Malam semakin larut, hanya terdengar suara jangkrik dan binatang malam di area perkebunan. Seluruh kelurga tertidur lelap dalam pembaringan masing-masing. Namun tiba-tiba suara alaram terdengar bising di telinga, membangun kan seluruh penghuni mansion.
"Suara apa itu mas!" tanya Delena yang terlihat panik.
"Sepertinya ada yang tidak beres!" Reno menarik selimut dan turun dari ranjang.
"Kau tetap di sini dan jaga Arabella!" perintah Reno setelah berjalan ke arah pintu lalu menutup rapat.
"Arabella!"
Delena turun dari ranjang dan berjalan ke arah box baby. ia melihat Arabella masih tertidur pulas. Tidak ingin bayi mungil yang sudah berusia satu tahun itu terbangun, Delena mengangkat Arabella dari box dan menggendong dalam dekapannya.
Sementara Reno sudah berada di bawah ruangan. Vano, Vana dan Zidan ikut terbangun, mereka sudah berkumpul di ruangan kelurga.
"Daddy! ada apa sebenarnya? kenapa bunyi alaram itu sangat keras. Apa ada sesuatu yang mencurigakan?! Vano bertanya dengan ekspresi terkejut.
"Dor!
"Dor!
Suara tembakan terdengar dari luar mansion, kejutan itu membuat mereka bertanya-tanya.
"Dad! sepertinya ada penyusup!"
"Cepat kalian ambil senjata! titah sang Daddy. Reno melompat dan menarik selaras panjang yang ia pajang di dinding.
Mereka bertiga berlarian ke dalam ruangan khusus untuk menaruh senjata api dan masing-masing mengambil senjata.
"Zee! kamu naiklah ke atas, jaga mommy dan Arabella!" seru Reno sambil berlari ke arah pintu utama.
"Baik Dad! Vana tidak membantah ia berlari menaiki anak tangga, di mana sang mommy dan keponakan nya berada.
"Ingat! kalian harus siaga, sepertinya ada penyerang di mansion kita!" Reno berbicara pada kedua anak lelakinya untuk berhati-hati.
Suara letusan semakin terdengar bersamaan suara erangan terdengar di luar mansion. Reno keluar dari pintu depan sambil membidikkan senjata api ke arah orang-orang berpakaian serba hitam.
"Darimana orang-orang ini? siapa yang menggerakkan mereka?! sahut Vano saat sudah berada di depan pintu.
"Ayo kita musnahkan hama-hama ini! Mereka sudah berani menyerang mansion kita! teriak Reno sambil membidikkan tembakan bertubi-tubi.
Tidak jauh dari tempat mereka berada, Reno dan Vano melihat sosok pria berpakaian putih sedang bertempur melawan orang-orang berpakaian serba hitam.
"Siapa pria berpakaian putih-putih itu? dia hanya sendiri melawan pasukan berbaju hitam!" Zidane melihat suasana mansion bak pesta senjata api.
"Ternyata benar ada penyusup Dad! aku akan membantu pria tersebut! Vano melompat dan ikut bergabung untuk membantu pria yang sedang melawan banyak penyusup.
"Mundur lah, biar aku saja yang menghabisi mereka!" seru pria berbaju putih, wajahnya memakai topeng. Ia meminta Vano untuk tidak membantunya.
"Aku tidak akan biarkan Iblis-iblis ini menyerang mu sendirian!" balasnya dengan sorot mata terhunus pada orang-orang berpakaian hitam dengan wajah di tutupi penutup kain,
"Dad! kenapa orang-orang berpakaian serba hitam semakin banyak berdatangan. Lihat lah ia melompat dari pagar!" Zidane terlihat panik, meskipun ia memiliki ilmu bela diri dan mahir memegang senjata api, tetapi belum pernah berhadapan dengan orang sebanyak itu.
"Kau tetap berada di belakang daddy! titah Reno yang tidak ingin anaknya terluka. Reno terus membidikkan musuh dengan senjata api di tangannya. Bidikan mereka mengenai lampu taman dan jendela. Sungguh aneh, setiap orang yang terkena tembakan Reno langsung berubah menjadi asap hitam tanpa wujud.
"Kemana mereka semua Dad?! Zidan bertanya dengan nada bingung. "Kenapa tiba-tiba menghilang dan menjadi asap?"
"Ayo kita kesana! Zidane menuruti sang Daddy yang mendekat ke arah Vano.
Pertempuran terus terjadi, Vano merasakan keanehan pada penyusup Yang tidak mengeluarkan darah sedikitpun saat menghantamkan wajahnya bertubi-tubi. Ia menoleh pada pria bertopeng seakan meminta penjelasan.
Pria bertopeng itu menoleh ke atas, ia terlihat khawatir di sana. "Kau urus ini semua, bila ingin membunuhnya jangan sampai tubuhnya menyentuh tanah!" selesai berbicara pria tersebut melesat Keatas pohon.
Vano mulai mencerna ucapan pria tersebut. ia kembali menyerang sekelompok orang-orang yang tidak ia ketahui dari mana asalnya.
"Van, ambil lah ini! Reno melempar pedang samurai pada anak lelakinya, pria matang yang sudah memiliki seorang putri itu menangkap pedang dari tangan sang Daddy. Vano melompat tinggi dan melayang di udara, mereka ikut mengejar Vano. Sebuah tebasan secepat kilat langsung membelah tubuh mereka satu persatu hingga mereka berubah menjadi asap hitam dan menghilang.
Vano tercengang melihat fenomena yang baru saja ia alami sendiri. Reno dan Zidan berlari ke arah Vano.
"Dad! mereka semua menghilang!"
"Lawan kita bukan lah orang sembarangan!" tukas Reno sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Apa mereka mengunakan ilmu sihir?!
"Entahlah, daddy belum mengetahui ilmu hitam ini."
"Mereka masih ada dan berlari ke arah sana, ayo kita kejar sebelum mereka menghilang!" Ketiga orang berbeda generasi itu berlari untuk mengejar sekelompok orang yang sudah berani memasuki areanya.
Sementara di lantai atas, pria berpakaian putih dengan mengunakan topeng di wajahnya masuk melalui celah jendela yang sudah terbuka. Ia melihat dua orang wanita sedang di arahkan pistol di dahinya. Sementara bayi perempuan itu menjerit, salah satu dari mereka membekap mulut Arabella agar diam.
"Lepaskan mommy dan keponakan ku, bila kalian ingin membunuh ku lakukan saja!" tantang Vana
"Tidak! Zee.. kau jangan bicara sembarangan!" teriak Delena, ia kesal kenapa anaknya semudah itu bicara.
"Apa yang kalian cari? bila ingin perhiasan milikku akan aku berikan! Tetapi lepaskan anak dan cucu ku!" Delena berbicara berapi-api, apalagi ia kesal melihat cucu kesayangannya di bekap.
"Serahkan flashdisk yang kalian simpan di rumah inii?!"
"Flashdisk?! Delena mengerutkan alisnya "Flashdisk apa? kalian salah orang, kelurga kami tidak tahu soal flashdisk yang kalian bicarakan!"
"Sial, ternyata mereka kelompok kalajengking! pasti mereka datang kesini ingin mencari flashdisk itu? tetapi flashdisk itu sudah lama menghilang." gumam Vana dalam hati.
"Bila kalian masih bersikeras tidak menyerahkan flashdisk itu, kami akan membawa gadis kecil ini ke markas kami!"
"Tidak! jangan kau sentuh cucu ku!" Delena terlihat frustasi dan berusaha bernegosiasi. Namun pria-pria tersebut terlihat acuh.
"Langsung kalian tembak mati kedua wanita itu, kita masih punya sandra gadis cilik ini! seru salah satu dari mereka.
Vana dan Delena tidak dapat bergerak apalagi melawan, sebab kedua tangan mereka sudah diikat. Dua orang lainnya memegang pistol ke dahi Vana dan Delena, ia mulai menekan pelatuk
"Tunggu! flashdisk itu ada padaku! teriak Vana. Ia sengaja mengulur waktu agar daddy dan kakaknya menyadari kalau ia sedang dalam masalah.
"Kau jangan berbohong atau mengulur waktu kami! bentak pria berwajah codet. Dari mata ke pipinya ada bekas goresan tajam.
"Aku tidak berbohong, lepaskan dulu ikatan ini. Aku akan memberikan flashdisk itu."
"Kau kira kami gampang di kelabui?! tunjukkan saja di mana tempat nya!"
Vana menghela nafas panjang, sekali lagi ia terjebak dengan ucapan nya sendiri. Tanpa mereka sadari seseorang sudah siap siaga untuk menolong mereka berdua.
💜💜💜
Assalamualaikum...
Ini adalah karya Bunda terbaru, masih tentang kisah anak-anak Reno dan Delena. Meneruskan kisah Takdir Cinta Twin's.
Bagi kalian yang baru membaca di karya ini, lebih baik baca dulu kisah Reno dan Delena, agar bisa mengikuti alur ceritanya.
~Istri pengganti Ceo season 1&2
~Anak-anak macam Asia
~Takdir cinta twins
~Mengejar cinta nona CEO.
Tidak lupa Bunda ucapkan banyak2 terima kasih kepada para Readers yang selalu mendukung dan menyukai karya Bunda enny76🙏🙏
Didalam kamar lantai dua ketegangan masih terus terjadi. Vana merapal kan do'a dan berharap pertolongan akan secepatnya datang. Keringat dingin mengucur bebas dari dahi dan pori-pori tubuhnya. Sang mommy terlihat tegang, tatapan nya tidak pernah lepas dari Arabella yang sangat ketakutan.
"Dimana kau taruh flashdisk itu! cepet katakan!" moncong pistol sudah tepat di dahi Vana. Sekali klik timah panas akan bersarang di otak nya.
"Flashdisk ada di kamar ku, di lantai bawah!"
"Sial! kau ingin bermain-main dengan ku! pria itu sudah tak sabar ingin menarik pelatuk. Tiba-tiba sebuah benda tajam berputar-putar di udara, dengan kecepatan kilat langsung menebas leher pria di samping Vana. Melihat ada bantuan Vana menendang burung pria di samping sang mommy. Secara bersamaan tubuh mereka berubah jadi asap hitam.
Pria berwajah codet menghilang dari dalam kamar Delena dengan membawa serta Arabella. pria berpakaian putih dengan wajah tertutup topeng mengejar di kegelapan malam.
"Arabella!!! Delena berteriak histeris.
"Mommy! tenang kan diri mommy, Zee akan mengejar mereka!"
Vana melompat cepat melalui jendela yang terbuka, ia ikut mengejar pria bertopeng dan pria berwajah codet.
"Kemana larinya mereka, begitu cepat menghilang!" Vana sudah berada di atas pohon sambil mencari jejak dua orang tersebut.
"Siapa pria bertopeng tadi, kenapa ia menolong ku?apakah dia mengenal ku?"
"Arabella? aku harus memastikan keponakan ku baik-baik saja."
Tubuh Vana melompat ke bawah tanah dan berlari mendekati Sang Daddy, Vano dan Zidane yang sudah ia lihat dari atas pohon.
"Dad!
Reno menoleh "Zee!
"Arabella di culik orang-orang berpakaian hitam!" Vana berbicara dengan nafas tersengal.
"Apa?! Arabella di culik?! seru Vano yang terlihat syok.
"Bagaimana bisa anakku di culik! bukankah kau menjaga mommy dan Arabella!" kali ini Vano melihat kemarahan pada sang kakak, hal yang belum pernah Vana lihat sebelum nya.
"Sudah jangan saling menyalahkan, Ayo kita cari Arabella!"
"Arabella ada bersama ku!" Dari atas dahan pria bertopeng melayang di udara sambil turun ke tanah. Pria tersebut menggendong Arabella dalam dekapan nya.
"Arabella!! seru mereka serempak.
Vano berlari cepat ke arah Pemuda berpakaian putih-putih. Pria tersebut memberikan Arabella ke tangan Vano. pria bertubuh kekar itu menciumi pipi gembul sang anak.
"Terima kasih! ucap Vano lega
"Siapa kau? dari mana asal mu? tanya Reno, ia menatap intern pria yang sudah menyelamatkan cucunya.
"Aku bukanlah siapa-siapa, kalau begitu permisi!"
"Tunggu! Sepertinya aku mengenal mu." Vana melipat kedua tangannya didada, ia menyoroti setiap inci penampilan pria tersebut.
"Maaf saya tidak bisa berlama-lama disini! secepat kilat pria tersebut melompat keatas dahan rindang lalu menghilang di kegelapan malam.
"Apa kamu mengenal pria itu Zee?"
"Ahh tidak, itu hanya perasaan Zee saja dad."
"Dimana mommy?"
"Masih di dalam kamar, sepertinya mommy shok melihat Arabella di bawa pergi."
"Ayo semua kita masuk kedalam!"
Semua sudah berkumpul di dalam ruangan. Reno menaiki anak tangga untuk melihat kondisi sang istri. Tak lama kemudian, Delena dan Reno keluar dari pintu lift.
"Arabella..." Delena meraih cucu kesayangannya dari tangan Vano, lalu menciumi bertubi-tubi.
"Kita harus perketat penjagaan, mansion sudah tidak aman. Apalagi mereka sedang mengincar Arabella." Reno berbicara dengan nada khawatir.
"Dad! apa kita membutuhkan kelompok black Naga?"
"Daddy sudah pensiunkan mereka beberapa tahun lalu. Sepertinya kita membutuhkan mereka sekarang. keluarga kita dalam ancaman!"
"Sebenarnya apa penyebab dari kekacauan ini? kenapa mereka menanyakan flashdisk! Delena menatap anak gadisnya "Zee.. kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu, katakan kebenaran nya!"
Vana menoleh pada sang kakak, agar memberikannya penjelasan. "Kak! sudah saatnya daddy dan momy tahu perihal ini."
Vano menghembuskan nafas panjang. "Dad, Mom, sekarang kami harus jujur."
Di ruangan kelurga Vano dan Vana mulai menceritakan penemuan flash disk dulu, saat ia masih berusia 14 tahun. Reno dan Delena mendengarkan dengan seksama.
"Apa kamu tahu Ketua dari kalajengking?"
"Di dalam vidio itu, tidak terlalu jelas wajah ketua genk kalajengking. Tetapi di pergelangan tangan pria itu ada tato kalajengking hitam. Mereka membunuh satu kampung demi mencuri emas-emas batangan dalam peti."
"Pembunuhan massal di salah satu kota pernah daddy dengar, menurut berita yang tersebar tempat itu ada sekelompok penjahat dan tempat maksiat. Hingga terjadi kebakaran di kota tersebut dan menghanguskan semua penduduk."
"Itu tidak benar Dad! mereka membunuh penduduk setempat secara keji, meskipun mereka sudah memohon. Aku dan Zee menyaksikan Vidio pembantaian itu. Dan sudah pasti orang-orang ini bekerja di pemerintahan."
Reno mengusap wajahnya berulang kali. "Sungguh keji orang-orang seperti mereka. Bahkan membeli sekelompok genk bayaran untuk membunuh dan mencari flashdisk."
"Sekarang kalian taruh di mana flashdisk itu? tanya Delena yang sejak tadi penasaran. Satu tangannya sambil menepuk-nepuk pelan bokong Arabella yang mulai tertidur.
Vano dan Vana menggeleng serentak. "Aku lupa menaruhnya mom, terakhir kali aku menyimpan di bawah pakaian, Itu di kamar ku yang dulu. Sekarang kamar itu sudah menjadi kamar Zidan. Itu artinya?" Vano menoleh pada adik bungsunya
"Zii.. apa kamu pernah menemukan USB berwarna putih?"
Zidan mulai mencerna ucapan sang kakak, la terus mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat masih berusia sepuluh tahun.
"Iya kak!
Semuanya terkejut dan menoleh kearah Zidan serempak. "Dimana flashdisk itu?!
Zidane menggeleng lemah "Zii tidak tahu flashdisk itu kak! Tapi Zii pernah menontonnya penembakan satu kota oleh sekelompok orang-orang jahat."
"Coba kau ingat lagi Zii, Di mana flashdisk itu kau simpan, karena ini menyangkut keluarga kita! tukas Vana yang terlihat kesal pada sang adik
"Coba kau ingat-ingat kembali Zidane. Mommy yakin ingatan mu masih tajam."
"Iya aku pernah melihatnya!"
"Dimana?!" ucap mereka serempak
"Kak Bella!"
"Apa maksud mu Zii? kenapa kau sebut mama nya Arabella?"
"Waktu itu tanpa sengaja, Zii melihat sendiri kak Bella sedang menonton sebuah film pembunuhan dari laptop. Zii pikir itu film action biasa, setelah Zii amati ternyata film yang pernah Zii tonton waktu itu."
"Kau tidak salah melihat Zii?" tanya Vana meyakinkan.
Zidane menggeleng cepat "Tidak kak!"
"Bella? kenapa ia tidak pernah cerita padaku?" gumam Vano tak percaya
"Apa kak Bella ikut terlibat di sana? sebab wajahnya langsung berubah merah saat melihat flashdisk itu kak."
Vano ternganga dengan ucapan Zidane "Bagaimana kau bisa menilai istri ku terlibat Zii? sedangkan saat itu usia kakak dan Bella sama!"
"Bisa jadi salah satu dari mereka orang-orang terdekat Kak Bella dan dia tidak berani berterus terang."
"Cukup Zidane! Vano membentak sang adik "jangan pernah menuduh istriku! semua itu belum tentu benar!"
"Vano! kenapa kamu harus bentak adikmu?! Zidane hanya menjelaskan apa yang sudah ia lihat! Tidak perlu berdebat apalagi membentak!" keluh Reno mengkritik anak sulungnya.
Vano terdiam dengan wajah tertunduk "Maaf Dad, aku hanya emosi setiap kali ada yang menyebut nama istri ku."
"Sudah tidak usah di perdebatkan lagi. Kita harus bersatu dan menemukan flashdisk itu, untuk bukti kejahatan seseorang. Kalau di biarkan akan berimbas pada keluarga kita dan akan semakin banyak korban! sahut Delena
"Sudah berani menyinggung kelurga Mahesa, itu sama artinya mengajak perang! tukas Reno tegas, ia mengepalkan tangannya kuat.
"Kalau apa yang di katakan Zidane benar, berarti flashdisk itu ada pada Bella." Reno menyimpulkan teka-teki yang selama ini belum terjawab.
"Kak' seandainya kakak setuju. Bagaimana kalau kita cari flashdisk itu di kamar kakak bersama Bella. Hanya untuk memastikan saja." sahut Vana
Vano mengagguk "Baiklah, untuk membuktikan ucapan Zidane. Apakah flashdisk itu ada pada Bella atau tidak."
Zidane hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Sepertinya sang kakak masih tidak percaya dengan ucapan dirinya.
💜💜💜💜
Jangan lupa ya Guys... setelah membaca langsung Like, vote/gift, Rate bintang 5 dan komentar yang membangun 🙏.
Terima kasih semuanya, salam sehat 💪🥰🥰
'
Vana melihat seseorang di halaman taman sedang berbincang dengan sang Daddy. Mereka berdua duduk di sebuah Gazebo, Vana sangat tahu pria tampan berwajah mirip oppa-oppa Korea itu.
"Wah, sepertinya ada tamu baru berkunjung." wanita berparas cantik yang masih memakai pakaian dinas putih-putih duduk di antara dua pria di depannya.
"Zee.. wajah mu terlihat ceria, apa cuaca hari ini begitu bagus?" ia bertanya dengan senyuman sumringah. Terlihat sangat senang wanita yang di tunggu nya datang.
"Lihat lah keatas langit, aku rasa sebentar lagi akan mendung." balas vana cuek.
Aura di wajah pria tersebut sedikit suram, namun ia berusaha tersenyum
"Kau sudah pulang Zee?" sahut sang daddy
"Baru saja Dad. Aku begitu penasaran ada mobil sport terparkir di halaman."
"Sudah sejak tadi Kenzo datang."
Reno meraih kopi di atas meja, lalu meneguknya. "Baiklah, kalau begitu daddy kedalam dulu. Kalian lanjutkan berbincang." Reno melangkah pergi meninggalkan Gazebo, tempat khusus untuk rehat kelurga.
"Bagaimana kabar mu?" tanya Kenzo, seraya menyedot justice strawberry di depan nya.
"Menurut mu bagaimana?" balas Vana acuh tak acuh.
Kenzo menghela nafas "Hey, aku bertanya? sepertinya kamu tidak suka aku datang."
"Kalau sudah tahu jawabannya kenapa bertanya!"
Bola mata Kenzo mendelik "Jujur sekali jawaban mu." balas nya kesal
"Kenapa kamu tidak memberitahu, kalau sudah kembali!" Vana meraih roti gandum di atas piring, lalu menaruh selay nanas di atasnya.
"Maaf, aku lupa mengabari mu."
"Lupa mengabari aku?" Vana geleng-geleng kepala sambil tersenyum miring "Bukan kah kamu sudah datang tadi malam?!
"Uhuk... uhuk.. uhuk..."
Juice masih Kenzo sedot, tiba-tiba membuatnya terbatuk-batuk setelah Vana berbicara. Seakan gadis itu sudah mengetahui sesuatu.
"Apa maksud perkataan mu Zee?' Kenzo masih berpura-pura bodoh.
Dengan gerakan santai gadis berpostur tubuh tinggi semampai itu memasukkan roti kedalaman mulutnya. Lalu meneguk air putih yang sudah ia tuang ke dalam gelas "Sepertinya aku sudah kenyang!" Vana beranjak dari duduknya seakan sudah tidak ingin berbincang dengan Kenzo. Saat ingin melangkah pergi, Kenzo menarik pergelangan tangannya
"Tunggu Zee! dari ucapan mu, seperti sedang menyembunyikan sesuatu?! "
Vana menepis tangan Kenzo "Seharusnya kau tidak usah berpura-pura dan membohongi keluarga kami! Daddy sangat peduli pada mu Ken!"
Pria tampan berpenampilan keren ini menautkan alisnya "Siapa yang membohongi kelurga ini? aku tidak mengerti maksud mu Zee?!
"Kau sedang berpura-pura bodoh atau apa?! Baiklah, tidak perlu berbasa-basi lagi." Vana melipat kedua tangannya di dada. "Semalam kamu yang datang bukan? memakai pakaian putih dan wajah tertutup topeng!"
Glek! Kenzo menelan ludahnya kasar. Bahkan untuk membalas ucapan Vana begitu sulit. pria itu malah mengusap hidung nya berkali-kali.
"Jujur saja Kenzo! kau datang menyelamatkan Arabella bukan? tanya Vana sambil mendengus kesal karena sudah di bohongi, ia melirik ke arah Kenzo. "Kenapa kamu diam?!
"Ckckck.. seorang anak macan Asia, sungguh jeli dan hebat. Bahkan tebakannya selalu benar."
"Aku tahu itu kamu Ken!"
"Aku rasa kebetulan saja kau bisa menebak." Kenzo tetap tidak ingin terlihat kalah.
"CK! Tentu saja gelang karet hitam yang aku berikan padamu. Itu satu-satunya di dunia ini buatan ku."
Kenzo tercengang dan baru menyadari gelang karet hitam pemberian Vana. Gadis itu sengaja membuatnya di hari ulang tahun Kenzo yang ke 31 tahun. Kenzo tersipu malu karena telah ketahuan berbohong demi membantu kelurga Reno.
Kenzo mendekatkan wajahnya kearah Vana, lalu berbisik "Jangan ceritakan pada Daddy dan mommy. juga Vano dan Zidane. Biarkan mereka tidak pernah tahu kalau pria bertopeng semalam adalah aku!"
Vana menyunggingkan senyuman nakal seraya menjauhkan wajahnya "Kau berani bayar berapa untuk menutup mulut ku?!"
Kenzo menatap liar wajah cantik Vana, lalu mendorong wajahnya agar semakin dekat. Gadis bermata coklat itu merasakan hembusan napas Kenzo terasa hangat, reflek ia mundur ke belakang.
"Apa kamu menginginkan sebuah ciuman?" goda Kenzo yang semakin terlihat tampan saat menggoda. Seketika Vana membekap bibirnya dengan bola mata membesar. Ia mendorong dada Kenzo agar menjauh.
"Dasar mesum! ketus Vana kesal.
"Bukan nya kamu duluan yang meminta bayaran."
"Cih! kau pikir aku mau dapat bayaran bibir mu!" ketus Vana seraya berjalan menjauh meninggal kan Kenzo.
Pria itu terbahak "Hey nona Zevana, kenapa meninggalkan aku sendiri? apakah kamu tidak merindukan diriku?" ledek Kenzo, yang suaranya masih terdengar di telinga Vana, gadis itu hanya mencibir dan terus berlalu.
*Setahun kemudian*
"Tuan! kapal pesiar kita di serang dan orang-orangnya di sandra pembajak laut." laporan sang asisten membuat tuan nya murka.
"Brak! kepalan tangan Reno menghantam meja di depannya. "Siapa mereka!"
"Sepertinya orang-orang pesisir lautan."
Wajah dingin itu terlihat menakutkan, Aura gelap terlihat di wajahnya yang tampan meskipun sudah berusia senja.
"Kita harus cepat bertindak! Daniel, adakan rapat dadakan para petinggi perusahaan."
"Baik tuan!
"Dad! aku dengar lima kapal pesiar kita di bajak!" Vano tiba-tiba masuk kedalam ruang kerja sang Daddy dengan tergesa.
Reno menghela nafas kasar "Benar, kita harus cepat bertindak dan mengamankan orang-orang di dalam kapal. Itu sangat berbahaya bagi keselamatan mereka." Pria berpostur tubuh tinggi tegap itu beranjak dari kursi, lalu meraih jaket kulit yang tersemat di punggung kursi.
"Sekarang apa rencana kita dad?"
"Adakan pertemuan dengan petinggi perusahaan."
"Tunggu Dad, apa tidak berbahaya bila kita adakan rapat dengan para petinggi?"
Reno mengerut kan kedua alisnya "Maksud mu?"
"Bila para petinggi di Asia tahu kapal pesiar milik perusahaan Mahesa grup di sandera, akan tersebar luas berita ini. Tentu saja musuh yang tidak suka dengan kita akan memanfaatkan keadaan."
Aura dingin yang begitu mendominasi terasa panas di dalam ruangan, seakan tidak ada pasokan udara. "Kau benar, kita tidak boleh gegabah dalam bertindak. Bisa jadi, pembajakan orang-orang terdekat di sekitar kita yang bekerja sama dengan mereka.'
"Apa sebaiknya Daddy meminta bantuan ninja bayangan? untuk memantau keadaan lautan di Atlantik.
"Daddy harus menemui guru Lee untuk meminta bantuan."
"Bukankah ada Kenzo?"
"Kenzo sedang mengamankan wilayah Hamburg di kota Jerman. Ada pendemo di pabrik dan mengajak seluruh karyawan untuk resign."
"Huft! Vano menghembuskan nafas kasar "Kenapa keadaan semakin kacau, seperti ada yang menunggangi."
"Kau benar Van, sepertinya ada sekelompok orang-orang yang ingin bermain-main dengan ku!" sudah lama Daddy tidak terjun ke dunia gelap, dan ini harus daddy lakukan lagi!" sorot mata pria itu terlihat panas membara, seperti ada dendam yang belum tuntas.
Saat ayah dan anak itu sedang berbincang serius, sosok wanita masuk kedalam ruangan.
"Daddy! Aku mendapat kabar, kalau kapal pesiar milik kita telah di bajak dan orang-orang nya di sandera."
"Reno mengagguk "Iya itu benar!
"Lalu apa yang daddy ingin lakukan?" tanya Vana yang ikut tegang.
"Tuan!" Daniel yang sejak tadi duduk di kursi sambil memegang laptop sambil terus mengamati perkembangan kapal pesiar yang di sandra, tiba-tiba berseru saat mata nya membaca sesuatu.
"Mereka mengirimkan ancaman melalui email."
"Ancaman apa?! Hardik Reno dengan tangan terkepal kuat.
"Mereka menginginkan anda datang ke pulau Xentinal untuk bernegosiasi."
Bara api mulai terlihat jelas di wajah dingin Reno, seakan jiwa muda nya kembali berkobar. "Siapkan pesawat, kita menuju pulau Xentinal!"
"Tunggu Dad! sahut Vano "Aku saja yang pergi menemui mereka!"
Tatapan mata elang Reno begitu tajam "Apa kau yakin untuk menemui mereka?!
Vano mengagguk "Aku saja yang menggantikan Daddy."
"Bagaimana dengan Arabella? dia masih membutuhkan mu?!"
"Aku percaya pada Daddy dan mommy, pasti bisa menjaga Arabella dengan baik."
"Baiklah bila itu mau mu, daddy akan menyuruh ninja bayangan mengikuti mu."
"Daddy tidak usah khawatir, Vano bisa menjaga diri."
"Aku ikut bersama kak Vano! sahut Vana
"Jangan Dek! kau tetap di sini dan menggantikan posisi ku sebagai CEO Mahesa group."
"Terapi__"
"Apa yang di katakan Vano benar, Kamu harus menggantikan kedudukan kakak mu sebagai seorang presdir."
Vana langsung terdiam dan tidak berkata-kata lagi. Kalau sang Daddy sudah memberi perintah semua ucapannya tidak akan bisa di bantah. Vana hanya mengagguk pasrah menerima mandat dari sang Daddy.
💜💜💜💜💜
All.. yuk dukung terus karya bunda, dengan cara LIKE setelah membaca, jangan lupa bantu VOTE/GIFT, RATE BINTANG 5, DAN KOMENTAR YANG MEMBANGUN🙏🙏
Bunda ucapkan, semoga kalian sehat selalu, panjang umur dan murah Rezeki. Aamiin 🤲
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!