Tunangan sama Luna, tapi nikahnya sama Zenata? Tabrakan mobil yang menewaskan tunangan Athala, yaitu Luna. Menyebabkan Athala murka hingga Zena yang harus menggantikan Luna.
-
-
Pukul 00.00 dini hari ~~~
Tabrakan mobil dari 2 arah menewaskan seorang wanita bernama Luna yang tak lain adalah tunangan Athala Dewantara. Seorang anak pengusaha konglomerat yaitu Alarich Dewantara & Aleesya Bagaskara.
BUGH ....
Malam naas terjadi dibawah derasnya hujan dan kencangnya petir "Lun-Lunaaaa bangun Lunaaaa!" Teriakan Athala tak membuat Luna bangun, dia bersimbah cairan merah.
Seketika pandangan Athala kabur dia memejamkan matanya. Yang dia dengar adalah suara dari orang orang sekitar yang mencoba menolongnya.
"Pak, disini ada perempuan !" Teriak bapak satu lagi yang menolong seorang perempuan di mobil satunya.
Mereka semua berbondong-bondong membawa ketiga korban kecelakaan itu ke rumah sakit. Po li si juga menyisir TKP. Berita itu menyebar dengan cepat hingga sampai ke keluarga ketiga korban itu.
-
-
-
"Enggak pih... Enggak mungkin! Athala pasti masih hidup pih hiks hiks hiks...!" Mamih Aleesya histeris mendengar kabar anak sulungnya yang mengalami kecelakaan tengah malam itu. Sang suami berusaha menenangkannya. Juga ketiga anaknya Alana, Atharya dan Ariana yang juga adik dari Athala.
"Tenang mih, kakak masih hidup, kalau mamih enggak tenang kasihan kakak mih." Ucap Alana adik kembar Athala yang juga merangkul mamihnya yang masih menangis histeris.
"Kita kesana, tapi mamih janji harus tenang yah." Kata papih Alarich "Iya pih, ayo pih"
Semua anggota keluarga malam itu pergi ke rumah sakit tempat anaknya dan juga 2 perempuan itu dirawat.
Sesampainya disana mereka masih menunggu di luar, tentunya keadaan disana sangat chaos. Ada juga wartawan yang menunggu di luar. Terang saja berita ini sampai ke telinga para jurnalis. Para bodyguard keluarga Dewantara juga sedang berjaga jaga di luar tak membiarkan wartawan itu masuk.
"Ray, cari tahu siapa korban di mobil satunya lagi." Titah papih Alarich pada asistennya "Baik boss."
-
-
-
Cukup lama mereka menunggu, akhirnya dokter yang menangani anaknya keluar "Gimana dok anak saya?" Tanya mamih Aleesya "Pasien mengalami syok berat, pasien juga harus menjalani terapi karena ada tulang dalam yang kena benturan, untuk saat ini kami akan memantau terus 24jam. Dan juga_" omongan dokter itu terhenti.
"Ada apa dok?" Tanya Alana.
"Wanita yang bersama pasien, meninggal dunia, dia kehilangan banyak da**h. Dan ...dia juga kehilangan janin yang ada di dalam perutnya."
DEG
Semua keluarga syok Apa Janin?
"Enggak! Enggak mungkin Athala gitu pih! Athala anak baik, dia enggak mungkin menghamili wanita itu pih." Mamih Aleesya terduduk lemas mendengar penjelasan dokter itu. Papih Alarich juga sama syoknya. Pasalnya, di mata mereka sebagai orang tua, Athala anak yang baik dan lurus-lurus saja.
Bahkan kegiatannya dipantau 24jam oleh papih Alarich. Kemana pun Athala pergi pasti anak buah suruhan papihnya mengikutinya.
"Dok maaf, tapi enggak mungkin sepertinya kalau Luna hamil. Mereka belum menikah dok!" Kata Alana.
"Mungkin bapak sama ibu bisa mengajukan tes DNA untuk mengetahui janin yang ada di tubuh korban. Kami juga akan melakukan ot***i untuk mencari tahu penyebab kecelakaan ini." Kata dokter itu.
"Lakukan tes DNA" Ucap papih Alarich.
"Baik, kami akan segera proses."
-
-
-
"Dimana anak saya dok?" Teriak seorang wanita paruh baya yang baru datang bersama lelaki mungkin suaminya.
Keluarga Athala berdiri melihat siapa yang datang. Tak disangka ternyata yang datang adalah bu Risma, pimpinan panti asuhan tempat mamih Aleesya menjadi donatur tetap disana.
Tatapan mereka semua bertemu, seolah tak percaya apa yang terjadi malam ini "Bu Risma...!" Ucap mamih Aleesya.
"Bu Aleesya...ke-kenapa anda disini?" Tanya bu Risma.
"Athala menjadi korban kecelakaan ini." Kata mamih Aleesya.
Bu Risma syok mendengarnya, dia menatap dokter "Dok, anak saya Zenata ada di mana? Bagaimana keadaannya?"
"Silahkan keruangan sebelah!"
-
-
Mereka semua mengikuti dokter itu dan dokter itu membuka ruangan dimana wanita yang bernama Zenata terbaring lemah "Ya Allah Zena...!" Bu Risma menangis histeris memeluk Zenata yang masih tak sadarkan diri.
Orang tua Athala juga mendekati bu Risma "Jadi...Zenata juga...!" Mamih Aleesya tak kuasa menahan air matanya. Jelas saja dia kenal. Zenata adalah anak dari panti asuhan itu, mamih Aleesya sangat menyayangi Zenata.
Bahkan Zenata juga di sekolah kan dan di kuliahkan ditempat yang sama seperti anak-anaknya. "Kak Zena...!" Lirih Ariana adik bungsu Athala.
Dokter yang menangani Zenata muncul "Mari kita bicara di luar!"
Semua orang keluar dari ruangan itu, mereka menunggu dokter itu bicara "Jadi begini, pasien mengalami kebutaan, kornea matanya terkena pecahan kaca mobilnya. Kami juga langsung melakukan pencarian donor. Namun kami belum mendapat kabar dari bank donor." Ucap dokter itu.
"APA ? ZENATA BUTA?"
Bu Risma bagai di sambar petir, sama halnya dengan orang tua Athala. "Cari pendonor secepat mungkin dok, untuk biaya tak masalah. Dia anak kami juga. Tolong dia dok!" Kata papih Alarich.
Bu Risma dan mamih Aleesya menangis bersama. Tak bisa dibayangkan saat Zena bangun dari komanya. Dan tahu kalau dia buta. Sehancur apa hati Zena.
"Kami sedang mengusahakan pak. Semoga datang keajaiban. Dan untuk sekarang pasien masih harus menjalani perawatan. Dia juga mengeluarkan banyak d***h. Masalahnya stok disini habis, petugas kami sedang ke rumah sakit lain."
"Apa golongan d***hnya?" Tanya Alana.
"Golongan d****nya O+." ucap dokter itu "Baik saya akan mendonorkan d***h saya untuk kak Zena." Kata Ariana.
"Kamu serius nak?"
"Iya mih, kasihan kak Zena. Anna juga sayang sama kak Zena mih, boleh ya mih?" Rengek Ariana "Iya sayang, boleh!" Ucap papih Alarich.
Ariana dibawa perawat ke ruangan satunya lagi untuk cek d***h. Sebelum melakukan donor. Mereka semua berada di rumah sakit hingga pagi hari.
-
-
-
Papih Alarich menyewa 2 kamar VIP untuk istirahat keluarga mereka dan bu Risma juga suaminya.
Keduanya berbaring di tempat tidur sembari menunggu kabar "Pih, ada apa ini? Kenapa semuanya jadi berantakan?" Ucap mamih Aleesya dengan tatapan kosong.
"Tenang mih, Athala akan sembuh. Dan untuk Luna, papih yakin anak yang dikandungnya bukan anak Athala. Luna bukan gadis baik-baik. Itu kenapa papih enggak pernah setuju hubungan mereka!" kata papih Alarich. "Maksud papih?"
"Mih, papih pernah lihat Luna di hotel bersama klien papih yang seumuran dengan papah."
"What? Masa sih pih?"
"Tanya aja Ray, dia punya semua buktinya. Tapi papih enggak tega kasih tahu ke Athala, biarkan dia melihat sendiri kelakuan pacarnya!"
TOK TOK TOK
CEKLEK
Ray datang membawa informasi "Gimana Ray?" Tanya papih Alarich "Boss, kecelakaan itu murni tidak ada sabotase apapun. Mobil yang dikendarai oleh korban satunya lagi juga tak ada masalah. Kecelakaan itu bukan di sengaja." Ucap Ray panjang lebar.
Papih Alarich dan mamih Aleesya saling menatap "Baiklah, kamu bisa istirahat dulu. Oh iya tolong bi Marni suruh datang dan bawakan sarapan untuk bu Risma juga."
"Baik boss!"
-
-
"Luna ... Luna ...bangun Luna." Athala mengigau di tengah kondisinya yang masih kritis.
-
-
-
..."Halo Assalamualaikum ... Novel ini adalah terusan dari Novel ALEESYA ❣️ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup anaknya ALEESYA ❣️...
Yuk di follow jika berkenan, terima kasih banyak atas supportnya ❣️
Mohon maaf di ALEESYA tidak maksimal, karena saya sedang cuti hamil TM 1, maaf apabila selama penulisan ada kata kata yang belum maksimal ❣️
Seminggu sudah Athala dan Zenata dirawat dirumah sakit. Kondisi Athala sudah membaik dia juga sudah sadar dari komanya "Sayang ini mamih."
Athala tersenyum hangat melihat mamih tercintanya "Mih, Atha baik baik aja, mamih jangan nangis lagi." Ucap Athala dengan terbata-bata. "Jangan gini lagi nak, mamih takut kehilangan kamu!" Mamih Aleesya makin menangis dipelukan Athala.
"Mih, Luna mih...Luna gimana mih?" Tanya Athala. Semua keluarga Athala tak ada yg menjawab pertanyaan Athala. "Kenapa diem semua? Luna mana?"
Athala mulai histeris dia bangun mencoba berdiri dan mencabut infusan ditangannya, orang tuanya berusaha menahan Athala agar tak keluar. "Duduk Atha!" Ucap papih Alarich "Luna mana pih?" Lirih Athala.
"Kak yang tenang, jangan kayak gini, kakak baru sadar!" Kata Ariana "Apa yang kalian sembunyiin? Jawab!" Teriak Athala.
Mamih Aleesya memeluk anaknya "Yang sabar ya nak, Luna udah tenang di tempatnya!"
"Maksud mamih apa?"
Orang tua Athala saling lirik entah bagaimana cara mereka menjelaskan pada anaknya. "Jawab mih, pih!"
"Luna meninggal." Jawab Alana. "Ap-apa? Me-meninggal? Enggak mungkin, dia masih hidup dia masih nungguin aku Al." Teriak Athala histeris, semua anggota keluarga berusaha menenangkan Athala yang semakin berontak.
Ray yang melihat kekacauan itu langsung memanggil dokter untuk menangani Athala. Dokter itu menyuntikan obat penenang. "Sebaiknya, tolong dijaga dulu, jangan membuat pasien stres." Ucap dokter.
-
-
Tak beda jauh situasinya, di ruangan Zenata juga sama kacaunya. Zena juga berteriak mengamuk ketika tahu dirinya mengalami kebutaan akibat kecelakaan naas itu.
"Ya Allah Zena sabar nak...!" Bu Risma memeluk Zena dengan erat. Hati siapa yang tak hancur, saat terbangun dari koma lalu tahu dirinya tak bisa melihat dunia lagi.
"Ibu...ibu... Zena buta bu... Arrgghhhhh !"
Zena terus meraung meratapi nasibnya "Sabar ya nak, dokter sedang mencari pendonor, semoga dokter secepatnya memberikan kabar baik." Ucap bu Risma yang menenangkan Zena anak asuhannya.
Setelah Zena sudah mulai sedikit tenang dia juga tak lupa tentang kecelakaan itu "Bu, korban yang ikut_"
"Meninggal Zen."
"Apa?" Zena terkejut dan menutup mulutnya dia. "Ya Allah terus gimana bu? Apa keluarganya akan menuntut Zena?"
Bu Risma menceritakan kejadian malam itu saat Zena juga 2 korban lainnya dibawa ke rumah sakit "Jadi, kak Athala yang ada di dalam mobil itu? Ya Allah, gimana ini bu? Pasti mamih Aleesya benci sama Zena hiks hiks hiks...!"
"Enggak sayang! Semua itu murni kecelakaan, semua itu takdir. Po li si juga sudah memeriksa mobil kamu dan mobil Athala. Kejadian itu benar benar kecelakaan." Kata bu Risma.
"Zena, lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran." Ucap pak Soleh yang baru datang menjenguk Zena.
-
-
-
Mamih Aleesya mencoba menjelaskan dengan pelan pada anaknya itu kejadian di malam naas itu. "Zena? Dimana dia mih?" Tanya Athala
"Biarkan Athala ketemu Zena mih!" Ucap papih Alarich "Tapi pih kak Zena kan_" Ucapan Alana terhenti kala papih Alarich menganggukan kepalanya.
Dengan tertatih tatih Athala ditemani orang tuanya dan juga Alana ke ruangan Zena, terlihat raut wajah Athala tak bersahabat. Ada kebencian, dendam dan amarah.
BRAK
Bu Risma, pak Soleh menoleh ke arah pintu, lain halnya Zena yang hanya diam dengan tatapan kosong. Athala mendobrak pintu kamar itu dengan kencang
"BRENGSEK! KAMU PEMBU**H ZENA !" Athala mendekati Zena memakinya dengan lantang. Zena hanya menangis tersedu sedu, dia juga sama hancurnya.
PLAK
Mamih Aleesya menampar anaknya itu "ATHALA CUKUP! Jaga bicaramu! Mamih enggak pernah mengajarkan kamu seperti itu!" Mamih Aleesya murka, sedangkan papih Alarich dan Alana hanya terdiam dengan situasi ini.
Alana menarik kakaknya untuk tenang. "Terus kakak mau apa? Kakak mau bu**h aku? Iya? Silahkan kak aku juga udah enggak punya harapan hidup!" Lirih Zena dengan tubuh yang bergetar.
"Aku minta maaf kak Atha, aku_"
"CUKUP! GARA GARA KAMU LUNA MATI, SEKARANG KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEMATIANNYA!"
"Aku harus gimana kak? Kakak mau penjarain aku? Silahkan kak hiks hiks hiks...!" Zena nampak pasrah. Semua orang disana hanya terdiam mendengar amarah Athala. Terlebih orang tua Athala juga mencoba menenangkan anaknya yang emosi.
"Gantikan Luna! Kita menikah malam ini." Ucap Athala sambil memegang dagu Zena.
DEG
Semua orang terkejut mendengar perkataan Athala. "Jangan macam-macam kamu Athala!" Kata papih Alarich.
Athala mengambil ponsel yang dipegang Alana, dia menelepon Juna asistennya "Juna, siapkan pernikahan malam ini dirumah sakit!" Ucap Athala di telepon.
"Ba-baik boss, tapi kenapa malam ini? Bukannya non Luna sudah_"
"Jangan banyak tanya!" TUT TUT TUT
Athala memberikan lagi ponsel Alana. Zena juga sama kagetnya, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Pernikahan seperti apa yang akan dia jalani? Melihat saja tak bisa apalagi menikah?
"Kak, gimana caranya aku bisa melayani kakak sebagai suami, kalau aku aja enggak bisa lihat?" Lirih Zena
Athala menoleh dan menelaah perkataan Zena "Jadi kamu buta? Itu hukuman buat kamu, karena kamu sudah menghancurkan hidupku!" Ucap Athala dengan bibir bergetar.
"Athala cukup! Mamih enggak suka kamu kasar sama Zena! Semua ini murni kecelakaan Athala, bukan salah kamu atau Zena." Kata mamih Aleesya.
Athala pergi dari sana tanpa bicara lagi. "Nak, maafkan mamih yang tak bisa mencegah Athala!" Ucap mamih Aleesya. "Bukan salah mamih Aleesya, salah Zena, ini semua salah Zena hiks hiks hiks...!" Zena menutup wajahnya dan menangis sesegukan.
-
-
-
Akhirnya malam pun tiba, penghulu dan saksi sudah hadir di kamar Zena. Athala dan keluarganya juga hadir disana, bahkan opah dan omah Athala datang.
"Baik, semuanya sudah siap?" Tanya pak penghulu "Siap, langsung mulai saja!" Kata Athala dengan ketus.
Zena hanya diam dengan tatapan kosong "Ya Allah, hamba pasrahkan segalanya, hamba ikhlas menerima ini semua. Maafkan hamba ya Allah."
"Athala, jangan kayak gitu nak!" Ucap omah Winda. Atha tak lagi bicara dia menundukan kepalanya.
SAH Alhamdulillah
Pernikahan itu terjadi. Athala dan Zena resmi menikah secara Agama. Papih Alarich meminta Ray dan Juna untuk segera mengurus surat surat pernikahan anak dan menantunya.
Zena mencium tangan Athala dengan perasaan yang campur aduk. Dulu saat kecil, Zena memang sangat menyayangi Athala bahkan sebelum kejadian ini. Tapi sekarang, Zena merasa kalau Athala sangat membencinya.
Athala meminta tambahan kasur untuk dirinya supaya sekamar dengan Zena. Selepas acara pernikahan mereka, seluruh anggota keluarga termasuk bu Risma dan pak Soleh juga pamit pulang. Mereka akan datang lagi besok.
"Zena sayang, mamih dan papih pulang dulu yah. Di kamar sebelah ada Ariana sama Athar, kalau butuh apa-apa panggil aja mereka yah." ucap mamih Aleesya "Terima kasih mih, pih, hati hati dijalan." Lirih Zena
"Papih selalu hati-hati, enggak usah sok nasehatin papih!" Ketus Athala sembari pergi ke kamar mandi.
BRAK
"Jangan di dengerin! Kami pulang yah!"
Hari pertama menjadi istri Athala, tak membuat Zena bahagia, yang ada Zena merasa di abaikan. Athala dan Zena saling diam tak bersuara di tengah keheningan malam itu. Keduanya pisah kasur. Sampai akhirnya Atha sendiri yang bicara.
"Setelah dari rumah sakit, kita akan tinggal terpisah dari papih sama mamih!"
"Iya kak!"
"Aku bukan kakak kamu!" Ketus Athala yang membuang mukanya "Mau dipanggil apa kak? Dari dulu kan aku panggilnya kakak. Eum...abang?" Zena jadi sedikit gugup perkara panggilan jadi masalah.
Atha tak menjawab dia menarik selimutnya dan memunggungi Zena "Mm-mas Atha...udah tidur?" tanya Zena dengan hati hati.
Mata Atha reflek terbuka ketika mendengar Zena memanggilnya dengan sebutan mas. "Ehm... Iya udah ngantuk! Sana tidur! Nanti ngadu macem macem lagi ke mamih!"
"Iya mas!" Zena berusaha berdiri dan meraih tongkatnya. Dia berjalan menyisir pinggiran kamar. Dan meraih gagang pintu kamar mandi. Athala bangun dan menoleh Zena yang kesulitan jalan untuk ke kamar mandi.
"Ck...dasar nyusahin! Baru aja sehari jadi istri." Athala kembali tidur dan tak memperdulikan Zena yang masih di kamar mandi.
-
-
-
Selama 3 hari mereka menjalani pernikahan ini bagaikan manusia tak saling kenal. Bahkan Athala tak mau di layani oleh Zena, contohnya hari ini, Zena berusaha untuk menyuapi Athala makan, namun Athala menolaknya mentah mentah.
"Mas harus makan biar cepet pulih, kalau mas tambah sakit gimana?" Lirih Zena dengan tatapan memelas.
"Halah, kamu aja yang habisin, sana minggir !" Athala menghempaskan piring yang dipegang Zena hingga terjatuh ke lantai.
Zena terkejut dengan perlakuan Athala yang semakin hari semakin kasar. Dia berlinang air mata, hatinya hancur. Dimana Athala yang dulu lembut padanya? Kemana Athala yang selalu tersenyum manis padanya? Semua itu hanyalah kenangan yang akan Zena kubur.
CEKLEK
"Astaga ... Zena...!" Mamih Aleesya menghampiri menantunya yang tengah memunguti pecahan piring "Ma-mamih?"
"Iya sayang ini mamih. Simpen aja, nanti mamih suruh ob yang bersihin." Mamih Aleesya menyuruh Ray untuk memanggil ob.
"Athala, bukannya bantuin istri kamu malah diem aja!" Geram mamih Aleesya "Udah gede juga mih biarin ajalah!" ketus Athala dan menarik selimut lagi.
Zena merasa tak enak "Mih, enggak apa-apa kok."
"Oh iya, hari ini kalian boleh pulang, Athar sama papih lagi ngurusin administrasi dulu. Sini mamih bantu siap siap yah! Mamih juga sudah siapkan baju untuk kamu dirumah."
"Terima kasih mih, udah banyak membantu Zena." Lirih Zena.
"Kamu anak mamih juga sayang."
Mamih Aleesya membantu Zena menyiapkan pakaian juga membantu Athala. Dirasa sudah selesai, mereka pun pulang dari sana. Sepanjang perjalanan baik Atha maupun Zena tak ada yang bicara. Hingga mobil mereka sampai juga di rumah utama orang tua Athala.
-
-
-
Mamih Aleesya selalu mendampingi Zena dan menuntunnya hingga ke kamar. Athala juga tak bicara, dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. "Zena, kalau butuh apa apa kamu tekan tombol ini yah, nanti ada art yang akan datang!" Ucap mamih Aleesya memberikan walkie talkie pada Zena.
Mengingat kondisi Zena yang tak memungkinkan. "Terima kasih mih, maaf udah ngerepotin mamih. Zena malu mih." Lirih Zena sembari menunduk.
"Emang kamu ngerepotin! Jangan di manja mih, nanti ngelunjak!" Kata Athala sembari mencemooh istrinya.
"Jaga ucapan kamu! Mamih sama papih enggak pernah mendidik kamu seperti itu, mengerti?" Sorot tajam mata mamih Aleesya nembus ke ulu hati Athala.
Athala pun diam dan menunduk. Mamih Aleesya keluar dari kamar anak dan menantunya. Sementara Zena dengan tongkatnya, sedang menata pakaiannya dan juga pakaian suaminya. Zena tak bicara lagi. Dia seperti masuk ke kandang macan.
Tak ada percakapan diantara pengantin baru ini. Athala nampaknya sudah tertidur pulas, Zena mendengar dengkuran suaminya. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di dalam sana, Zena duduk dipinggiran bathub, dia meneteskan air matanya.
"Apa yang harus aku lakukan? Gimana caranya aku menebus dosaku pada suamiku?"
Cukup lama Zena ada di kamar mandi. Selesai dari sana Zena berganti baju di depan lemari. Dia tak tahu kalau saat ini Athala sedang menatap dirinya.
"Syalan...! Maksudnya apa coba te******g di depan lemari? Mau jadi wanita penggoda apa gimana? Awas aja kamu Zena! Kamu enggak akan bisa lepas dari aku!"
Athala tak menampik, jika hasratnya naik saat melihat kemolekan tubuh istrinya yang putih mulus. Dia juga lelaki normal. Athala langsung ke kamar mandi untuk menuntaskan hasrat yang tertunda.
BRAK
Zena menoleh dia kaget ketika ada suara pintu dibanting. Untung saja dia sudah selesai pakai gamis dan hijab. Dia mengambil tongkatnya dan berjalan perlahan menuju tempat tidur. Dirabanya ternyata Athala sudah tak ada disana.
"Berarti tadi mas Atha, hmmm kayaknya mas Atha mandi." Gumam Zena. Dia melaksanakan ibadah shalat Ashar. Dengan berlinang air mata dia memanjatkan doa dan harapan untuk pernikahannya juga untuk dirinya.
Cukup lama Zena bersimpuh di atas sajadah dengan wajah yang sembab, dia tak sadar jika suaminya sudah selesai mandi. Bahkan Atha sudah ada dibelakang dirinya.
"EHM !"
Zena menoleh ke belakang "Mm-mas ... Sudah selesai? Mas mau shalat juga?" Tanya Zena pelan "Sana minggir!"
"Iya mas." Zena cepat cepat merapihkan alat shalatnya. Ketika dia mau berdiri tak sengaja kakinya menginjak gamisnya "Awwww!" Badan Zena hampir jatuh namun Atha reflek menangkap tubuh mungil istrinya.
Atha menatap istrinya dari jarak dekat "Cantik."
Jelas saja Zena sangat cantik. Sedari kecil mamih Aleesya sangat mengagumi kecantikan Zena. Anak asuhannya yang membuat mamih Aleesya sangat menyayangi Zena.
Namun hanya sekejap Atha segera melepaskan pelukannya. "Lain kali jangan ceroboh!" Ketus Atha "Maaf mas, enggak sengaja tadi_"
TOK TOK TOK
"Kakak ...buka!" Teriak Alana dari luar. Atha yang sedikit jengkel langsung membuka pintu kamarnya. "Apa sih teriak teriak?" Kata Athala dengan jengkel.
"Ke bawah, makan dulu. Awas minggir! Kak Zena enggak di apa-apain kan?"
"Sembarangan kalau ngomong!"
Alana maen masuk ke dalam menghampiri kakak iparnya "Yuk kak, kita makan dulu. Mamih sama papih udah nungguin." Alana langsung menggandeng tangan Zena dan membawa tongkatnya. "Buruan! Nanti papih teriak!" Kata Alana dengan ketus pada Athala.
Athala mengekor dibelakang 2 wanita itu. Sesampainya di meja makan. Mamih Aleesya membantu Zena duduk dan menyiapkan makanan untuk Zena. "Sayang makan dulu yah."
Mereka makan dengan tenang, sesekali ketiga adik Athala mengajak Zena bercanda. "Eum, mih, pih... Atha dan Zena akan pindah minggu depan, Atha udah siapin rumah!" Sahut Atha yang tiba-tiba. Semua orang disana saling lirik dengan keheranan.
"Kalian enggak akan kemana-mana!" Jawab papih Alarich dengan tegas "Tapi pih, Atha kan udah menikah_"
"Menikah? Ck...kamu pikir, papih enggak tahu perlakuan kamu sama Zena gimana hah?" Suara papih sudah mulai agak tinggi, mamih Aleesya mengelus tangan suaminya yang sudah mulai emosi.
"Kamu dan Zena tetap tinggal disni sampai_"
"Sampai apa pih?"
"Sampai kalian saling mencintai dan mengerti apa arti pernikahan!"
DEG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!