Mata amber itu terbuka, menelisik sekelilingnya. Tubuhnya tidak bisa digerakkan, seolah membatu selama ini. Bibirnya juga kesulitan untuk bicara, terlihat dari bergetar nya bibir merah muda dengan sedikit memucat itu.
"Nessa!"
"Putriku! Putriku sayang, kau sudah sadar." Sosok pria gagah itu menggenggam tangan yang terhubung dengan infus itu. Mengecup dengan lama rambut yang terurai itu.
"Daddy senang sekali. Kau sudah sadar."
"Da..." ucapnya dengan sedikit sulit.
"Ya sayang, Daddy disini."
"Mo...."
"Nessa!" Sosok cantik berkulit putih itu berlari menuju ranjang rumah sakit yang menjadi sandaran untuk putrinya tertidur dalam waktu yang cukup lama.
"Putriku! Mommy sangat merindukanmu!" Shera mengecup seluruh wajah putrinya dengan penuh kerinduan. Air matanya sedikit tumpah membasahi pipi putrinya.
"Mom...."
"Ya sayang, mommy disini. Lihat! Kakak dan adik mu juga disini." Mata amber itu tertuju pada arah pintu, terlihat dua sosok pria dengan rupa yang berbeda yang memiliki ketampanan tersendiri.
"Adikku yang manis."
"Nevan....." Panggil Nessa, adiknya itu terlihat diam saja menatap nya.
"Nevan, kakak mu sudah sadar. Tidak ingin mengatakan sesuatu...."
"Kakak kenapa baru bangun? Air mata ku sudah kering untuk menangis. Aku tidak punya teman untuk bertengkar lagi." Ucapnya dengan terisak, tubuh kekar itu memeluk tubuh Nessa yang masih lemah dan membuat Nessa terdiam merasakan pelukan adiknya.
Erlan dan yang lainnya melihat adegan itu. Mereka semakin terharu melihat kasih sayang si bungsu pada Nessa. "Sudah, kakak mu baru bangun."
"Nevan, lepaskan! Kau membuat Nessa sesak." Giliran Leo yang berbicara, sambil melepaskan pelukan itu.
"Kakak menganggu saja! Aku masih rindu kak Nessa!" Ucap Nevan menatap kakak tertuanya dengan mata yang basah.
"Sudah-sudah! Atau mommy usir kalian berdua!" Keduanya terdiam mendengar ucapan mommy nya yang naik oktaf.
"Mo....m."
"Mereka berisik sekali, ada yang sakit sayang?" Tanya Shera dengan lembut.
"Mm...." Ucap Nessa dengan tidak jelas, dia sulit bicara.
"Dokter!"
Dokter memeriksa kembali keadaan Nessa. Erlan memperhatikan hal itu dengan seksama, dan terlebih putrinya tampak ingin bergerak dan mengatakan sesuatu. "Bagaimana keadaan putri ku?"
"Tuan, setelah bangun dari koma. Tubuh pasien diam dalam waktu yang lama, tanpa ada gerakan. Hal itu membuat keterampilan dasar seperti berjalan atau berbicara menjadi hilang. Tapi tuan jangan khawatir.... Itu bisa diatasi, dengan menjalani terapi fisik." Jelas dokter.
Shera mengelus rambut putrinya, dia sudah sangat senang melihat putrinya membuka matanya kembali. "Berapa lama dokter?" Tanya Leo.
"Itu tergantung pada nona Nessa. Dia koma hampir dua tahun, saya tidak bisa memberikan prediksi yang tepat. Tapi, dengan serangkaian terapi dan dukungan orang terdekat nya. Itu akan membantu proses penyembuhan nya." Jelas dokter kembali.
"Baiklah, terimakasih dokter."
"Sama-sama tuan, dan kami akan melakukan pemantauan pada kondisi nona Nessa selama seminggu ini. Sebelum dibawa pulang." Lanjut dokter.
"Baik."
"Bagaimana? Apa kata dokter?" Tanya Shera yang penasaran dengan perbincangan suaminya dengan dokter tadi.
"Putri kita akan kembali seperti semula. Kita harus menemani nya untuk itu."
"Tentu saja, aku tidak akan melepaskan tangan putriku meksipun sejenak. Mommy akan bersama mu sayang, kau pasti bisa... Kita lewati bersama."
"Pasti, kita lewati bersama." Nessa tersenyum dalam hatinya, tidak tau wajahnya bisa menunjukkan ekspresi bahagia nya atau tidak. Tapi satu hal, ditengah rasa haru bertemu kembali dengan keluarga nya. Dia merasakan sesuatu yang hilang dari nya.
*************
"Bangun! Hei!" Tubuh itu terlonjak ketika seember air mendarat di tubuhnya.
"Dimana aku?" Tanyanya dengan bingung, sejenak dia melupakan rasa basah yang mendera tubuhnya.
"Malah bengong! Urus ibumu itu! Kau tidak dengar? Dia baru saja muntah!" Ucap suara itu dengan nada tinggi.
Dia tampak tidak mendengar nada tinggi itu. Kepalanya tampak berpikir keras. Matanya melihat sekelilingnya. "Aku..... Aku dimana? Apa aku berada di zaman lain?"
Seketika kepalanya terasa sakit, ingatan demi ingatan memenuhi kepalanya. 'Dasar anak pembawa sial!'
'Sekarang, kau yang urus ibumu yang berpenyakitan ini!'
'Cari uang seperti yang kau katakan itu! Kau pikir gampang?'
'Apa yang bisa dilakukan oleh pria tamatan menengah atas seperti mu ini?' Hinaan demi hinaan berputar di kepalanya.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🥰🙏
Seiring dengan ingatan yang berputar di kepalanya, sosok itu memegang kepalanya yang terasa sakit. Helaan napas panjang terlihat dari nya, matanya menatap sosok yang masih berdiri angkuh dengan tatapan tajam padanya.
"Kau dengar tidak? Andre!" Sentak nya.
"Dasar tuli! Pokoknya segera bereskan muntahan itu! Menjijikan!" Ucapnya meksipun tidak mendapatkan respon, dia berlalu dengan mendorong tubuh yang basah kuyup itu.
Setelah kepergian pria itu, tubuhnya berputar hingga melihat sebuah cermin. Matanya menelisik penampilan nya dengan lekat. Menyentuh wajahnya sendiri, sepasang tangan nya dihiasi oleh luka dan kantung mata nya terlihat hitam. Dan jangan lupa, tubuhnya yang kurang nutrisi itu.
"Tubuh apa ini? Lihatlah.... Lebih buruk dari seorang pelayan." Zhang, dia menempati tubuh seorang pria kalangan bawah dengan kehidupan yang buruk. Menjadi tulang punggung dan pembantu di rumahnya sendiri serta tak lupa menjaga dan mengurus ibunya yang sakit-sakitan, tanpa rasa peduli dari ayahnya.
"Buruk sekali....." Andre, itulah namanya.... Nama pada tubuh yang ditempatinya.
"Aku akan membalas perlakuan kejam ini. Karena aku.... Bukan pria lemah itu lagi, dan terlebih.... Aku harus menemukan Xiu ku." Tekad nya menatap tubuhnya yang jauh dari kata layak itu.
*****************
"Biar aku Daddy!" Ucap pria muda itu entah keberapa kalinya. Matanya terus menatap ke arah Daddy nya dengan langkah yang lebar.
"Tidak! Putriku akan berada di gendongan ku. Ayo princess Daddy... Kita pulang." Erlan menggendong tubuh putrinya. Meskipun ada kursi roda untuk itu, tapi Erlan memilih untuk menggendong putrinya sendiri. Rasa rindu dan bahagia membuncah pada nya, dia tidak ingin melewatkan sedikitpun momen bersama putrinya lagi.
Sudah cukup baginya, menunggu dua tahun yang terasa sangat berat untuknya. "Ayolah Daddy...."
"Tidak Nevan!" Shera mengulum senyum melihat perdebatan suami dan putra bungsu nya. Nevan bersikeras untuk menggendong tubuh kakaknya. Sedangkan Leo, dia diam dengan senyum kecil di wajahnya.
"Biar Leo mommy." Ucap Leo pada Shera, tas berisi barang-barang Nessa itu diambil alih oleh Leo.
"Terimakasih sayang mommy."
"Of course mom." Leo, tumbuh menjadi pria tampan nan gagah. Manik keabu-abuan nya sungguh menjadi daya tarik dan menambah ketampanan nya. Dan tentunya, rupa itu mirip dengan Abraham.
***************
Senyum Nessa mulai terlihat, meksipun tubuhnya masih terasa kaku untuk bergerak. Matanya berbinar-binar melihat bangunan yang dirindukannya, dari gendongan Daddy nya, Nessa merasa bahagia sekali.
"Selamat datang kembali princess Daddy." Ucap Erlan, sambil membawa masuk putrinya, diiringi dengan yang lainnya.
Kediaman itu tampak dihias untuk menyambut kedatangan tuan putri mansion mewah itu. Warna cantik dengan kesan lembut itu menambah suasana bahagia. Netra amber itu melihat hiasan itu. Lilac, itulah tema hiasan nya.
"Kau suka princess Daddy?"
"Hmmmm."
"Sudah tidur?"
"Ya, baru saja. Kita akan memulai terapi Nessa besok." Shera mengangguk, dia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Erlan yang menjadi sandaran ternyaman nya.
"Nevan terus saja berceloteh sejak tadi." Ucap Erlan.
"Dia merindukan kembaran nya, itu wajar."
"Benar, tapi dia harus bersaing dengan ku."
"Ayolah sayang... Kau mau bertengkar dengan putra mu?" Ucap Shera dengan mata memicing.
"Ya, aku sangat merindukan putri kita. Jantung ku terasa berhenti saat melihat nya terbaring tak berdaya. Dia hanya terpejam, aku sesak melihatnya. Terlebih, aku tidak suka air mata mu Shera. Aku tidak suka tangisan sedih mu, aku tidak suka. Aku merasa gagal dengan keadaan putri kita yang seperti itu. Tapi itu adalah hal pertama dan terakhir kalinya, aku tidak akan membiarkan putri kita seperti itu lagi." Jelas Erlan dengan tegas, meksipun nada bicara nya lembut.
Keesokan harinya......
Nessa mulai menjalani terapi nya. Dia dibantu oleh terapis khusus yang berpengalaman untuk itu. Tentu saja, Erlan tidak mungkin menyewa sosok yang biasa untuk kesembuhan putrinya.
"Ya bagus nona Nessa..." Nessa mencoba mengambil langkah kecil.
"Eghh..." Nessa terhuyung, tapi tubuhnya langsung disambut oleh Daddy nya.
"Tidak apa, Daddy disini. Kau hebat hari ini." Ucap Erlan, dia mengecup pucuk kepala putrinya dengan lembut.
"Aku tidak bisa Daddy." Ucap Nessa dengan mata berkaca-kaca, dia merasa sulit untuk itu.
"Tidak, itu tidak benar. Kau adalah putri Daddy. Kita coba lagi besok." Erlan kembali membawa putrinya menuju kamar nya.
"Kau bisa pergi, terimakasih untuk hari ini." Ucap Shera pada terapis itu.
"Baik nyonya."
**********
"Mom...." Panggil Leo, membuat Shera terbalik menatap wajah putranya.
"Ada apa? Leo butuh sesuatu?"
"Tidak, aku perhatikan... Nessa jadi lebih banyak melamun. Dia tampak memikirkan sesuatu, apa itu berkaitan dengan kejadian itu mom?" Jelas Leo.
Shera terdiam sejenak mendengar nya. Dia membenarkan ucapan putranya. Nessa lebih banyak melamun. Seolah dia mencari sesuatu, awalnya Shera berpikir... Itu adalah hal yang wajar setelah putrinya bangun dari koma.
"Mom, aku hanya tidak ingin... Nessa teringat..."
"Ingat apa?" Erlan langsung menyambung pertanyaan putranya.
"Tidak ada, Leo hanya bilang. Nessa mengingat beberapa barang nya, dia tidak melihat itu di kamar." Jelas Shera.
"Dia tidak akan kuliah."
"Sampai sembuh kan Daddy?" Erlan menggeleng.
"Tidak, Daddy berpikir, kita sebaiknya membawa Nessa ke tempat nenek mu. Disini, kurang baik untuk kesembuhannya." Jelas Erlan.
"Sayang, bawakan kopi ku. Aku akan ke ruang kerja, aku harus menyelesaikan semuanya sebelum keberangkatan putri kita." Lanjut Erlan, dia berlalu meninggalkan keduanya.
"Katakan pada Nevan, urus hal ini. Daddy mu tampaknya tidak bermain-main." Jelas Shera.
"Tapi mereka belum putus mom. Kesembuhan Nessa pasti sudah diketahui nya."
"Lakukan saja, mommy tau kau bisa mengatasinya. Jangan membuat sisi lain Daddy mu keluar." Leo mengangguk dan menatap kepergian mommy nya dengan secangkir kopi di tangannya.
"Jika bukan pria itu, siapa pria yang akan diterima Daddy untuk Nessa?"
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🙏🙏
Leo menghela napasnya. Memikirkan kejadian saat itu membuat kepalanya berdenyut. Kejadian yang menjadi salah satu kesalahan bagi Erlan pada Nessa.
"Minumlah dulu." Ucap suara lembut itu. Erlan menoleh ke samping, terlihat istrinya datang dengan kopi yang diminta nya.
"Kau tidak masalah kita pergi kan?" Tanya Erlan.
"Tidak, lagipula... Aku yakin pada keputusan mu." Ucap Shera.
"Tapi aku pernah membuat keputusan yang salah." Ucap Erlan menatap lurus ke depan. Shera meletakkan nampan yang dibawanya dan melangkah mendekati suaminya.
"Itu sudah berlalu. Bukankah sebaiknya kita lupakan? Lagipula, Nessa sudah kembali pada kita." Ucap Shera menenangkan suaminya.
"Mungkin untuk sekarang, atau beberapa waktu. Bagaimana jika Nessa mengingat nya? Aku tidak suka dengan pria itu. Meksipun aku bisa menyingkirkan nya, tapi...." Shera mengusap dada suaminya. Berharap, Erlan lebih tenang. Suaminya terus merasa bersalah, atas kecelakaan yang menimpa putri mereka.
"Percayalah padaku... Putri kita tidak akan mengingat nya." Jelas Shera dengan penuh keyakinan.
Erlan menatap wajah istrinya. "Percayalah...." Ucap Shera kembali.
"Sungguh?" Tanya Erlan.
"Iya, karena putri kita akan segera kembali seperti semula. Seperti sebelum kecelakaan itu terjadi, dia adalah keturunan harrison. Darah nya, rupanya dan sikap nya menuruni dirimu."
"Aku merasa, kau seperti cenayang." Ucap Erlan yang membuat Shera terkekeh kecil.
"Ya, aku cenayang yang cantik." Ucap Shera dengan percaya diri.
"Jadi...."
"Pekerjaan ku belum selesai sayang." Ucap Erlan yang mulai melihat tingkah istrinya.
"Lalu? Kenapa? Kau lanjutkan saja pekerjaan mu. Aku hanya ingin membantu mu menghabiskan kopi nya, aku mau tidur." Jelas Shera.
Erlan memejamkan matanya sejenak, hembusan napas melewati indra pendengarannya dengan jarak yang sangat dekat. Aroma tubuh Shera membuat pikirannya jadi terganggu. "Aku akan menghukum cenayang cantik ini!" Shera tersenyum menggoda ketika Erlan menarik tubuhnya dan membuat dia menduduki paha dengan senjata yang siap bertempur itu.
"Aku terima." Balas Shera, keduanya menyatukan bibir mereka. Shera merasa senang, setidaknya rasa cemas suaminya memudar. Shera masih ingat sebelum kecelakaan itu terjadi. Putrinya tampak seperti orang lain, dia bukan orang yang b0d0*h untuk itu. Dia tau, ada jiwa lain yang mengisi tubuh putrinya. Karena itu dia sekarang meyakinkan suaminya, bahwa kesalahan yang dibuat sebelumnya, tidak akan terjadi lagi.
Erlan menahan kepala istrinya sambil bermain-main di lidah yang membuat nya candu itu. Meskipun anak-anak mereka sudah menginjak remaja dan dewasa, tapi kemesraan mereka tidak pudar.
******************
"Bagus! Kau sudah menidurkan ibu mu itu. Mana uang hasil penjualan hari ini!"
"Andre! Kau dengar tidak?"
"Andre!" Tapi sosok yang dipanggil tampak tidak peduli, dia sedang mengambil nasi yang ada di depannya.
"Anak si@lan ini! Kau...." Mata coklat itu melotot ketika tangannya yang siap memberikan layangan kasar ditahan.
"Kau sudah berani ya.... Hah! Lepaskan!"
"Kenapa aku harus lepaskan? Kau ingin memukul ku. Bukan!"
Brak! Suara benturan itu terdengar seiring dengan tubuh yang terjatuh itu. "Kenapa? Kaget? Terkejut? Aku melawan mu."
"Kau lupa aku siapa? Kau pikir kau bisa hidup tanpa bantuan ku? Hah?" Andre tersenyum dengan tatapan seringainya.
"Aku tidak lupa... Kau pria yang aku sendiri tidak ingin memanggil nya lagi. Kau tidak pantas dengan panggilan itu!"
"Dasar kurang ajar! Kau sudah bosan tinggal disini?"
"Bukan aku! Tapi kau yang pergi!" Jelas Andre.
"Hahahha, kau lupa? Surat rumah ini, ada padaku!" Ucapnya dengan penuh kepercayaan.
"Oh ya? Mungkin dulu... Tapi sekarang, tidak lagi!"
"Kau... Bagaimana...."
"Itu sangat mudah, dan sekarang.... Kau yang angkat kaki dari sini!" Andre menarik tangan pria yang sering memukulnya dan juga ibunya itu.
"Andre..."
'Tenaga nya.... Bagaimana bisa..' ucap nya sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan yang dulunya lemah itu.
Andre mendorong tubuh ayahnya sehingga pria itu terjerembab ke tanah. "Kau pikir kau merasa menang? Kita lihat sekarang!"
"Astaga, putraku sendiri mengusir ku. Lihatlah... Dia bertindak kurang ajar pada ayahnya sendiri." Ekspresi wajahnya langsung menghiba, tak lupa dengan tangisnya yang seolah-olah dia tersiksa. Andre hanya berdiri di depan pintu menyaksikan akting pria itu.
"Ada apa Benn?" Tanya orang-orang yang tampak mulai berdatangan.
"Ini, Andre... Dia mengusir ku."
"Astaga... Andre, kenapa kau lakukan itu? Dia ayah mu." Ucap orang-orang.
"Kenapa? Kalian ingin tahu, biar aku tunjukkan!" Andre mengambil ponsel miliknya dan memutar sebuah video dan juga rekaman suara.
"Anak si@lan! Ibumu juga si@lan! Penyakitan! Menyusahkan! Mana uang hasil penjualan hari ini! Mana!"
"Jangan yah, itu untuk pengobatan ibu!"
"Ibumu itu sudah penyakitan! Mana bisa sembuh! Sia-sia saja! Mana uang nya! Kau ingin aku pukuli." Semua orang langsung membelalakkan mata mereka.
Sedangkan Benny, wajah nya jadi berubah. Dia tidak menyangka, putranya yang penakut itu bisa menjadi seperti seekor singa dalam waktu seminggu. "Bohong! Itu editan! Itu tidak benar!"
"Oh ya? Kalau begitu, kalian semua bisa memeriksa di saku bajunya serta jaketnya, ada benda terlarang di sana." Tanpa ba-bi-bu, seorang pria langsung memeriksanya.
"Hei! Apa yang kau lakukan! Tidak ada apapun!" Ucap Benny.
"Kalau tidak ada, kenapa kau takut? Biarkan kami memeriksa." Benny terdiam, dia menjadi khawatir. Bukan... Lebih tepatnya sungguh khawatir.
"Wah... Ternyata kau yang mengedarkan obat-obatan ini di kampung kita!"
"Bukan, itu dari Andre..." Benny masih terus berkilah.
"Sudah ada bukti masih mengelak! Ayo kita lapor polisi!'
"Benar, dia juga mencoba menodai putriku yang menjaga istrinya." Ucap salah satu wanita paruh baya.
"Ayo kita bawa dia ke kantor polisi!" Andre merasa lega setelah kepergian pria itu yang dibawa oleh warga. Selama seminggu ini, dia mengumpulkan energi dan juga bukti-bukti untuk pria itu.
*************
"Lihat!"
"Bunga Lily!" Ucap Nessa dengan riang.
"Terimakasih kakak!" Nessa memeluk Leo tak lupa dengan kecupan manis di pipi kakaknya.
Sudah hampir enam bulan, Nessa berada di Italia. Erlan membawa putrinya menuju kediaman Joseph dan istrinya, yang merupakan Kakek dan nenek Leo, meksipun begitu... Pasangan yang sudah menua itu menyayangi anak Erlan dan Shera, tanpa membedakan-bedakan mereka.
"Teruslah tersenyum seperti itu. Kau tampak lebih cantik, hingga buket bunga ini, tidak ada apa-apanya." Ucap Leo.
"Aku memang cantik! Seperti mommy! Apa kakak hanya membelikan untuk ku saja? Atau untuk calon kakak ipar ku juga?" Ucap Nessa yang menggoda kakak nya itu.
"Tidak ada! Itu untuk adikku yang manis ini. Tidak ada kakak Ipar."
"Ayolah kak, kakak sudah cukup untuk itu."
"Lupakan itu, kakak akan menikah, setelah kau menemukan pangeran mu."
"Bagaimana kalau bukan pangeran?" Tanya Nessa.
"Kalau begitu seorang raja." Ucap Leo.
"Kalau juga bukan raja? Melainkan seorang prajurit, bagaimana?" Tanya Nessa kembali membuat Leo terdiam.
*************
"Bagaimana Daddy?"
"Baiklah, tapi harus didampingi oleh pengawal. Kalau menolak, tidak usah pergi!" Jelas Erlan, putrinya ingin pergi liburan.
"Baiklah, tapi aku ingin liburan selama sebulan." Ucap Nessa.
"Tentu, nikmati waktu mu princess. Tapi ingat, kalau kau melanggar... Daddy akan jemput paksa mu." Ucap Erlan.
"Daddy yang terbaik! Aku sayang Daddy!"
"Daddy lebih sayang padamu."
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!