NovelToon NovelToon

Lost In Heart

Prom Night

--- 10 Januari 2015 📍 Lokasi: Aula Sekolah – Prom Night ⏰ Pukul 20:45 PM 🌧️ Hujan gerimis, udara lembab, dan jalanan masih basah... ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Berjalan mendekati seorang pria yang sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya) 🗨️ "Noah, bisa ikut gue sebentar?" (Suaranya lembut, tapi ada sedikit ketegangan di dalamnya.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Mengernyitkan dahi sebentar, lalu mengangguk dan mengikuti Acha keluar dari aula.) 🗨️ "Sure." (Dia tetap santai, tapi ada sedikit rasa penasaran di wajahnya.)
--- 📍 Kelas mereka – Sepi, jauh dari keramaian aula. Acha berdiri di depan, jantungnya berdegup kencang. Sementara itu, Noah duduk santai di bangku depan, matanya masih fokus ke layar ponselnya. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Noah... menurut lo gimana kalau gue suka sama lo?" (Suara Acha terdengar ragu, tapi dia memberanikan diri menatap Noah.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Berhenti main ponsel, menatap Acha dengan ekspresi yang sulit ditebak.) 🗨️ "Kalau cuma sebatas sahabat, gue nggak masalah. Tapi kalau lebih dari itu..." (Menghentikan kata-katanya sejenak, lalu tiba-tiba meraih tangan Acha dan menggenggamnya erat.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
🗨️ "Cha... gue mau kita tetap jadi sahabat." (Nada suaranya dalam, serius.)
--- Kelas kembali sunyi. Acha menelan ludah. Perlahan, dia menarik tangannya dari genggaman Noah. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "O-okay... kita tetap jadi sahabat." (Suaranya berat, seperti menahan sesuatu.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Tapi gue cuma mau lo tahu... selama ini, gue jatuh cinta sama lo."
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Tanpa ragu, langsung menjawab.) 🗨️ "I know."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Membelalakkan mata, terkejut.) 🗨️ "WHAT?!" (Nggak percaya dengan jawaban Noah.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Tersenyum tipis, tapi ada kesedihan di matanya.) 🗨️ "Cha... gue udah tahu lo suka sama gue sejak lima tahun yang lalu. Tapi gue nggak pernah bilang apa-apa karena... gue takut persahabatan kita bakal berubah."
--- Acha terdiam. Ada perasaan malu, sedih, dan kecewa yang bercampur jadi satu. Tapi sebelum dia sempat berkata apa-apa... ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
🗨️ "Cha... sebenarnya gue gay." (Kata-kata itu keluar pelan, tapi jelas.)
--- Acha membeku. Angin malam berhembus masuk lewat jendela kelas. Ia menatap Noah, mencari tanda-tanda kalau ini cuma bercandaan. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Nggak usah bercanda aneh-aneh. Kalau lo nggak suka sama gue, ya udah, nggak usah cari alasan konyol kayak gitu." (Suaranya sedikit bergetar.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Menatap Acha dalam, ekspresinya serius.) 🗨️ "I’m not joking, Cha. Gue ngomong ini karena gue percaya sama lo."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Menelan ludah, berusaha memahami semuanya.) 🗨️ "So... lo beneran gay?" (Suaranya pelan, seperti takut mendengar jawabannya.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Mengangguk perlahan.) 🗨️ "Yeah..." (Suaranya hampir berbisik.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Sejak kapan? Kenapa lo nggak pernah bilang ke gue sebelumnya?" (Ada kemarahan, tapi juga kesedihan dalam suaranya.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Menundukkan kepala, terlihat merasa bersalah.) 🗨️ "Sorry... gue takut lo nggak bisa nerima gue. Gue nggak mau kehilangan lo sebagai sahabat."
--- Tanpa berpikir panjang, Acha tiba-tiba memeluk Noah. Noah membeku sejenak, lalu membalas pelukan itu. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Lo bodoh..." (Suaranya bergetar.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Kenapa juga gue harus marah?! Gue malah seneng lo akhirnya jujur sama gue!" (Air mata mulai menggenang di matanya.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
🗨️ "I’m really sorry, Cha..." (Memeluk Acha lebih erat, merasa bersalah.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Melepaskan pelukannya, menatap Noah dengan mata berkaca-kaca.) 🗨️ "Apa keluarga lo tau?"
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Menggeleng pelan.) 🗨️ "Nope... baru lo orang pertama yang gue kasih tau."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Menghela napas, lalu meraih tangan Noah dan menggenggamnya.) 🗨️ "Pasti berat banget ya, harus nyembunyiin ini dari semua orang?"
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
🗨️ "I’m used to it... tapi entah kenapa gue pengen lo tau." (Suaranya lebih tenang, tapi masih ada ketakutan di sana.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
🗨️ "Then, mulai sekarang, lo nggak perlu sembunyi dari gue lagi. Gue tetap sahabat lo, and I’ll always be here for you." (Senyumnya tulus, meskipun hatinya perih.)
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
🗨️ "Thanks, Cha..." (Menatap Acha dengan perasaan lega, lalu memeluknya lagi.)
🌧️ Di luar, gerimis kembali turun. Bukan hanya mewakili suasana hati Acha, tapi juga momen berharga yang baru saja terjadi. Acha mungkin merasa sakit, tapi lebih dari itu... dia merasa bangga karena Noah akhirnya bisa jujur padanya. Dan meskipun hatinya hancur, dia memilih untuk tetap ada di sisi Noah.
Karena bagi Acha, Noah bukan hanya cinta pertamanya... tapi juga sahabat terbaiknya.
--- End of Chapter 1 ---

Jarak yang tak terucap

--- Udara sore itu cukup dingin, dibalut aroma hujan yang menggantung di langit kelabu. Typical rainy season vibes di Jakarta, dengan awan tebal yang seakan nggak pernah capek menggulung. Di kampus Universitas Archmore, suasana sibuk khas mahasiswa baru terasa banget—ramai, tapi tetap ada ruang untuk kesepian. Acha melangkah di lorong Fakultas Psikologi dengan langkah ringan. Well, setidaknya terlihat ringan, meski hatinya jelas nggak sejalan. Rambutnya yang diikat rendah terayun pelan setiap kali ia bergerak. Sudah berminggu-minggu sejak that prom night. Malam yang seharusnya jadi sweet memory, malah nyisain perasaan super rumit. Dan semua itu... karena Noah. Sahabat sekaligus cinta pertamanya. Acha menarik napas dalam. Damn. Ia masih ingat jelas bagaimana Noah memilih untuk jujur malam itu. 💬"Cha, gue gay." Sesederhana itu. Dan rasanya? It hit different. Sungguh, Acha pengin ikut bahagia. Noah percaya padanya, kan? Ia cukup penting sampai Noah buka semua rahasia itu. Tapi deep down, hatinya nggak bisa bohong. 💬"Kalau dia bukan untuk Gue, kenapa rasanya tetap sesakit ini?" pikirnya, sambil menatap langit kelabu. Love is complicated, dan Acha baru benar-benar ngerti artinya sekarang. ---
--- 📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 : 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙨 𝙋𝙨𝙞𝙠𝙤𝙡𝙤𝙜 .. ---
--- Suasana kelas dipenuhi suara bisik-bisik mahasiswa. Typical first class vibes—ada yang excited, ada juga yang pura-pura cuek. Bau buku baru bercampur dengan aroma kopi dari tumbler yang berjejer di meja. Honestly, aroma kopi itu seperti mood booster di tengah kecanggungan pertemuan pertama. Di depan, layar proyektor memancarkan nama dosen yang akan mengisi kelas hari itu. 𝙋𝙧𝙤𝙛.𝙈𝘼𝙑𝙀𝙉 𝙈𝙔𝙎𝘼𝙉𝘿𝙀𝙍 Nama itu terpampang jelas, membuat beberapa mahasiswa saling melirik. ---
Laura
Laura
(tersenyum cerah ke Acha, mata berbinar penuh antusias): 💬"Hey, Ach! Guess what? Denger-denger profesor yang ngajar kita hari ini tuh super hot, you know? Setengah bule gitu katanya. Vibes-nya kaya aktor drama Korea yang suka liburan ke Bali. Fix, gue bakal duduk depan! Front row seat for the best view, baby!"
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa kecil, melirik Laura dengan ekspresi setengah malas): 💬"Lo emang nggak pernah nyerah, ya, Laur? Kalau emang segitu kerennya, jangan lupa kenalin ke gue. Who knows? Bisa jadi bahan cuci mata, kan? Refreshing the soul, gitu."
Laura
Laura
(mengedip nakal, sambil nyenggol bahu Acha): 💬"Ya ampun, lo move on juga akhirnya! Good girl! Proud of you, babe! Bentar lagi kita cari momen seru bareng, trust me."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Acha hanya tersenyum lemah, pandangannya sesaat kosong. Di balik tawanya, ada hati yang belum sepenuhnya utuh. Laura merangkul Acha dengan senyum semangat.)
Laura
Laura
(dengan suara riang, berusaha mencairkan suasana): 💬"Udah ah, New semester, new vibes, new hot prof! Let’s make today exciting. Slay bareng, Ach!"
--- Pintu kelas perlahan terbuka. Seorang pria bertubuh tegap melangkah masuk. Kemeja hitam yang digulung rapi di lengan, dipadukan dengan celana abu-abu yang pas di tubuhnya. Wajahnya tenang, rambut hitam sedikit bergelombang, dan yang paling mencolok ...mata abu-abu tajam yang seolah bisa membaca pikiran. Semua suara bisik-bisik di kelas langsung mereda. Aura dingin dan karismanya seperti otomatis menguasai ruangan. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
(Dengan suara dalam dan tenang) 💬"Selamat siang, everyone."
--- Suaranya dalam dan berkarisma, bikin suasana kelas langsung hening. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
💬"Nama saya Maven Mysander. Mulai hari ini, I'll be your lecturer untuk mata kuliah Psikologi Interpersonal." ( Pause sebentar, senyum tipis.) 💬"So, I hope we can learn a lot together. Jangan terlalu tegang, oke? Psikologi itu bukan cuma teori, tapi juga tentang memahami diri sendiri dan orang lain."
--- Vibes-nya? Chill but mysterious. Semua mahasiswa auto fokus. Dalam hati pasti mikir, 💬"Oke, dosen ini beda. Aura-aura main character nih." ---
Laura
Laura
( nyaris ternganga, like,) 💬"Seriusan? Dosen seganteng ini?" (Bergumam Pelan)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Sedikit terkejut) 💬"Muda banget, no way!"
--- Pelajaran pun dimulai. Dengan aura dingin dan tatapan tajam yang so captivating, Maven menjelaskan mata kuliah hari itu dengan tenang. Suasana kelas? Auto hening, semua mata fokus ke dia. ---
--- Before they knew it, kelas selesai so fast. ---
Laura
Laura
💬"Oke, this is my chance. Gimana pun caranya, harus ngobrol!" (Merapihkan rambunya dengan semangat)
--- Laura dengan cepat melangkah menghampiri Maven, senyumnya manis, penuh percaya diri. ---
Laura
Laura
(dengan senyum manis dan nada menggoda): 💬"Professor, kalau ada waktu, maybe kita bisa bahas materi bareng di kafe kampus?"
--- Maven hanya menoleh perlahan. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi. Mata abu-abunya menatap Laura sejenak. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
(datar, tenang, dengan aura misterius): 💬"Terima kasih, Tapi saya ada urusan lain."
--- Laura terdiam. Sejenak suasana terasa canggung. Dari kejauhan, Acha tertawa kecil sambil melipat tangan di dada. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(senyum nakal): 💬"Rejected langsung, Laur."
Laura
Laura
( cemberut, tapi tak bisa menyembunyikan tawanya , menghela napas dramatis): 💬"Kenapa sih, professor setampan itu cuek banget? Sumpah, misterius abis."
--- Acha hanya tersenyum tipis, menatap punggung Maven yang perlahan menjauh. Setelah kepergian Maven, suasana kelas perlahan kembali ramai. ---
Laura
Laura
( Segera merangkul lengan Acha dengan senyum cerah dan nada antusias): 💬"Ach, yuk ke kantin! Gue butuh kopi buat nenangin hati yang baru aja ditolak profesor super hot itu."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tersenyum lemah, menggeleng pelan): 💬"Aduh, sorry, Laur. Gue nggak bisa. Gue harus ketemu Noah."
Laura
Laura
( Mengernyit, alisnya bertaut sejenak sebelum senyumnya kembali merekah kemudian mengangguk paham): 💬"Oh, Noah, huh? Fine then. Sampaikan salam gue ke dia, ya. Lo jangan lama-lama galau di sana."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa kecil, melambaikan tangan): 💬"Iya, bakal gue sampaikan. Lo juga jangan drama sendirian di kantin, ya!"
Laura
Laura
(mengedip nakal): 💬"Please, gue selalu fine kok. Hati gue kan tegar, walau profesor dingin itu cold as ice."
--- Acha tertawa pelan sebelum berbalik dan mulai melangkah pergi. Suasana kampus sore itu terasa hangat meski langit masih kelabu. Langkah Acha mantap menuju Gedung Tari, tempat di mana Noah berada. Di setiap langkahnya, pikirannya dipenuhi pertanyaan—Apa Noah baik-baik saja? atau Apakah hatinya sudah cukup kuat kali ini? ---
--- 📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 : Departemen Seni Tari ---
--- Langkah Acha bergema pelan di koridor Departemen Seni Tari. Aroma parfum samar bercampur dengan wangi kayu dari lantai dansa, menciptakan suasana yang menenangkan. Dari balik pintu kaca, Noah terlihat sedang meregangkan tubuh setelah latihan. Gerakannya anggun seperti biasa, tapi ada sesuatu di raut wajahnya—sesuatu yang Acha tak bisa abaikan. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tersenyum, memanggil dengan suara ceria): 💬"Noah!"
--- Noah menoleh. Senyumnya lebar, hangat, persis seperti yang Acha ingat. Tapi, entah kenapa, Acha bisa melihat—ada sesuatu yang berbeda di balik senyuman itu. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(mendekat, nada suaranya ringan): 💬"Cha! Long time no see! What brings you here?"
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(menggaruk kepala, senyum canggung di wajahnya): 💬"Umm, gue mau minta bantuan, sih. Gue mau pindah ke apartemen baru. You free, right? Sekalian kita hangout ,udah lama banget, bro."
--- Noah tertawa kecil, matanya berkilat sebentar, tapi Acha masih bisa merasakan ada jarak yang belum sepenuhnya terjembatani. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(mengangkat alis, nada suara tetap ceria): 💬"Sure, kenapa nggak? Gimme a sec, gue ambil tas dulu."
--- Acha mengangguk, memperhatikan punggung Noah yang berjalan menjauh. Senyum canggungnya perlahan memudar. Dalam hatinya, Acha bertanya-tanya ..💬Apakah kita benar-benar masih sama seperti dulu? ---
--- Sambil berjalan di samping Acha, Noah dengan cepat mengetik pesan di ponselnya. Jemarinya bergerak cepat, namun raut wajahnya tampak berat. 📱Noah (Typing): 💬" gue hangout dulu sama sahabat gue. Mungkin pulang agak malam." Beberapa detik kemudian, notifikasi masuk. M (Reply): 💬"Oke." Cuma satu kata. Datar. Tanpa emotikon, tanpa penjelasan. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Menggigit bibirnya .Pahit . Bicara dalam hati): 💬"Kenapa... dia selalu kayak gini? Dingin. Jarak di antara kita malah makin jauh. Apa gue yang salah?"
--- Acha melirik Noah sekilas. Ia menangkap ekspresi di wajah Noah ,senyum yang dipaksakan, mata yang tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Memilih diam. Menahan kata-kata yang ingin keluar . Dalam hati kecil berbicara): 💬"Gue nggak mau tau. Nggak mau ikut campur. Gue nggak siap denger kalau dia bahagia... sama orang lain."
--- Suasana hening mengiringi langkah mereka. Dua orang sahabat, berjalan berdampingan, tapi pikiran masing-masing melayang ke tempat yang berbeda. 𝙆𝙖𝙙𝙖𝙣𝙜, 𝙟𝙖𝙧𝙖𝙠 𝙞𝙩𝙪 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙧𝙪𝙖𝙣𝙜. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙝𝙖𝙩𝙞. ---
📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 : 𝘼𝙥𝙖𝙧𝙩𝙚𝙢𝙚𝙣 𝘽𝙖𝙧𝙪 𝘼𝙘𝙝𝙖
--- Langit mulai gelap. Warna oranye perlahan memudar, digantikan kelabu. Angin sore berhembus, membawa aroma tanah basah. Di dalam apartemen baru Acha, tumpukan kardus berisi berbagai macam buku dan figur One Piece berserakan. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(membuka pintu dengan senyum lebar): 💬"Welcome to my new place! Orangtua gue yang beliin. Pretty cool, huh?"
--- Noah melangkah masuk, matanya menyapu ruangan. Begitu melihat rak penuh figur Zoro dan tumpukan manga One Piece, dia mengangkat alis, tertawa. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(menggoda, tertawa ringan): 💬"Serius, Cha? Lo nggak pernah bosen sama One Piece? Roronoa Zoro again? C'mon, grow up a bit!"
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa sambil memelototkan mata): 💬"Lo yang nggak ngerti, bro. Mereka tuh alasan gue survive sampai sekarang, especially Zoro. Loyal, kuat, dan selalu keep his promise. Udah paling bener!"
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
( tersenyum. Tapi senyumnya nggak sepenuhnya sampai ke mata. Sedikit pudar. perlahan, sambil menghela napas): 💬"...Iya, lo emang selalu suka Zoro, ya?"
--- Ada jeda. Sunyi sejenak. Noah terdiam, tatapannya kosong. ---
--- Acha dan Noah mulai sibuk menyusun barang-barang di apartemen baru itu. Tumpukan buku-buku tebal memenuhi rak, sementara berbagai macam figur anime , khususnya One Piece berjejer rapi, seolah dipajang di etalase toko koleksi. Cahaya matahari sore perlahan meredup, menyisakan langit kelabu di luar jendela. ---
--- Suasana sedikit canggung. Noah buru-buru berusaha mencairkan suasana. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(nyengir lebar, sambil duduk di sofa): 💬"BTW, kalau ada Zoro di dunia nyata gimana, ya? Tough but sweet? Kayaknya bakal rebutan, deh."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa geli, melipat tangan di dada): 💬"Please, kalo emang ada, fix gue duluan yang sikat! Serius, cowok setipe Zoro tuh paket lengkap. Loyal, strong, tapi hatinya soft. Chef’s kiss!"
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(mengangguk pura-pura serius): 💬"Ah, bener juga. Tapi jangan-jangan lo nyari cowok kayak Zoro biar bisa disuruh-suruh, ya? Kan dia loyal tuh."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa keras, menunjuk Noah): 💬"Eh, lo ngatain gue? Jangan salah, loyal itu goals! Bukannya lo juga suka tipe yang kayak Sanji? Baik, perhatian... tapi suka flirt ke semua orang?"
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(berpura-pura tersinggung): 💬"Wah, wah! Serangan personal nih! Gue mah lebih suka yang calm and collected, nggak banyak drama. You know, vibes-nya misterius, gitu."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Menggelengkan kepala Pelan)
--- Mereka berdua tertawa. Suara tawa itu mengisi ruangan, terdengar lepas dan ringan. Seolah semua baik-baik saja. Seolah tawa itu murni. Namun di balik canda dan tawa, ada sesuatu yang tidak terucap. Noah sempat melirik Acha sekilas. Senyumnya masih di bibir, tapi matanya bicara lain. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
( POV ) 💬"Kalau Zoro beneran ada di dunia nyata, Acha pasti bahagia. Dia bakal nemuin cowok yang selalu dia impiin ...kuat, setia, dan selalu nepatin janji.. Gue? Gue cuma mau lihat dia terus senyum. Bahagia. Bahkan kalau itu bukan sama gue." (Ucap nya dalam hati )
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(POV): 💬"Kalau Zoro beneran ada di dunia nyata, gue nggak bakal sebego ini. Nggak bakal suka sama Noah... yang ternyata, in reality, he's gay. Lucu, ya? Realita kadang segitu kejamnya. Bikin lo suka sama orang yang nggak mungkin ngebales perasaan lo." (Ucapnya dalam Hati kecil menahan rasa getir)
--- Suasana hening sejenak. Lalu tawa kecil kembali pecah, menutupi hal-hal yang nggak berani mereka bicarakan. ---
𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙪𝙘𝙖𝙥𝙠𝙖𝙣, 𝙠𝙖𝙣? 𝙎𝙤𝙢𝙚𝙩𝙞𝙢𝙚𝙨, 𝙨𝙞𝙡𝙚𝙣𝙘𝙚 𝙨𝙖𝙮𝙨 𝙞𝙩 𝙖𝙡𝙡.
--- Langit semakin gelap. Hujan gerimis mulai turun, menetes lembut di kaca jendela. Udara malam terasa dingin, membawa keheningan yang entah kenapa terasa berat. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(mengenakan jaketnya, tersenyum tipis) 💬"Cha, gue balik duluan, ya. Udah malem juga."
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(mengangguk sambil meraih kantong sampah) 💬"Sure. Thanks udah bantuin. Hati-hati di jalan."
--- Mereka berjalan beriringan ke depan gedung apartemen. Suara hujan yang menabrak aspal mengisi keheningan di antara mereka. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(tersenyum, melambaikan tangan) 💬"See ya, Cha. Jangan ngelamun mulu, oke?"
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa pelan, menatap Noah sekilas) 💬"Lo tenang aja."
--- Noah ikut tertawa, tapi saat dia membalikkan badan, senyumnya perlahan memudar. Langkah kakinya menuju parkiran terasa ringan, tapi dadanya justru sesak. ---
--- [Noah (POV)] "Tawa dia... selalu kayak gitu. Ceria. Tapi gue tahu, nggak semua senyum itu tulus. Sama kayak gue." Tangannya merogoh ponsel dari saku. Dengan cepat, dia mengetik pesan. 📱 Noah: 💬 "Gue udah di jalan, mau pulang." Beberapa detik kemudian, notifikasi masuk. 📲 M: 💬 "Ok." ---
--- Noah menatap layar ponselnya lama. Hanya dua huruf. "Ok." Sesederhana itu. Sesederhana jarak yang perlahan terasa semakin jauh. Dia menghela napas berat, memasukkan ponsel kembali ke saku. Pandangannya kosong, menembus gelap dan gerimis malam. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(POV) 💬"Kenapa, ya? Jawabannya selalu sesingkat itu. Dingin. Kayak ada tembok di antara kita yang nggak bisa gue tembus."
--- Motornya terhenti di pinggir jalan. Lampu kota memantul di genangan air. Udara dingin menusuk kulit, tapi yang lebih dingin adalah perasaan yang makin lama makin asing. ---
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
💬"Apa gue yang salah? Atau emang seharusnya jarak ini ada? Gue bahkan nggak yakin dia peduli. Kadang... gue mikir, apa perasaan ini sepihak?" (berbisik pelan, hampir tak terdengar) 💬"Kenapa semuanya malah terasa jauh?"
--- Hujan masih turun, tapi suara dunia seperti menghilang. Yang tersisa hanyalah suara hati Noah—penuh pertanyaan yang nggak pernah benar-benar bisa dia jawab. ---
[ 𝙋𝙤𝙫 .𝙈𝙖𝙫𝙚𝙣 ] --- Hujan deras mengguyur kota. Tetesannya membentur aspal dan jendela apartemen, menciptakan irama yang sendu. Lampu-lampu kekuningan di sepanjang lorong apartemen menyala, menampilkan bayangan panjang yang bergerak di dinding. Suasana malam itu terasa tenang, tapi di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang menggantung di udara—sesuatu yang belum terungkap. 𝙏𝙞𝙣𝙜... Suara lift berdenting, pintunya terbuka perlahan. 𝙈𝙖𝙫𝙚𝙣 𝙢𝙮𝙨𝙖𝙣𝙙𝙚𝙧 melangkah keluar dengan tenang. Setelan hitam kasualnya terlihat rapi, rambutnya sedikit basah terkena gerimis. Wajahnya tetap datar, mata abu-abu dinginnya mengamati lorong yang remang-remang. Langkah kakinya nyaris tak bersuara saat menyusuri lorong. Ketika dia berhenti di depan pintu unit apartemennya, pandangannya sekilas beralih ke pintu di sebelahnya—tertutup rapat. Nomor unit itu tertera jelas.
Maven Mysander
Maven Mysander
(tersenyum samar, sudut bibirnya terangkat tipis, tapi mata tetap dingin) 💬 "Jadi, unit itu sudah terisi."
Suara hujan di luar semakin deras, seolah menegaskan sesuatu yang tak terucap. Maven memandang pintu itu sebentar, ekspresinya sulit ditebak. Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, dia menarik napas singkat dan masuk ke apartemennya. 𝙠𝙡𝙞𝙠 .. Suara pintu tertutup dan terkunci, meninggalkan lorong itu kembali dalam keheningan.
--- Di luar, hujan masih mengguyur bumi. Aroma tanah basah meresap ke udara. Gemuruh halus terdengar dari kejauhan. Suasana malam yang sepi, namun terasa seolah sesuatu sedang menunggu untuk terungkap. Dalam diam, rahasia dan takdir perlahan mulai terjalin—pelan, tapi pasti. ---

Between Secrets and Crushes

--- Langit siang hari benar-benar kejam. Matahari tepat di puncaknya, menyengat kulit tanpa ampun. Udara panas memantul di permukaan aspal kampus yang ramai. Suara tawa mahasiswa, bunyi notifikasi ponsel, dan aroma kopi dari kafe dekat gedung membuat atmosfer kampus terasa hidup. Acha turun dari mobilnya, menghela napas panjang sambil menutupi wajah dengan tangan. 💬𝙒𝙝𝙮 𝙙𝙞𝙙 𝙄 𝙩𝙖𝙠𝙚 𝙖 𝙣𝙤𝙤𝙣 𝙘𝙡𝙖𝙨𝙨 𝙖𝙜𝙖𝙞𝙣? Pikirnya .. ---
--- 💬“𝙃𝙚𝙞, 𝘼𝙘𝙝𝙖!”teriak seseorang dari belakang. Belum sempat Acha menoleh, tangan seseorang merangkul pundaknya. 💬“𝙂𝙪𝙚𝙨𝙨 𝙬𝙝𝙤?”. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tersentak. ) 💬“Laura! Kagetin aja, sih!” ( pura-pura cemberut.)
Laura
Laura
( Tertawa keras) : 💬" “C'mon, jangan drama deh. Let's go! Kelas bakal mulai nih!”
-- Mereka pun berjalan berdampingan menuju Gedung Departemen Psikolog. Sambil melangkah, Laura terus bercerita dengan penuh semangat. ---
Laura
Laura
💬 “Acha, you know what? Gue udah belajar super hard buat kelas hari ini. Gue totally pengen bikin Maven speechless. Like, totally impressed sama Gue..” (Suaranya santai tapi penuh percaya diri.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(melirik temannya itu dan tersenyum kecil.) 💬 “Good luck with that. Lo totally bisa, kok.”
Laura
Laura
(Mengangkat dagu dengan gaya percaya diri.) 💬 “Obviously. Tapi, seriously, Lo liat nggak Maven kemarin? He looked so good.”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Mengerutkan kening, geli melihat ekspresi Laura.) 💬 “Girl, focus! Lo mau impress dia atau malah nge-fangirling?”
Laura
Laura
(Tertawa, merangkul Acha lebih erat.) 💬 “Who says I can't do both?”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Tertawa kecil.) 💬 “Fair enough.”
--- Mereka terus berjalan di tengah panas yang menyengat, tapi tawa keduanya seolah membuat siang yang terik jadi terasa lebih ringan. ---
--- Gedung Departemen Psikolog . berdiri megah, dinding kacanya memantulkan bayangan matahari yang masih terik. Begitu masuk ke dalam kelas, udara dingin dari AC menyambut, membuat otak Acha langsung terasa segar. Aroma parfum mahal samar-samar bercampur dengan wangi kopi. Suasana kelas? Chaos. Suara tawa, teriakan, dan dentingan keyboard laptop memenuhi ruangan. Kayak kelas TK, pikir Acha sambil menghela napas. Acha duduk di kursinya, mulai merapikan laptop dan membuka file materi sebelumnya. Sementara itu, Laura sibuk bercermin menggunakan ponselnya, merapikan lipstik dengan serius. ---
Laura
Laura
💬 “Gila, AC di sini life saver banget, ya?”. (masih sibuk memperbaiki rambutnya di layar ponsel.)
--- Acha hanya mengangguk pelan, matanya tetap tertuju pada layar laptop. Namun, tiba-tiba Laura menatap Acha dengan ekspresi serius jauh dari sikap ceria biasanya. ___
Laura
Laura
💬 “Cha, boleh cerita nggak? Tentang... Maven.”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(menutup laptopnya perlahan. Matanya beralih menatap Laura.) 💬 “Sure. Spill it.”
Laura
Laura
(menghela napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian.) 💬 “Gue suka sama Maven. Like, seriously. Tapi kadang gue mikir, kenapa sih orang kayak dia susah banget dideketin? Gue takut dia nganggep gue cuma another random girl di kampus.”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Tersenyum tipis, berusaha menenangkan temannya.) 💬 “Well, mungkin dia emang tipe orang yang nggak gampang terbuka.”
Laura
Laura
(melipat tangannya di dada, lalu memiringkan kepala, menatap Acha dengan penuh keyakinan.) 💬 “Tapi lo pasti tau, kan? Maksud gue, lo pinter, cantik, dan populer waktu SMA. Gue yakin lo punya tons of experience soal cinta-cintaan.”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(terdiam. Should I tell her? pikirnya. Matanya menatap ke depan, tapi pikirannya melayang ke masa lalu.) 💬 “Hmm… Honestly, gue nggak banyak tahu soal cinta.”
Laura
Laura
(Langsung mengerutkan dahi, ekspresinya jelas nggak puas dengan jawaban itu.) 💬 “Hah? Maksud lo?”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Menarik napas, mencoba menyusun kata.) 💬 “Dulu gue pernah suka sama seseorang. Tapi ternyata dia… ya, dia gay.”
--- Suasana langsung hening sejenak. ---
Laura
Laura
💬 “WHAT?!” (membelalak, hampir berdiri dari kursinya.) 💬“Wait—siapa?! Gue nggak pernah denger cerita ini!”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa kecil, mengangkat tangannya seolah memblokir pertanyaan lanjutan.) 💬 “Nope, I'm not telling. It's in the past.”
Laura
Laura
(langsung mendekati Acha, matanya berbinar penuh rasa penasaran.) 💬 “Oh come on, kasih hint kek! Kan kita sekarang udah temenan super close!”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(menggeleng, senyumnya tipis tapi ada bayang-bayang kesedihan di matanya) 💬 “Rahasia. Let's just say, it wasn't meant to be.”
Laura
Laura
(Memandang Acha dalam diam selama beberapa detik. Kemudian, senyum lebar kembali mengembang di wajahnya.) 💬 “Oke, fine. Tapi next time, you HAVE to spill ya!”
--- Acha hanya tersenyum, tapi pikirannya jauh dari percakapan itu. 💬"𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙙𝙞𝙖 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙚 𝙢𝙖𝙠𝙨𝙪𝙙 𝙉𝙤𝙖𝙝, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙧𝙚𝙖𝙠𝙨𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖?" Batin Acha. Ia menghela napas, mencoba menghapus bayangan masa lalu itu.
--- Suasana kelas tiba-tiba hening... ---
Laura
Laura
💬“Eh, Maven masuk!” (bisiknya cepat.)
--- Dengan langkah tenang dan penuh percaya diri, Maven memasuki ruangan. Kemeja hitam slim-fit yang membingkai tubuh tinggi semampainya, dipadukan dengan celana panjang hitam yang pas, membuat penampilannya on point. Aura dingin yang khas darinya langsung memenuhi ruangan. Suara-suara bisik mahasiswa yang tadinya ramai seketika menghilang. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
💬 “Good afternoon, everyone.” (Suaranya dalam dan tenang.)
--- 💬"𝙒𝙤𝙬. 𝙃𝙤𝙬 𝙘𝙖𝙣 𝙨𝙤𝙢𝙚𝙤𝙣𝙚 𝙨𝙤𝙪𝙣𝙙 𝙩𝙝𝙖𝙩 𝙘𝙤𝙤𝙡 𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙗𝙮 𝙨𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 𝙝𝙚𝙡𝙡𝙤? " pikir Acha, melirik Maven dengan ekspresi datar namun diam-diam terkesan. Tanpa basa-basi, Maven mulai menjelaskan materi. Bahasa Inggrisnya mengalir lancar, sesekali beralih ke bahasa Indonesia. Gesturnya sederhana, namun setiap kata yang keluar terdengar meyakinkan. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
💬 “Okay, today we’ll discuss communication theories and how they apply in real-life situations. Sekarang, siapa yang bisa kasih contoh sederhana?”
--- Seisi kelas sempat hening. Lalu, dengan percaya diri yang khas, Laura langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi. ---
Laura
Laura
💬 “Sir! Aku punya contoh!”
Maven Mysander
Maven Mysander
(mengangguk singkat.) 💬 “Silakan.”
Laura
Laura
(tersenyum lebar.) 💬 “Jadi, aku pikir, komunikasi itu kayak... pas kita suka sama seseorang dan kita harus confess perasaan kita.”
--- Beberapa mahasiswa tertawa kecil, terdengar bisik-bisik menggoda. Maven tetap tenang, menatap Laura dengan ekspresi datar. ---
Maven Mysander
Maven Mysander
💬 “Interesting analogy. Kalau begitu, bagaimana jika orang tersebut tidak merespons? Apakah komunikasi itu berhasil?”
Laura
Laura
(yang tadinya begitu percaya diri, langsung terdiam.) 💬 “Eh... umm... ya... mungkin...”
Maven Mysander
Maven Mysander
(Menaikkan alis, ekspresinya nyaris tanpa emosi.) 💬 “So?”
--- Seisi kelas meledak tertawa. Laura langsung memegang kepalanya, wajahnya memerah. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
💬 “OMG, Laura!” (batin Acha, ikut tertawa pelan. Ia mengusap lengan Laura, mencoba menenangkan temannya yang mulai salah tingkah.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
💬 “Udah, santai. At least you tried,” (bisik Acha sambil tersenyum.)
--- Namun, di tengah tawa yang memenuhi ruangan, pandangan tajam Maven justru tertuju pada Acha. Matanya memperhatikan bagaimana Acha tidak ikut tertawa seperti yang lain. Alih-alih, gadis itu malah sibuk menenangkan Laura. ---
--- Maven mengerutkan dahi tanpa sadar. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya kembali ke layar presentasi. 💬"𝙒𝙝𝙖𝙩 𝙩𝙝𝙚 𝙝𝙚𝙡𝙡?pikirnya. Kelas berakhir dengan cepat. Mahasiswa mulai membereskan barang-barang mereka. Laura, meski sempat dipermalukan, tetap semangat dan kembali ceria. ---
Laura
Laura
💬 “Next time, I’ll totally impress him!” (dengan percaya diri palsu, membuat Acha tertawa kecil.)
--- Saat kelas berakhir dan mahasiswa mulai berhamburan keluar, Maven bergegas mengemas barang-barangnya. Dengan langkah cepat, ia menuju pintu, tampak ingin segera menghilang dari keramaian. Namun, Laura yang sejak tadi memperhatikannya, langsung menghampiri. ---
Laura
Laura
💬 “Prof... mau makan siang bareng?” (serunya dengan senyum penuh harap.)
Maven Mysander
Maven Mysander
(menghentikan langkah. Ia menatap Laura sebentar dengan ekspresi datar, lalu dengan nada dingin dan singkat) 💬 “No, thanks.” (Tanpa menoleh lagi, melangkah pergi, meninggalkan Laura yang berdiri mematung.)
Laura
Laura
(Menghela napas panjang, wajahnya mencerminkan kekecewaan.) 💬 “Duh, lagi-lagi ditolak,”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(berdiri di sebelah Laura, tersenyum kecil lalu menepuk pelan bahu Laura.) 💬 “Maybe you should give it a break.”
Laura
Laura
(langsung cemberut, menatap Acha dengan ekspresi keras kepala.) 💬 “Pokoknya gue nggak bakal nyerah!” (dengan penuh tekad.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(Hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepala.) 💬 “You’re unbelievable.”
--- Mereka pun berjalan berdampingan keluar dari gedung menuju snack bar, suara tawa dan obrolan ringan mengiringi langkah mereka. Namun, tanpa mereka sadari, dari balik jendela lantai dua, Maven berdiri diam. Matanya mengikuti gerak-gerik Acha dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia memicingkan mata, mencoba memahami perasaan aneh yang mulai muncul. 💬"𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙩𝙖𝙧𝙞𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙜𝙖𝙙𝙞𝙨 𝙞𝙩𝙪? Ia menghela napas berat, pandangannya mengeras seketika. 💬"𝙉𝙤. 𝙄'𝙢 𝙜𝙖𝙮. 𝙏𝙝𝙞𝙨 𝙙𝙤𝙚𝙨𝙣'𝙩 𝙢𝙖𝙠𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙨𝙚." Maven menggelengkan kepala dengan cepat, seolah-olah ingin menepis pikirannya sendiri. Namun, tatapannya tetap tak beralih, mengikuti Acha yang perlahan menghilang di keramaian kampus. ---
--- Langit sore berwarna jingga keemasan, tapi udara masih terasa panas. Di parkiran kampus yang mulai sepi, Acha dan Laura berjalan berdampingan menuju mobil masing-masing. ---
Laura
Laura
💬 “See you tomorrow, Cha!” (sambil melambaikan tangan, senyumnya cerah seperti biasa.)
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
💬 “See ya!” (Sambil membuka pintu mobilnya dengan santai.)
Namun, sebelum Acha sempat masuk, sebuah suara yang familiar terdengar. 💬 “𝘼𝙘𝙝𝙖" Acha berhenti dan menoleh. Noah berdiri di sana. Wajahnya kusut, mata gelapnya tampak letih.
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
💬"Noah?" (mengerutkan dahi. Tanpa banyak tanya, membuka pintu mobil.) 💬 “Masuk.”
--- Noah tanpa suara melangkah masuk dan duduk di kursi penumpang depan. Di dalam mobil, suasana hening. Hanya suara kendaraan di kejauhan yang terdengar. Acha melirik Noah sekilas. 𝙒𝙝𝙖𝙩'𝙨 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙝𝙞𝙨 𝙛𝙖𝙘𝙚?Tapi ia memilih diam, menunggu. Noah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Jemarinya bergerak cepat, tapi ekspresi wajahnya tampak frustasi. ---
--- [📱𝘾𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙞 𝙥𝙤𝙣𝙨𝙚𝙡 𝙉𝙤𝙖𝙝) Noah: 💬"Please, just reply. We need to talk." Noah:💬 "Don’t ignore me. You promised." (𝙏𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙘𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙞𝙧𝙪. 𝙉𝙤 𝙧𝙚𝙥𝙡𝙮.) ---
--- Noah menatap layar ponsel itu lama, ekspresinya kosong. Kenapa dia nggak bales? Apa gue harus nyerah? pikirnya, bibirnya mengatup rapat. Acha, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya angkat bicara. ---
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
💬 “Noah, seriously. What's wrong with you? You look like you're PMS-ing.”
Noah Alexander (Noah)
Noah Alexander (Noah)
(Tertawa kecil, tapi hambar.) 💬 “Nggak apa-apa.”
Raisya Andromeda (Acha)
Raisya Andromeda (Acha)
(mendecak pelan.) 💬 “Suit yourself.”
--- Tanpa kata lagi, Acha menyalakan mesin. Mobil pun melaju perlahan, meninggalkan parkiran kampus yang kini mulai diselimuti senja. Namun, di layar ponsel Noah, pesan terakhir dari “𝙈” masih terbaca jelas: 💬 "𝙇𝙚𝙩’𝙨 𝙣𝙤𝙩 𝙢𝙚𝙚𝙩 𝙖𝙜𝙖𝙞𝙣. 𝙄𝙩’𝙨 𝙗𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙬𝙖𝙮." ---
(To be continued...)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!