NovelToon NovelToon

Kekasih Tak Kasat Mata

BAB. 01 Pengikut Tak Kasat Mata

Assalamualaikum,.

Hai reader aku yang Budiman, salam jumpa lagi di novel aku. Kali ini aku menulis kembali sebuah novel untuk kalian, para reader aku dan mengambil tema yang sama yaitu hubungan antara manusia dan makhluk tak kasat mata dalam dunia jin. Namun kali ini dalam nuansa yang berbeda.

Mohon maaf jika dalam cerita mungkin terdapat banyak kekurangan, sebagai penulis aku juga manusia yang tak luput dari kesalahan.

Namun aku berharap jika novel aku kali ini dapat menghibur para reader sekalian yang mungkin lagi suntuk menjalankan berbagai aktivitas mereka. Atau juga mungkin ada yang sudah jenuh dengan novel tema percintaan manis sesama human. Jadi aku menawarkan pilihan lain untuk bahan referensi.

Akhirnya kata, selamat membaca novel aku dan jangan lupa berikan like, subscribe dan komen ya, biar aku tahu kalau kalian sudah baca novel aku. Ketiga hal itu sangat bermanfaat sekali bagi kenaikan viewer aku.

 aku ucapkan semoga kalian semua selalu sehat dan salam manis selalu dari Mina.

***

Di ceritakan, ada sebuah desa yang indah dan asri, di kampung Bumi Asih. Penduduk desa itu hidup dalam damai dan saling tolong menolong. Penduduk desa itu terkenal ramah dan sopan. Meskipun kadang juga mereka sangat tidak peduli jika itu menyangkut urusan orang lain.

Pagi itu keheningan pagi yang sunyi di pecahkan oleh suara bentakan keras dan hempasan benda kaca lalu di susul jeritan kesakitan seorang anak perempuan dari sebuah rumah kayu yang sangat sederhana.

"Dasar anak setan,.....tak tahu diri..!!"

Pranggg,..!

"awww, ...... ssshh, sakit, Bu....! Pekik Lia.

Dia meringis memegangi pelipisnya yang terasa sakit karena terkena lemparan gelas.

Tangan gadis berusia 20 tahun itu segera meraba sesuatu yang mengalir berwarna merah di pipinya.

Wajah Lia berubah pucat dan bibirnya bergetar ketika melihat cairan merah di tangannya yang tadi di pakai mengusap pipinya.

Darah,.....

Pandangan mata Lia berubah nanar.

"Dasar anak tak berguna. Anak pembawa sial, anak setan, tak tahu di untung!" kembali terdengar umpatan seorang wanita paruh baya. Wanita itu adalah bernama Warti, ibu tiri Lia. Dialah orang yang tadi melempar gelas ke muka Lia. Wanita itu sedang berdiri tak jauh dari Lia sembari berkacak pinggang.

Hari ini, Lia kembali menjadi sasaran amukan Bu Warti lantaran kerjaan nya membuat sarapan untuk seisi rumah belum selesai. Padahal saudara - saudara nya yang lain akan berangkat bekerja dan ibu tirinya baru saja bangun.

Hal seperti Ini sudah sering Lia alami selama kurang lebih setahun ini. Sudah setahun ini dia tidak lagi bekerja karena pabrik kapur tempat dia bekerja selama ini tutup, lantaran gulung tikar.

Semenjak itulah, sikap ibu tirinya itu langsung berubah drastis. Ibu tirinya itu selalu bersikap sewenang-wenang, meremehkan dan selalu menindas nya.

Lia tak memiliki siapa - siapa selain ibu tiri dan saudara - saudara nya.

Ibu kandung nya, telah meninggal dunia ketika melahirkan Lia. Pendarahan hebat yang terjadi saat wanita itu melahirkan Lia ke dunia ini menjadi sebab musabab ibunya itu meregang nyawa usai melahirkan dirinya .

Meskipun semua itu bukan kesalahan Lia namun kelahirannya di anggap sebagai penyebab kematian ibu kandung nya yang nota bene adalah kakak kandung Bu Warti, ibu tiri nya. Itulah yang menyebabkan perempuan itu amat membenci Lia.

Kebencian itu bahkan menular pada ayah dan juga saudara - saudara nya yang lain. Ayahnya membenci Lia. Bahkan ke 4 saudara nya yang lain juga ikutan membenci Lia dan mereka selalu mengucilkan Lia. Apalagi sekarang, semenjak kematian ayahnya beberapa tahun yang lalu, Lia seakan kehilangan tempat berpijak dan semakin di jauhi oleh saudara - saudara nya yang lain.

Lia memegangi pelipisnya yang masih mengeluarkan darah. Dia bergegas pergi meninggalkan rumah itu. Dia tak tahan lagi dengan sikap sewenang - wenang Bu Warti yang juga adalah budenya.

Makian Bu Warti sering kali terlontar tanpa memikirkan bagaimana perasaan Lia. Meskipun selama ini Lia selalu berusaha untuk berbuat baik kepada ibu sambung nya itu itu tapi tidak pernah sekalipun dia mendapatkan pengakuan.

Lia berjalan menuju ke sungai yang berada di dekat rumahnya. Tempat itu menjadi saksi bisu Lia dalam mencurahkan segala keluh kesah dan kesedihan nya. Hanya di tempat itu lah Lia mendapatkan ketenangan hati nya.

Lia menuruni jalan setapak yang sedikit berbatu dan licin untuk sampai ke sungai itu.

Tangan nya meraih beberapa lembar daun Afrika yang banyak terdapat di sisi jalan menuju ke sungai itu. Dia pernah mendengar jika daun itu sangat ampuh untuk mengobati luka atau beberapa penyakit lainnya.

Daun itu akan dia gunakan sebagai obat untuk mengobati pelipisnya yang tadi terluka.

Juga tak lupa Lia mengambil beberapa buah jambu air yang sedang berbuah. Pohon jambu air itu adalah milik Wa Emah. Wanita tua itu tak pernah marah jika dia mengambil beberapa buah jambu untuk di jadikan pengganjal perut nya.

Biasanya jika sedang di marahi seperti saat ini, ia tidak di perbolehkan untuk mengambil makanan di rumah. Jadi dari pada kelaparan maka dia memutuskan untuk makan buah jambu saja. Lia terus berjalan menuju sungai yang letaknya di bawah sana.

Sampai di sungai, Lia duduk di atas batu besar. Dia duduk sambil memakan buah jambu yang tadi dia petik.

Habis buah jambu air itu dia makan. Dia memang sangat lapar. Sejak tadi pagi tak ada secuil pun makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Lia duduk termenung menatap jernih nya air sungai yang tengah mengalir.

Lama Lia menatap aliran sungai yang airnya jernih dan tenang. Tiba-tiba sebatang kayu melintas di air tepat di bawah kakinya.

Mata Lia tak berkedip menatap batang kayu itu. Ada yang aneh dengan batang kayu itu. Batang kayu itu seperti bergerak-gerak.

Apa itu..? Pikir Lia sambil mengamati batang kayu itu lebih lanjut.

Alangkah kagetnya Lia saat menyadari bahwa batang kayu yang dia lihat tadi ternyata seekor ular.

Akan tetapi, Lia sedikit pun tak merasa takut. Dia juga tak beranjak dari tempat itu. Yang dilakukan nya hanya memandangi ular itu dari atas batu.

Dan sekarang ular itu juga memandang Lia.

Hari sudah menjelang sore. Matahari sudah mulai beranjak tenggelam di ufuk barat. Warna dedaunan sudah mulai terlihat gelap. Lia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.

Tanpa Lia sadari, ular itu ternyata mengikut Lia sampai ke rumah gadis itu.

Tak jauh dari rumah Lia, sepasang mata merah itu terus menatap Lia dari kejauhan. Mata itu berasal dari sesosok makhluk yang tubuhnya tak menapak di tanah. Dan tak juga kasat mata.

Perlahan - lahan, makhluk itu menghilang dari pandangan mata setelah meninggalkan tawa keras yang hanya bisa di dengar oleh bangsa jin dan makhluk kegelapan lainnya.

#Minaaida_92

***

BAB. 02 Mimpi Yang Aneh

Lia sudah sampai di rumah. Hari sudah menjelang magrib.

Akan tetapi, Lia tak mendapati seorang pun di rumah nya. Ruang tamu juga terlihat sepi. Pada kemana semua orang, pikir Lia heran.

Lia berjalan melewati ruang tamu dan langsung memasuki kamarnya. Dia tak peduli mau kemana orang - orang di rumah ini. Sudah sering terjadi seperti ini. Dia tak pernah dianggap sebagai anggota keluarga. Jadi jika ada sesuatu, mereka tak pernah mengajak dirinya.

Lia memilih mengurung diri di dalam kamar dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Sejak tadi matanya sudah terasa berat.

Entahlah, padahal biasanya dia tak seperti ini. Tapi Lia tak sedikitpun merasa aneh dengan t rasa kantuk yang datang lebih cepat dari biasanya. Saat hari - hari lain biasanya dia selalu tidur diatas jam sebelas malam. Mungkin karena pikiran nya sedang kacau jadi dia tak terlalu ambil peduli tentang keadaan dirinya. Bahkan Lia juga tak berpikir tentang bagaimana besok atau masa depan seperti apa yang akan menanti nya dengan kehidupan yang seperti ini.

Lia pun akhirnya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak menunggu lama, Lia pun akhirnya terlelap pulas dalam lautan mimpi.

"Dimana aku?" Lia bergumam sendiri. Dia mengamati tempat itu. Dia menyadari bahwa ini bukan lah kamar nya melainkan dirinya kini sedang berada di suatu tempat.

Tempat itu sungguh asing dan juga aneh...

Begitu sunyi....

Bahkan suara angin pun tak terdengar olehnya.

Apakah tak ada kehidupan di tempat ini? Pikir Lia.

"Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanya seseorang di belakang Lia.

Kaget,....

Lia langsung membalikkan badannya.

Seketika Lia mematung.

Di belakangnya berdiri seorang pemuda yang tak dikenal. Pemuda itu tersenyum manis menatap kearahnya.

Gugup,..?

Tentu saja.

Bagaimana tidak?

Pemuda yang berdiri di belakang Lia itu memiliki wajah yang sangat tampan. Tubuhnya atletis dengan kulit putih. Tinggi sekitar 180 cm dan berambut panjang sebahu.

Ada yang aneh dengan pemuda itu. Tiba-tiba Lia ingat dengan film Brama Kumbara yang dia tonton.

Pakaian yang dia pakai mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh orang jaman dahulu. Memakai baju rompi dan celana panjang hitam dan serta ikat kepala yang juga berwarna hitam. Pakaian pemuda itu seperti pemain film dalam film drama kolosal Brama Kumbara.

Tapi meskipun terlihat aneh, pemuda itu tetap terlihat tampan sehingga membuat Lia tak mampu berucap sepatah kata pun juga.

"Boleh aku temani?" tanya pemuda itu. Suara nya terdengar dalam.

"Hah?" Lia terkesiap mendengar pemuda itu bertanya.

"Bo-boleh," jawab Lia terbata - bata.

Pemuda itu berjalan mendekati nya. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Lia bengong. Takjub dan aneh.

Dia merasa bingung menghadapi sikap pria itu. Baru kali ini dia berkenalan dengan seorang pemuda. Apalagi pemuda itu sangat tampan sekali.

"Kita kenalan dulu, ya," ucap pemuda itu. Lia tersentak dari lamunannya.

"I-ya, eh... maksudnya boleh," ucap Lia.

"Namaku Mahesa, lengkap nya Mahesa Bramantyo. Siapa namamu?" pemuda itu setelah menyebutkan namanya sebelum menanyakan nama Lia.

"Namaku Lia, lengkap nya Dahlia," jawab Lia sembari menatap wajah Mahesa.

Lia sungguh terpesona menatap wajah tampan Mahesa yang mirip dengan opa - opah Korea yang dilihat nya di televisi.

"Kamu suka tempat ini?" tanya Mahesa.

"Hem, iya. Tempat ini lumayan bagus. Di sini suasana nya terasa tenang dan tidak berisik. Tapi aku merasa sedikit aneh.." ucap Lia.

"Aneh,...?" kening Mahesa berkerut. "Maksud kamu aneh bagaimana, Lia?" tanya Mahesa lagi.

"Tempat ini seperti tak ada kehidupan, begitu sunyi dan senyap. Dan langit itu, Mengapa terlihat mendung seperti itu. Apakah akan turun hujan sebentar lagi?" tanya Lia sembari menatap ke langit yang terlihat mendung hitam berarak - arak.

"Oh, itu.. Tidak, di sini tidak pernah turun hujan.. Cuaca di sini memang selalu seperti ini..Tak ada sinar matahari yang terik disini." ujar Mahesa.

"Hah, benarkah?"

Lia tampak terkejut. Aneh masa ada mendung tapi tak pernah hujan. Tempat apa ini, aneh sekali.

"Mungkin di sebelah sana kita akan menemukan pemandangan yang lain. Bagaimana kalau kita ke sana?" ajak Mahesa.

"Baik, aku akan ikut dengan mu kesana," ujar Lia.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan pelan. Sikap Mahesa yang sangat ramah membuat Lia mudah merasa akrab. Sikap itulah yang membuat Lia merasa nyaman berada dekat dengan pemuda itu.

Sejenak Lia melupakan semua keanehan yang dia rasakan saat pertama kali tiba di tempat ini.

Lia juga tak ingin tahu dia ada di mana saat ini. Rasa aman dan nyaman membuat Lia tak menyadari sedang berada di alam lain.

Ternyata Mahesa membawa Lia ke sebuah taman yang sangat indah. Taman itu di penuhi dengan bunga - bunga yang indah aneka warna dan jenis.

"Tempat ini indah sekali!" seru Lia sembari menatap hamparan bunga di depannya. Akkh... rasanya sangat menyenangkan menatap hamparan bunga yang berwarna warni di depannya. Ada bunga mawar aneka warna yang menghampar di depannya. Ada merah, kuning, putih, ada juga yang berwarna merah muda. Ada juga bunga matahari dan bunga lili putih yang cantik. Sangat indah. Sejenak Lia lupa akan keanehan yang tadi dia rasakan.

"Bunga - bunga ini sangat cantik," puji Lia.

"Seluruh bunga - bunga yang ada di taman ini memang sangat cantik. Akan tetapi mereka kalah cantik dengan kecantikanmu, Lia," puji Mahesa seraya menatap Lia dalam.

Lia tertunduk malu mendengar pujian Mahesa. Baru kali ini ada orang yang memuji kecantikannya.

Mahesa memetik setangkai bunga mawar merah dan menyelipkan nya di telinga Lia.

Pandangan mata mereka bertemu sementara jantung Lia berdegup kencang.

BYURR,......

"Bangun woi, ... dasar pemalas. Sudah siang begini masih ngorok, dasar Bangkong!!"

Spontan Lia langsung terduduk dari tidurnya dengan wajah nanar setelah mendapat jatah satu ember air dari Bu Warti. Lia mengusap wajahnya yang basah.

Astaga,....

Ternyata tadi itu cuma mimpi, pikir Lia.

Tapi,...

Eh, tunggu dulu,... Apa ini?

Lia meraba telinganya. Seperti nya ada yang menempel di telinga kanan nya.

Lia mengambil sesuatu yang menempel di sana.

Apa ini, pikirnya seraya mengamati benda yang kini sudah berada di genggaman tangan nya.

Mata Lia terbelalak. Dia tak percaya meskipun telah melihat sendiri apa yang di pegangnya.

"Bunga mawar merah??"

"Bunga ini,.... jadi semalam bukan mimpi? Yg Tapi jika bukan mimpi, kenapa dia ada di rumah ketika bangun. Otak kecil Lia yang sempit tak dapat mencerna apa yang telah terjadi.

"LIA,....!! Cepat bangun atau aku aku siram lagi. Dasar anak tak berguna!!" kembali bentakan Bu Warti terdengar.

"Iya, Bu,.." sahut Lia buru buru bangun dan mendatangi ibu tirinya itu.

Nah,....kira - kira Lia itu tadi malam mimpi atau bukan, ya?

BAB. 03 Di Datangi Ular

"Dasar pemalas! Kamu enak - enakan makan tidur sementara aku yang harus pontang panting bekerja. Dasar anak tak berguna! Bisanya cuma menyusahkan orang lain. Mengapa kamu Ndak mati saja sekalian sama ibumu dulu!' bentak Bu Warti. Tak puas dengan hanya memaki, tangannya bergerak Menarik Lia dari tempat tidur dan menyeretnya ke kamar mandi.

Tanpa belas kasih, wanita paruh baya itu menyiramkan air dingin ke tubuh Lia yang masih separuh sadar karena baru bangun dari tidur.

"Hah .. Hah ...hah..!' Lia tergagap karena belum siap di siram. Dinginnya air langsung menyergap tubuhnya apalagi udara pagi di tempat itu sangat dingin.

"Uhuk....uhuk,... ampun, Bu. Jangan siram lagi. Dingin,....brrr......" Lia terbatuk berkali kali karena ada air yang masuk ke dalam mulut dan hidung nya.

"Maka nya jadi anak itu harus patuh sama orang tua. Jangan ngeyel dan keras kepala," bentak Bu Warti lagi.

"Maaf, Bu." ucap Lia.

"Sudah,.... sekarang cepat berdiri dan setelah ini, kerjakan semua pekerjaan rumah sampai selesai." perintah Bu Warti.

Bergegas Lia bangun dan mengganti bajunya yang sudah basah. Setelah itu dia pun mengerjakan semua pekerjaan rumah yang di suruh ibunya.

Omelan dan bentakan kerap dia dengar semenjak dia tidak lagi bekerja. Namun Lia seolah tak menggubris. Dulu juga begitu. Bukankah sejak kecil, wanita yang juga merupakan budenya itu selalu memperlakukan dia seperti itu. Hanya saja saat itu ayahnya masih hidup.

Lia hanya lulusan SMP. Setelah lulus dia sempat bekerja di Jakarta sebagai pembantu di sebuah rumah. Setiap bulan, bu Warti akan datang ke Jakarta untuk meminta uang gaji nya dengan alasan untuk biaya berobat ayahnya yang saat itu sedang sakit - sakitan.

Hanya setahun dia bekerja di Jakarta. Lia minta izin berhenti bekerja dan kembali ke desa dengan alasan ingin merawat ayahnya yang sedang sakit parah kala itu.

Lia memang merawat ayahnya yang sedang sakit sambil bekerja di pabrik kapur yang kala itu baru berdiri di desa mereka.

Karena sakit yang di derita ayahnya makin parah, dua tahun lalu ayahnya pun menyusul ibu ke alam baka.

Setahun kemudian, pabrik kapur tempat Lia bekerja di tutup karena bangkrut. Semua buruh pabrik di berhentikan termasuk Lia karena tak mampu lagi membayar gaji. Bahkan pesangon saja tidak dia dapatkan.

***

Siang sudah semakin terik. Lia bermaksud akan menjemur kasur nya yang basah karena siraman ibu tiri nya tadi pagi.

Lia menatap kasur yang basah kuyup dengan perasaan sedikit kesal. Tiba-tiba, matanya tertuju pada bunga mawar yang terletak di pinggiran kasur.

Lia langsung teringat mimpi nya.

Apakah benar tadi malam itu dia sedang bermimpi. Tapi mimpi itu seperti nyata dan pagi harinya Lia menemukan bunga mawar itu ada di telinga nya. Aneh sekali....

Tak mau larut memikirkan keanehan yang terjadi pada dirinya, Lia bergegas mengangkat kasur nya yang basah kuyup ke halaman. Dia menjemur kasur itu agar nanti malam bisa tidur tanpa kebasahan lagi.

Setelah cukup lelah mengerjakan pekerjaan rumah yang seperti tak ada habisnya, sore harinya Lia memutuskan pergi ke sungai. Seperti itulah kebiasaan yang dilakukan Lia. Setiap hari jika ada kesempatan, dia selalu menyempatkan waktu untuk datang ke sungai itu.

Lia memandangi air sungai yang kala itu mengalir cukup deras yang disebabkan oleh hujan deras semalam. Entah mengapa, setiap kali memandang air sungai yang mengalir, hati dan pikiran nya merasa tenang.

Lia sekali lagi menatap ke arah sungai yang mengalir di bawah batu besar tempat dia duduk saat ini.

Lagi-lagi, dia kembali melihat ular itu. Ular yang sama yang dilihatnya tempo hari. Ular itu berendam di tempat yang sama seperti kemarin.

"Apa ular itu sudah mati?" pikir Lia. Dia mengamati ular yang masih terendam di sungai itu lebih lanjut. "Tapi rasanya mustahil jika ular itu sudah mati. Jika sudah mati pasti sudah hanyut sejak kemarin," guman Lia.

Tak ingin pusing soal ular itu, Lia mengalihkan perhatiannya ke hamparan sawah di depan sungai.

Sawah itu milik mang Odang. Petani di desa nya yang terbilang sukses. Sawah mang Odang ada di mana - mana. Hasil panen nya selalu berlimpah ruah.

Suara gemericik air sungai membuat Lia tersenyum. Dia sangat menyukai suara itu. Itulah sebabnya dia selalu datang ke tempat ini.

Dia suka memandang keindahan alam ciptaan Tuhan yang bagi nya suatu anugerah terindah yang di ciptakan Tuhan untuk makhluknya.

Namun kadang dia tak punya waktu untuk berleha-leha di tempat ini. Karena selain di suruh oleh ibunya mengerjakan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, dia juga kadang - kadang di suruh Bu Warti bekerja di ladang milik keluarganya.

Cukup lama Lia memandangi air sungai itu. Sehingga tanpa sadar Lia terbawa lamunan.

Namun kemudian ia tersadar setelah mendengar suara kecipak air di bawah sana.

Rasa penasaran Lia, membuat gadis itu menunduk untuk melihat apa yang ada di bawah sana.

Jantung Lia berdetak kencang. Matanya membola demi melihat apa yang ada di bawah sana.

Di bawah sana, di air sungai yang mengalir, Lia melihat ada banyak sekali ular yang saling membelit satu sama lain. Saking banyaknya ular di dalam sungai itu sehingga air sungai yang tadinya berwarna agak keruh itu kini berubah warna menjadi hitam. Bahkan ada beberapa ular yang merayap di hendak mendekati dirinya.

Di antara ribuan ular itu, ada satu ular yang paling besar. Ular besar itu terlihat melahap beberapa ular kecil yang hendak mendekati Lia.

Keringat dingin mengucur di dahi Lia yang ketakutan. Ia tak habis pikir dari mana datangnya ular sebanyak itu.

Untuk sesaat, Lia hanya bisa terpaku menatap ke sungai yang dipenuhi ular. Napasnya sesak memburu seiring dengan degup jantungnya yang berpacu semakin kencang.

Sungguh mati, baru kali ini dia melihat fenomena alam yang sangat langka tetapi juga amat berbahaya ini.

"Neng,.. neng Lia..." tepukan lembut di bahunya menyadarkan Lia, membuat gadis itu kembali ke alam nyata.

Tersadar dari keterkejutannya, Lia langsung menoleh ke belakang.

"Hah, ... apa?" Lia menatap pada orang yang tadi menepuk bahunya.

Seorang nenek tua tampak sedang menatap cemas ke arah nya. Itu adalah Mak Sari.

"Ulah ngalamun di dieu, neng,... bisi reuwas ( jangan melamun di sini, neng, siapa tahu ada bahaya )," ucap Mak Sari.

" Mak, eta anu....di dinya, aya oray....( Mak, itu anu, di sana ada ular )," tunjuk Lia ke arah sungai yang mengalir di bawah sana.

"Aya naon, neng ( ada apa, Neng)?" tanya Mak Sari sembari ikut melihat ke bawah.

"Mana oray na, neng Lia..( mana ularnya, neng)?" Tanya Mak Sari lagi.

Lia terdiam tak menjawab pertanyaan nenek tua itu. Mata terpaku pada air sungai yang mengalir jernih dan tenang di bawah sana. Isi otaknya sibuk bertanya - tanya. Apa yang telah terjadi? Kemana pergi nya semua ular - ular itu. Bukankah tadi masih ada di sana? Pertanyaan itulah yang kini memenuhi pikiran Dahlia.

Kira kira, pada kemana tuh ular - ular itu, ya..?

#Jangan lupa klik like dan subscribe untuk novel aku biar naik veiwnya. Wkwkwkw ....

#Minaaida_92

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!