.
.
.
Derap kaki yang begitu cepat terdengar di antara pejalan kaki yang berjalan dengan santainya menuju ke tempat mereka masing-masing
Rain, dalam artian hujan, hidupnya benar-benar bak hujan, selalu basah, namun bukan basah akan kebahagiaan tetapi basah akan penderitaan hidup nya
kini ia menatap hujan yang tengah turun dengan derasnya melalui jendela kaca di kelasnya, rain berharap ia masih bisa melanjutkan hidupnya untuk terus bertahan
Tak tak
"Permisi" kekeh seseorang memasuki ruang kelas nya
"oh kamu siswa baru itu? silahkan masuk"
"baik"
di saat semuanya menoleh hanya rain yang tak menoleh ke depan untuk melihat sosok siswi baru yang di rumor kan merupakan gadis kesayangan dari keluarga berada
"Perkenalkan, nama saya Aluna Xander"
"kalian bisa memanggil ku Aluna"
"Hai Aluna" sapa semuanya
"Aluna, kamu bisa duduk di belakang Rain, rain? angkat tangan mu"
Bukannya mengangkat tangannya rain hanya menoleh membuat Aluna tau siapa yang di maksud guru nya, Aluna pun berlari-lari kecil ke belakang pria bernama Rain
"Hai aku Aluna, salam kenal rain"
Sontak saja semuanya diam, mereka benar-benar di buat kaget dengan keberanian seorang Aluna menyapa si kulkas, jahat dan arogan, semua julukan tak baik ada pada pria itu
"ehm Rainza"
"Hai" lanjut Aluna kemudian duduk
Guru tersebut melanjutkan menerangkan dan sedikit menjelaskan detail awal pejalaran sebelum kedatangan aluna, namun sayangnya perhatian gadis itu teralih dengan rain yang bersikap acuh dengan penjelasan di depannya
"Rain? kamu nggak papa kan?" tanya Aluna berbisik
"rain? kamu dengar nggak? rain? hei rain"
bruk
"rain!"
rain menoleh dengan tatapan tajam, ia tak suka di ganggu, ia sedang fokus mendengarkan meskipun tatapannya teralih ke luar gedung kelas nya.
"diamlah"
"Aluna! ada apa?" tanya guru tersebut
"ehm nggak kok pak, hehehe" kikuk Aluna
"perhatikan baik baik, setelah ini akan ada tes, kalian semua wajib memiliki nilai di atas 90 untuk lulus dari SMA ini"
"iya Pak"
Aluna siswa pindahan dari luar negeri, sebenarnya ia warga asli Indonesia tapi ia ikut dengan orang tuanya ke Australia karena pekerjaan, ia bersekolah di sana selama mungkin.
setelah sejam Aluna mendengarkan penjelasan yang menurut nya tak masuk akal oleh akalnya, kini semua murid berjalan keluar dari kelas tersebut, beberapa mengajak Aluna tapi gadis itu memilih di kelas untuk beristirahat
"Rain? kenapa nggak ke kantin?" tanya Aluna
bukannya mendapatkan respon, rain hanya memilih memakan bekal makan siangnya yang seadanya saja, Aluna menatap bekal rain kemudian berdiri
rain terkejut saat Aluna meletakkan makan siang nya kemudian duduk di sebelah nya, selama ia hidup untuk pertama kalinya ada seseorang yang berusaha dekat dengannya
"kita makan sama sama ya?"
"ehm"
"makan yang banyak, biar sehat, ya?"
"hem"
"ehm, rain? kamu nggak punya pacar kan?" tanya Aluna sedikit gugup, ia tak mau membuat masalah di hidup siapapun hingga merusak hubungan mereka
"tidak"
"oh yaudah, makan banyak banyak, aku lagi diet" kekeh Aluna memberikan beberapa lauk pauknya ke bekal makan siang Rain
"ehm, oh ya rain? kamu tinggal di mana?"
"kenapa?"
"mungkin aku bisa berkunjung ke rumah kamu untuk belajar, ujian nya sudah dekat dan masih sedikit materi yang aku tau, bisakan?"
"tidak"
"kok tidak? terus aku bisa minta bantuan sama siapa dong?"
"di kelas ini ada banyak penghuninya bukan hanya aku"
selama berbicara rain enggan menatap mata Aluna, ia sibuk menikmati makan siang yang setelah sekian lama akhirnya benar-benar memuaskan rasa lapar yang selalu menjadi penghuni setia di perutnya
"kamu suka?" tanya Aluna
"serius?" tanya Aluna membombardir
"ehm"
"sayurnya... enak nggak?"
"ehm enak"
"serius? aku bawain lagi besok ya? ini masakan ku, untuk pertama kalinya ada yang memuji masakan ku"
"tidak perlu, kita tidak seakrab ini"
"justru itu aku mau akrab sama kamu!!!" kesal Aluna
"kenapa?"
"rain? masa semua harus aku katakan sih"
"ini tidak masuk akal, kita baru kenal beberapa menit yang lalu, kenapa harus-"
"kita sekelas, akan berjuang bersama untuk lulus, kenapa harus bertanya lagi, kamu baik kok"
"tau dari mana?"
"tanyakan pada mereka aku seperti apa" timpal rain
"rain! dengar baik baik! aku nggak dengar apa kata orang, aku punya opini ku sendiri, dan aku nggak mau opini ku di rusak hanya karena mereka berbeda dengan ku, jadi stop samain aku dengan mereka!"
"iya"
tiga huruf yang di keluarkan rain membuat Aluna tersenyum, ia bisa membaca seorang rain dengan percakapan mereka, rain orang yang sangat berhati-hati, akan terus mengintimidasi hingga ke akarnya sebelum menemukan seluk beluk niat seseorang padanya
....
ujian untuk hari ini di mulai, tampak para siswa siswi serius mengerjakan ujian mereka, karena jika mereka mendapatkan nilai rendah maka mereka akan lembur beberapa jam di kelas ini dan merangkum ulang materinya dalam bentuk lisan
"baiklah! jam sudah selesai, saatnya pemeriksaan"
"ya Tuhan!!!" lirih Aluna frustasi
"nomor satu D"
"dua A"
dan seterusnya, menurut Aluna pelajaran yang ia baca di roster sejak kembali ke Indonesia dan masuk ke sekolah itu membuatnya stress, tak satupun yang ia mengerti kecuali olahraga
"bagaimana? dapat berapa?"
nyaris semua siswa jawabannya hanya satu yang salah dan rain yang benar semua sedangkan Aluna yang memiliki 7 salah dari 15 soal Matematika
"Aluna! sudah baca aturan ini kan sebelum masuk? tinggal di sini selama empat jam, rangkum kembali dan temui saya di ruang guru setelah empat jam dari sekarang, dan lainnya silahkan kembali"
Aluna mengangguk, ia termangu, jangankan empat jam, sepuluh jam pun lidah Aluna akan terlipat lipat saat menjelaskan rumus rumus di hadapannya
sejam Aluna berusaha menghafalnya ia malah tantrum sendiri hingga berteriak frustasi, tak secuil pun rumus bisa ia ingat
ceklek
"maaf Pak saya belum paham" lirih aluna
"ayo makan"
"hah?"
Aluna pikir itu gurunya tau taunya itu adalah Rain yang kembali dengan membawa beberapa makanan yang di jual dekat sekolah mereka
"rain, tolong" lirih Aluna
"kemari biar aku bantu"
"duduk dulu" ajak Rain
"rain! aku bisa gila! baru sehari masuk aku udah gila!!! aku mau pulang"
"pengen pindah sekolah"
"baru sehari" cibir rain
"kapasitas otak kamu besar! nggak kayak aku! bloon"
"oh ya? coba"
rain terus menjelaskan Aluna dengan caranya sendiri, tepat 30 menit setelahnya rain mengetes Aluna dan benar saja Aluna paham konsepnya, ia bahkan bisa menjelaskannya
"ke ruang guru sana, aku tunggu di depan ruang guru"
"iya"
Aluna segera berlari dengan girang, di susul rain yang membawa tas Aluna serta perintilan perintilan gadis itu
kreek
"Rain!!! makasih"
grep
"aaaaaahhhhh aku lega banget!! nilai aku juga sekarang naik! yah meskipun nggak sesempurna kamu dan yang lain nya, tapi cuma beda 3 kok, kamu 100 yang lain 97, aku 94"
"bagus dong"
"iya!"
"eh maaf"
Aluna yang baru sadar segera melepas pelukannya kemudian menatap rain dengan malu malu, rain masih dengan prinsip nya setiap berbicara ia enggan menatap Aluna
"a-yo pulang" ajak Aluna
"ah i-iya"
.....
bersambung
.
.
ceklek
"mama ku sayang?!!!"
"loh loh lihat siapa ini, gimana? lancar?" Tanya Mama Aiya
"lancar dong mama!!! papa mana?"
"lagi di kantor, ketemu sama kolega barunya"
"oh gitu, oh ya mama tau? baru hari pertama alun udah di hukum!! di suruh ujian lisan masa ma"
"terus terus? kamu nggak typo typo kan?"
"nggak dong ma"
"tumben"
"di bantu sama rain" bisik Aluna
"rain? rain siapa?"
"Rainza, teman alun di kelas, dia itu pinter banget, katanya udah dapat beasiswa cuma cuma, terus! dia itu udah pernah lomba berkali-kali sampai punya banyak medali! yah tapi kata anak anak di sana dia itu sombong! nggak suka ngomong"
"terus terus" kepo mama aiya
"yah alun nggak gentar ma, alun yakin! dia anak baik! buktinya dia tinggal dan ajarin alun loh mam"
"bagus dong, anak baik, jangan dengar kata orang, mereka cuma bisa tau sampulnya belum rezeki mau baca sampai ke akar akarnya" ujar mama aiya
"mama benar! cocok banget!"
"dan mama tau? dia adalah orang yang suka sama masakan alun"
"oh... APA?!!!"
"iya ma, dia suka"
"alun! kamu minta dia cicipi masakan kamu?! iya nak?"
"iya ma, kenapa? enak kok"
"alun itu..."
"aaahh mama sama papa aja yang lebay! gitu doang katanya asin lah! hambar lah, pait, semuanya deh! tapi cocok di lidah Rain"
"rain itu nggak sakit kan?"
"mana alun tau, sehat sih kayaknya"
"alun! ya ampun anak mama! mama mohon besok nggak usah masak lagi ya?"
"ih mama apa apaan sih! alun udah singgah ke pasar sama rain tadi, jadi aku masakin aja sekalian besok dan seterusnya" bangga Aluna
"a-aluna sayang ma-ma"
Aluna memberikan ciuman manisnya ke pipi mamanya dan berjalan ke lantai dua tepatnya kamar nya, mama aiya rasa nya ingin memastikan kondisi kesehatan anak bernama rain itu bisa bisanya anak itu tak merasakan apapun dari masakan Aluna
"ya ampun! ada aja anak itu" lirih mama aiya
"bu! ini belanjaan non alun" ujar pelayan yang meletakkan 3 kantong bahan makanan
"ya ampun alun!!! mama nggak habis fikir nak sama kamu" lirih mama aiya
"duh duh bi! ini gimana" lirih mama aiya
"gimana kalau anak bernama rain itu meninggal karena masakan alun! kan nggak lucu"
"non tenang saja, enak kok kayaknya" kekeh bibi meninggalkan aiya yang tegang sendiri
"harus lapor papa ini!"
.....
"den? udah makan?"
"udah bi"
"makan apa? di mana?"
"di sekolah, makan sayur, nasi liwet dll"
"tumben den? beli?"
"nggak bi, di kasi sama seseorang"
"siapa den?"
"Namanya Aluna"
"wahhh enak den?"
"enak, aku suka banget"
Rain tersenyum melihat wanita paruh baya yang seusia mamanya tersenyum lega mendengar dirinya mulai nafsu makan, yah itu terjadi karena masakan Aluna yang tak memiliki banyak campuran seperti masakan mamanya
"istirahat ya den?"
"ehm bi? mama.... cari rain nggak?"
"ehm cuma Pak stefan, dia kangen katanya sama jagoannya, bibi bilang ada lomba minggu depan jadi nggak bisa pulang dulu, kata tuan Morgan chat nya di balas sesekali katanya telepon, dia kangen sama jagoannya"
"ayah" lirih Rain
"mama.... sehatkan bi?"
"sehat kok den, mamanya juga lagi rehabilitasi setelah melahirkan"
"adik rain apa? perempuan atau laki-laki?"
"laki-laki"
"baguslah, kalau rain pergi mama udah bahagia dengan anak nya tanpa harus menangisi kepergian rain"
"den! bu reina aja kesal sama den! kenapa nggak pulang katanya! selagi sakitnya bisa di sembuhkan maka ada mama katanya"
"bi, rain itu seperti papa! papa meninggal kan bi setelah mama juga mati matian mencari cara, rain pun begitu"
"den.... pulang ya? cukup bu reina kehilangan papa den, jangan biarkan bu reina kian bersalah karena kehilangan den, iya bibi tau tak ada kemungkinan den bisa sembuh, tapi kasih sayang seorang ibu itu juga penguat, pulang ya?"
"rain pikir pikir dulu bi"
"yaudah den"
dert dert
rain yang baru saja rebahan meraih ponselnya dan menyalakan nya, tampak beberapa besan yang tak ia baca, salah satunya dari mama nya
isi chat
"rain? udah makan?
"nak? adik udah mau lahir, namanya mama beri seperti kemauan kamu dulu, Gabriel"
"nak? obatnya di minum kan?"
"udah kontrol?"
"gimana sekolah nya?"
"mama dengar kamu lomba lagi? sayang jaga kesehatan"
"sayang? kapan pulang, mama kangen"
"rain? mama rindu sayang"
"i love u jagoan mama"
"mama rindu"
rain terdiam, ia meneteskan air matanya, ia masih tak berani membuat mamanya sedih jika tau yang sebenarnya darinya
dert dert
isi chat
"ehm halo?"
^^^siapa? ^^^
aku Aluna, ini nomor ku, kapan kapan kita ngobrol ya? kalau ada yang penting, tidur! jangan meladeni aku yang bloon ini, nanti kamu jadi bloon kayak aku
^^^iya^^^
rain tersenyum, saat membuka ponsel ada banyak kasih sayang yang ia dapatkan dari orang orang di sekitarnya, rasanya ia belum ingin menyerah tapi takdir telah menantinya di penghujung usianya
"sisa dua bulan, aku akan menyusul papa ma, maafin rain, rain juga udah berusaha ma, tapi sayang, rain nggak bisa ma" lirih rain memejamkan matanya
salah jika seorang rain di anggap sombong, ia hanya tak mau terbuai dengan pertemanan yang akan membuatnya salah arah hingga memilih menjadi bajingan seperti di luar sana
"aku ingin mati dengan baik! bukan dengan menjadi bajingan" batin rain mengingat tawaran yang selalu ia tolak saat ada saja yang menawarkan dirinya gabung ke geng mereka
. ...
bersambung
.
.
.
Aluna berjalan dengan cepat menuju ke arah Rain yang benar-benar tak menggubris siapapun yang ada di sekitarnya hingga
brugh
"aaaaahhhhh" pekik Aluna
"Rain ka-"
"ada apa?" tanya rain
"udah sarapan belum?" tanya Aluna sambil mengusap dahinya
"belum, kenapa?"
"yaudah! ayo"
Aluna menarik tangan rain ke taman yang sepi, yah taman itu adalah taman yang di ketahui Aluna seorang diri, bukan hanya Aluna sebenarnya, rain juga tau hanya saja dia sengaja menyembunyikan nya
"ayo makan! aku bawa 3 kotak!"
"tiga?" kaget rain
"iya, tiga di kali dua... berapa sih?!!! tujuh ya? eh enam, lima? eh berapa sih!" frustasi Aluna
"enam"
"iya enam"
"kok enam?"
"kamu tiga aku tiga, masa cuma kamu yang makan aku rugi dong"
"oh"
rain kemudian menyantap makanan yang di siapkan Aluna tanpa banyak peraturan namun mereka di kejutkan oleh tiga pria yang datang dengan sangat riang
"Rain! kami merindukan mu kami.... woahh enak nih kayaknya, makan ah i-"
plak
"siapa kalian?! kalian pembully atau.... kamu!!!'kaget Aluna
"Ka-kak?" kaget ketiganya
"kalian! kalian ngapain di sini, hah?!"
"sekolah lah pakai nanya lagi, kami tuh ke sini melepas rindu ke sahabat kami"
"sahabat?" tanya Aluna
namun seperti nya rain malas ber argumen dengan siapapun sekarang ia hanya ingin menikmati makanan yang di bawakan Aluna dengan lahap
"makanan ini? manja banget lu alun" sinis Rio
"Manja? heh ini masakan gue"
Lio, kembaran Rio yang baru saja ingin meminta suapan dari Rain seketika menjauh, ia tau betul bagaimana masakan sepupunya itu, sangat hambar tak ada rasa sama sekali, namun Rio, Lio dan Tio termangu dengan rain yang menikmati makanan tersebut tanpa protes
"apa?" sinis rain
"bro? lo nggak sakit kan? Lo-"
"gue sakit, nggak usah di perjelas" sinis rain
"nggak! pembahasan kami nggak ke sana, separah itukah? sampai sampai makanan nggak ada rasa ini kamu makan dengan enak? aku bisa bantu ka-"
"enak, coba aja, aku suka banget ini"
Aluna tersenyum bangga seakan ia telah berhasil mengalahkan musuh bebuyutan nya, Aluna kemudian duduk dan makan bersama Rain sedangkan trio itu hanya duduk sambil mengelus dada
"padahal makanan itu nggak enak...." lirih Rio
"benar banget, heran aku" balas Tio
"sudahlah"
tak berseling lama Rain akhirnya selesai makan, namun Rio menatap rain seakan meminta penjelasan, kemana benda yang biasa rain bawa kemana mana
"rain? mana?"
"habis"
"beli lagi rain" kelas Tio
"nggak usah" sinis rain
"daritadi kalian bahas apa sih? kok arahnya ke mana mana?" tanya Aluna membereskan bekas makan rain
"itu rahasia ku, tolong hargai privasi ku"
"oh, yaudah, kalian! cepat pergi!!!"
"iya iya! bawel" sinis Lio
....
"pekan depan kita akan adakan test olahraga, bagaimana? setuju"
"setuju!" serentak smuanya termasuk Aluna, kecuali rain
"Rain? kenapa? kamu nggak suka olahraga"
"suka"
"terus kenapa nggak teriak?"
"buang buang tenaga"
"hah?!" kaget Aluna
"iya, aku sukaaaaaa" sinis rain dengan nada yang di buat buat
sama seperti hari biasanya, namun bedanya hari ini Aluna harus tinggal dan menjelaskan 3 mapel dalam waktu empat jam
ceklek
"rain kemana ya? tumben belum datang, aku nggak pulang pulang kalau gini" lirih Aluna
dua jam lamanya Aluna belum bisa mengingat apapun bahkan parahnya sekarang waktu nya sisa dua jam, tapi tanda tanda kedatangan Rain tak kunjung ada
"rain kamu kemana sih? kok nggak balik"
sisa sejam, maka waktu Aluna sudah habis, Aluna sekarang tengah menghafal dengan berderai air mata, pasalnya jika tak bisa maka jam pulang nya akan semakin tertunda
"hiks jika di miringkan maka..... hiks maka apa?! nggak tau!!! kalau di pukul dengan keras maka dia akan menjadi hiks keras hiks apa sih ini, huuu" seseorang yang baru saja tiba diam kemudian memilih diam diam mendengarkan si gadis yang tengah meluapkan kekesalannya
"tanggal itu hiks adalah.... MAMA!!! ALUN MAU PULANG!!! RAAIIIIN!!"
rain yang panik segera menghampiri Aluna yang baru saja memukul kepalanya dengan buku yang lumayan tebal, namun air mata Aluna kian menjadi jadi dengan Rain yang menertawai nya
"maaf aku telat, aku ada urusan" jelas Rain
"rain.... ini gimana dong? sisa 55 menit, aku mau pulang" tangis Aluna panik
"tenang, sekarang dengarkan baik baik"
Aluna menyimak kemudian mengangguk paham, butuh waktu masing-masing 10 menit untuk rain menjelaskan semuanya, dan 25 menit berikutnya Aluna akhirnya bisa menjelaskan nya
"gimana?" tanya rain
"aman, tapi aku di minta untuk mempelajari semuanya, rain, bisa ya? aku bayar kalau bisa, jelasin semuanya ke aku! please please" lirih Aluna hingga berlutut ke kaki rain
"hei!!" bentak rain
"bisa ya rain? aku mohon" lirih Aluna
"ta-tapi...."
"mau ya rain? please, kapan aja, ya rain? aku siap dengan semua perintah kamu, apa aja rain, ya?"
Aluna benar-benar memohon, sedangkan rain mau tak mau terpaksa setuju dengan permintaan Aluna
"minggu depan, kamu bisa ke rumah ku"
"bener bisa?"
"iya"
"makasih rain"
grep
"Aluna... tolong hilang kan kebiasaan kamu suka memeluk seseorang saat bahagia" ujar rain mendorong tubuh Aluna dengan telunjuk
"iya iya"
"aku akan masakin kamu banyak banyak kalau ke-"
"nggak usah"
"yaudah di sekolah bolehkan?" tanya Aluna memastikan
"Aluna mulai besok nggak usah bawain makanan ak-"
"pasti sebenarnya makanan aku nggak enak ya? iyakan" sendu Aluna
"yaudah aku pulang, makasih rain, see you"
"Aluna maksud ak-"
Aluna sudah pergi menjauh darinya, rain mengusap wajahnya dengan kasar, bagaimana ja akan menjelaskan nya pada Aluna
"aaaaakhhhhh apa sih rain!" kesal rain mengacak acak rambut nya
....
ceklek
"Aluna gimana sayang..."
"aman ma, oh ya ma? minggu depan aku kursus ke rumah rain"
"oh teman cowok kamu? yaudah, hati-hati"
"iya ma" angguk Aluna
Aluna mengganti pakaiannya dan mengabaikan ponsel nya yang bergetar tak henti-henti, Aluna berpikir itu hanya pesan dari teman temannya di Australia
tak lama Aluna kembali bebaring setelah mandi, ia kemudian meraih ponselnya dan segera membuka nya, tampak beberapa pesan dan panggilan tak terjawab
"apa sih? dia yang memulai dia juga yang berhenti" kekeh Aluna memandang ponselnya
"jantung ku.... jangan jangan aku serangan jantung lagi, ihhhh jangan jangan please" batin Aluna begitu bahagia
"see you rain"
. ...
bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!