangatkan semua makanannya," ajak Mama Nicky.
Mereka lalu berjalan menuju meja makan. Semua memang telah terhidang di meja makan.
"Nicky, ini aroma masakannya luar biasa! Pasti makan malam ini enak banget,” puji Tari sambil melangkah menuju meja makan.
“Biasa saja, Tari. Bisa dibilang, resep khusus untuk kamu dan Athalla,” sahut Nicky dengan senyum bahagia.
"Kamu selalu saja tau dengan seleraku," ucap Tante Tari.
Mereka lalu menarik kursi untuk duduk masing-masing. Mama Nicky mempersilakan semuanya untuk makan.
Cecil merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Dia tak sabar ingin mengakhiri makan malam ini. Biar betapa pun asyiknya perbincangan antara ibunya dan Tari, dia sudah berusaha bersikap netral.
Semua telah mengambil tempat di meja makan yang dipenuhi hidangan menggugah selera. Mama Nicky dan Tante Tari mulai mengobrol penuh semangat. Sementara itu, Cecil kembali terjebak dalam dunia lamanya, terpaku pada piringnya. Sekali-sekali dia mencuri pandang ke arah Athalla yang tampak sesekali ikutan nimbrung dengan obrolan dua wanita itu.
Dalam hatinya Cecil berkata, bisa-bisanya pria itu setia menemani mamanya hanya untuk berbincang dengan sahabatnya. Jika dia menjadi Athalla, tak akan mau bertahan di rumah sahabat mamanya.
Cecil hanya mengangguk pelan jika ada pertanyaan padanya jika itu tak membutuhkan jawaban. Rasanya ingin cepat-cepat menghabiskan makan malam ini. Terdengar gelak tawa dari Nicky dan Tari yang meramaikan suasana, sementara Cecil merasa semakin terasing.
Di tengah situasi tersebut, Nicky menjelaskan soal makanan yang mereka santap. “Jadi, ini ayam bakar pilihan kesukaan kamu, Tari! Dan salad ini ada sentuhan lemon segar.”
“Ada enaknya!” sahut Tari sambil mengambil potongan ayam.
Cecil menggumam pelan, “Mantap…” meski sebenarnya perutnya terasa penuh.
Saat suasana kian ceria, Cecil tidak bisa lagi menahan rasa jenuh. Dia lalu berdiri. Pamit pada semuanya.
"Tante Tari, maaf, aku mau pamit. Badanku sangat gerah seharian di luar rumah. Aku mau mandi dulu. Senang berkenalan dengan Tante," ucap Cecil dan dia menyalami tangan Tante Tari untuk pamit.
Cecil sengaja tak menatap wajah mamanya. Dia tahu pasti jika wanita yang telah melahirkan dirinya itu pasti tak setuju dengan tindakannya ini.
Setelah bersalaman dengan Tari, gadis itu langsung berjalan menuju tangga dan naik menuju kamar. Namun, dia bukan masuk ke kamarnya melainkan kamar sang mama. Cecil tak peduli tadi sang mama sempat melotot kan mata saat dirinya pamit.
"Bisa-bisanya pria itu melayani dua ibu-ibu rempong yang bicara gosip. Dasar anak mami!" seru Cecil pada dirinya sendiri.
Cecil mencoba membuka pintu kamar mamanya. Dia sangat beruntung karena pintu tak terkunci, mungkin karena sang mama yang berada di rumah.
Saat dia ingin membuka lemari, gawainya berdering. Cecil mengambil dari tasnya dan melihat nama Kevin. Ada pesan masuk. Dia lalu membacanya.
"Sayang, aku sedih banget. Baru saja tetanggaku menghubungi aku lagi. Katanya ibuku selalu mengigau menyebut namaku. Mungkin sudah sangat ingin bertemu denganku."
Isi pesan dari kekasihnya di baca Cecil dengan perasaan yang ikut sedih. Dia lalu membalasnya.
"Sayang, kamu jangan sedih begitu. Aku pastikan kamu besok bisa pulang ke kampung. Aku akan bawakan uang itu besok pagi."
"Terima kasih, Sayang. Kamu memang yang terbaik. Aku semakin sayang denganmu," balas Kevin.
"Aku juga sangat mencintaimu."
Gawai itu kembali di masukan Cecil ke dalam tas. Dia mencoba membuka pintu lemari tapi terkunci.
Cecil mengumpat dalam hatinya. Dia lalu berjalan menuju meja rias sang mama. Mencoba membuka laci dan lagi-lagi terkunci.
"Bagaimana jika perhiasan itu tak aku dapat, apa yang akan aku jual. Aku harus mendapat uang, kasihan Kevin. Pasti dia sangat kuatir dan sedih saat ini memikirkan sang ibu," ujar Cecil pada dirinya sendiri.
Cukup lama dia mencoba mencari perhiasannya di dalam kamar mamanya. Tapi semua laci dan tak jua dia menemukan perhiasan itu.
Dengan perasaan kesal, gadis itu keluar dari kamar mamanya. Dia juga takut jika lama-lama di sana, nanti bisa-bisa sang mama datang dan memergoki dirinya.
Cecil berjalan menuju kamarnya. Duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong.
"Bagaimana aku bisa memperoleh uang buat Kevin. Dia pasti saat ini sedang bersedih karena tak bisa di dekat ibunya. Apa aku jual saja mobilku," gumam Cecil pada dirinya sendiri.
**
Selamat Pagi. Pasti semua gemas lihat kebodohan dan kebucinan Cecil. Novel ini memang sedang mengikuti event toxic love. Sekali lagi mama minta dukungannya untuk tetap membaca setiap novel yang update. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan koment. Terima kasih. Lope-lope sekebon jengkol. 🥰🥰🥰
Bonus Visual
Cecil
Athalla
Kevin
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!