NovelToon NovelToon

Teman Bahagia

1. Ketidak Syukuran

Vajendra

Lelaki tampan berusia 20 tahun yang sangat populer dikalangan masyarakat Atlantis karena keahliannya memainkan bola di lapangan. Ia menjadi atlet yang paling digemari oleh para muda-mudi 5 tahun belakangan setelah resmi menjadi pemain Timnas U-17 dan sekarang menjadi pemain Timnas U-23. Lemparannya begitu terkenal di seantero negeri, bahkan menjadi hal yang cukup ditakutkan oleh tim lawan.

"Eh, dik Jendra, lama baru ketemu." sapa seorang lelaki dengan seragam kerjanya.

"Selamat sore pak Mamat. Iya nih, lama gak ketemu, saya baru pulang soalnya." Vajendra atau yang biasa dipanggil Jendra balik menyapa security gedung apartemen yang dikenalnya dua tahun terakhir.

Pak Mamat mengangguk mengerti dengan senyumnya yang selalu merekah. "Owalah, makin hebat dik Jendra ini, jadi pemain luar juga. Boleh minta foto ta?"

Jendra terkekeh kecil, kemudian merangkul pak Mamat. "Boleh dong pak" jawabnya.

Pak Mamat lalu mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya hingga sejajar dan memuat wajah mereka berdua. "Terima kasih dik Jendra. Semoga sukses terus."

"Aamiin. Mari pak!" Jendra lalu melanjutkan langkahnya menuju lift yang akan membawanya ke lantai 27, dimana unit apartemen yang dituju berada.

Langkah riang diselingi siulan memecah keheningan lorong menuju unit dengan pintu berwarna coklat. Jendra lalu menekan sejumlah angka yang sudah ia hapal di luar kepala, karena kombinasi angka itu adalah tanggal jadiannya bersama sang kekasih yang bernama Elsa Pitaloka.

Baru saja kakinya melangkah melewati pintu, ia dibuat terusik saat gendang telinganya mendengar suara aneh dibalik pintu kamar tamu. Tanpa menunggu lama, ia kembali melangkah menuju pintu dimana suara itu berasal.

Ceklek! Pintu dibuka.

Jantungnya berdetak sangat cepat, ia juga sulit mengambil napas, tubuhnya membatu saat melihat pemandangan di depan sana.

Bukan hanya Jendra yang terkejut, dua orang dengan gender yang berbeda - yang sedang saling menindih di atas ranjang juga sangat terkejut rupanya. Lalu dengan sisa-sisa kesadaran, si lelaki dengan cepat menutupi tubuh keduanya.

"Jendra!" seru si perempuan.

"Saya tunggu di ruang tamu. Secepatnya." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jendra sebelum memutar tubuhnya dengan tarikan kuat pada daun pintu.

BLAMMM! Pintu kembali tertutup dengan dentuman yang sangat keras, seakan membuat bangunan runtuh.

Sambil menunggu dua orang di dalam sana bergabung, Jendra sendiri sedang berusaha menenangkan dirinya. Ibu jari dan jari telunjuknya sedang berada pada pangkal hidungnya, memijit dengan sangat pelan di sana.

Ceklek! Suara pintu terbuka disusul dengan suara langkah kaki terdengar mendekat. Lalu seorang wanita berlutut di depan Jendra yang sedang duduk di sofa.

"Jendra, maafkan aku hikss." suara itu terdengar, diiringi dengan isakan.

"Berdiri!" Jendra bersuara.

Suasana tiba-tiba menjadi sangat senyap mendengar nada dingin yang sarat akan perintah dari mulut Jendra.

"Jend, aku benar-benar minta maaf." ulang suara perempuan.

Alih-alih menanggapi suara si perempuan yang bernama Elsa, pandangan Jendra malah mengarah pada lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Mungkin berjarak kurang lebih 2 meter. "Kenapa Dio?" tanyanya.

"So-sorry. Gu-gue salah."

"Ya Lo memang salah, brengsek!" umpat Jendra.

"Gue kurang baik apalagi sama Lo? Apa yang ada di gue, gue gak segan bagi ke Lo." tawa remeh Jendra lalu terlihat. "Atau karena saking baiknya gue ke Lo, Lo bisa mengambil dia juga?"

"Ga-gak gitu, Jend." ucap Dio.

"A-ku yang salah, Jendra. Maafkan aku. Aku janji, ini yang terakhir kali aku melakukan ini " mohon Elsa , wajahnya sangat berantakan sekarang.

Jendra terkekeh, ia lalu berdiri dan menarik kaki kanannya yang dipeluk oleh Elsa. Elsa yang tidak membaca pergerakan Jendra, menjadi terjembab ke lantai.

"GAK USAH KASAR AN*JING!" Dio marah melihat Jendra bersikap kasar.

Tawa Jendra kembali menggema, terdengar sangat mengerikan. Apalagi saat tangannya ia tepukkan, merasa terhibur dengan tingkah dua manusia di sekitarnya. "Gue? Kasar?" tunjuk Jendra ke dirinya sendiri. "Lo apa? Hah? Pecundang? Pengkhianat? Apalagi hah?"

Dio menghela napasnya.

"Jawab breng*sek!" Jendra menarik kerah baju Dio.

Melihat keadaan semakin memanas, Elsa dengan cepat berdiri."Sudah, aku yang salah Jendra. Jangan sakiti Dio." ia sambil berusaha melepaskan tangan Jendra dari kerah baju Dio.

Jendra lalu mengangguk setelah melepaskan tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat menyeramkan saat ini.

"Kamu terlalu sibuk sampai gak punya waktu untuk aku. Aku gak bisa LDR-an. Nevada sangat jauh dari sini. Aku capek, aku gak tahu harus gimana lagi dalam berbagi keluh kesah. Jarak kita terlalu jauh." ucap Elsa.

Mata Jendra tertuju pada Elsa, ia masih menunggu Elsa melanjutkan ucapannya.

"A-aku mau ki-kita puu tus."

"Ca!" Dio membelalak mendengar ucapan Elsa barusan.

"Okay. Gue ngerti. Seandainya Lo bilang ini sejak jauh-jauh hari, gue mungkin akan sangat mengerti dan tidak perlu merasakan pengkhianatan seperti ini. Rasanya cukup sakit, apalagi dia adalah orang terdekat gue juga." tunjuk Jendra pada Dio. "Lo juga gak perlu kehilangan harga diri di depan gue. Okay, kita selesai."

Setelah mengucapkan hal tadi, Jendra membalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi. Sayup-sayup masih terdengar suara tangisan Elsa dan suara Dio yang sepertinya berusaha menenangkan mantan pacarnya.

Jendra sangat tidak menyangka bahwa keputusannya untuk memberikan kejutan kepada sang kekasih sore ini akan dihadapkan dengan situasi yang membuatnya tak kalah terkejut. Tenaganya habis tak tersisa, membuat ia memilih berjongkok di depan lift selama beberapa menit. Saat di rasa cukup, barulah ia menekan ikon turun pada dinding dan pintu lift terbuka setelahnya. Langkahnya tidak seperti tadi saat ia datang, kini kakinya terkesan dipaksa melangkah hingga terlihat terseok-seok.

Satu tegukan,

Dua tegukan,

Tiga tegukan,

isi botol dengan kapasitas air 600ml habis terkuras. Barangkali itu bisa membuat Jendra lebih tenang. Jantungnya juga masih berdetak sangat cepat, meskipun tidak secepat saat ia masih berada di unit terkutuk di atas sana.

✨✨✨

Alegria

Dihari yang sama namun di tempat yang berbeda, seorang gadis berdiri di ruang tunggu bandara. Tadi orang tuanya baru saja pulang setelah memberikan beberapa pesan yang harus Alegria patuhi. Di ruang tunggu ini hanya menyisakan beberapa orang, yang lima orang diantaranya adalah teman-teman Alegria atau yang biasa dipanggil AD.

"Maaf, terlambat." ucap seorang lelaki dengan seragam tarunanya.

"Kak Argaaan!" seru AD atau Ade dengan sangat senang. "Untung saja masih ada waktu." ucapnya lagi.

Kening Alegria berkerut saat melihat Argan hanya diam membisu sambil menatapnya. Perasannya berubah sangat cepat, tidak seceria tadi. "A-ada apa?" tanyanya.

Terlihat Argantara atau yang biasa di panggil Argan menghela napasnya cukup dalam selama beberapa kali.

"Sebelumnya aku minta maaf." ucap Argan.

"Untuk apa? Kak Argan gak salah apa-apa." seloroh Alegria cepat.

"Kita cukup sampai di sini."

Mata Algeria membulat mendengar ucapan Argantara barusan. "Ke-kenapa? Aku salah apa?"

"Kamu gak ada salah apa-apa, D. Kamu lebih dari cukup. Aku gak mau kesibukan kamu atau kamu besok lusa menjadi perusak konsentrasi kita berdua. Untuk itu, mari meng-akhiri semuanya." Argantara berusaha sebisa mungkin agar suaranya terdengar tenang.

Mata bulat yang selalu terlihat berbinar itu kini sedang berkaca-kaca, menahan air mata yang hendak luruh.

"Maafkan aku, D." ucap Argantara lagi.

"Para penumpang yang terhormat...."

"Ade, ayo!" teriak Keanu.

"Te-terima kasih. " Alegria lalu membalikkan tubuhnya, membelakangi Argantara. Ia melangkah semakin jauh sambil mengusap air matanya yang sudah membentuk aliran hingga ke pipinya.

Situasi macam apa ini? Inikah definisi dari tidak bersyukur?

Halooo para readers yang budiman! Kembali lagi bersama saya, fire.fly99. Ini adalah anak baru dari author, semoga berkenan di hati para readers. Maaf jika ada salah kata ataupun kesalahan yang lain, karena ini murni dari imajinasi dari diri yang tidak sempurna ini.

Jangan lupa like, komen, vote dan gift nya yaaah! Sayang kalian banyak-banyak.

2. Hot News

Alegria

"Lo kenapa?" tanya Hardian Ali, atau Ali nama panggilannya. Mahasiswa fakultas psikologi universitas Mahalaga.

Pertanyaan Ali barusan menarik perhatian yang lain untuk ikut menatap ke arah Alegria.

Alegria menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa. Sedih aja meninggalkan Mahalaga yang tercinta ini." jawabnya kemudian.

"Duh, anak gadis."

"Sabar dikit yah De."

"Gak lama kok ini, hanya 45 hari."

Ucapan-ucapan tadi keluar dari mulut Keanu, Yoga dan Naku yang duduk tidak jauh darinya. Economy class tidak terlalu ramai sore ini, apalagi Ale kini sedang duduk di dekat jendela. Hal itu membuatnya bisa lebih tenang.

"See you again, Mahalaga!" ucapnya dalam hati.

Pesawat mengudara menuju bagian Tenggara Atlantis yang perlu waktu tempuh 2 jam. Keberangkatan sore hari bukanlah sesuatu yang sia-sia, sebab para penumpang dimanjakan dengan pemandangan yang begitu memukau. Alegria sendiri sedang sibuk dengan ponselnya yang sudah dalam keadaan flight mode.

"Nanti share ke gue yah, De!" seru Keanu.

"Aman." Ale mengangguk. Perhatiannya masih tertuju pada pada layar ponselnya yang memperlihatkan keindahan di bawah sana.

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?" beo Ali saat melihat matahari jingga yang hendak terbenam, apalagi dihiasi dengan pulau-pulau kecil di bawah sana.

"Semoga keindahan alam ini sama indahnya dengan kisah kita selama di sini " harap Fathan, mahasiswa teknik yang baru kali ini suaranya terdengar.

"I hope so " beo Ale.

"Pastilah. Mari kita mengukir kisah yang indah itu " ujar Naku.

Pengumuman bahwa pesawat akan landing membuat obrolan mereka terhenti.

Tenggara Atlantis, aku datang. Be good, please! Ucap Ale dalam hatinya begitu kakinya melangkah keluar dari bandara yang sudah cukup sepi.

"Karena angkutan ke daerah baru bisa datang besok, kita beristirahat di dekat-dekat sini gak apa-apa?" tanya Ali.

"Aman lah." Keanu yang paling cepat menjawab.

"Ada penginapan gak?" tanya Yoga.

"Harganya pasti melejit, sekarang kan weekend." Fathan mengingatkan.

"Jadi?" tanya Naku.

Semua mata memandang ke arah Alegria.

"Kok natap aku sih?" tanya Alegria.

"Boleh kasih sarannya Ade?" tanya Keanu.

"Aku ikut aja, gimana baiknya." jawab Ale.

"Oke fix, kita cari penginapan. Barangkali ada yang diluar dugaan." harap Ali.

"Bentar, gue coba tanya-tanya ke petugas yang di sana." tunjuk Fathan pada seorang petugas sebelum melangkah jauh.

Tidak tinggal diam, Yoga juga melakukan hal yang sama, yaitu mengorek informasi tentang daerah yang baru mereka pijak.

"Koper Lo gede banget De." ujar Naku saat melihat koper Alegria yang sangat besar, belum lagi dengan ranselnya.

"Isinya makanan yah pasti?" tebak Keanu.

"Sebagian." jawab Ale. "Nanti ku bagi " janjinya.

"Harus itu " Naku dan Keanu lalu berhi-5, merasa kompak.

Fathan dan Yoga bergabung 5 menit kemudian.

"Gimana?" tanya Ali.

"Tadi sempat ketemu petugas lanud yang kebetulan seorang tentara, beliau ada rumah di sekitar sini dan meminta kita untuk tidur di sana. Seperti kata Fathan tadi, penginapannya penuh kalau weekend begini." jawab Yoga.

"Syukurlah."

Mereka bisa bernapas lega, sampai petugasnya datang mengendarai mobil pick up. Mereka lalu saling bahu membahu mengangkat koper dan barang bawaan lainnya ke atas mobil. Karena Ale enggan duduk di depan, jadilah Ali menggantikannya. Sekalian untuk menyapa orang baik yang telah menolong mereka.

Kedatangan mereka di rumah bapak praka Yanto disambut dengan sangat baik oleh istri dan juga anak perempuannya. Alegria bahkan kini sedang memasak makan malam, lebih tepatnya memanaskan sebagian bekal yang ibunya siapkan.

"Padahal di sini ada makanan kok dek." ucap Bu Yanto.

Alegria tersenyum. "Gak apa-apa, Bu. Bahan masakannya ibu, disimpan saja."

Setelah makan malam dan bercakap-cakap sebentar, mereka lalu tidur. Alegria tidur bersama anak pak Yanto, sementara kelima temannya tidur di ruangan yang lain.

"Terima kasih atas bantuannya pak, Bu." ucap Ali begitu mobil jemputan dari daerah sudah tiba.

"Sama-sama, dek. Semoga urusannya berjalan lancar yah semuanya." harap pak Yanto.

"AAMIIIN."

"Kalau yang ini buat adik cantik yah. Makasih karena sudah berbagi kamar dengan kakak semalam." Ale memberikan bingkisan kepada anak pak Yanto.

"Dik Ade ini sampai repot segala." ujar Bu Yanto.

"Ya nggak repot, Bu. Sekali lagi, terima kasih." ucap Ale sebelum menyusul temannya naik ke atas mobil.

Tidak ingin senang sendiri, Ale kembali memilih untuk duduk di belakang. Mobilnya lagi-lagi pick up, yang tidak memiliki atap di bagian belakangnya.

KABAR MENGEJUTKAN! PENYANYI MUDA ELSA PITALOKA DIKABARKAN PUTUS DENGAN KEKASIHNYA....

PEMAIN MUDA TIMNAS ATLANTIS DIKABARKAN PUTUS DENGAN PENYANYI BERBAKAT YANG BERNAMA ELSA PITALOKA....

PENYANYI ELSA PITALOKA DAN PEMAIN ANDALAN VAJENDRA SUDAH TIDAK SALING MUTUALAN DI IGE....

"Wah, saatnya gue maju nih." seru Keanu setelah mendengar sejumlah berita yang sedang trending topik pagi ini.

"Kalau mimpi gak usah ketinggian. Jatuh baru tahu rasa!" Naku menimpali.

"Padahal mereka terlihat baik-baik saja." Yoga juga ikut bercakap.

"Don't judge book by the cover, selalu ingat itu." ujar Nathan.

"Kemarin sepertinya hari patah hati atau gimana, beberapa mutualan gue di ige banyak yang galau. Tiba-tiba putus gitu. Padahal sebelumnya mereka baik-baik saja." Keanu kembali memberikan informasi.

"Ade juga sepertinya. Isn't it?" ujar Ali dengan pertanyaan diakhir kalimatnya.

Semua mata kembali memandang Alegria.

"Yap, seratus untuk bapak Ali " jawab Alegria kemudian.

"WOHOO!"

"Sepertinya mitos KKN benar adanya yah?" tanya Nathan.

"Padahal baru berangkat ini. Kok main putusin aja?" heran Naku.

"Ya nda tahu, kok malah nanya saya." Alegria mengangkat kedua bahunya acuh. Lebih tepatnya, ia sedang berusaha menerima keadaan.

"Jadi selain kuliah kerja nguli, kita ada side job yaitu menghibur Ade selama 45 hari ke depan. Yok bisa yok!" seru Keanu.

"Amanlah."

"Kita bikin Ade tertawa sampai giginya kering."

"Ya iya lah."

Ale menggelengkan kepalanya mendengar seruan teman-temannya, namun hal itu juga membuat senyumnya merekah. "Thanks all!" ucapnya kemudian.

"Gak gratis dong. Gue masih mau makan toppa' lada ." ujar Yoga.

"Aman. Aku simpan sebagian kok untuk dimakan di posko." Ale mengangguk setuju.

Butuh waktu 3 jam untuk tiba di sebuah desa yang menjadi lokasi KKN mereka. Ada beberapa orang yang sudah menyambut mereka di depan posko.

"Eh, cewek sendiri?" tanya pak kades.

"Iya, pak. Mohon maaf karena terlambat mengkonfirmasi...." Ali sebagai ketua kelompok mulai menjelaskan kenapa Alegria bisa menjadi satu-satunya perempuan di kelompok mereka.

"Owalah, paham-paham...." pak kades pun mengerti dan memperkenalkan mereka ke beberapa orang yang datang bersamanya.

"Kami hanya bisa meminjamkan 3 motor ini dek, barangkali bisa membantu selama kalian berada di sini."

"Terima kasih, pak."

Setelah proses sambut dan perkenalan selesai, barulah mereka menuju posko. Sebuah rumah berdinding papan pada semua sisinya.

"Njirr!" kaget Keanu saat melihat keadaan rumah.

Semua ikut melihat ke dalam rumah. Ada satu set sofa dan televisi yang mengisi kekosongan ruangan yang berukuran 6x8 meter, dan ada pintu di bagian belakang.

"Semoga itu kamar." harap Alegria.

Ali lalu berjalan memasuki rumah dan membuka pintu yang mereka lihat tadi. Namun rupanya Alegria harus menelan kekecewaan, karena pintu tadi adalah akses menuju dapur dan juga kamar mandi.

"Gimana ini?" tanya Ali.

"Ya mau gimana lagi? Ade, kita memang baru kenalan , lebih tepatnya Lo baru kenal gue . Tapi gua jamin, kalau gue gak bakal ngapa-ngapain Lo." janji Fathan.

"Gue jugalah. Kita datang kesini bersama-sama sudah seharusnya saling menjaga." Yoga ikut berbicara.

"Kalau gue mah masih sayang nyawa, De. Gue sempat stalking Lo kemarin dan gue lihat Lo digendong bapak-bapak bintang 4." ringis Keanu.

"Wah, Lo memang stalker sejati." Naku menendang pelan betis Keanu.

"Ade, gimana?" tanya Ali lagi.

Alegria menghela napasnya. "Ya mau gimana lagi." ucapnya.

"Ada hal lain yang lebih butuh perhatian." suara Ali kembali terdengar.

"Apa?" tanya Keanu dan Naku bersamaan.

"Gak ada kompor di sini. Yang ada hanya tungku."

Jleb! Alegria menelan ludahnya sendiri mendengar informasi yang Ali katakan barusan. Ini benar-benar berita terpanas bagi dirinya.

"Lo bisa masak pake tungku, De?" tanya Fathan.

"Bi-bisa, tapi gak tahu nyalain apinya." jawabnya jujur.

"Okay. Sekarang sepertinya kita harus bersih-bersih dulu sebelum beristirahat." ujar Yoga.

Jadilah mereka bersih-bersih. Alegria memilih membersihkan area dapur saja. Tidak jauh dari dapur terdapat kamar mandi dan ada satu pintu lain. Saat ia membukanya, ternyata ada dua susun kayu bakar. Sementara kelima temannya berbagi tugas membersihkan bagian yang lain.

3. Baik-baik Saja

Alegria

Kedatangannya ke desa disambut dengan sangat baik oleh warga setempat. Ini sudah memasuki hari ke -3 ia berada di sini. Sudah ada beberapa program kerja yang telah disepakati oleh aparat desa dan juga bidan desa selama mereka KKN. Misalnya saat hari Senin dan Kamis, mereka akan ke sekolah SD dan SMP untuk bagi vitamin dan juga tablet tambah darah. Sementara di hari Sabtu dan Minggu, akan ada sesi bimbingan belajar untuk anak kelas 1-4 SD di posko.

"Ini gak apa-apa ambil projek yang dua ini?" tanya Fathan.

"Kenapa harus apa-apa? Setidaknya ada beberapa proker yang bisa dijalankan tanpa harus kerja keras." Yoga mengemukakan pendapatnya.

"Ya, pembagian vitamin dan tablet tambah darah masuk dalam bidang kesehatan. Sementara bimbel masuk dalam bidang pendidikan. Sekarang kita sisa memikirkan hal lain yang sekiranya bermanfaat untuk sekitar dan juga bermanfaat untuk kita semua." ujar Ali.

Alegria, Naku dan Keanu memilih menjadi pendengar saja dan berbicara saat mereka diminta untuk berbicara.

"Ada ide?" tanya Yoga.

"Aku kepikiran untuk buat biogas. Masak pake tungku dua hari ini benar-benar menjadi pengalaman baru buatku. Barangkali biogas ini membawa manfaat kepada sekitar." Alegria lebih dulu menjawab.

"Adain senam deh, tiap Minggu pagi. Untuk ibu-ibu apa lansia." Keanu juga memberikan pendapatnya.

"Okay, pendapat di terima. Tapi Ade, pembuatan biogas tidak semudah apa yang ada dalam benak kita semua. Ini membutuhkan ruang dan biaya yang lebih." ujar Fathan.

Ale mengangkat kedua bahunya. "Ini bisa gak sih ngajak sponsor?" tanyanya.

"Ini juga yang gue pikirkan." cetus Naku.

"Nah, ada jalan keluar untuk dananya. Sekarang sisa sosialisasi ke masyarakat tentang biogas, barangkali bisa lebih open minded dan menerima saran kita." ucap Yoga.

"Sabi lah." Fathan mengangguk pada akhirnya.

Kesibukan Alegria selama KKN rupanya berhasil menjauhkan pikirannya dari situasi tidak mengenakkan yang belum lama ini menimpa dirinya. Tawanya bahkan terdengar sangat merdu di telinga teman-temannya.

"Syukur gue gak liat Lo nangis lagi." ucap Yoga.

Alegria tersenyum mendengar ucapan Yoga barusan. "Nangis karena galau? Apa itu?" katanya dengan gaya songong.

"Songong bener Lo." Fathan menjitak kening Ale yang kebetulan duduk di sebelahnya.

"Aduh, Fathan, sakit tahu " rengek Ale.

"Noh, si Ade nangis noh." goda Keanu.

"Eh iya, kok Lo bisa dipanggil Ade sih? Atau mungkin karena Lo terlalu muda yah? Umur Lo baru mau 19 kan?" tanya Naku.

Alegria mengangguk. Ia memperbaiki posisinya dulu sebelum menjawab, "Ade tuh singkatan namaku, Alegria Danantya. Diambil masing-masing dari inisialnya, jadi AD. Eh orang-orang malah manggil aku Ade, hampir banget jadi Adek."

"Owalahh." yang lain mengangguk mengerti.

Disaat siang seperti ini, mereka memang memiliki sedikit waktu luang untuk makan dan beristirahat. Masakan Alegria selalu habis tak tersisa, seolah teman-temannya memang sangat kelaparan.

"Huaahh, nganthuuuuuk." Naku menutup mulutnya saat menguap.

"Tidur deh, sebelum para bocil Lo datang." suruh Yoga.

Jadi Naku dan Keanu memang sangat disenangi oleh para bocil di sekitar sini. Biasanya saat sore hari, para bocil akan datang dan mengetuk pintu posko, lalu mengajak Keanu dan Naku pergi entah kemana. Tapi yang terakhir kali, dua mahasiswa itu diajak ke sungai untuk mandi-mandi dan baru pulang saat sudah gelap. Hal itu membuat Alegria ngomel bak ibu-ibu yang anaknya pulang kemalaman.

Hingga hari-hari terus berjalan, tak terasa ini sudah hari ke-8 mereka di desa yang asri ini. Selama itu pula, Alegria merasa baik-baik saja dan bahkan melupakan patah hatinya karena diputuskan tanpa alasan yang jelas oleh Argantara. Argantara Pratama, putra dari Arza dan Afia, yang merupakan teman sekolahnya saat TK dan SD dulu. Namun mereka terpisah saat Arza di mutasi ke salah satu daerah perbatasan. Keduanya kembali bertemu saat Argantara hendak ke Trinzall dan Alegria hendak masuk ke universitas. Ya, Mahalaga kembali mempertemukan keduanya, hingga menjadi saksi sampai mereka menjalin asmara anak remaja. Argantara yang menjadi seorang taruna dan Alegria menjadi mahasiswa, sungguh sebuah jalinan asmara yang diimpikan banyak orang.

✨✨✨

Vajendra

"Gak usah suntuk banget tuh muka." cibir Alden pada sahabatnya. Ia memang baru tahu jika Vajendra putus dengan kekasihnya. "Perasaan gue gak sibuk-sibuk banget deh, kok yah baru tahu kalau Lo udah jomblo." kalimat tadi sebenarnya bentuk sebuah penyesalan dari seorang Alden, namun sarat akan ledekan juga.

"Gak usah ngeledek." ujar Vijendra. "Udah lewat juga." katanya lagi.

"Ya kan gue baru tahu, sob. Sorry deh." ucap Alden.

"Mau gue maafin?" tanya Vajendra.

"Gak usah, makasih." sarkas Alden.

Vajendra tertawa. Padahal ia baru saja hendak mengajak sahabatnya yang satu ini untuk mendatangi club yang terletak di pusat kota. Barangkali pikirannya yang kacau bisa membaik saat ia mendatangi tempat lacknat itu.

"Tunggu pekerjaan gue agak longgar, sekalian deh sampai tesis gue selesai. Habis itu gue ajak Lo liburan, hitung-hitung sebagai bentuk empati dari gue." janji Alden.

"Wah, pengusaha mah beda yah." cibir Vajendra.

"Lo masih lama kan di Atlantis?"

Vajendra mengangguk. "Liburan musim panas, club libur 2 bulan, tapi tetap ditekan untuk menjaga kebugaran tubuh."

"Okay. Kita ke Tenggara Atlantis, sekalian nanti besuk adek gue."

Sebelah alis Vajendra terangkat mendengar ucapan Alden tadi. "Adek Lo?"

Alden mengangguk.

"Cari apa dia di sana? Kok jauh? Bukannya di Mahalaga yah?" tanya Vajendra tanpa henti.

"Ya iya, kuliahnya di Mahalaga. Cuman sekarang lagi KKN dan gue gak sempat temui dia sebelum berangkat kemarin. Makanya gue berniat untuk besuk dia nanti. Lagian di Tenggara Atlantis terkenal dengan keindahannya, barangkali Lo bisa merasa terhibur."

"Semoga." harap Vajendra.

Karena sudah cukup larut, Vajendra lalu pamit pulang dari kediaman Harrison. Niatnya untuk ke club hanya sebatas niat saja, buktinya mobilnya terus melaju ke kediaman orang tuanya yang terletak di pinggir kota. Ya, Isa dan Dika memang memilih untuk pindah dari apartemen sejak Velma lahir. Yang belakangan ia tahu alasannya adalah karena takut ruang main mereka terbatas saat di apartemen. Ya memang benar, setidaknya masa kecilnya di pinggir kota meninggalkan banyak memori indah bersama adiknya dan teman-temannya.

"Masih galau yah?" tuding Velma saat melihat kakaknya hendak memasuki kamar.

"Dih, nggak lah. Gue okay." jawab Vajendra.

"Ku kira." beo Velma.

"Kenapa belum tidur? Udah jam 11 padahal."

"Ini baru mau tidur. Tadi kerja tugas dulu. Bye!"

Vajendra lalu masuk ke kamarnya sendiri untuk beristirahat. Selain menjaga kebugaran tubuhnya, ia juga harus menjaga pola makan dan pola tidurnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!