Lonceng pertanda pulang berbunyi. Semua murid langsung saling berlomba memasukkan buku ke dalam tas. Termasuk Anna Valencia Detritian.
Anna, begitulah orang-orang sering memanggilnya. Dengan rambut pirang, hidung mancung, kulit putih bersih, dia memiliki paras cantik jelita.
Banyak lelaki yang mencoba mendekati Anna. Dari mulai yang lebih muda dan lebih tua. Akan tetapi tidak ada satu pun yang berhasil menaklukkan hati Anna.
Bukan tanpa alasan itu terjadi. Karena Anna memang sudah memiliki pujaan hatinya sejak lama. Bahkan semenjak dirinya berusia 12 tahun.
Sekarang Anna sudah berusia 16 tahun. Dia menyambangi kelas senior di sekolahnya.
"Hei! Apa kau akan pergi ke pesta Taylor malam ini?" tanya Tara. Dia merupakan sahabat dekat Anna. Tampilannya agak tomboy dan selalu mengenakan topi kemana-mana. Tara adalah satu-satunya teman Anna. Begitu pun sebaliknya.
"Emh... Sorry... Sepertinya tidak. Daddy mengajakku makan malam di luar malam ini," kata Anna. Dia dan Tara melangkah bersama menuju halaman depan sekolah.
"Benarkah? Apa ada acara penting malam ini?" tanggap Tara.
"Begitulah. Daddy ulang tahun," jawab Anna sambil tersenyum sumringah. Dia memang selalu merasa bahagia membicarakan tentang daddy nya. Bagaimana tidak? Daddy lah sosok lelaki yang ada di hatinya.
Aneh memang. Namun apalah daya, Anna tak bisa menahan dirinya untuk tidak jatuh cinta pada daddy nya sendiri. Meski sudah menginjak usia kepala lima, daddy nya itu masih sangat tampan dan awet muda. Bahkan saking awet mudanya, terkadang banyak orang yang mengira daddy nya Anna adalah kakak atau pacarnya Anna.
Anna sendiri sudah berusaha keras untuk melupakan daddy nya dengan segala cara. Termasuk mencoba berkencan dengan lelaki seumurannya. Akan tetapi itu tentu sulit dilakukan. Apalagi Anna bertemu dengan daddy nya setiap waktu.
Daddy nya Anna sendiri bukanlah ayah kandung Anna. Melainkan adalah seorang ayah angkat. Namun tetap saja, tidak etis rasanya kalau seorang anak jatuh cinta pada ayahnya sendiri.
Tara melemparkan tatapan selidik. "Anna... Kau selalu bersikap aneh saat membicarakan daddy mu. Tolong, jangan merahasiakan apapun dariku," tukasnya. Lalu mendekatkan mulut ke telinga Anna. Ia berbisik, "Kau tidak jatuh cinta pada daddy mu sendiri kan?"
Mata Anna terbelalak. Dia langsung reflek mendorong Tara. Wajahnya tampak memerah.
"Apa kau gila? Ke-kenapa kau berpikir begitu?" balas Anna tergagap.
"Jelas sekali dari wajahmu. Lihat! Itu sekarang memerah seperti kepiting rebus bibiku yang aku makan kemarin!" seru Tara. Dia dan Anna sudah berada di halaman depan sekolah.
"Ayolah! Aku sahabatmu," bujuk Tara.
Anna terdiam. Ia menggigit bibirnya. Sepertinya dia bisa mempercayai Tara. Alhasil Anna mengaku kalau dirinya jatuh cinta pada ayah angkatnya sendiri sejak berusia 12 tahun.
"Itu wajar. Aku sama sekali tidak merasa aneh mendengarnya." Tanpa diduga, Tara justru menanggapi dengan santai.
Anna sedikit tak menduga dengan reaksi Tara itu. "Kenapa?" tanyanya.
"Come on, Girl! Daddy mu itu sangat tampan. Kalau jadi kau, seratus persen pasti aku akan bernasib sama sepertimu! Kau tahu sendiri kan? Banyak guru dan murid yang mencoba menjalin hubungan dengannya," jawab Tara.
"Ya ampun. Pantas saja kau selalu menghalangi para gadis yang mencoba mendekati daddy mu," tambahnya berkomentar.
Anna tertawa kecil. Tara memang sahabat luar biasa baginya. Dia bahkan mengatakan kalau dirinya mendukung hubungan Anna dengan daddy nya.
Bersamaan dengan itu, sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti. Pemiliknya tidak lain adalah Victor Dominic Detritian, ayah angkatnya Anna.
Anna dan Tara langsung berhenti bicara. Keduanya saling bertukar pandang.
"Apa kau mau ikut kami?" tawar Anna.
"Sepertinya tidak. Mulai sekarang aku tidak akan mengganggu momenmu dengan daddy tampanmu," balas Tara meledek.
"Hentikan! Jangan membicarakannya terlalu keras," tegur Anna.
"Sayang sekali daddy mu alergi sinar matahari. Jadi dia tidak bisa memamerkan ketampanannya saat langit cerah," komentar Tara.
"Ya sudah, aku duluan." Anna segera berlari masuk ke mobil Victor. Mengabaikan komentar Tara.
Saat di mobil, senyuman lebar Victor langsung menyambut. Senyuman yang selalu sukses membuat jantung Anna deg-degan.
"Apa Tara tidak ikut?" tanya Victor.
"Tidak. Katanya ada sesuatu yang harus di urus," jawab Anna.
Victor mengangguk. Lalu segera menjalankan mobilnya.
Anna menatap Victor dari samping. Namun atensinya harus tertuju ke arah sedikit bercak darah yang ada di lengan baju Victor. Memang kala itu Victor mengenakan kemeja berwarna putih. Jadi bercak itu bisa terlihat dengan jelas.
"Dad! Apa kau baik-baik saja? Ada bercak darah di lengan bajumu," tegur Anna.
Victor tampak kaget. Tetapi dia segera menjawab dengan tenang.
"Ini bukan apa-apa. Sepertinya darah ayam yang aku potong tadi menciprat ke bajuku," jelas Victor.
"Kau memotong ayam? Untuk apa? Bukan kah malam ini kita akan makan di luar?" tukas Anna.
"Tentu saja. Aku memotong ayam untuk persediaan kita. Kebetulan daging ayam di kulkas sudah habis," sahut Victor.
Anna mengangguk mengerti. Ia lega ternyata darah di baju Victor bukanlah apa-apa.
"Kau akan membawaku ke restoran mana? Apa tempatnya jauh?" imbuh Victor.
"Tidak. Tempatnya ada di kota ini, Dad!" tanggap Anna. Tak lama dia dan Victor tiba di rumah. Mereka tinggal di sebuah rumah mewah dan besar.
Selain tampan, Victor juga dikenal kaya raya. Dia diketahui memiliki bisnis wine.
Victor menghentikan mobil di dalam garasi. Tempat itu memiliki pencahayaan yang minim sekali. Di sana tersusun lima buah mobil yang dimiliki oleh Victor.
Anna dan Victor berjalan beriringan. Jujur saja, Anna selalu berusaha keras bersikap normal saat di hadapan daddy nya. Apalagi akhir-akhir ini, dan baginya itu tentu terasa sulit sekali.
"Sebelum makan malam, aku harus pergi sebentar untuk mengurus pekerjaan," cetus Victor.
"Oke, Dad. Kembalilah secepatnya," balas Anna sembari menaiki tangga menuju kamar. Sementara Victor tampak duduk ke sofa.
...***...
Setibanya di kamar, Anna langsung pergi ke walk in closet. Dia mengambil gaun yang akan dirinya pakai nanti malam.
"Aku sudah tidak sabar untuk pergi malam ini," gumam Anna.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara timpukan batu di jendela. Anna lantas bergegas memeriksanya.
Setelah dilihat, ternyata orang yang melempar batu ke jendelanya adalah Louis. Dia merupakan tetangganya Anna. Tinggal di lokasi yang tidak jauh dari rumah Anna.
Louis sendiri sudah lama menyukai Anna. Dia terus mengejar cinta gadis itu walau sudah ditolak puluhan kali.
"Aku sudah menduga itu kau. Bisa kah kau berhenti melakukan ini?" timpal Anna yang telah membuka jendela.
"Apa kau merindukanku?" ujar Louis.
"Tentu saja tidak! Pergilah! Aku akan melaporkanmu pada daddy!" ancam Anna.
"Ayolah, Anna. Aku tahu kau mulai tertarik padaku," sahut Louis percaya diri.
Mata Anna membulat. Dia lalu menggeleng tak percaya.
"Pergilah! Itu peringatan terakhir dariku!" usir Anna. Dia bergegas menutup jendela. Namun dirinya terkejut saat melihat Louis membawa sebuah tangga. Lelaki itu lalu menaiki tangga ke arah jendela kamar Anna.
"Apa dia gila?!" Anna sontak merasa terancam. Dia langsung mengunci jendelanya.
Louis tampak sudah berada di depan jendela. Dia menyuruh Anna membuka jendela.
Anna tentu tidak mau. Dia takut Louis melakukan sesuatu hal buruk padanya.
"Aku mohon pergilah!" tegas Anna.
"Aku tidak akan pergi, kalau kau tidak membuka jendelanya, Anna!" seru Louis.
Anna mencoba membiarkannya saja. Dia menyibukkan diri dengan ponsel. Namun Louis tetap tidak pergi. Lelaki tersebut bahkan terus mengetuk dan memanggil-manggil Anna.
"Aku mohon pergilah, Louis! Kau akan mati kalau daddy ku tahu kau di sini!" pekik Anna.
"Aku akan pergi kalau kau membuka jendelanya. Aku ingin memberimu sesuatu!" ujar Louis.
"Memberi apa?" selidik Anna.
"Bukalah dahulu!" balas Louis sambil menunjukkan raut wajah memohon.
Anna berpikir dalam sepersekian detik. Karena Louis berjanji akan pergi, maka dia memutuskan membuka jendela.
Saat jendela terbuka, Louis langsung menerobos masuk ke kamar Anna.
"Hei! Apa yang kau lakukan?! Kau bilang akan memberikan sesuatu saja, dan bukannya malah masuk ke sini!" omel Anna.
"Maaf, aku sudah tak tahan terus ditolak," kata Louis.
Mata Anna terbelalak hebat. Apalagi saat melihat ekspresi jahat Louis.
"Dad--" Anna sontak berteriak. Namun mulutnya langsung dibekap oleh Louis. Lelaki itu lalu menjatuhkan Anna ke ranjang.
Tanpa diduga, pintu terbuka. Sosok Victor muncul dengan perasaan penuh amarah. Dia kemudian menarik Louis menjauh dari Anna. Victor melempar pemuda itu hingga menabrak dinding.
Louis otomatis langsung tumbang. Dia juga mengeluarkan darah yang banyak dari mulut. Meskipun begitu, Louis masih sadar.
Anna yang melihat merasa syok. Dia segera menghentikan Victor yang tampak ingin memukul Louis.
"Daddy, sudah cukup! Aku rasa dia sudah mendapat pelajaran lebih dari cukup," kata Anna.
"Lelaki seperti ini harus dimusnahkan, Anna. Agar tidak ada wanita yang menjadi korbannya," sahut Victor dengan mata menyalang.
Anna berlari menghampiri Victor. Dia lalu memeluk sang daddy. Anna tahu Victor akan selalu begitu jika ada seseorang yang berani mengganggunya. Selain sebagai cinta pertama, Victor juga adalah pahlawan bagi Anna.
"Kau sudah melindungi lebih dari cukup, Dad..." lirih Anna.
Victor terdiam. Dia memang selalu begitu saat mendapat pelukan dari Anna.
Alhasil Victor menuruti keinginan Anna. Namun dia memperingatkan Louis dengan keras. Victor berjanji tidak akan segan membunuh pemuda itu kalau berani mendatangi Anna lagi.
Louis pulang dengan di antar oleh supir suruhan Victor. Kini Anna duduk di kamar dengan ditemani oleh Victor.
"Sebaiknya kita batalkan saja makan malamnya. Kondisimu sekarang sedang tidak--"
"Aku baik-baik saja. Lagi pula kau tadi datang dengan tepat waktu. Louis tidak sempat menyentuhku," potong Anna. Dia dan Victor saling bertatapan. Perlahan mereka saling mengukir senyuman.
Lagi-lagi jantung Anna dibuat berdetak tak karuan. Dia tidak tahan dan langsung menundukkan wajah.
"Ya sudah. Kita berangkat malam ini," ucap Victor. Dia beranjak keluar dari kamar Anna.
...***...
Waktu menunjukkan jam tujuh malam. Anna sudah siap dengan gaun dan make upnya. Setelah siap, dia langsung turun ke bawah untuk menemui Victor.
Terlihat Victor sudah menunggu di ruang tengah. Dia tampak tampan sekali dengan kemeja merahnya.
Perlahan Victor menoleh ke arah Anna. Dia terpaku dalam sesaat akan kecantikan gadis itu.
"Wow! Putriku sangat cantik. Boneka barbie saja sepertinya kalah dengan kecantikanmu," goda Victor.
"Astaga, Dad. Kau berlebihan sekali." Anna tersenyum malu.
"Pokoknya saat di restoran nanti, kau tidak boleh jauh dariku. Aku tak akan biarkan satu pun lelaki dekat denganmu," ucap Victor.
Anna hanya tersenyum dengan pipi yang bersemu merah. Jujur saja, sebenarnya bukan hanya paras tampan Victor yang membuat Anna jatuh cinta, tetapi kata-kata manisnya juga. Daddy nya itu memang seringkali bersikap seolah-olah Anna adalah wanita dewasa yang dirinya kencani.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!