NovelToon NovelToon

DI HINA KARENA FISIK

Chapter 1

"Jangan! Jangan sakiti aku! " Teriak Cyra. Wajahnya sudah berdarah-darah akibat cambukan sabuk dari orang-orang yang membencinya.

"Dasar wanita kurus, jelek, tidak ada menariknya sama sekali dimataku. Entah pakai pelet apa sampai si Rendi mau menikahimu..! " Sarkas Yudi. Tetangga Cyra dan Rendi.

"Yudi, apa salah ku.? Kenapa kau tega menyakiti aku. Menyakiti seorang wanita seperti ku.? " Ucap Cyra tersendat sendat. Luka yang Yudi torehkan begitu menyakitinya.

"Kau memang tidak punya salah dengan aku. Tapi aku menyiksa mu atas dasar kebencian melihat wanita jelek dan kurus seperti mu. "

Cyra terisak pilu.. "Benar-benar kejam kau Yudi. Padahal aku ini tetangga dekat mu. Apa kau sudah gil4 berani melakukan kekerasan pada seorang wanita? "

"Hahaha.... Dan aku tidak peduli. Mati saja kau wanita jelek! "

Cetarrr cetarrr cetarrr

"Aaa! Sakit .. sakit" Cyra menjerit kesakitan. Darah keluar dari celah bekas cambukan. Dan Cyra pingsan.

"Mampus! " Yudi menyeringai. Mengajak orang orang pergi dari lahan kosong ini meninggalkan Cyra sendirian.

🔥🔥🔥

Rendi baru pulang dari kerjanya, dia menuju kamar dan melepas jaket di gantungan.

"Cyra! Cy, aku pulang..! " Serunya dari kamar.

Rendi menuju dapur mencari Cyra. Tapi tidak ada, mencari di kamar mandi juga tidak ada.

"Sayank.. Kau di mana? Aku pulang lho? " Seru Rendi lagi.

"Pa..! "

Rendi menoleh.. "Hasa, kau sudah pulang nak? Mama mana? "

"Lho.. Mama bukannya di rumah ya? Tadi pulang duluan dari masjid Pa"

Rendi mengernyit.."Ya sudah.Kau langsung tidur saja ya sudah malam,besom harus sekolah kan?.Papa juga mau mandi gerah baru pulang"

"Iya Pa.." Hasa masuk kamar,dan tidur seperti yang papanya perintah.

Rendi mengambil handuk di gantungan dan masuk kamar mandi.Untuk membersihkan diri yang basah akan keringat.

Rendi, suaminya Cyra pria berusia 36 tahun Rendi membuka usaha warung makan kecil-kecilan,penghasilannya tidak menentu, kadang cukup, kadang lebih walau hanya sedikit namun terkadang juga kurang bahkan pernah tidak dapat untung malah justru merugi.

Lima belas menit Rendi selesai mandi dan sudah berganti pakaian.Di lihatnya Cyra belum pulang juga.

"Cyra kemana sih? Sudah jam 10 malam kok belum pulang juga.Apa dia mampir ke warung ya?" Rendi mulai penasaran.

Rendi menuju keluar rumah, menunggu Cyra pulang dengan duduk di teras.Rendi menghubungi Cyra.

"Ck...dia tidak bawa ponsel ternyata.." Ucap Rendi ketika mendengar dering ponsel istrinya di dalam kamar.

Rumahnya sederhana dan tidak terlalu luas makanya suara bunyi ponsel terdengar sampai teras.

10 menit Rendi menunggu tapi Cyra belum pulang juga.Karena matanya mulai mengantuk, Rendi memilih tidur lebih dulu,pikirnya nanti istrinya juga pulang.Mungkin di warung ada urusan sama ibu-ibu yang lain.

🔹🔹🔹

Rendi buka mata yang pertama di tengok adalah sebelahnya.Matanya melebar saat Cyra tidak ada.

"Paling sudah bangun lebih dulu.." Lirih Rendi.

Turun dari kasur keluar kamar dan menuju kamar mandi.

"Cyra kok tidak ada, apa dia tidak pulang semalaman..?" Rendi mulai curiga.Pasalnya keluar kamar mandi istrinya tidak ada di dapur.

Mencoba tenang, Rendi menuju kamar putranya.Dia akan membangunkan anaknya untuk sholat subuh.

"Hasa ...! Hasa...! Bangun nak, solat subuh sayank.." Seru Rendi mengetuk pintu.

"Iya Pa..!" Sahut Hasa dari dalam kamar.

Keluarga ini sudah terbiasa bangun pagi-pagi dan melakukan kewajiban sebagai umat islam.Jadi Hasa tidak termasuk anak yang susah bangun.

"Mandi sana, terus kita sholat berjamaah.." Ucap Rendi, ketika Hasa sudah keluar.

Dengan patuh Hasa menuju kamar mandi.

"Assalamualaikum warahmatullahi"

Rendi balik menatap putranya. Hasa mencium punggung tangan Papanya.

"Pa, kok Mama tidak ikut sholat?"

"Tidak tahu Hasa, kau langsung menjadwal pelajaran saja.Setelah itu kita sarapan bersama ya.Papa tunggu di ruang makan.."

"Iya, Pa"

Rendi bernafas lega setelah Hasa keluar dari ruang khusus sholat.Tapi ada setitik rasa penasaran.

"Cyra kok tega tidak pulang? Ada apa sebenarnya,tidak biasanya dia seperti ini" Batin Rendi.

🔹🔹🔹

"Memangnya Mama ke mana Pa? Tumben tidak ajak Hasa"

"Mama ada urusan dengan ibu-ibu komplek.Ayo kita berangkat." Rendi usaha mengalihkan pembicaraan dengan Hasa.

Hasa mengangguk.

10 menit motor bebek Rendi sampai di depan gerbang sekolah Hasa.

"Belajar yang benar, Papa ke warung ya?" Ucap Rendi setelah Hasa turun dari boncengan.mengulur tangan di ciumnya punggung tangan oleh Hasa.

"Iya, Pa. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Rendi memutar gas dan motornya melaju ke warung makan tempat ia mengais rezeki.Tidak terlalu jauh dari rumah atau pun sekolah Hasa jadi sedikit santai.

"Lebih baik, aku mencari Cyra dulu." Gumam Rendi.Memutar arah ke rumah ibu-ibu yang biasa Cyra kunjungi.

"Assalamualaikum Bu Ani, istri saya di sini tidak ya Bu?" Tanya Rendi setelah berhentikan motor di depan rumah Bu Ani.

Kebetulan Bu Ani sedang menyapu di teras rumah.

"Tidak Mas, sudah dua hari Cyra tidak main ke sini"

"Oh, begitu ya, makasih ya Bu, saya mau cari Cyra lagi.Assalamualaikum" ucap Rendi sebelum pergi meninggalkan rumah Bu Ani.

Bu Ani juga menjawab salam dari Rendi.

Tak terasa sudah jam delapan pagi,berarti sudah satu jam setengah Rendi mencari Cyra.Tetapi di semua tempat yang biasa Cyra kunjungi Rendi tidak menemukan ada dia di sana.

"Sebenarnya kau di mana Cyra? Aku mencemaskan mu sayank.." Lirih Rendi.

Di sela kegundahan dan kecemasan, ponsel Rendi bergetar.Rendi mengambil ponsel di saku jaket dan menerima panggilan dari nomor Pak Rt.

"Assalamualaikum Pak.Tumben sekali Bapak menghubungi saya"

"Waalaikumsalam.Mas Rendi, tolong cepat kemari.Mbak Cyra Mas,Mbak Cyra ada di lahan kosong, Mbak Cyra terluka.."

"APA !!" Kaget Rendi.

Di sana suara pak rt terdengar panik dan dapat Rendi dengar di sana juga ada banyak suara orang-orang.

Akhirnya kecemasannya terbayar sudah.Ternyata Cyra terluka di lahan kosong makanya semalaman dia tidak pulang ke rumah.

Ya Allah..

"Ba-baik Pak.Saya ke sana segera.Tolong jaga istri saya Pak.Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam,"

Rendi memasukan ponsel disaku jaket setelah panggilan di matikan.Memakai kembali helmnya dan menuju lahan kosong dengan motornya.

Dalam perjalanan Rendi tak bisa tenang barang sebentar saja.Lahan kosong sebenarnya letaknya tak terlalu jauh, biasanya hanya butuh waktu 15 menit saja untuk sampai disana.

Tapi untuk sekarang ini dirasa waktu tempuhnya terlalu lama.Padahal Rendi sudah melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

"Bu, tolong bantu angkat Mbak Cyra. Kita akan bawa ke rumah sakit sekarang.Keadaannya sudah benar-benar memprihatinkan.."

Chapter 2

"Bu, tolong bantu angkat Mbak Cyra. Kita bawa kerumah sakit sekarang.Keadaannya sudah benar-benar memprihatinkan.." Ucap Pak rt.

Semua yang disana membantu Cyra untuk dibawa kemobil.

Kebetulan tadi pak rt akan memeriksa tanah milik tetangga yang akan diukur,kebetulan juga tanahnya dekat dengan lahan kosong.Tak menyangka saat pak rt sedang membahas tentang tanah dengan pemiliknya pak rt melihat ada orang diikat dipohon mangga.

Segera saja pak rt mengajak rekannya itu untuk menghampiri apa yang ia lihat.Dan betapa terkejutnya saat tahu jika adalah tetangga sendiri yang diikat disana.

Tak menunggu lama pak rt dan rekannya menolong Cyra.Melepas kedua tangannya dari ikatan tali itu.

Lebih parahnya lagi pak rt melihat ada banyak luka diwajah Cyra lengan dan kakinya.Bibirnya sudah putih pucat dan suhu badannya sangat dingin.

"Eh, itu mas Rendi sudah datang" Celetuk salah satu warga.

"Bu, Pak.Dimana istri saya?" Tanya Rendi begitu panik sambil turun dari motor.

"Dimobil Mas.Rencana saya akan membawa Mbak Cyra kerumah sakit terdekat" Pak rt menjawab.

Rendi meneguk ludah nafasnya naik turun tak beraturan.."Ayo Pak.Saya ikut"

Rendi masuk kemobil setelah pak rt mengiyakan. Pak rt meminta salah satu warga untuk membawa motor Rendi kerumah sakit juga.Siapa tahu nanti disana Rendi membutuhkan.

Rendi berkaca-kaca melihat keadaan istrinya yang benar-benar sangat memprihatinkan. Diusapnya wajah Cyra dengan lembut.Tanpa diminta air mata meluncur begitu saja.

"Maaf Cyra, aku tidak ada disaat kau kesakitan" lirih Rendi dengan kepedihan.

Suami mana yang tidak pedih melihat istrinya terluka.Apa lagi setelah semalaman tidak pulang kerumah.

Bukan Rendi tak berusaha mencarinya bukan Rendi tak cemas akan istrinya.

Tapi Rendi hanya berusaha berfikir positif saja. Karena Cyra biasanya sering mampir kerumah tetangga setelah sholat isya dimasjid bersama Hasa.

"Saya yakin ini adalah ulah orang yang kejam.Saya akan mengurus ini dikep0lis1an pk rt. Bapak tolong bantu saya ya Pak.." Geram Rendi.Dengan air mata berlinang.

Bagaimana pun juga Rendi merasa bersalah pada diri sendiri yang tidak segera mencari keberadaan Cyra semalam.Ini juga termasuk kesalahannya sebagai suami.

Pak rt yang mengendarai mobil didepan sedikit menoleh kebelakang.."Pasti saya bantu Mas. Saya juga tidak bisa tinggal diam warga saya diperlakukan seperti itu." Pak rt juga geram.

Setelah ini mungkin pak rt akan mengaktifkan lagi ronda malam yang telah lama tidak aktif.Demi keamanan, keselamatan warga dan lingkungannya.

🔹🔹🔹

RSUD

Dokter keluar dari ruang ICU.Rendi dan pak rt segera menghampiri.

"Bagaimana dok? Istri saya baik-baik saja kan?" Rendi tak sabaran.

"Alhamdulilah,pasien sudah siuman, kami akan pindahkan diruang rawat.Untuk pak Rendi mari keruangan saya"

Rendi meneguk ludah rasanya gugup.."Baik Dok"

Rendi dan Dokter Rudi sampai diruangan. Rendi duduk berhadapan dengan terhalang meja.

"Begini pak Rendi. Memang tidak ada luka yang terlalu parah atau pun dalam.Tapi dalam pemeriksaan saya pasien mengalami sedikit stres.Dan mungkin efek dari terduga orang yang menyakitinya.." Tutur Dokter Rudi.

Dokter Rudi ikut prihatin. Dari bekas luka yang ada dokter Rudi tahu jika ini adalah korban kekerasan.Lukanya seperti bekas cambukan.

Rendi tak dapat menahan kesedihannya.Menurutnya orang yang melukai Cyra benar-benar kejam.

🔹🔹🔹

"Bagaimana Mas Rendi?" Tanya pak rt yang masih setia menunggu diruang tunggu dia tidak berani masuk sebelum Rendi sebagai suaminya mengizinkan.

"Menurut dokter Cyra mengalami sedikit stres pak."

"Ya Allah, yang sabar ya Mas Rendi. Saya ikut prihatin ."

"Terimakasih pak. Berkat bapak juga saya bisa menemukan istri saya.."

"Itu hanya kebetulan saja.."

"Saya mau lihat kedalam, Pak. Bapak---"

"Saya juga ingin ikut masuk Mas. Jika diizinkan.." Potong Pak Rt.

"Oh, silahkan, pak.."

Rendi dan pak rt masuk kedalam disana masih ada dua suster yang sedang mengemas dan mengurus perpindahan ruang.

Dilihatnya wajah Cyra yang terlelap.Sudah jauh lebih baik.Tidak pucat seperti sebelumnya.Hati Rendi teriris melihat istri yang dicintainya terkapar diatas ranjang pesakitan.

Rendi menghalau air mata yang akan jatuh.Dia berusaha tegar dan kuat.

"Maaf Mas, pasien akan kami pindahkan keruang rawat" seru perawat membuat Rendi terlonjak kaget saking sedihnya ia hanya terfokus pada Cyra saja.

"Silahkan" jawab Rendi.

Pak rt mengelus punggung Rendi.."Sabar Mas, saya akan bantu proses hukum"

"Terimakasih Pak" Sahut Rendi.

🔹🔹🔹

Diruang rawat, Cyra sudah bangun. lukanya masih terlihat segar.

"Sayank, makan dulu." Rendi menyuapi Cyra.

"Hasa gimana Mas?" Saat sedang sakit seperti ini hati dan fikiran Cyra tetap tertuju pada Hasa.

Rendi kembali menyuapi Cyra. "Hasa sekolah sayank, dia tidak papa"

"Alhamdulilah, minumnya Mas" Pinta Cyra.Tenggorokannya terasa tercekik karena memakan nasi dan ikan.

Rendi mengambil minum putih dibotol yang ia beli tadi.Membukanya lebih dulu agar Cyra tinggal minum saja.

"Sudah Mas.Aku sakit makan itu" Ucap Cyra setelah selesai minum, mengulurkan botol minum pada suami.

"Kok sakit?" Tanya Rendi.

"Aku nanti ingin memakan bubur saja" Ucap Cyra.

Rendi pasrah hanya bisa menatap makanan yang masih utuh itu dengan sedih.

"Yasudah, nanti aku buatkan"

🔹🔹🔹

Pukul 19:00.

Cyra tertidur seorang diri.Rendi tengah pulang menemui Hasa yang sejak pagi sendirian dirumah.

Rencana akan balik lagi setelah memasak bubur dan membawa Hasa menginap dirumah sakit ini.

Biarlah Hasa besok diantar sekolah dari sini.Terpenting Rendi bisa menjaga anak dan istrinya.

"Heh, bangun. Aku tahu kau belum m4ti Cepetan bangun"

Cyra merasa terusik, perlahan membuka matanya.."Mas kau-- Yudi ! Kenapa kau disini?!" Cyra melotot seketika berfirasat buruk.

Badannya masih terasa lemas dan butuh waktu untuk pulih seperti semula.Tapi Cyra melupakan itu Cyra segera turun dari ranjang.

"Kenapa takut seperti itu? Kenapa kau tidak musnah saja, wanita jelek!" Sarkas Yudi.

Cyra menggeleng, kejadian kemarin kembali berputar diingatan.

"Tidak ! Jangan sakiti aku. Pergi ! pergi dari sini!" Teriak Cyra dalam kondisi lemas.

"Hahaha, teriaklah sepuasmu.Aku yakin tidak ada orang yang mendengarmu, kau itu masih lemah dan aku akan membuat mu semakin lemah, eh tidak ! Tapi m4ti" Yudi menyeringai puas melihat wajah pias Cyra yang sudah terduduk dipojok sudut ruangan.

Cyra menggeleng, dadanya naik turun.Kedua tangannya menutup kedua telinga untuk tak mendengarkan suara Yudi.

"Pergi ! , jangan dekati aku!" Cyra mulai terisak.Cyra ketakutan sekarang.

"Aku akan pergi jika kau sudah lenyap, dasar wanita jelek!" Yudi menarik rambut Cyra hingga menjerit kesakitan.

Namun Cyra masih lemah jadi teriakannya tak seberapa.

Chapter 3

Pak rt memberhentikan mobil didepan rumah putra satu-satunya.Kebetulan istri putranya tengah duduk di teras.

"Pak" Indah menghampiri dan mencium punggung tangan mertuanya.

"Suami mu mana?" Tanya pak rt yang bernama Husnan.

"Barusan pergi pak. Mungkin Mas Yudi sebentar lagi pulang" Jawab Indah.

"Yasudah, bapak tunggu disini" Husnan duduk di kursi.

"Iya" Indah masuk ke dalam rumah untuk membuat minum.

Tak lama Yudi pulang dengan motornya, memberhentikan di garasi rumah, Yudi menyeka keringat di kening, berjalan menghampiri bapaknya.

"Tumben pak?" Tanya Yudi, salim pada bapak, duduk di kursi sampingnya.

"Iya, bapak ingin meminta tolong pada mu.Tolong bantu umumkan pada warga bahwa kegiatan ronda malam akan bapak kembali aktifkan"

"Ck, untuk apa sih pak? Lagi pula desa kita juga aman-aman saja" Sebal Yudi.

"Aman bagaimana Yudi? Istrinya Rendi si Cyra sekarang masuk rumah sakit karena di aniaya orang.Tadi pagi bapak yang menemukan dia di lahan kosong" Tutur Husnan.

Yudi memalingkan wajah menatap Indah yang keluar dari rumah dengan segelas teh manis.

"Mas Yudi sudah pulang ternyata, aku kira belum? Mas Yudi mau minum teh atau kopi?" Tawar Indah.Meletakan teh untuk mertua di atas meja.

"Tidak usah, barusan sebelum pergi juga sudah minum teh" Sahut Yudi.

"Oh ya sudah kalau tidak mau.Pak, silahkan di minum tehnya, Indah masuk ke dalam dulu ya, bapak silahkan mengobrol saja dengan Mas Yudi.Takutnya Indah mengganggu" Ramah Indah.

Husnan tersenyum, "Iya, terima kasih Indah"

"Sama-sama pak" Indah pun masuk ke dalam karena tidak ingin mengganggu obrolan suami dan mertuanya.

"Yudi, bagaimana jika kita membantu Rendi mengusut masalah ini?"

"APA ?!" Pekik Yudi.

Husnan terlonjak kaget karena Yudi terpekik.."Ya Alloh, Yudi ! kau ini membuat bapak kaget saja" Gerutunya.

"Si bapak kenapa musti bantu mereka sih? Aku males lah pak" Tolak Yudi.

"Kau ini bagaimana sih Yudi? Bapak itu rt di sini.Bapak sudah semestinya peduli pada warga bapak, itu saja masa kau tidak paham !" Kesal Husnan.

"Ya kalau bapak ingin membantu mereka, ya jangan mengajak Yudi lah pak.Males akunya"

Husnan menghembus nafas, mencoba sabar pada Yudi.."Kau ini anak bapak satu-satunya, kau yang nanti akan menggantikan posisi bapak.Jadi tolong lah Yudi, peduli sedikit pada keadaan warga kita"

Yudi menghela.."Iya iya..." Jawab Yudi ogah-ogahan.

Husnan meminum teh buatan menantunya hingga habis."Yasudah bapak pulang dulu ada pertemuan dirumah, sampaikan pada istri mu terima kasih tehnya"

"Hm" Yudi beranjak salim pada bapaknya, dan setelah itu Husnan pulang dengan mobilnya.

Indah yang mendengar mobil mertuanya pergi pun segera keluar rumah.

"Mas Yudi, bapak sudah pulang?" Tanya Indah.

"Iya, katanya ada pertemuan.Indah aku pergi dulu nanti kau tidur dulu saja jika pukul 9 malam aku belum pulang" Jawab Yudi.

"Mas Yudi ingin ke mana?" Indah heran, suami baru pulang masa sudah ingin pergi lagi.

"Bapak minta tolong pada ku untuk mengumumkan pada warga katanya kegiatan ronda malam akan segera di aktifkan lagi" Jawab Yudi.

"Oh, ya sudah jika seperti itu"

"Aku berangkat dulu" Pamit Yudi.

"Mas Yudi hati-hati" Indah mencium punggung tangan suami.

"Iya" Yudi pun melajukan motor menuju tempat warga setelah mencium kening Indah.

Indah yang menatap kepergian suami hanya bisa menghela dan masuk ke dalam rumah.

🔹🔹🔹

Rendi masuk kamar rawat Cyra dengan Hasa yang di gandeng.Di lihatnya wajah Cyra yang damai tertidur.

Hasa mendekati Cyra.."Mama masih sakit ya?" Tanya Hasa yang masih polos.

"Bangunkan saja Hasa, supaya Mama makan buburnya" Perintah Rendi sembari menaruh barang bawaan di lemari rumah sakit.

Hasa mengangguk.."Ma, bangun Ma.Katanya Mama pingin makan bubur" Hasa mengguncang lengan Cyra.

Cyra mengerjab menoleh pada Hasa yang di sampingnya.

"Hasa sudah makan?" Tanya Cyra pelan senyum tipis terukir di bibir pucatnya.

Hasa mengangguk.

"Mama yang belum makan.Itu Papa sudah bawakan bubur, Papa yang masak sendiri di rumah"

"Mana coba? Mama sudah lapar sekali" Cyra terduduk.

"Biar aku suapi" Rendi sigap berdiri di sisi ranjang pesakitan, menyuapi Cyra.

"Enak Mas, selama leher ku masih sakit menelan makanan yang lain, aku ingin makan bubur saja" Ucap Cyra sembari mengunyah.

"Tidak masalah, yang penting kau makan sayank, supaya cepat sembuh" Rendi penuh harap.

10 menit Cyra selesai menghabiskan semangkuk bubur.

Di tengah menyelimuti istri Rendi menoleh ke pintu, di sana perawat datang.

"Permisi Mas, saya mau cek keadaan Bu Cyra" Ucap perawat.

"Silahkan sus" Rendi sedikit menjauh.

Tak butuh waktu lama perawat selesai memeriksa. "Pak Rendi anda di minta ke ruangan Dokter Rudi sekarang, mari saya antar"

"Baik sus. Hasa, kau di sini ya temani Mama"

"Iya Pa" Jawab Hasa yang berbaring di lantai beralaskan karpet bulu, sedang bermain ponsel.

🔹🔹🔹

"Apa Dok?! Jadi ada orang yang berusaha melukai istri saya?!" Rendi tentu saja terkejut mendengar penuturan dokter Rudi. Seketika darahnya terasa mendidih.

Flash back ON

Di buka buku jadwal pemeriksaan pasien.Dan ini adalah jadwal keruangan nomor 07. Aku keluar ruangan menenteng tas peralatan.Sampainya di depan pintu nomor 07 samar terdengar teriakan lirih dari dalam.

Sungguh jelas jika di dalam ada suara pria dan suara wanita yang merintih kesakitan.Takut terjadi sesuatu aku membuka pintu.

Cek klek

Perlahan pintu aku buka.

"Jangan Yudi, jangan bunuh aku" Cyra terisak menahan sakit di kepalanya.

"Diam kau wanita jelek, musnah lah kau saat ini juga"

"Ada apa ini? Kok dibawah?" Aku menelisik keduanya.Dapat dilihat jika pria itu tengah gugup.

Yudi seketika melepas jambakannya pada Cyra.

"Dok, saya juga tidak tahu saya ingin menjenguk kerabat saya, begitu sampai disini dia sudah dipojok sana"

"Baiklah, anda bisa keluar dulu dan kembali besok.Mungkin pasien butuh istirahat" Aku berusaha tidak curiga.

Setelah dia pergi, aku bantu Cyra yang ketakutan berbaring diranjang,kuberi obat penenang.

Flash back OF

"Lalu, apa dokter mengenali wajah pria itu?" Rendi geram ingin sekali mencekik orang itu.

"Saya tidak mengenalinya. Tapi dilorong ada CCTV, anda bisa meminta rekaman itu pada satpam"

Dokter Rudi merasa kasihan pada pasiennya.

"Baiklah dok, saya segera kesana. Terima kasih atas semua ini saya sangat berterima kasih pada anda" Rendi terharu karena masih saja ada dokter yang sebaik dokter Rudi dizaman sekarang.

"Itu sudah kewajiban sesama Pak"

"Saya permisi Dok" Rendi pun segera menuju satpam meminta rekaman itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!