NovelToon NovelToon

A Mafia Naga Hitam

makam

Rintih hujan, tetes demi tetes sudah mulai membasahi wajah cantik Jenna, namun tak sedikit pun membuat nya untuk pergi meninggal kan makam Sang Ibu. Gadis itu masih saja betah menatap sendu batu mejan makam Sang Ibu tercinta.

" Mom.. Sudah tiga tahun Mom.  Jenna sangat rindu Mom.. Hiks... Hiks...  " Keluh gadis itu yang sudah sejam yang lalu masih berdiam diri di makam ibunya.

" Jenna rindu Mom..  Jenna juga rindu Papa sama kak Lili Mom.. Hiks.. Kenapa Mom.. Sejak Mom pergi, mereka juga pergi meninggalkan Jenna sendiri. Jenna kesepian Mom.. Hiks.. "

Pecah sudah tangis gadis itu ketika mengingat Moment bahagia ketika Sang Ibu masih hidup dan berbahagia bersama namun sejak kematian sang Ibu yang sangat tak wajar itu.

Semenjak itu lah membuat Maxim tak Terima atas kepergian sang istri tercinta dan ia selalu menyibukkan diri dalam bekerja agar tak bisa mengingat istrinya tersebut sehingga kedua putrinya tak lagi merasakan perhatiannya lagi seperti dulu di waktu sangat istri masih hidup.

Berbeda dengan Lili Sang kakak kandung dari Jenna.  Yang hobi kelayapan bersama dengan teman - temannya. Lili sengaja menghabis kan waktu untuk kelayapan agar dapat mengusir rasa kesepian. Sampai sang adik sendiri yang sangat membutuhkan kasih sayang dari nya sebagai kakak saja ia tak peduli. Baginya perhatian seperti apa yang akan dikasih untuk sang adik sedangkan dirinya sendiri juga sama-sama tidak merasakan hal yang sama dengan sang adik sangat haus dengan suatu perhatian dari orang tua. Namun di balik itu ia masih sangat menyayangi sang adik tetapi selalu di tutupi dengan sifat ego yang tinggi.

Bahkan Jenna juga bersifat sama dengan sang kakak. Ia sangat menyayangi Sang kakak meskipun secara diam- diam ia meminta anak buah nya untuk menjaga Lili dari kejauhan. Tanpa Lili tahu bahwa dirinya di beri pengawal bayangan yang siap menjaganya setiap saat.

Ya, Jenna merupakan Ketua  Mafia dari Naga Hitam, semenjak tragedi kematian yang sangat sadis di alami oleh sang Ibu, Jenna sudah bertekekad untuk mencari tahu siapa yang sudah merencanakan kematian sang Ibu.  Karena pihak dari kepolisian tidak mampu menelisik siapa dalang kematian sang Ibu,  kasus kematian sang Ibu tiba-tiba saja tertutup tanpa ada penjelasan yang pasti. Dengan itu Jenna merasa ada yang tidak beres, maka diam - diam ia mendirikan Klan Mafia Naga hitam. Yang saat ini klan Naga hitam sudah berada di tingkat pertama, karena Klan Naga Hitam adalah Klan Mafia yang sangat di takuti di dunia bawah.

Jenna terkenal dengan dewi kematian yang menghabisi musuh dengan tanpa ampun.

Kembali ke Jenna yang saat ini masih meratapi pusara sang ibu. Tiba- tiba sebuah tangan memegangi pundak nya, sehingga tangisnya terhenti seketika. Dan langsung menoleh kearah orang itu.

" Sudah nak.. Tidak baik menangisi terlalu berlebihan.  Kasihan dia.. Lebih baik kamu mendoa kan nya dari pada menangisi itu akan membuat nya lebih tenang disana nak. Cobalah untuk menerima dan ikhlas atas apa yang di tetapkan untuk kita nak.." Tegur seorang pria paruh baya yang kebetulan dari makam yang berbeda kelompok tak sengaja melihat Jenna yang masih berdiam diri dan menangis di makam itu.

" Aku sangat merindukan nya paman, Dia Ibu ku.. Hiks.. " Ujar Jenna dengan isak tangisnya.

" Yang sabar ya.. Nak. Ayo kita pulang hari sudah mulai gelap bahkan hujan semakin deras. Masih ada hari esok untuk datang kesini lagi. " Jelas pria paruh baya itu.

" Hm" Sahut Jenna seraya mengangguk kepala nya dan melangkah ke arah parkiran bersama pria itu.

" Kamu pulang dengan apa nak? Bagaimana jika paman antar saja kamu pulang. " Tawar pria paruh baya itu.

" Terimakasih Paman, motor saya ada disana kok Paman. " Ucap Selena dengan sikap sopannya sambil menunjuk dimana motor sport hitam nya terpakir tidak jauh dari sana.

" Baik lah.. Hati- hati di jalan ya. " Jawab pria itu yang tak lain adalah Alex.

Alex yang sedang sering berkunjung ke makam sahabatnya sering melihat Jenna mendatangi makam yang bernama Diana putri. Karena hari semakin gelap bahkan gerimis semakin deras seorang Alex merasa tak tega dengan melihat kesedihan gadis itu memberanikan dirinya untuk menasehati gadis itu agar tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.

" Iya Paman. " Sahut Jenna berjalan mendekati Motor sport nya dan berlalu dari hadapan Alex yang masih tersenyum hangat kepadanya.

'Huft.. Andai dia Daddy ku. " Harap Jenna menarik nafas dalam - dalam dengan penuh harap pada Alex.

Sepergian Jenna

" Gadis yang malang... Semoga kau bisa bahagia tanpa ada kasih sayang seorang Ibu. " Seru nya melangkah masuk ke dalam mobil.

***

" Darimana saja kamu Jenna? Sudah magrib begini baru pulang? " Tanya Maxim pada Jenna yang baru saja melangkah masuk ke dalam Mansion.

" Makam. " Ucap Jenna datar tanpa menoleh sedikit pun kepada Maxim yang sedang berdiri di ruang tamu itu dan melangkah masuk ke dalam menuju kamar.

" Siapa yang menyuruh kamu pergi hah! Daddy masih belum selesai berbicara. " Hentak Maxim merasa geram dengan sikap cuek Sang anak.

" Tidak ada yang patut di bicarakan di antara kita Dad! " Jawab Jenna terpancing emosi. Lalu berlari ke arah tangga dan melupakan jika menuju kamarnya yang berada di lantai tiga ada lift.

" Jenna! " Teriak Maxim memanggil Jenna yang tak menghiraukan sedikit pun perkataan nya.

" Ya ampun... Anak itu! Semakin hari semakin menjauh saja. " Keluhannya tak habis pikir dengan sikap anak bungsunya itu. Ia menggusar wajahnya yang sudah banyak keritan dengan sangat kasar.

" Diana.. Lihat lah... Semenjak kau pergi meninggalkan kita, semuanya berubah sayang.. " Ujarnya sambil menjatuhkan tubuh nya yang bak jelly ke sofa dengan penuh rasa prustasi nya saat ini.

Di sudut balik dinding, Lili tidak sengaja menyaksikan perdebatan antara Daddy dan Jenna.

'Sampai kapan  kau akan menjauh dek,.. Kakak rindu.. Dad.. Aku juga rindu pelukan Daddy yang hangat seperti dulu lagi. Lihatlah Mom.. Kami tak pernah lagi bahagia.. Hiks.. Hiks.."  Keluhnya melihat keadaan keluarga yang terlihat kacau.

Di dalam kamar Jenna merasa hal yang sama.

"Maaf Dad.. Aku capek! Kita selalu menjaga jarak seperti ini terus. Aku janji Dad setelah aku tahu siapa dalang kematian Mommy, Aku janji kita akan kembali bersama kembali. Bersabar lah sedikit lagi Dad. " Ujar Selena penuh harap dengan keadaan bisa kembali seperti dulu lagi meskipun tanpa kehadiran Sang Ibu.

Jenna melangkah masuk dan mengambil sebuah bingkai foto keluarga cemara yang begitu hangat dan bahagia.

" Nyawa di balas dengan nyawa! " Kilatan emosi dengan linangan air mata yang sudah memenuhi seluruh pelupuk matanya.

****

Malam ini adalah malam yang terasa langka yang di rasakan oleh pekerja dan para maid yang ada di mansion Maxim. Semenjak kepergian sang nyonya baru kali pertama ini mereka bisa melihat kembali menyaksikan  makan bersama antara anak dan ayahnya untuk bisa makan bersama - sama lagi.  Meskipun tanpa ada sedikitpun suara di antara majikan mereka untuk memulai pembicaraan.

Semenjak Diana pergi, jarang sekali mereka melihat majikan bersama, yang mereka lihat, Tuan besar mereka yang sangat jarang pulang kerumah dan selalu menginap di kantor bahkan keluar kota. Jika pulang ke rumah hanya untuk mengambil pakaian dan keperluan yang yang lain.

Begitu dengan Lili, juga enggan untuk pulang dan selalu menginap di apartemen yang sengaja di beli untuk di jadikan rumah kedua. Berbeda dengan Jenna selalu pulang dan makan sendiri tanpa sedikit pun yang mau menemani.

Jenna sudah sering kali membuat onar di sekolah, berbagai kasus kenakalan ia lakukan untuk memancing perhatian sang Ayah untuk bisa lagi bertemu. Namun itu tak sedikitpun membuat Maxim tertarik untuk menyelesaikan masalah sang putri bungsu. Dan hanya selalu meminta asisten nya untuk datang ke sekolah agar menyelesaikan masalah anaknya. Sejak itu lah Jenna merasa bosan dan lelah untuk mendapatkan perhatian sang Ayah yang gila kerja.  Sejak saat itu juga, Jenna berhenti mencari perhatian sang Ayah dan tak lagi ada sepatah kata apapun itu untuk mau berbicara dengan sang Ayah. Bahkan untuk bertemu pun jarang.

" Setelah makan ada yang perlu Daddy bicarakan dengan kalian berdua. " Ucap Maxim melirik kedua anak gadisnya.

" Hm" Sahut Jenna datar.

Sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Maxim tadi, kedua putri nya sudah duduk tenang dan santai di ruang tamu. Maxim menarik nafas dalam - dalam ketika melihat sifat kedua putri nya yang sibuk dengan sendirinya.

" Ahm" Ujar Maxim sambil berdehem untuk memecahkan suasana tegang.

Lili dan Jenna secara bersamaan menoleh ke arah Maxim. Dengan santainya Maxim menjatuhkan badannya di sofa untuk duduk.

" Daddy ingin memberi tahu kalian kalau Daddy ingin menikah lagi. Jika daddy harap kalian berdua merestui Daddy untuk menikah lagi.

Deg

meminta izin

Deg

Sedikit ada rasa tidak suka jika mendengar sang Daddy untuk kembali menikah dengan wanita lain.  Ya itu adalah Lili, namun  tidak dengan Jenna, ia sama sekali tidak mempermasalahkan jika sang Daddy akan menikah kembali.

" Daddy jahat...! Daddy egois! " Teriak Lili dengan penuh rasa kecewa.

Dengan penuh rasa kecewa atas pilihan Daddynya segera Lili beranjak dari tempat duduk seraya menghentakkan kaki penuh kekecewaan lalu berlari ke arah Kamar dan meninggal kan Maxim dan Jenna. Tapi suara Maxim mampu membuat langkah kaki Lili bisa terhenti.

Huftt... Dengan nafas berat

" Lili... Dengarin penjelasan Daddy dulu nak! Daddy belum selesai bicara. " Teriak Maxim yang tak habis pikir dengan sikap putri sulung nya itu.

" Nggak perlu ada penjelasan lagi Dad! " Bentak Lili

" Untuk kami berdua saja Daddy tak bisa bersikap adil, apalagi Daddy mau menikah lagi.. Tambah terbuang kami Dad.. " Teriak Lili amatir dengan nasibnya yang terasa buruk.

" Siapa yang membuang kalian nak.. Tidak ada! Daddy sangat menyayangi kalian berdua. Daddy menikah lagi agar kalian berdua ada yang jagain dan memperhatikan kalian juga. " Ucap Maxim menjelaskan dengan nada yang sangat tinggi.

Brak...

Terdengar suara pintu kamar Lili yang di tutup dengan keras.

" Huft....! " Dengan nafas berat Maxim menetralisir kan rasa emosi nya lalu menatap Jenna yang masih betah duduk di sofa itu.

" Jenna.. Bagaimana nak? Apakah kamu mengizin kan jika Daddy menikah lagi? " Tanya Maxim penuh hati - hati.

" Terserah sama Daddy saja, Jika itu bisa membuat Daddy bahagia. Jika perempuan itu baik maka menikah lah Dad... Namun jika tidak dia bukan wanita yang baik, maaf jika hidupnya akan segera berakhir. " Ancam Jenna datar.

" Yang kami butuhkan itu bukan istri baru Daddy tapi.. Perhatian dan waktu Daddy. " Sambung Jenna lagi.

Deg

Maxim sedikit syok dengan ucapan sang putri bungsunya sendiri. Dengan tatapan dingin dan datar membuat banyak pertanyaan di kepala Maxim.

'Apakah selama ini  aku terlalu sibuk dengan dunia ku sendiri? Sehingga putri ku sendiri tidak aku kenali sedikit pun, hah... Aku memang seorang ayah yang buruk. Kasihan sekali anak - anak ku. Kenapa selama ini aku mengabaikan anak - anak ku. Sehingga mereka menjauhi ku.  "  Batin Maxim merasa menyesal.

Jenna  diam - diam melihat Sang Daddy nya tengah melamun .

" Semoga Daddy sadar jika kami masih membutuhkan Daddy. "  Batin Jenna penuh harap.

" Apa uang mu masih ada nak? " Tanya Maxim mencoba memperhatikan putrinya.

" Masih.. Tapi uang Daddy tidak membuat kami bahagia Dad! " Sindir Jenna.

" Apa maksud  kamu Jen? " Tanya Maxim pada Jenna.

" Kami itu tidak butuh  uang Daddy,  kami itu hanya butuh Daddy ada untuk kita. Bukan uang Daddy. " Jawab Jenna penuh kejujuran.

" Kamu ini bicara apa nak? Daddy ini sibuk selama ini untuk mencari uang untuk kalian berdua, daddy tidak ingin kedua anak Daddy kesulitan .  Kamu harap paham apa maksud Daddy. " Sanggah Maxim tak habis pikir dengan jalan pikiran putrinya.

" Dad.. Aku tahu daddy sibuk. Tapi tidak kah sedetik pun Daddy punya waktu untuk menanyakan kabar Aku dengan kak Lili?  Masih banyak kok Dad.. Seorang ayah berjuang untuk anak-anak nya tapi Daddy berbeda dengan ayah yang lain. Apakah selama ini Daddy menganggap kami berdua sudah mati? Sehingga Daddy  melupakan kami berdua? " Ujar Jenna meluap kan uneg - uneg nya selama ini.

Deg

Bagai ditusuk seribu pisau jantung Maxim mendengar kata - kata Jenna.

" Tidak.. Tidak.. Nak... Maaf kan Daddy. Maafkan selama ini Daddy sudah mengabaikan kalian. Daddy adalah ayah yang sangat gagal untuk kedua putri Daddy selama ini. Maaf kan Daddy... Nak. Daddy merasa hancur setelah ibu mu pergi maka Daddy tidak ada keberanian lagi untuk bertemu dengan kalian. " Ucap Maxim yang mulai berani jujur dengan Jenna.

" Dad... Asal daddy tahu, bukan hanya Daddy saja yang merasa kehilangan Mommy Dad. Kita semua juga hancur Dad.. Tapi apa? Satu - satu orang tua yang hanya kami miliki yaitu Daddy bahkan melupakan keberadaan kami. Seolah - olah kami juga ikut mati kan Dad dengan Mommy. Jika memang itu daddy mau dan ada jalan apa salah nya kami ikut dengan Mommy. " Jelas Jenna mencoba menyadarkan sang Daddy.

" Jangan.. Nak, cukup Mommy mu saja meninggal kan Daddy jangan kalian ya. Daddy mohon.. " Bantah maxim.

Grep

Karena tidak sanggup mendengar ucapan sang putri Maxim dengan cepat memeluk putrinya ke dalam pelukan.

Di balik dinding, Lili mendengar dan melihat apa yang telah terjadi diantara Daddy dan sang adik. Karena tidak sanggup melihat sang Daddy hanya memeluk adiknya dengan langkah pasti Lili menyusul sang Daddy.

" Daddy.. Hiks... Hiks... " Panggil Lili merasa cemburu dan menangis.

Maxim yang merasa terpanggil langsung menoleh ke arah suara.

" Lili. . Ayo nak sini dekat dengan Daddy. " Ujar Maxim seraya melambaikan tangan ke arah putri sulung nya itu.

Grep

Cup

Cup

Langsung saja  Maxim langsung memeluk kedua putri nya dan memberi kecupan kedua putrinya.

" Maafkan Daddy ya nak.. Selama ini Daddy telah menjadi ayah yang buruk untuk kalian berdua. " Ujarnya penuh penyesalan.

" Iya Dad.. Aku rindu Daddy.. Hiks... " Sahut Lili merasa bahagia dengan apa yang selama ia mimpikan akhirnya terjadi.

Ya Lili bermimpi jika suatu hari Sang Daddy kembali hangat seperti dulu di waktu sang ibu masih hidup seperti keluarga cemara yang sangat bahagia.

***

Pagi ini, Jenna mulai kembali sekolah namun bukan ke sekolah yang lama karena pihak sekolah yang lama sudah kehabisan toleransi untuk menerima kenakalan Jenna.  Maka dari itu ia memilih pindah ke sekolah barunya.

Karena keadaan sudah baikan dengan sang Daddy. Bahkan Daddy nya sudah berjanji dengan nya untuk kembali memberikan perhatian dan kasih sayang untuk dirinya dengan sang kakak maka ia bertekad untuk tidak membuat masalah dengan sekolah yang baru.

Brum

Terdengar lah suara motor sport keluaran terbaru memasuki area sekolah Tunas bangsa. Dimana sekolah tersebut hanya anak dari kalangan yang mampu saja yang bisa sekolah di tempat itu.  Dan hanya siswa yang pintar yang mampu mendapat kan beasiswa untuk. Bisa sekolah di tempat itu.

Ya, motor sport keluaran terbaru itu adalah motor yang baru saja di beli oleh Jenna. Di area parkir seluruh mata memandang heran dengan kedatangan motor sport itu.  Bahkan ada lima pria termasuk most wanted dimana kelompok geng motor  dragon yang sangat di segani di sekolah itu. Tak satu pun yang berani melawan kebengisan mereka. Mereka merasa penasaran dengan seseorang yang mengendarai motor sport tersebut.

" Wih.. Siapa itu bro?  " Tanya Rafa yang termasuk salah satu inti dari geng motor Dragon.

" Mana gue tahu ege! " Ucap Wily santai.

" Dari postur tubuh nya kayak cewek nggak sih? " Selidik Putra.

Kelima geng Motor Dragon penasaran  dengan pemilik motor sport itu, hanya saja Rafa, Willy dan putra saja yang banyak bicara sedangkan dua orang dari mereka yang tak lain adalah Bryan dan aska memang mereka berdua tidak suka banyak bicara alias es batu.  Wk wk..

Sementara orang yang sedang di bicarakan masih betah duduk di atas motor sambil bermain ponselnya. Karena tak mau kehabisan waktu, Jenna mulai menyimpan ponselnya ke dalam tas, dan membuka helm yang belum di buka sama sekali sejak tadi.

" Eh buset! Cantiknya mak.. " Puji willy merasa kagum dengan kecantikan Jenna.

" Mami.. Menantu mu sudah datang... " Ucap Rafa merasa konyol.

Tuk

" Aw.. Sakit oi! " Keluh Rafa karena baru saja kepalanya di timpuk buku oleh Aska.

" Ha.. Ha.. Rasain tuh" Ledek Putra merasa senang melihat temannya teraniaya.

Kelima wost monted itu, sangat tertarik dengan kecantikan Jenna sampai perhatian mereka hanya pada Jenna semata.

Jenna tahu, jika dirinya menjadi bahan perhatian dari penghuni sekolah, hanya saja dia masih cuek karena itu bukan hal yang membahayakan dirinya maka ia memilih cuek dan santai sambil berjalan masuk ke dalam gedung sekolah itu dan mencari ruang kepala sekolah.

" Aduh buset.. Aura cuy.. Dingin bangat. " Seru Rafa

" Ho'oh" Sahut willy dan putra secara bersamaan ketika melihat Jenna dengan tampang datar memasuki gedung sekolah.

"Menarik.. " Batin  Aska sebagai ketua Geng Motor Dragon. 

" Cabut..! " Ucap Bryan  melangkah masuk ke dalam kelas.

" Hm" Sahut Aska.

***

Tok

Tok

Dari luar Jenna mengetok pintu ruang kepala sekolah.

" Masuk.. " Sahut seorang pria paruh baya dari dalam ruangan itu, begitu mendapat izin masuk ke dalam Jenna melangkah masuk ke dalam.

" Kamu anak baru itu kan? " Tanya pria itu.

" Iya Pak. " Jawab Jenna datar.

" Baik lah kelas kamu ada di Xll IPa 1 ya ada di lantai tiga sebelah kanan dari sini.  Bilang saja ke guru itu jika saya yang memberi tahu mu. " Jelas Zaki sebagai kepala sekolah Tunas bangsa.

" Hm.. " Ujar Jenna dengan cara berdehem setelah itu ia berlalu dari tempat itu.

Kepala sekolah melihat sikap Dingin murid baru nya itu hanya bisa geleng- geleng kepala saja.

***

Singkat cerita Jenna sudah masuk dan memperkenalkan diri di kelas itu. Bahkan Jenna juga satu kelas dengan kelima geng motor dragon.

Pada saat ini, Jenna sedang mencari dimana tempat Kantin sekolah ini berada, awalnya ia sedikit kesulitan mencarinya namun dengan kebaikan salah satu teman sekelas nya Jenna bisa ke kantin bersama dengan nya.

Ya, murid itu tak lain adalah Mila, Mila merupakan anak yang beruntung yang bisa sekolah di Tunas Bangsa karena beasiswa. Mila adalah anak sebatang kara karena kedua orang tua sudah lama meninggal. Awalnya, Mila hidup dengan sang Bibik namun setelah sang Bibik menikah, tapi sayangnya suami Bibiknya tidak menyukai keberadaan Mila, karena ia menganggap Mila hanya beban, dengan berat hati, sang Bibi meminta Mila untuk kembali tinggal sendiri di rumah kedua armlhm orang tuanya. Sejak saat itu lah Mila hidup seorang diri di rumah peninggalan orang tua nya.

" Jenna.. Kamu mau pesan apa, biar Aku pesankan. " Tawar Mila pada Jenna.

" Hmm Gue mau bakso sama es teh saja. " Ucap Jenna.

" Oke.. Tunggu sebentar ya. " Ujar Mila beranjak untuk membuat pesanannya dengan Jena.

" Hm"

Tidak butuh waktu lama, Pesanan sudah datang.  Mila dan Jenna mulai menikmati makanannya. Namun baru bisa memakan setengah saja para pengganggu datang mengganggu ketenangan Jenna dan Mila yang sedang makan.

Byur....

Es jeruk baru saja di guyur sampai habis dari kepala Mila, ya pelakunya adalah Ayu berserta para antek - anteknya. Di sekolah Tunas bangsa itu, tak ada satu pun yang berani  melawan anak donatur sekolah itu. Jika ia berani membuli tak satu pun dari mereka ada yang berani melawan Ayu.

" Gimana? Enak kan mandi es Jeruknya... Dingin kan? Baik kan aku...? Ha.. Ha..." Ledek Ayu merasa senang dengan hasil perbuatannya.

Mila merasa sedih jika dirinya selalu menjadi bahan bulian Ayu setiap hari.  Berbeda dengan Jenna, sengaja berhenti sejenak untuk makan karena adegan itu membuatnya sedikit tertarik.

" Ampun.. Apa Salah ku saat ini? Hiks.. Hiks... " Tanya Mila sedikit gemetar.

" Nggak ada tuh.. Hanya saja gue butuh mainan doank! Ya nggak teman - teman? " Jawab Ayu merasa bangga.

" Iya.. Ha... Ha... " Sahut para antek - antek Ayu sambil tertawa terbahak-bahak.

Ayu melihat Jenna menatap nya tajam seraya melipat tangan dan menyadarkan badan nya ke tempat duduk itu, seolah mendapat mangsa baru, membuat nya menjadi semangat.

.

" Lo anak baru itu kan?  Kok Lo mau sih temanan sama Dia, apa drajat Lo sama nih anak sama kayak Dia?  Anak miskin!" Ledek Ayu langsung di angguki oleh Para antek-antek nya.

Namun sedikit pun tak di hiraukan oleh Jenna, meskipun ia di ejek begitu, karena Jenna sudah malas membuat masalah, apalagi ia masih baru bersekolah di tempat itu. Melihat tak ada respon dari anak baru Ayu merasa sakit hati karena di abaikan oleh Jenna, sehingga Ayu sampai meradang kesal maka dari itu ia mulai dengan aksinya dan menganggap Jenna dengan remeh.

" Kurang ajar ya Lo! Berani ya nggak nyahut ucapan Gue! " Hardik Ayu sambil menarik rambut Jenna seenaknya.

Dari sudut kantin kelima pria Dragon menyaksikan pertengkaran Ayu dan Jenna. Bahkan seluruh murid yang sedang makan ikut menyaksikan tindakan Ayu, namun tak satu pun dari mereka yang berani membantu karena mereka takut dengan Ayu dan mencari jalan aman saja. Bahkan kelima anggota dragon juga ikut menyaksikan tindakan Ayu.

" Hadeh... Tu cewek nggak habis - habisnya buat masalah di sekolah ini. " Ujar putra merasa jengah melihat Kelakuan Ayu berserta para antek-antek nya.

" Aduh... Kasihan calon bini gue.. " Ujar Rafa merasa tak Terima jika Jenna di perlakukan secara kasar oleh Ayu.

Kembali ke Jenna dan Ayu.

Tak sedikit pun Jenna merasa mengeluh dengan rambut yang saat ini masih ditarik oleh Ayu.

" Lepas! Sebelum Lo menyesal. " Ucap Jenna dingin.

" Berani Lo ha! " Hardik Ayu semakin mengencangkan tarikan rambut Jenna.

Awalnya, Jenna enggan membuat masalah karena itu bukan berkaitan dengannya. Tetapi jika ia merasa terusik baru lah ia bertindak.

Jenna merasa tertantang dan memutar tubuh nya membuat rambutnya yang tadi ditarik Ayu langsung terlepas.

Plak

Dughhh

Bruk

Akhhh

Sebuah tamparan dan satu tendangan sukses di dapat oleh Ayu dari Jenna. Sehingga Ayu terlempar ke sudut meja sebelah meja Mila dan Jenna. Membuat Ayu langsung memuntahkan darah segar dari mulut nya.

Seluruh isi kantin menyaksikan pertengkaran itu merasa syok, karena baru kali ini ada yang berani melawan Ayu dan para antek-anteknya.

Dengan langkah angkuh Jenna menghampiri Ayu, dan menarik rambut Ayu dengan sangat kuat sambil mensejajarkan posisi nya dengan Ayu yang tergeletak di bawah meja.

Akhhh

" Lepas sakit! " Rintih Ayu merasa tubuhnya merasa sakit apalagi satu tamparan tadi membuat sudut bibirnya berdarah.

" Cih.. Lepas Lo bilang? " Desis Jenna sambil tersenyum miring.

" Jika Lo mau cari lawan itu, selidiki dulu siapa yang akan Lo Lawan Oke!! sekali lagi Lo berani mencari masalah sama gue habis Lo. " Bisik Jenna datar dan dingin seraya menghempaskan tubuh Ayu ke lantai setelah itu langsung berlalu dari kantin sambil mengajak Mila untuk segera pergi.

Dari ke lima Dragon

" Nggak salah lagi Lo berhak jadi wanita gue. "  Batin aska merasa penasaran dengan aksi berani Jenna.

" Huft.. Gue pikir calon bini gue lemah, tapi.. Beh susah lah di rangkai dengan kata-kata. " Puji Rafa penuh antusias.

" Gila Lo, main ngaku - ngaku calon bini! Emang tu cewek kenal sama Lo? " Ledek willy pada Rafa.

" He.. He.. Nggak bro! " Jawab Rafa sambil terkekeh.

" Amm, kayak nya kali ini Lo bakalan bersaing  secara brutal deh sama gue. " Sahut Putra dengan tampang serius.

Mendengar ucapan Putra ke empat sahabatnya menatap intens Putra, bahkan Aska tak mau kalah.

" Maksud Lo mau nikung gue gitu? " Selidik Rafa.

" Ya nggak donk...! " Bantah Putra.

" Terus maksud Lo apa? Wah parah Lo..! Semua cewek Lo embat gitu? Nggak.. Nggak kali ini Lo ngalah oke..  Masa Lo tega sih liatin gue jadi Jones terus. " Ucap Rafa dengan wajah di buat sesedih mungkin.

Tug

" Aduh... Sakit ege! Lama- lama ni kepala gue bakal enemia deh gara - gara Lo embat sama buku Lo itu. " Keluh Rafa pada willy sambil mengusap kepalanya yang terasa sakit.

" Haha.. Ha.. Amnesia bukan Anemia bro! " Ejek Willy.

" Terserah lo kata deh! " Pasrah Rafa.

" Dia milik gue! " Ucap Aska secara tiba-tiba.

" Hah? " Cengo ke empat sahabatnya.

Willy, Raffa, Putra, dan Bryan merasa mimpi dengan ucapan Aska alias ketua dari mereka. Kenapa begitu, karena selama ini Aska memiliki ketampanan di atas rata - rata tak satu pun para gadis yang berani mendekati Aska, pernah ada beberapa gadis nekad mendekati Aska, namun setelah itu berita dimana keberadaan gadis itu menghilang entah kemana. Sejak saat itu tak ada yang berani mendekati walaupun setiap hari para gadis hanya bisa mengagumi ketampanan Aska namun tak berani mendekati.

" Serius lo? " Selidik Bryan pada Aska.

" Hm" Langsung di angguki oleh Aska.

" Pak ketu sama pak waktu kalau bicara bahasa planet mereka bikin kepala gue merangakai rumus kuadrat deh! " Ejek Willy yang tak paham apa yang mereka berdua bicarakan.

" Ho'oh" Sambung Rafa menimpali.

" Jadi Lo juga suka sama Anak baru itu? " Tanya Putra yang paham bahasa Bryan dan Aska.

" Hm" Langsung di angguki kepala oleh Aska.

" Singkat waktu saja kita sudah kalah bray! Mundur... Mundur. " Ejek Rafa langsung di sepakati oleh Putra dan Willy  beserta Bryan.

" Kenapa? Nggak suka lo pada? " Selidik Aska pada ke empat sahabatnya.

" Setuju.. " Jawab mereka berempat.

Aska tersenyum penuh kemenangan karena para sahabatnya rela mundur untuk dirinya.

" Perjuangkan Bro! Klo nggak kita bakalan maju. " Ancam Rafa.

" Hm"

"Aduh itu mulut mending di sumbangin aja deh! Dari pada ahm hm terus angguk kepala doank. " Sindir Willy.

****

Di toilet Jenna membantu Mila untuk menggantikan pakaian Mila yang sudah basah kuyup karena habis  di guyur oleh Ayu tadi.

" Terimakasih Jenna, kamu sudah mau tolongin Aku" Ucap Mila tulus.

" Nggak perlu itu karena dia sudah berani ganggu ketenangan gue. " Jawab Jenna dingin dan datar.

" Aku takut kamu akan di D. O sama kepala sekolah karena berani ganggu dia. " Ujar Mila.

Mila paham dengan sikap dingin Jenna, meskipun terlihat menakutkan, Mila paham jika Jenna adalah anak yang baik.

" Siapa dia? " Tanya Jenna.

" Dia anak orang kaya Jen, anak adi jaya, dia termasuk anak donatur paling besar di sekolah ini. Jika ada yang berani bermasalah dengan nya konsekuensi nya siap keluar dari sekolah ini. Karena kekuasaan itu tak ada yang berani melawan dia Jen. Karena sudah banyak jadi korban bullyan dan memprotes dan berakhir karena D. O. " Jelas Mila.

" Kayaknya gue tertarik dengan Kasus ini,  jika itu terjadi, ayo kita akhiri kesombongan tikus kecil itu, kita buat dia tidak berkutik lagi gimana? " Ucap Jenna saraya menaikkan alisnya naik turun.

" Hah? " Mila merasa cengo dengan kenaifan teman barunya itu.

" Dah.. Lah! Lo lihat saja nanti permainan gue. Mulai sekarang Lo jadi sahabat gue. Gimana Lo mau nggak? " Tawar Jenna.

Diam - diam Jenna sudah menyelidiki asal - usul teman barunya itu, dengan ke ahlian nya menjadi hacker super handal sangat mudah bagi Jenna mencari data Mila, maka dengan itu ia mengajak Mila menjadi sahabatnya.

" Kamu yakin mau jadi sahabat Aku jen? Aku ini bukan orang kaya Jenna, selama ini di sekolah ini tak ada yang mau menjadikan Aku teman karena Aku anak miskin yatim- piatu lagi. " Jawab Mila penuh kejujuran dan dengan wajah terlihat sedih.

Puk

Puk

Jenna menepuk pundak Mila seperti mau menyalurkan kekuatan untuk Mila.

" Sudah! Lo nggak perlu sedih, gue nggak peduli lo itu miskin atau pun kaya yang penting lo mau temanan sama gue. " Ucap Jenna terlihat datar tapi terdengar tulus oleh Mila.

" Iya Jen, Aku mau jadi sahabat kamu, terimakasih sudah mau bersahabat dengan Aku. " Ucap Mila seraya tersenyum bahagia.

" Kayak nya Lo sudah selesai, ayo kita ke kelas sebelum guru masuk. " Ajak Jenna melangkah keluar dari toilet.

" Iya. . " Ucap Mila sambil mengikuti langkah Jenna menuju kelas.

sahabat baru

Seusai pulang sekolah tepat nya di parkiran,  Jenna yang sedang  mengambil motornya yang ada di parkiran tetapi melihat Mila yang akan pulang dengan ojek, sehingga dengan langkah cepat ia mengejar langkah kaki sahabat barunya itu.

" Mila.. " Panggil Jenna dari belakang.

Mendengar namanya terpanggil, Mila langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.

" Iya Jenna.. " Sahutnya

" Lo mau pulang kan? " Tanya Jenna.

" Iya.. "

" Ya sudah bareng gue aja. " Tawar Jenna tulus.

" Nggak usah Jen, Aku bisa kok pulang naik ojek. " Tolak Mila merasa sungkan dengan tawaran Jenna.

" Lo lupa kalau gue ini sahabat Lo? " Bantah Jenna yang tidak suka mendapatkan penolakan dari Mila.

" Ya nggak lah! He.. He.. " Seru Mila sambil terkekeh.

" Ya sudah, nunggu apa lagi. Ayo pulang bareng gue.." Ujar Jenna sambil menarik tangan Mila menuju motornya yang masih terparkir.

Singkat cerita Jenna dan Mila sudah sampai di depan rumah Mila yang terlihat kecil dan terpencil.

" Ini rumah Lo? " Tanya Jenna seraya melirik setiap sudut rumah Milla yang sangat jauh dari kata sederhana.

" Iya Jenna.. Maaf ya rumahnya nggak sesuai dengan ekspetasi Lo. " Jawab  Mila terdengar pasrah dan malu dengan keadaan bentuk rumahnya.

" Lo tinggal dengan siapa? " Selidik Jenna.

" Gue sebatang kara Jenna, kedua orang tua gue sudah nggak ada, ya begini deh gue hidup sendiri. Dulu gue ada punya tante sih.. Cuman sejak dia menikah, suaminya nggak suka sama dia karena dia anggap gue beban makanya gue di usir makanya gue kembali kesini rumah orang tua gue lagi. " Ujar Mila apa adanya.

" Eh.. Lo mau nggak masuk ke rumah gue yang super kerdil ini. " Tawar Mila.

" Yuk.. " Sahut Jenna penuh antusias bahkan lebih dulu ingin masuk ke dalam namun langkahnya terhenti ketika pintu rumahnya masih terkunci.

Mila yang melihat tingkah sahabat barunya menjadi melongo, ia tak habis pikir baru kali ini ada temannya yang sudi masuk ke rumahnya itu bahkan lebih semangat darinya.

" Cepat donk! Bukain.. " Teriak Jenna yang merasa tak sabaran.

" He.. he... Iya iya.. " Sahut Mila merasa senang atas sikap Jenna.

Ceklek

Mereka berdua masuk ke dalam, dengan santainya Jenna langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa tanpa di tawari oleh Mila terlebih dahulu.

Mila merasa senang dengan sikap Jenna yang tulus berteman dengannya.

" Terus biaya sehari-hari Lo gimana? " Selidik Jenna penasaran.

" Gue biasanya kerja part time di cafe sampe malam gitu. " Jawab Mila enteng.

" Mending Lo berhenti deh kerja. " Ujar Jenna santai.

" Hah? Berhenti? " Ucap Mila syok atas permintaan Sahabat barunya itu.

" Terus kalau gue berhenti gue makan apa donk kalau nggak kerja. " Bantah Mila.

" Lo kerja sama gue sekalian deh Lo tinggal disana, kebetulan gue lagi cari asisten buat bisnis gue. " Jawab Jenna santai.

" Maksud Lo gimana nih, gue nggak paham? " Tanya Mila merasa bingung.

" Begini gue punya perusahaan J. A groups nah Gue belum ada tuh punya asisten, maka nya gimana kalau Lo aja jadi asisten gue. " Ucap Jenna seraya menarik kan kedua alis matanya sambil naik turun.

Yang di ceritakan Jenna mengenai perusahaan J. A group hanya sebuah perusahaan cabang saja. Karena Jenna merupakan pemilik perusahaan Global raksasa yang paling besar di kancah negara. Ia terpaksa berbohong sama Milla ingin menguji kesetiaan Milla terlebih dulu.

" Hah??? Jadi Lo pemilik perusahaan terkenal itu?  Wow hebat! Satu kehormatan buat gue jadi sahabat lo Jen. " Puji Mila merasa bangga.

" Lebay Lo! Jadi gimana Lo mau kan jadi Asisten gue ini? " Tawar Jenna mengintimidasi sahabat barunya.

" Hmm gimana ya? Tapi gue nggak ada pengalaman buat jadi asisten gitu. " Jawab Mila Jujur.

" Hadeh... Itu mah gampang! Lo bisa gue ajarin deh, lo cuman ngatur jadwal gue apa saja terus cari tahu info investor pokoknya masih banyak deh, nanti gue ajarin Lo. Yang penting Lo mau nggak? " Seru Jenna sedikit memaksa.

" Oke.. " Jawab Mila mengangguk kepala.

" Ya sudah ayo siap - siap kita pergi. " Ujar Jenna.

" Sekarang? " Tanya Mila sedikit melongo atas sikap Jenna langsung sat set.

" Iya donk! "

" Kemana? " Tanya Mila.

" Karena Lo sudah setuju jadi asisten gue, maka hari ini Lo nggak akan tinggal di sini lagi. " Ucap Jenna santai.

" Terus gue tinggal dimana? " Tanya Mila penasaran.

" Mulai sekarang gue mau Lo tinggal di apartemen yang ada di samping apartemen gue, itu bakalan jadi milik lo sekalian rumah baru untuk Lo juga." Jelas Jenna.

" Se- serius Lo Jen. " Tanya Mila masih kurang percaya.

"Hmm"

Jenna sengaja membuat Mila menjadi asisten nya karena ia merasa kasihan dengan nasib buruk Mila. Karena ia sudah tahu latar belakang Mila maka ia tak pikir panjang lagi untuk mengajak sahabat baru untuk bergabung dengan perusahaan nya.

***

Di apartemen baru

" Nah.. Ini Tempat tinggal Lo yang baru oke. " Ujar Jenna.

Mila melihat seluruh ruangan apartemen,  sampai pelupuk matanya sudah berlinang air mata.

" Mil... Lo kenapa? Lo tersinggung dengan ucapan gue? " Tanya Jenna yang melihat mata Mila seperti ingin menangis.

Karena tidak tahan akhirnya, Mila langsung menangis sejadi - jadinya. Membuat Jenna panik seketika.

"Hiks.. Hiks.... "

"Eh.. Eh.. Lo kenapa? Perasaan gue nggak ada ya.. Jahatin lo deh. " Tanya Jenna merasa konyol pada Sahabat barunya itu.

" Hiks.. Hiks.. Gue senang Jen, gue nggak nyangka bisa dapatin tempat tinggal sebagus ini. " Ujar Mila jujur.

" Hah? " Jenna tak habis pikir dengan sikap sahabat barunya itu.

" Jadi Lo nangis nggak jelas gini karena lo dapat tempat tinggal baru lo ini? " Tanya Jenna sampai ia jengah langsung di angguki oleh Mila.

" Nah sekarang sekarang Lo sudah ada tempat tinggal, besok lo pergi ke sekolah bawa motor gue yang satu nya lagi, biar Lo bisa kemana-mana dengan motor itu. Tapi apa lo bisa bawa motor kan? " Tanya Jenna serius.

" Ya bisa, kan gue sering antar delivery cafe. "

" Oke nih kuncinya. Mulai sekarang motor dan apartemen ini milik lo. " Jenna menyerah kan kunci motor miliknya untuk Milla.

****

Sesuai  dengan apa yang di bicarakan waktu itu sang Daddy mengajak calon istrinya ke rumah beserta anak dari calon istrinya untuk berkenalan dengan Jenna dan Lili.

" Lili.. Jenna..  Silakan kenalanan sama calon mama kalian. " Ujar Maxim memberi perintah untuk anak-anak nya.

Dengan merasa enggan dan terpaksa Jenna dan Lili mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan calon ibu tirinya itu.

" Lili tante.. " Ucap Lili mengukurkan tangan dengan terpaksa karena ia tidak ikhlas jika posisi sang ibu di gantikan dengan wanita lain.

" Jenna.. " Ucap Jenna dingin dan cuek.

" Perkenalkan saya melati, semoga kalian bisa menerima tante menjadi ibu kalian ya. " Jawab Melati seraya membalas uluran tangan kedua anak Maxim.

" Nah kenalin juga ya ini, Nadira anak tante satu - satunya. Semoga nanti kalian saling menyayangi karena nanti kalian akan menjadi saudara. " Ucap Melati sambil mengenalkan putri satu - satunya kepada Jenna dan Lili.

" Hallo aku Nadira.. Semoga kalian mau menerima aku jadi saudara kalian. " Ucap Nadira dengan rasa percaya diri mengulur kan tangannya untuk berkenalan dengan Jenna dan Lili.

Dengan enggan Lili mengulurkan tangannya untuk membalas tangan Nadira.

" Lili"

Namun tidak dengan Jenna hanya menjawab saja tanpa mau membalas uluran tangan Nadira.

" Jenna" Setelah itu ia langsung berlalu dari hadapan mereka.

"Sial.. Beraninya dia nolak gue! Awas saja setelah mami gue jadi nikah dengan bapak lo, siap - siap aja lo gue singkirin and... Semua harta lo bakalan gue ambil sama mami lo.. Ha. Ha.. " Batin Nadira sambil tersenyum licik.

Lili  dan Jenna yang pada awalnya sama - sama memiliki kemampuan untuk mendengar suara batin seseorang maka dari itu mereka dapat mendengar apa yang baru saja di bicarakan Nadira barusan. Sehingga kedua putri Maxim sama - sama tersenyum devil dengan maksud tujuan dia orang ini untuk masuk ke dalam keluarganya.

"Sepertinya gue dapat mainan baru deh.. ! "  Batin Lili merasa bangga.

Ya, Lili memiliki kepribadian yang lain sama dengan Jenna sang adik, namun Lili lebih memiliki jiwa skopat yang sangat haus darah. Jenna sudah mengetahui sudah lama dengan apa yang terjadi dengan sang kakak, namun tidak dengan sang Daddy sedikit pun tidak tahu apa - apa dengan putrinya itu.

" Hmm.. Kayak nya kakak gue dapat mainan baru nih! " Batin Jenna merasa senang dan tau maksud tatapan sang kakak ketika melihat calon saudara tirinya itu. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya ke arah lift.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!