NovelToon NovelToon

Tiba-Tiba Dicerai

Awal Mula

"Ayo kita bercerai!"

Hana meremas ujung rok yang dia kenakan saat mendengar kalimat menyakitkan dari suaminya itu. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menahan tangis.

"Aku rasa bercerai adalah pilihan terbaik," tambah Heston tanpa rasa bersalah.

"Kenapa jadi seperti ini?" tanya Hana pilu.

Heston melihat gadis yang terlihat begitu terluka itu, mau mencoba berapa kali pun dia tidak mengingat sosok Hana.

Untuk meyakinkan Heston, Hana memberikan dokumen pernikahan mereka.

"Kita sudah menikah tiga bulan yang lalu," ucap Hana seraya memberikan dokumen pernikahan itu.

Memang terdapat nama Heston dan Hana di sana.

"Bukankah kita masih kuliah? Kenapa terburu-buru menikah?" tanya Heston yang tidak mengingat apapun.

"Kau yang memaksaku, Heston!" ungkap Hana, bibirnya bergetar. Dia hanya ingin jujur dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Hana dan Heston bertemu di kampus yang sama, mereka satu kelas yang membuat mereka sering bertemu.

Dari awal bertemu Heston yang notabene keturunan keluarga kaya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Hana yang seorang mahasiswi beasiswa.

Setiap hari dengan tengil, Heston selalu mengganggu Hana sampai akhirnya mereka resmi menjalin hubungan.

Namun, hubungan mereka tentu saja ditentang oleh keluarga Heston karena latar belakang keluarga Hana yang miskin.

Tak mau kehilangan Hana, Heston rela meninggalkan keluarganya dan memaksa Hana untuk menikah.

"Kau akan kehilangan semuanya, Heston. Jadi, kembalilah pada keluargamu," Hana berusaha menolak permintaan sang kekasih.

Heston menggelengkan kepalanya dengan kuat saat itu. "Jika bersamamu semua akan baik-baik saja, Hana! Aku akan belajar jadi rakyat jelata mulai sekarang!"

"Kau percaya padaku, bukan?"

Dengan naif Hana percaya pada Heston, mereka pun akhirnya menikah secara hukum tanpa adanya resepsi.

Heston menjual barang-barang mahalnya lalu menyewa sebuah rumah sederhana untuk ditinggali bersama sang istri.

Laki-laki itu belajar hidup sederhana dan meninggalkan kehidupan mewahnya sebagai anak konglomerat.

Walaupun begitu Heston merasa bahagia, dia menghabiskan waktunya bersama dengan Hana sebagai sepasang suami istri muda.

"Aku akan mulai bekerja part time sepulang kuliah," ucap Heston yang ingin bertanggung jawab sebagai suami.

"Tapi, kau tidak pernah kerja sebelumnya," balas Hana cemas.

"Kalau tidak mencobanya aku tidak akan bisa, buktinya aku bisa memakai toilet jongkok sekarang," Heston berusaha meyakinkan sang istri.

Hana tertawa ketika Heston begitu kebingungan menjadi rakyat jelata. "Kalau begitu, aku akan mengantarmu!"

Karena Heston tidak bisa naik motor, Hana akan mengantar suaminya ke tempat kerja.

"Lain kali ajari aku naik motor!" pinta Heston saat dalam perjalanan.

"Apa kau yakin, Heston?" tanya Hana khawatir.

"Aku sangat yakin," balas Heston percaya diri.

Dari situlah awal mula permasalahan baru yang mengubah kehidupan pasangan suami istri muda itu.

Heston baru belajar menaiki motor dan memaksakan mengendarai kendaraan roda dua itu. Alhasil, laki-laki itu mengalami kecelakaan parah yang membuat Heston amnesia.

Ingatan Heston berhenti saat masuk kuliah yang membuat laki-laki itu melupakan pertemuan pertamanya bersama Hana.

Saat baru membuka mata di rumah sakit, orang yang pertama kali dilihat oleh Heston adalah orang tuanya.

Hana tidak diizinkan masuk tapi gadis itu terus berusaha supaya bisa melihat suaminya.

"Tolong izinkan saya bertemu dengan Heston!" Hana sampai bersimpuh di depan orang tua Heston.

"Baiklah," mama Riana memberikan izin. Toh, putranya tidak mengingat gadis itu.

"Aku hanya memberimu waktu selama lima belas menit!"

Tidak mau menyia-nyiakan waktu, Hana segera menemui Heston yang selama beberapa hari berbaring di rumah sakit.

"Heston..." panggil Hana.

Heston menoleh ke arah seorang gadis yang baru masuk ke ruangannya. Dia mengerutkan keningnya dalam karena merasa asing dengan gadis itu.

"Kau siapa?" tanya Heston kebingungan.

"Di mana mama dan papaku?"

Bagai tersambar petir, Hana sangat terkejut dengan respon suaminya.

"Heston, aku Hana istrimu," ucap Hana mencoba mengenalkan diri.

"Istri? Apa kau sudah gila?" Heston tidak percaya kalau dirinya sudah menikah. Dia baru saja masuk kuliah dan orang tuanya tidak mungkin menikahkan dirinya dengan cepat.

"Kau sedang bercanda, bukan?" Hana masih berusaha menyangkal. Dia sangat tahu kalau bersamanya, Heston akan berubah menjadi sosok laki-laki yang tengil.

"Ini tidak lucu, Heston!"

Heston menaikkan satu tangannya yang terdapat selang infus. "Apa aku bisa bercanda dengan keadaan seperti ini?"

"Apa kau juga tidak melihat perban di kepalaku?"

Sekarang Heston tampak gusar. Kalau memang Hana masih menganggapnya suami lebih baik dia menceraikan gadis itu sekarang.

"Ayo kita bercerai!"

*

*

Hana keluar dari ruang rawat Heston dengan perasaan hancur luar biasa. Dia tidak menyangka jika Heston akan tiba-tiba menceraikannya seperti ini.

"Sudah puas sekarang?"

Mama Riana menyambut Hana dengan kesal, dari awal dia tidak suka dengan gadis itu karena dia sudah memiliki calon menantu pilihannya.

"Biarkan Heston kembali pada kami dan tunggu surat cerai yang akan aku kirimkan padamu!" seru Mama Riana.

"Bisakah saya menunggu sampai ingatan Heston kembali?" tanya Hana yang masih ingin berjuang.

"Kau memang gadis tidak tahu malu!" maki mama Riana. Dia ingin menampar pipi gadis itu tapi dihentikan oleh suaminya.

"Sudah, Ma!" Papa Erlan menangkap tangan istrinya yang sudah naik ke atas.

"Masuklah temui Heston!"

Beruntung mama Riana menuruti permintaan suaminya itu.

Sekarang tertinggal Hana dan papa Erlan di ruang tunggu rumah sakit.

"Cidera yang dialami Heston cukup parah, dia benar-benar melupakan ingatannya beberapa bulan terakhir, ini mungkin menyakitkan bagimu tapi kau harus menerimanya," ucap papa Erlan seraya mengeluarkan beberapa gepok uang.

"Aku akan membawa Heston pindah ke luar negeri jadi mulailah hidup barumu!"

Hana tidak bisa mengeluarkan suara untuk membalas ayah kandung Heston itu, lehernya terasa tercekat.

Kalau Heston dibawa ke luar negeri sangat kecil kemungkinan untuk bertemu dengan lelaki itu lagi.

"Apa pernikahan kami akan berakhir seperti ini?" Hana masih tidak bisa menerimanya.

Namun, keadaan seolah memaksanya berpisah dengan Heston karena keesokan harinya, surat cerai yang dibicarakan sebelumnya datang ke tempat Hana.

Surat cerai yang sudah terdapat tanda tangan Heston.

Dengan derai air mata Hana akhirnya menandatangani surat perceraian itu. Sekarang Heston bukan suaminya lagi seperti yang diharapkan.

Hana memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.

PLAK!

Hana mendapat satu tamparan dari ibunya ketika sampai di rumah.

"Kau anak tidak tahu diuntung! Aku dan ayahmu bekerja mati-matian karena ingin melihatmu sukses dan hidup lebih baik tapi kau justru memutuskan menikah! Lalu sekarang apa yang kau dapatkan?" ibu Maya merasa marah luar biasa. Dia sebelumnya juga menentang pernikahan putrinya itu.

"Kau harus sadar diri, kau hanya anak buruh pabrik jadi tidak mungkin bisa mendapatkan laki-laki kaya kecuali kau sederajat dengan mereka!"

Hana bersimpuh di depan ibunya itu karena merasa menyesal. "Maafkan aku, ibu!"

"Berdirilah, Nak!" ayah Heri tidak tega melihat putrinya yang sedari tadi dimarahi oleh istrinya.

"Istirahatlah ke kamarmu, kau pasti sudah melewati hari yang berat!"

Hana hanya bisa memeluk sang ayah, dia merasa beruntung masih mempunyai orang tua yang menyayanginya walaupun sudah membuat kesalahan besar.

"Aku berjanji akan kuliah dengan bersungguh-sungguh, ayah!"

Lagi-lagi nasib baik tidak berpihak pada Hana karena seminggu kemudian gadis itu pingsan saat berada di kampus.

Hana dibawa ke klinik kampus dan orang tuanya yang masih bekerja harus mendatangi putri mereka.

"Apa kalian orang tua dari Oh Hana?" tanya dokter yang berjaga di klinik itu.

"Iya, kami orang tua Hana," jawab Ibu Maya mewakili.

"Jadi begini, dugaan sementara Hana mengalami gejala kehamilan, untuk lebih pasti lebih baik diperiksakan ke dokter obgyn," ucap sang dokter.

Ibu Maya dan ayah Heri sangat terkejut mendengar hal itu, begitu juga dengan Hana.

Sebelumnya saat siuman, Hana hanya menjawab dengan jujur semua pertanyaan dari dokter itu. Dia tidak menyangka kalau dia mengalami gejala kehamilan.

Kalau dipikir-pikir Hana memang sudah telat datang bulan.

"Tidak, tidak, tidak," Hana menggelengkan kepalanya karena tidak mau hamil setelah diceraikan seperti ini.

Melahirkan Anak Kembar

"Bagaimana hasil pemeriksaan putri saya, Dok?" tanya ayah Heri pada dokter obgyn yang memeriksa putrinya.

Dokter itu tersenyum dan mengulurkan satu tangannya. "Selamat Anda akan menjadi seorang kakek!"

"Nona Oh Hana hamil dan janinnya kembar!"

Ayah Heri terkejut setengah mati, dia tidak percaya kalau Hana akan hamil dalam keadaan diceraikan.

"Terima kasih, Dok," ucap ayah Heri berusaha baik-baik saja.

Sementara Hana menunggu di luar bersama sang ibu. Kali ini ibu Maya tidak banyak bicara yang membuat Hana semakin merasa bersalah.

"Maafkan aku, ibu," Hana hanya bisa mengucapkan kalimat itu.

"Bagaimana dengan beasiswamu, Hana? Kalau kau ketahuan hamil maka beasiswa itu akan dicabut," keluh ibu Maya yang mengkhawatirkan masa depan putrinya.

Tak lama ayah Heri keluar dari ruangan dokter obgyn sebelumnya, lelaki itu mendekati istrinya terlebih dahulu.

"Berjanjilah untuk tidak memarahi Hana lagi!" pinta ayah Heri.

"Ini salah kita karena sibuk bekerja sampai Hana kurang perhatian!"

Disaat seperti ini, ayah Heri justru menyalahkan dirinya sendiri.

"Hana hamil dan cucu kita kembar jadi jangan membuatnya setres," lanjutnya.

Ibu Maya menangis mendengar hal itu, anak satu-satunya yang dia harapkan sukses supaya tidak bernasib sama seperti orang tuanya justru membuat kesalahan sebesar ini.

"Apa yang harus aku lakukan kalau sudah begini?" Ibu Maya seperti tidak punya harapan lagi.

"Berhentilah bekerja dan bantulah Hana merawat si kembar, aku yang akan bertanggung jawab pada kalian," ucap ayah Heri.

Air mata terus jatuh membasahi pipi Hana, dia terlalu percaya pada Heston yang ternyata justru menghancurkan masa depannya.

"Aku tidak akan memaafkanmu, Heston," batin Hana sakit hati pada mantan suaminya itu.

*

*

5 tahun kemudian...

"Mars... Venus..." ibu Maya memanggil kedua cucunya yang sedang bermain.

"Iya Nenek!" Si kembar menyahut dengan kompak. Mereka langsung berlari mendatangi sang nenek.

Hana melahirkan sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan.

Karena saat hamil, Hana sangat membenci Heston, si kembar jadi mirip lelaki itu.

"Cuci tangan dulu lalu duduk di meja makan dengan rapi, nenek membuat ayam goreng!" seru Ibu Maya seraya menyusun hasil masakannya hari ini.

Walaupun awalnya ibu Maya sangat kecewa dengan Hana tapi ketika putrinya melahirkan si kembar, ibu Maya sangat menyayangi cucu-cucunya.

Seperti perkataan ayah Heri sebelumnya, ibu Maya berhenti bekerja dan mencoba menemani sang putri melewati masa sulitnya.

Hana terpaksa memutuskan untuk berhenti kuliah daripada mengecewakan yayasan yang memberi beasiswa untuknya. Gadis itu harus rela membuang mimpinya dan fokus mengurus si kembar.

Untuk menghemat pengeluaran sebisa mungkin Hana memberi si kembar ASI selama dua tahun.

Setelah si kembar berhenti meminum ASI, Hana akhirnya mencoba mencari pekerjaan untuk membantu sang ayah.

Beruntung ada teman kuliah Hana yang menyadari kepintaran gadis itu sebelumnya.

"Bantulah aku mengurus butik, kau bisa menjadi asistenku, Hana," ucap Farah memberi penawaran kala itu.

"Terima kasih, Farah," balas Hana kesenangan. Padahal dulu mereka tidak terlalu dekat.

Mungkin ada sesuatu yang dilihat Farah dari Hana. Bisa juga karena gadis itu kasihan karena Hana yang memutuskan berhenti kuliah.

Hubungan Hana dan Heston di kampus memang tersembunyi, tidak ada yang tahu jika mereka sudah menikah.

Semenjak itu, Hana bekerja sebagai asisten di butik Farah.

Hana akan bekerja dari pagi sampai sore hari, setiap pulang kerja Hana menyempatkan membeli makanan untuk anak kembarnya.

"Mama, aku ingin makan kue cokelat," ucap Mars saat Hana menghubungi anak laki-laki itu melalui sambungan telepon.

Sedetik kemudian suara di telepon berganti menjadi suara anak perempuan.

"Kalau aku ingin boneka labubu," tambah Venus yang merebut ponsel dari tangan saudaranya.

"Harga boneka labubu mahal jadi aku harus lebih banyak mendapat cokelat," Mars tidak mau kalah.

Hana hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar rengekan kedua anak kembarnya.

"Hari ini mama akan membelikan cokelat tapi untuk boneka labubu saat mama mendapat bonus nanti," ucap Hana berusaha membujuk.

"Horeee..." Mars berseru ketika mendengar hal itu.

Berbeda dengan Venus yang wajahnya berubah masam.

Saat pulang kerja, Hana benar-benar membelikan cokelat untuk kedua anaknya.

Hana sadar jika anak perempuannya pasti merajuk jadi dia mendatangi Venus duluan.

"Venus..." panggil Hana. Dia masuk ke kamar anak itu. Kebetulan sekali Mars bermain di luar.

Venus tampak bermain dengan boneka lamanya, dia melihat ke arah Hana dan memperlihatkan bonekanya yang rusak.

"Lihatlah mama," ucap Venus dengan wajah memelas.

Hana tersenyum dan mendekat, dia mengambil boneka putrinya lalu memeriksanya dengan teliti.

"Mama akan memperbaikinya nanti," ucap Hana seraya memberikan cokelat yang telah dia beli. "Sekarang makan cokelat ini!"

Tak berselang lama terdengar suara Mars yang masuk ke kamar.

"Mama..."

Mars masuk dengan nafas terengah. "Kenapa aku tidak melihat mama pulang?"

Tangan kecil anak itu terulur untuk meminta jatah cokelatnya.

"Ayo cepat habiskan sebelum nenek dan kakek kalian lihat," Hana memberikan jatah cokelat pada putranya.

Buru-buru Mars dan Venus bersembunyi di pojokan kamar untuk memakan cokelat mereka.

Hana hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah si kembar, rasanya baru kemarin dua anak itu masih bayi sekarang mereka sudah besar.

Kadang ada rasa kasian karena keduanya tumbuh tanpa sosok ayah.

Dan Hana selalu bingung ketika mereka menanyakan keberadaan ayah mereka.

Jadi, Hana berbohong kalau ayah si kembar sudah meninggal.

"Setelah selesai makan cokelatnya, langsung cuci tangan dan mandi," ucap Hana.

Sepasang anak kembar itu menurut dan segera mandi bergantian, mereka sudah bisa mandi sendiri walaupun masih kecil.

Hana membantu menyiapkan baju ganti mereka. Sebisa mungkin ketika pulang kerja Hana akan melakukan perannya sebagai ibu selelah apapun karena tidak mau terlalu membebani orang tuanya.

"Mama..." Mars ingin memberitahu sesuatu yang dia lakukan hari ini dengan Venus.

"Kami ingin mengatakan sesuatu," sambung Venus di sana.

"Apa itu?" Hana jadi penasaran.

"Tadi siang kami membuat kuburan untuk papa!" jawab si kembar dengan kompak.

Pertemuan Kembali

Hana melihat gundukan tanah yang dibuat oleh anak kembarnya, di atas gundukan tanah itu terdapat beberapa bunga yang Hana yakin dipetik dari kebun ibu Maya.

"Astaga, ternyata mereka benar-benar membuat kuburan," gumam Hana tak habis pikir.

Tidak mungkin Hana membongkar kuburan itu jadi dia akan membiarkan saja.

"Hana..."

Ibu Maya memanggil putrinya supaya Hana cepat masuk ke dalam rumah.

"Iya, Bu," Hana menyahut seraya berjalan masuk ke dalam.

"Mars dan Venus memetik bunga kesayangan ibu!"

Ibu Maya hanya bisa menghela nafasnya panjang, dia tidak bisa marah jika menyangkut kedua cucunya.

"Biarkan saja, kita tidak bisa melarang mereka," ucap Ibu Maya.

"Tapi, Bu. Mereka membuat kuburan untuk Heston," Hana jadi pusing sendiri sekarang.

"Itu adalah resiko karena mereka menganggap ayah mereka sudah meninggal, lagipula Heston memang tidak ada kabar," balas Ibu Maya.

Benar sekali, Heston hilang bagai ditelan bumi dan hal itu membuat Hana semakin membenci mantan suaminya itu.

"Jangan bicarakan dia lagi," Hana tidak mau bertambah sakit hati.

Tak lama ayah Heri datang, lelaki yang sudah tidak muda lagi itu tampak kelelahan.

Walaupun begitu, ayah Heri masih menyempatkan diri untuk membeli roti kesukaan si kembar.

"Ini ayah beli untuk sarapan Mars dan Venus besok," ucap ayah Heri seraya memberikan roti pada istrinya.

Ibu Maya menerima roti itu dan segera menyimpannya.

"Mereka sudah tidur?"

"Iya baru saja jadi jangan berisik!"

"Kalau begitu aku ingin mengintip mereka, aku harus lembur terus jadi tidak sempat bermain dengan Mars dan Venus!"

"Tapi, buka pintunya pelan-pelan saja!"

"Iya, aku tahu!"

Hana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat interaksi kedua orang tuanya, mereka seperti mendapat mainan baru di rumah.

Selagi orang tuanya ke kamar si kembar, Hana akan membersihkan barang-barang ayahnya.

Tak sengaja tas sang ayah yang belum ditutup isinya keluar semua.

Hana segera memasukkan isinya lagi tapi dia justru menemukan surat peringatan untuk penagihan hutang di pabrik.

"Kenapa ayah menyembunyikan hal sebesar ini," ucap Hana jadi kesal. Jadi selama ini ayahnya mempunyai hutang di pabrik, pantas saja ayah Heri harus lembur setiap saat.

Hana ingin marah tapi hanya bisa meremas kertas yang dipegangnya. Dia harus bisa mendapatkan uang lebih banyak supaya hutang ayahnya berkurang atau lunas.

"Kalau aku terus bekerja di tempat Farah pasti kondisi kami akan tetap sama tapi tidak ada perusahaan besar yang menerima lulusan SMA sepertiku," keluh Hana sebelum tidur.

Sedetik kemudian kamar Hana diketuk dari luar.

Dia pikir kalau itu adalah ulah Mars atau Venus tapi ternyata pelakunya adalah ibu Maya.

"Ibu belum tidur?" tanya Hana.

Ibu Maya masuk dan duduk di sisi ranjang Hana.

"Ada yang ingin ibu bicarakan," ucapnya.

Hana duduk mendengarkan dan ibu Maya mulai bersuara lagi.

"Apa kau benar-benar tidak ingin menikah lagi?"

Sebenarnya pembahasan ini bukan untuk yang pertama kalinya, Hana sudah menjelaskan kalau menikah lagi bukanlah hal mudah apalagi dia sudah mempunyai dua anak.

"Jangan bahas hal ini, Bu. Lebih baik kita pikirkan sekolah si kembar, seharusnya mereka sudah sekolah dari tahun kemarin tapi kita selalu menundanya," balas Hana.

Ibu Maya sudah tahu itu tapi jika Hana menikah tentu ada yang membantu putrinya.

"Membesarkan anak sendirian itu tidak mudah, ibu dan ayah tidak terus hidup," ucap Ibu Maya lagi.

Mendengar itu, Hana jadi merasa sedih karena selalu merepotkan kedua orang tuanya.

Dia pun mengambil tabungan untuk sekolah si kembar untuk diberikan pada sang ibu.

"Aku ada sedikit uang, aku tahu ibu dan ayah selama ini kesulitan sampai ayah harus berhutang di pabrik," ucap Hana seraya menyerahkan hasil tabungannya.

"Apa ini?" Ibu Maya jadi merasa tersinggung.

"Bukan uang yang ibu maksud tapi cobalah buka hatimu, kau juga butuh masa depan kalau ibunya bahagia pasti anak-anaknya juga bahagia!"

*

*

Perkataan ibu Maya semalam masih terngiang-ngiang di kepala Hana.

"Membuka hati untuk siapa?" gumam Hana seraya memikirkan laki-laki yang mendekatinya selama ini.

Memang ada beberapa orang yang mendekati perempuan itu tapi entah kenapa mereka tidak masuk kriteria Hana.

Seolah Hana jadi mati rasa.

"Hana..." panggil Farah yang ingin memberikan desain baru pada perempuan itu.

Seketika lamunan Hana jadi buyar.

"Ini desain yang sudah selesai aku buat untuk pesanan VIP kita," ucap Farah.

Hana melihat desain itu dan cukup kagum dengan hasil rancangan temannya. "Gaun pengantin?"

"Iya, kebetulan kali ini kita mendapat pesanan dari orang penting. Dia adalah anak perdana menteri di kota ini jadi kita tidak boleh mengecewakan," jelas Farah.

"Hari ini aku masih sibuk memilih kain jadi bisakah kau datang menemui klien kita?"

"Tentu saja," balas Hana menyanggupi.

Farah kemudian memberikan desain itu sekaligus memberikan alamat untuk Hana.

Tanpa banyak kata lagi Hana pergi ke alamat tersebut, ternyata alamat itu adalah gedung hotel yang dikelola klien Farah.

Saat sampai Hana berbicara pada resepsionis untuk mengatakan punya janji temu bersama pemilik hotel.

"Anda bisa naik ke lantai paling atas!"

Seperti penthouse, pemilik hotel mempunyai lantai sendiri di lantai paling atas gedung hotel.

Hana segera menemui klien itu yang ternyata tidak sendirian.

"Saya ingin bertemu dengan Nona Queen," ucap Hana pada penjaga yang ada di lantai atas.

Penjaga itu memencet bel kamar sang majikan yang dibuka oleh Queen sendiri.

"Apa kau orang dari Farah Butik?" tanya Queen.

Hana tertegun sejenak melihat wanita cantik dan anggun di depannya.

"Iya Nona," jawab Hana kemudian.

"Silahkan masuk!" Queen mempersilahkan masuk kamar sekaligus ruangan untuknya bekerja.

"Kebetulan ada calon suamiku di sini!"

Atensi Hana beralih pada sosok laki-laki yang duduk di sofa ruangan itu. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang sekali.

"Heston!?" pekik Hana dalam hatinya.

Dia melihat mantan suaminya sekarang setelah lima tahun lamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!