Di dalam dunia kecil yang di ketahui anak ini.
Dunia adalah tempat di mana ketidak adilan, dan kekerasan yang selalu dia terima berkuasa.
......................
Kata dengan nama Keadilan, apa itu benar ada?
Dia berjalan kesana kemari, menjual selembaran berisi berita yang akan di baca oleh orang lain. Entah akan di apakan oleh mereka selembaran itu, dia tidak akan peduli. Toh untuk buta huruf yang hanya mengandalkan kaki, dan tangan ini, apa yang perlu dia baca?
Itulah yang selalu ada di dalam pikirannya. Anak itu tidak lagi ingin bermain dengan anak lain, atau makan di restoran yang sering dia lewati. Jika koran-koran itu terjual semua sebelum sore, dia akan dapat tiga dolar. Itu adalah upah yang sangat besar buatnya.
"Key kecil. Bagaimana pekerjaanmu?" Seorang wanita muda memanggil pekerja ciliknya.
"Shoe, aku sudah menjual semuanya." Ujar si kecil itu. Key Lin, si kecil penjual koran yang baik hati dengan tubuh kurus kecilnya itu tersenyum senang, membayangkan roti yang hangat di hatinya.
Shoe memuji kerja keras si kecil. Dia memandangnya dengan tatapan bangga, lalu memberikan uang pada Key kecil.
"Ini, aku beri lebih padamu 1 dolar, karena kau bekerja keras. Pergi, dan pulanglah, hari hampir gelap." Shoe menatap Key Lin kecil dengan senyum di wajahnya.
Key Lin menerima uang itu, lalu mengembalikan setengahnya pada Shoe.
"Kak Shoe, terimakasih, bisakah kau menyimpan setengahnya untukku? " Key Lin menyodorkan setengah upahnya pada Shoe, membuat Shoe agak terkejut.
"Kenapa?" Shoe bertanya, hanya untuk memastikan bahwa anak di hadapannya baik-baik saja.
"Aku tidak mau ayahku diam-diam mengambilnya untuk berjudi, jadi tolong simpan untukku ya. " Key Lin menatap penuh harap pada Shoe. Berharap gadis muda itu setuju dengannya.
"Baiklah, aku akan menyimpannya untukmu, ketika kau perlu, aku akan menyerahkannya padamu. Oh ya, apa kau ingin aku menyimpan upahmu yang lain untuk seterusnya?" Tanya Shoe Serius. Dia ingin tahu dengan pasti keinginan anak itu.
Key Lin mengangguk, dan tersenyum. Segera mengatakan jika dia bisa menghasilkan lebih dari dua dolar, baru dia akan menitipkannya pada Shoe.
Shoe mengerti. Dia masuk kedalam Toko. Melambaikan tangan kepada Key Lin.
Yang Shoe tidak ketahui adalah alasan sebenarnya mengapa bocah itu sampai menitipkan uang kerja kerasnya pada orang lain?
......................
Perjalanan Pulang, Anak kecil dengan tangan kecilnya menghitung Sen yang dia hasilkan beberapa hari yang lalu. Dia tersenyum senang. Menatap uang hasil jerih payahnya.
Tanpa di sangka, uang kecil itu pun tak luput dari mata orang-orang yang rakus akan harta. Apakah bahkan orang kecil tidak di biarkan hidup dengan tenang?
Tidak, orang kaya mana mungkin sudi sekedar lewat ke tempat kumuh, dan kotor seperti ini? Key Lin sudah terbiasa dengan para bajingan di jalan yang kotor ini. Mereka adalah pemuda malas yang hanya berharap bisa memalak dari yang lebih lemah.
"Key kecil, seperti biasa, kami lapar. " Ujar Robert yang biasa meminta uang Key Lin.
"Aku hanya punya beberapa Sen, apa tidak masalah? Sebagian besar untuk kalian, aku harus makan juga." Key Lin menunjukkan uang sen di tangannya.
"Sedikit ini? Kau bercanda? Apa bosmu begitu pelit?" Kelvin Menatap uang receh dengan hina. Dia adalah anak bos yang bangkrut, terpaksa ke lingkungan kumuh, karena tidak ada lagi yang bisa dia jual.
"Diam kau, ini lebih banyak dari sebelumnya, pekerjaan kecil hanya ada upah kecil, keuntungan kecil. Jangan menindas dia." Alan menatap Robert bosnya, memberikan isyarat agar menyuruh anak baru itu diam.
Robert mengerti maksud Alan, langsung saja dia menaruh tangan pada bahu Kelvin. Tentu tidak ingin tangkapan mereka pindah.
"Jadi, kalian masih ingin atau tidak kakak-kakak? " Key menatap dengan sabar. Memperhatikan dahi tiga orang itu secara bergantian.
"Beri kami 60%." Robert tidak ingin membuat masalah, selama ada uang, maka dia tidak akan memukul Key Lin.
"Ini.." Key Lin memberikan 50 Sen miliknya, menyimpan 20 sen. Dia tersenyum pada tiga orang pemalak.
"Pergilah, jangan lupa, besok setor lagi!" Ujar Robert. Dia melepaskan Key begitu saja. 50 Sen cukup untuk sekali makan dua orang dewasa. Makan sederhana yang cukup layak.
Robert tak ingin anak buahnya membuat masalah dengan anak kecil, dan wanita. Karena sama saja mencari nahas sendiri. Dia mungkin terlalu memalukan memalak mereka, tapi dia tidak ingin menjadi penindas sungguhan.
"Tidak ada makan malam untukmu Kelvin. Cari tangkapan lain, aku akan mempertimbangkan melindungi kau di tempat sampah ini. " Robert mengajak Alan masuk, mereka punya anggota lain. mereka butuh satu dolar lagi untuk makan malam seluruh anggota.
Mereka mungkin bajingan, tapi ada yang lebih bajingan. Kelvin sudah melihat semua itu, termasuk ayahnya di saat masa jayanya. Tak terkecuali.
Rumah sederhana yang bersih di lingkungan kumuh. Jika ada tempat sebersih itu di tempat kotor di jalan anggur. Maka itu adalah rumah wanita muda yang menjalankan bisnis Prostitusi, dan rumah anak-anak miskin.
"Kau sudah pulang? Mana Makanannya?"
Lelaki paruh baya yang keras kepala, dengan badan kekar, rambut pirang, bola mata seperti rubi, dan kulit putih. Jika dia tinggal di lingkungan elit, atau paling tidak di kawasan penduduk normal. Dia pasti sudah menjadi idaman para wanita. Tapi di lingkungan kumuh ini, para wanita tidak akan percaya dengan tampang baik-baik miliknya.
"Frederick aku sudah memasak untukmu di pagi hari bukan? " Key Lin menatap acuh pada ayahnya yang tidak lagi menafkahinya saat dia berusia 3 bulan. Di saat itu, neneknya mengurusnya, hingga Key berusia 5 tahun. Neneknya yang baik meninggal dunia, karena usia.
"Kau pikir itu cukup membuatku kenyang seharian?" Frederick mendelik pada putranya. Hal biasa yang di lakukan pada anak berusia 7 tahun itu.
"Kau pikir bisa malas-malasan sepanjang hari?" Tanya Key pada Frederick dengan muka merah.
"Kenapa kau berkata tidak sopan pada ayahmu?" Frederick mulai melakukan rutinitas harian, membentak anaknya.
"Apa kau sungguh ayahku? Anak lain setidaknya akan makan kenyang tanpa harus memikirkan uang judi milikmu!" Key Lin menjadi tidak sabar setelah ayahnya mengeluh soal makanan. Bagaimanapun kau akan kehilangan kesabaran pada orang yang hanya menghabiskan uang, dan makanan. Orang yang selalu memarahi dirimu, dan bertanya soal uang.
"Kau..!!" Frederick mendelik, tapi dia diam saja, dan tidak membalas. Judi memang adalah kesalahannya. Dia tidak menyangkal.
Bahkan saat Key lahir dia tidak ada di sampingnya. Dari kecil hingga anak itu tumbuh sebesar itu, Frederick tidak pernah ada di sisi Key. Dia adalah beban hidup terbesar anaknya.
"Aku tidak akan mengeluh lagi, Frederick, jika kau ingin melihat aku sukses, dan bisa menanggung hidupmu seumur hidup, maka ijinkan aku sekolah!" Key kecil tidak tahan dengan godaan satu ini.
Dia mungkin tidak berharap bisa makan di restoran mewah, atau bermain dengan anak seumurannya, dia hanya ingin bisa membaca dengan lancar, dan menjadi lebih dari sekedar buruh jual.
Frederick tahu betul maksud Key, mungkin ini satu-satunya jalan agar dia bisa berbakti sebagai orang tua. Dengan mengizinkan anaknya sekolah.
"Terserah kau saja, asal jangan lupa memasak untukku dua kali sehari." Frederick mengucapkan sekali. Hingga membuat putranya tak percaya dengan apa yang ayahnya katakan. Benarkah anak itu bisa sekolah?
"Tapi ....Kau harus menjadi waliku, kudengar dari pelanggan, dia harus mengambil raport anaknya tiap semester. " Key menatap cemas. Ayahnya adalah orang yang pemarah, dan jika dia kena pukul. Itu akan lebih menyakitkan dari pada pukulan para tukang palak.
"Ya." Jawaban singkat Frederick membuat senyum terukir di bibir Key Lin.
Si kecil tidur setelah mandi, dan makan malam.
Merasa tenang sudah mendapatkan ijin dari ayahnya. Hal sepele yang di anggap orang lain tidak berharga. Baginya lebih berharga dari emas, dan apapun.
Di malam sunyi itu, saat Key sudah tidur.
"Aku minta maaf, aku hanya tidak bisa memaafkan ibumu. " Frederick berbisik. Dia hanya menunduk, dan menatap lantai dengan wajah di tekuk.
Apa yang terjadi pada mereka sebelum ini?
Musim panas yang hangat hampir berakhir. Begitu pula dengan pekerjaan Key kecil yang banyak juga semakin berkurang. Jika terus begitu, maka uang yang dia dapatkan juga akan cepat berkurang.
Shoe menghampiri si kecil yang bersemangat. Memberikan ipar kerja keras Key dengan layak. Memang selalu layak, tapi itu bergantung pada penjualan juga. Semakin banyak yang di jual anak itu, maka semakin banyak uangnya.
"7 Dolar." Shoe menghampiri Key di depan kedai seperti biasa. Memberikan upah yang tak seberapa, tapi sulit di dapat itu.
"Ini... Kau jangan bercanda Shoe, ini terlalu banyak." Key menolak upah yang lebih banyak dari biasanya itu.
"Ini hanya karena kerjamu bagus, dan kau menjual banyak." Ujar Shoe meyakinkan Key kecil untuk mengambil uangnya.
"Shoe, kau sangat baik padaku, jika aku bekerja pada orang lain, aku hanya akan dapat kurang dari dua dolar seharian penuh." Key menerima uang itu, dan seperti biasa membawa 2 dolar untuknya, dan sisanya dia tabung pada Shoe.
"Bocah kecil, aku juga tahu itu. Aku memang sangat baik bukan? Hahaha. " Shoe mengacak-acak rambut Key. Anak itu tidak masalah, dan tersenyum pada Shoe.
"Ya.." Key tertawa senang saat bersama Shoe, tapi dia menangis saat bersama ayahnya. Dia ingin ayahnya menyayangi dia seperti anak lainnya yang di cintai orang tuanya.
Tapi dia tidak mengeluh, dia cukup senang ayahnya sedikit peduli padanya. Membangunkan dia saat pagi. Menimba air untuk Key mandi, dan mencuci pakaiannya. Itu sudah cukup.
Dia selalu merasa bahagia setiap mencium aroma mint, pandan, atau hanya aroma mawar. Aroma yang berasal dari minyak wangi yang di buat ayahnya. Setiap dia mengingat ayahnya yang mencuci pakaiannya, dan menyemprotkan minyak pada pakaiannya, amarah Key tentang tidak bertanggung jawab ayahnya akan sirna.
Key tak pernah mendapatkan perlakuan lebih dari itu. Ayahnya akan sangat marah jika Key tidak memasak setidaknya dua kali sehari. Key juga bertugas membersihkan rumah, merawat halaman dengan pot kecil mereka.
Mereka berdua mencari uang masing-masing, uang Key adalah miliknya, uang ayahnya adalah uang ayahnya. Namun Frederick terkadang kehabisan uang, dan mencuri diam-diam dari Key. Membuat Key sangat kesal. Sehingga anak itu secara terpaksa menyimpan uang pada Shoe.
"Bocah kecil, apakah kau akan pergi ke sekolah? " Shoe bertanya sungguh-sungguh. Shoe selalu merasa Key seperti adik perempuannya di desa. Key, dan adik Shoe seumuran. Membuat Shoe menyayangi Key seperti keluarganya sendiri. Dia memperhatikan pendidikan Key, dan memberikan upah yang layak. Di tahun di mana harga pokok makanan tidak begitu mahal seperti sekarang ini, beberapa dolar begitu berharga, tetapi kemiskinan juga berada di mana-mana. Di sebabkan oleh banyaknya pabrik, dan toko yang bangkrut, itulah juga yang Kelvin rasakan hingga dia berakhir di jalanan dengan keluarganya.
Key Lin tak menjawab pertanyaan Shoe, dia hanya menggelengkan kepala ragu. Dia tak tahu apakah dia akan benar-benar akan bisa sekolah atau tidak. Sekolah pasti butuh biaya besar, sekolah negeri mungkin saja tidak perlu membayar SPP, tapi uang seragam, uang buku, dan lain-lain. Key Lin memikirkan segalanya.
Dia mungkin akan bisa masuk dengan mudah. Tapi bukan berarti akan bisa bertahan dengan mudah juga. Biaya kebutuhan sekolah tidak kecil.
Shoe melihat Key Lin menggelengkan kepalanya. Gadis itu paham betul maksud Key kecil. Dia tahu artinya gelengan kepala itu. Key ragu dengan keputusannya.
"Ayolah, adikku seumuran denganmu, dia juga sekolah tahun ini. Rencananya aku akan memasukkannya ke asrama. Aku tahu kau tidak akan masuk asrama Key. Tapi setidaknya pergilah ke sekolah, entah nanti kau mau melanjutkan atau tidak itu keputusan kamu." Shoe mencoba meyakinkan Key Lin, dia bicara panjang lebar, dan agak cerewet soal sekolah akhir-akhir ini.
Key Lin memahami kekhawatiran Shoe.
"Shoe, aku akan sekolah, tapi tidak dengan uangmu. Aku tahu kebutuhanmu tidak kecil." Key Lin mengutarakan isi pikirannya. Dia benar-benar tidak ingin membebani Shoe.
" Ya, itu keputusanmu, tapi jika kau ada kesulitan, katakan padaku, aku akan berusaha membantumu jika bisa. " Shoe mengelus rambut Key Lin. Key Lin tersenyum hangat pada Shoe.
"Ya, berdoa saja aku tidak sampai punya kesulitan. Haha..." Key Lin tertawa lepas.
Shoe terpaku pada anak kecil tampan itu sebentar. Sesuatu yang langka melihat Key tertawa lepas.
Akhirnya Key pulang. Dia tak ingin ayahnya menunggu, dan memarahinya. Hari itu dia pulang lebih awal, sehingga Robert belum berjaga. Dia bersyukur Robert tidak memalak nya saat pulang. Setidaknya itu menghemat 40 sen uangnya.
Di rumah, seperti biasa saat sampai dia langsung masuk. Mengucapkan kata yang selalu di ajarkan oleh neneknya.
"Permisi, aku pulang." Setelah itu pergi memasak untuk ayahnya.
Tapi hari itu, entah ada angin apa? Makanan sudah tersaji, dengan segala lauk pauk, dan sayuran. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ayah Key tampaknya belum pulang dari bekerja. Lalu siapa yang memasak?
"Kau sudah pulang pria kecil?" Suara hangat yang membuat Key Lin hampir tak percaya mendengarnya.
"Kakak.. ? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!