NovelToon NovelToon

Tentang Cinta Dan Luka

Menjadi Pengantin Pengganti

"Jangan pergi Diana kamu jangan gila. Ini hari pernikahan kamu. Masa kamu akan pergi dan meninggalkan acara pernikahan ini"

Diana melepaskan pegangan tangan Kakaknya itu. "Aku memang salah Kak, ternyata aku belum siap untuk menikah dengan Kak Reynan.  Ternyata aku masih menginginkan kebebasan dalam hidup aku. Tolong jangan halangi aku lagi Kak, ini adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk aku"

Diana yang beberapa jam lagi akan melakukan pernikahan dengan kekasihnya. Namun ternyata dia mendapatkan panggilan dari sebuah agency yang dia mimpikan itu dan dia di terima sebagai model disana. Tentu Dinda tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Diana sudah sangat memimpikan hal ini.

"Tapi Dek, kamu tidak bisa meninggalkan pernikahan ini. Kakak harus bagaimana, Dek?"

"Terserah Kakak mau melakukan apa, yang penting aku bisa mengejar mimpi aku dulu. Nikah bisa nanti-nanti lagi saja"

Diana berlari keluar dari kamarnya, dia menggunakan jaket dan topi agar tidak ada yang menyadari jika dia yang melarikan diri itu. Dia langsung naik taksi yang sudah dia pesan dari awal.

Di dalam kamar, Delia hanya mengusap wajah kasar. Dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Delia menatap gaun pengantin milik Diana yang terletak begitu saja di atas tempat tidur. Perlahan Delia menyentuh gaun itu.

"Apa yang harus aku lakukan saat ini?"

Delia mencari Ibunya untuk mengatakan apa yang terjadi. Ibu sedang sibuk menyambut para kerabat yang datang utuk menyaksikan pernikahan ini. Delia segera menghampirinya.

"Bu, aku harus bicara sebentar. Ikut aku"

Delia menarik tangan Ibu dan membawanya ke kamar dimana seharusnya pengantin wanita berada disana. Ketika Ibu masuk, dia juga merasa heran karena Diana tidak ada disana.

"Kak, dimana adik kamu?"

Seolah sudah mempunyai firasat tidak enak,  Ibu terlihat sangat cemas sekarang. Delia mengajak Ibu duduk di pinggir tempat tidur. Gaun pengantin masih ada disana.

"Bu, barusan Diana pergi. Dia ..."

"APA?!" Ibu langsung berteriak panik. "... Delia, kenapa kamu tidak mencegahnya? Kemana Diana pergi? Apa kita bisa mengejarnya? Kita cari dia sekarang. Aduh, acara akan segera dimulai sebentar lagi"

Delia memegang tangan Ibu, dia juga sama panik dan bingung saat ini. "Sudah tidak mungkin terkejar Bu, dia sudah pesan taksi dan pastinya sekarang sudah pergi dengan taksi"

Ibu berdiri, berjalan mondar-mandir di depan Delia. Dia panik sekarang. Tidak mungkin mengecewakan keluarga Reynan yang sudah banyak membantu keluarganya. Bahkan dia yang membayar lunas semua hutang peninggalan suaminya yang sudah meninggal. Ibu tidak bisa membuat keluarga mereka marah dan kecewa padanya.

"Ya ampun Diana, apasih yang kamu pikirkan"

"Bu, sebaiknya kita bicarakan dulu semua ini sama keluarga Reynan. Kita tidak bisa mengambil solusi sepihak, keluarga Reynan juga harus tahu tentang ini"

"Yaudah, sekarang kamu panggil mereka kesini"

Delia mengangguk, dia segera keluar Rumah. Mendatangi keluarga Reynan. Meminta mereka untuk ikut bersamanya.

"Delia, ada apa ini? Sepertinya hal serius?" tanya Ibu Dian, Mamanya Reynan.

"Em, nanti kita bicarakan saja di dalam, Bu. Bersama Ibu saya"

Ketika masuk ke dalam Kamar ini, Reynan sudah merasa tidak enak ketika melihat gaun pengantin yang seharusnya sudah di pakai oleh pengantin wanitanya, tapi ini masih berada di atas tempat tidur dengan rapi.

"Ada apa ini? Dimana Diana?" tanya Reynan, sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Ibu dan Delia menunduk, bingung harus memulai menjelaskan darimana. Apalagi Ibu yang sudah menangis, dia merasa malu dengan sikap yang diambil oleh anaknya ini.Pergi dihari pernikahannya. Delia merangkul Ibunya, mencoba menenangkan Ibu agar bisa menjelaskan semuanya pada orang tua Reynan.

"Maafkan anak saya, Bu Dian dan Pak Wira. Terutama pada Nak Reynan. Saya juga tidak menyangka kalau Diana akan melakukan ini"

"Tunggu! Apa maksudnya permintaan maaf itu? Dimana Diana?" tanya Reynan dengan tatapan dingin.

"Diana pergi Rey" jawab Delia tanpa bisa menutupinya lagi.

Deg.. Tubuh Reynan langsung membeku. Ini seperti mimpi. Bagaimana mungkin wanita yang dia cintai selama ini, pergi meninggalkannya di hari pernikahan mereka.

"Tidak! Diana tidak mungkin  melakukan itu. Kau jangan berbohong"

Ibu Dian langsung memegang tangan anaknya, dia tahu Reynan sedang emosi sekarang. "Tenang dulu Rey, biar kita cari jalan keluarnya. Lagian kenapa Diana bisa pergi? Apa dia memberitahu kamu alasannya, Delia?"

"Dia hanya bilang jika belum siap untuk menikah" jawab Delia apa adanya.

"Tidak! Diana tidak mungkin melakukan itu" teriak Reynan dengan penuh emosi.

"CUKUP!" Satu kata yang keluar dari mulut Pak Wira yang sejak tadi diam saja. "... Kepergian Diana sudah menunjukan jika dia tidak serius dengan pernikahan ini. Dan apapun yang terjadi, pernikahan ini tetap harus terjadi"

"Tapi bagaimana caranya Pa? Siapa yang akan menjadi pengantin wanitanya?" tanya Ibu Dian pada suaminya.

Tatapan Pak Wira langsung tertuju pada Delia yang sejak tadi hanya diam saja sambil merangkul bahu Ibunya. Menyadari akan tatapan Pak Wira, Delia merasa bingung.

"Kita lanjutkan acara pernikahan ini. Dan Delia yang jadi pengantin wanitanya"

"Tidak!" teriak Reynan, dia menatap Ayahnya dengan tatapan tidak percaya. "... Aku tidak mau menikahi wanita yang tidak aku cintai. Delia itu hanya sebatas teman bagiku. Tidak lebih! Sebaiknya pernikahan ini batal saja!"

"Reynan kusuma! Pernikahan ini tidak mungkin batal apapun yang terjadi. Delia akan menjadi pengantin wanitamu. Delia, kamu siap menjadi pengantin untuk Reynan?"

Delia masih terkejut dengan semua ini. Dia melirik ke arah Reynan yang terlihat masih begitu marah padanya. Ucapannya tadi, cukup membuat hati Delia tergores luka. Pria yang dia cintai secara diam-diam selama ini, memang tidak pernah mau mencintainya. Hingga dia langsung menolak usulan Ayahnya ini.

Ibu Dian menghampiri Delia, dia tahu jika gadis itu pasti masih terkejut sekarang. Menepuk lembut bahu Delia. "Nak, Mama tahu ini tidak akan mudah dan mengejutkan bagi kamu. Tapi tolong bantu keluarga kami ya. Jika pernikahan ini gagal, maka nama baik keluarga kami akan hancur. Tolonglah"

Delia menghela nafas pelan, dia menoleh dan menatap Ibunya. Dan kali ini Ibu langsung memegang kedua tangan Delia. Menatapnya dengan lekat juga.

"Kak, sekarang harapan Ibu cuma kamu satu-satunya. Jangan sampai membuat nama baik keluarga Pak WIra tercemar. Tolong mau menikah dengan Nak Reynan ya sebagai pengganti adik kamu" ucap Ibu.

Ya Tuhan, apa untuk bisa mendapatkannya, harus menjadikanku sebagai pengganti adikku sendiri?

Delia benar-benar tidak mempunyai pilihan lain. Apalagi melihat tatapan Ibu yang penuh permohonan padanya. Akhirnya dia hanya mengangguk menyetujui.

"Baik, aku akan menjadi pengantin pengganti untuk Reynan"

Meski Reynan menunjukan wajah yang tidak suka atas keputusan Delia. Namun, dia juga tidak bisa melakukan apapun. Apalagi ketika Ayahnya sudah bertindak. Pak Wira jelas tidak akan membiarkan pernikahan ini batal, karena nama baik keluarganya akan tercoreng.

*

Akhirnya acara sakral pernikahan terlaksana dengan nama mempelai wanita yang diganti.

Para tamu undangan cukup bingung karena mempelai wanita tidak sama seperti yang ada di foto undangan pernikahan itu. Namun tidak semua tamu undangan memperhatikan tentang itu.

Delia hanya menunduk di samping suaminya, dia tidak bisa menahan detak jantungnya yang semakin kencang. Bagaimana dia tidak pernah membayangkan jika saat ini dia berdiri disini bersama pria yang dia cintai selama ini.

Delia dan Reynan memang pernah satu kampus saat kuliah. Tentunya sebelum adiknya masuk kuliah di kampus yang sama. Saat itu Reynan menjadi senior Delia di kampus yang sedang melanjutkan S2 disana. Reynan baik dan selalu membantu Delia jika ada sebuah tugas yang harus Delia kerjakan dan dia tidak begitu mengerti. Namun ternyata Delia tidak bisa menahan perasaannya. Dia jatuh cinta pada Reynan.

Tapi takdir berkata lain ketika Reynan mengatakan jika dia menyukai adiknya dan akan segera mengungkapkan perasaannya setelah dia lulus.

Dan selama bertahun-tahun Delia selalu memendam perasaannya itu. Dia hanya bisa menahan rasa sakit ketika melihat kemesraan keduanya yang sering terlihat di depan mata Delia selama ini.

Tapi takdir Tuhan benar-benar tidak bisa di tebak. Dan hari ini Delia bisa berdiri di pelaminan bersama dengan pria yang dia cintai selama ini.

"Kamu jangan berharap jika pernikahan ini akan bertahan lama. Aku melakukan semua ini hanya untuk menyelamatkan nama baik keluargaku" bisik Reynan pada Delia

Reynan hanya tidak ingin memberikan sebuah harapan yang terlalu besar pada Delia. Karena nyatanya dia tidak akan pernah bisa mencintai Delia, karena yang ada di hatinya hanya ada Diana.

Delia hanya terdiam dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Kamu hanya berharap terlalu jauh De, sudah tahu jika Kak Reynan tidak pernah menyukai kamu. Apalagi mencintai kamu, seperti apa yang kamu rasakan.

Sepertinya awal hidup baru Delia tidak akan seperti apa yang dia bayangkan. Mungkin awal kehidupan baru akan di mulai setelah pernikahan ini. Bukan sebuah pernikahan yang benar-benar dia bayangkan. Pernikahan yang bahagia dengan suami yang mencintainya. Karena ternyata pernikahannya ini tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan dalam sebuah mimpi pernikahan ini.

*

Apakah Ini Takdir?!

Delia menatap pantulan dirinya di balik cermin meja rias di kamarnya ini. Dia baru selesai mandi dan bersih-bersih setelah acara pernikahan itu. Delia menghela nafas pelan, dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Karena semuanya sudah terlanjur terjadi.

Pintu kamar terbuka, Ibu masuk ke dalam kamar Delia dan duduk di pinggir tempat tidur. Delia langsung berbalik dan menatap Ibu dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Maafkan Delia Bu, Delia tidak bermaksud untuk melakukan semua ini. Tapi Delia tidak bisa menahan Adek untuk tidak pergi, maafkan Delia, Bu"

Ibu menghapus air matanya, dia tidak menyalahkan anak pertamanya. Karena dia tahu jika Delia juga tidak mungkin sengaja melakukan semua ini. Ibu berdiri dan memeluk Delia, keduanya menangis terisak.

"Ibu tidak menyalahkan kamu, Nak. Ibu tahu jika kamu juga tidak berniat menggantikan adik kamu. Tapi sekarang Ibu minta tolong sama kamu, untuk tetap melanjutkan pernikahan ini. Jangan sampai membuat Reynan marah dan semuanya akan berimpas pada keluarga kita. Kamu tahu 'kan bagaimana Ayah yang meninggal dengan meninggalkan hutang yang besar, dan beruntungnya karena ada Reynan yang mau membantu keluarga kita hingga rumah ini tidak jadi di sita. Jadi, tolong jadi istri yang baik untuk Reynan ya, Nak"

Delia tahu tentang itu, sosok Reynan yang menjadi kekasih adiknya itu memang layaknya seorang pahlawan di saat Ayahnya meninggal beberapa bulan lalu. Dan Ibu selalu merasa sangat berhutang budi pada Reynan dan keluarga Kusuma.

"Mau tentang hutang kita yang di bayarkan oleh Kak Reynan atau bukan. Tapi aku memang sudah menjadi istrinya Bu, aku harus menjadi istri yang baik"

"Iya Nak, Ibu tahu jika kamu pasti akan bisa melewati semua ini"

Ibu membawa Delia keluar dari kamar, Ibu membawakan koper yang berisi pakaian dan barang-barang miliknya. Delia menatap Ibu Dian dan Pak Wira yang berada disana. Suaminya? Entahlah.. Delia juga tidak tahu dimana Reynan. Selesai acara, Reynan langsung pergi dari acara pernikahan ini tanpa memperdulikan Delia yang sudah menjadi istrinya.

"Ibu Dian dan Pak Wira, saya titip Delia ya. Tolong bimbing dia, karena anak saya ini masih awam tentang pernikahan"

Ibu Dian langsung merangkul bahu Delia, dia memang sudah menyukai Delia sejak dia menjadi teman kuliah anaknya.

"Saya akan menjaga Delia dengan baik"

"Baik kalau begitu, kami pamit dulu ya" ucap Pak Wira

"Iya Pak, sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini. Saya benar-benar tidak tahu jika Diana akan melakukan ini"

"Saya tidak ingin membahasnya, sebaiknya Ibu banyak berterima kasih pada Delia yang telah menyelamatkan nama baik kita semua, hingga acara pernikahan ini tetap bisa berjalan dengan lancar"

Ibu mengangguk, memang dia sangat bersyukur karena anak pertamanya ini dirinya bisa teselematkan dari malu dan juga keluarga Kusuma yang tidak jadi marah padanya, karena ulah Diana.

Ibu benar-benar tidak menyangka kamu akan melakukan ini, Di.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat Delia" Ibu Dian merangkul bahu Delia, membuat Delia merasa sangat gugup karena tidak menyangka sikap kedua orang tua Reynan akan sebaik ini.

*

"Sabar Rey, lo jangan terus bersedih"

Reynan tidak menjawab, dia hanya terus menghisap asap nikotin di rokok itu. Saat ini Reynan benar-benar sangat frustasi. Di hari pernikahannya ini, bukan menjadi hari yang bahagia untuk dirinya. Namun malah menjadi hari yang paling buruk dalam hidupnya.

"Gue bingung Dam, dimana kesalahan gue ini sampai Diana pergi di hari pernikahan kita"

Adam menepuk bahu Reynan, dia tahu bagaimana Reynan yang sedang merasakan sangat terpuruk dengan kejadian ini. Adam juga tidak mengerti kenapa Diana harus pergi di hari pernikahan mereka ini.

"Gue tahu bagaimana perasaan lo saat ini. Tapi lo tidak perlu sampai harus terus terpuruk dan menangisi kepergian Diana. Saat ini lo sudah punya Delia, gue pikir Delia juga sama cantik dan bahkan lebih baik dari Diana"

Reynan langsung menatap Adam dengan tatapan tidak suka. "Jangan pernah lo bandingin Diana dan Delia. Mereka jelas berbeda, karena yang gue cinta hanya Diana, bukan Delia!"

Adam hanya menghebuskan nafas kasar, tentu dia tidak akan bisa membuat perasaan Reynan berubah secara langsung.

"Rey, sebenarnya gue lebih suka sama Delia. Lo gak lihat apa, dia cantik dan penampilannya yang sederhana itu malah semakin membuat dia terlihat cantik"

"Ini bukan tentang cantik, tapi tentang perasaan cinta gue yang tidak akan bisa berpaling"

"Loyakin? Gue rasa perasaan lo akan lebih besar pada Delia. Lo tunggu saja nanti"

Reynan tidak mendengarkan ucapan Adam, dia mengambil lagi satu batang rokok dan menyalakannya. "Gue tidur disini ya malam ini"

"Jangan gila, lo udah nikah masa tinggal disini. Malam pertama bro, apa lo gak mau belah duren?"

Reynan membuang putung rokoknya dan menginjaknya dengan sepatu yang di pakainya. Dia masuk ke dalam kamar Adam.

"Lo ada sandal rumah? Masa gue pake sepatu terus"

Adam hanya berdecak pelan, dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia mengambilkan sandal rumah dan baju ganti untuk Reynan, karena sahabatnya itu masih menggunakan pakaian saat dia menikah tadi. Melempar semua barang itu ke atas tubuh Reynan yang sedang tidur terlentang di atas tempat tidur.

"Ganti baju lo, mandi sana"

Adam keluar dari kamar itu dan berjalan ke arah dapur untuk membuatkan mie instan untuk Reynan. Karena dia tahu jika Reynan belum makan malam, dan di Apartemennya juga tidak ada bahan masakan. Hanya ada bahan makanan instan saja.

Reynan keluar dari kamar setelah dia selesai mandi dan berganti pakaian. Dia menghampiri Adam di meja makan yang sedang mengaduk mie dalam mangkuk.

"Makan dulu nih, disini cuma ada ini doang"

Reynan mengangguk, dia mengambil mangkuk itu dan mulai memakan mie instan yang di buatkan oleh Adam.

"Jadi, apa rencana lo sekarang?" tanya Adam yang tidak ikut makan mie, karena memang dia sudah makan malam lebih dulu.

"Gue hanya akan menjadikan pernikahan ini sebagai penyelamat nama baik keluarga Kusuma. Selebihnya gue hanya akan menjalani hidup gue tanpa harus terbebani dengan pernikahan ini. Hubungan gue dan Delia akan tetap sama. Sebagai teman biasa, karena gue yakin Diana akan kembali dan gue akan menikah dengannya setelah ini"

Adam hanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Reynan barusan. Bisa-bisanya Reynan berkata seperti itu saat ini.

Adam berdiri dan menepuk bahu Reynan yang masih makan mie instan itu. "Gue harap lo gak bakal menyesal dengan keputusan lo ini. Karena gue yakin kalau Delia itu memang yang terbaik buat lo"

Sementara di rumah keluarga Wira Kusuma, Delia hanya berdiri diam di depan jendela kamar. Menatap rintik hujan yang membasahi bumi malam ini, seolah ikut menangisi kesedihan dan kehancuran dalam hidup Delia saat ini. Bahkan di malam pertama pernikahannya, suaminya tidak pulang ke rumah dan entah dia berada dimana.

Apakah ini takdir?

Bersambung

Hanya Wanita Pengganti

Delia yang sedang membereskan tempat tidur, langsung menoleh ketika dia mendengar suara pintu yang terbuka. Dia melihat suaminya yang baru pulang sejak semalam. Bagaimana malam pertama pernikahannya malah di tinggal pergi oleh suaminya entah kemana.

"Rey, kemana kamu semalam?"

Wajar 'kan jika dia bertanya, mau bagaimana pun keadaannya mereka tetap menjadi sepasang suami istri. Meski pernikahan mereka memang bukan atas dasar saling mencintai.

Reynan berjalan cepat ke arah istrinya, dia mendorong tubuh Delia dengan kasar hingga dia jatuh terjerambah di atas tempat tidur. Lalu Reynan naik ke atas tubuhnya, mengukung tubuh Delia dengan tangan sebagai tumpuan. Delia tentu sangat takut ketika dia melihat wajah Reynan yang terlihat begitu menakutkan, Reyna mencengkram dagunya dengan begitu kasar.

"Semalam kau tidur disini?"

Delia mengangguk dengan matanya yang mulai berkaca-kaca mendengar itu. Tentu saja dia sangat takut melihat Reynan yang sekarang, padahal Reynan yang dia kenal adalah sosok pria yang baik dan hangat. Berbeda sekali dengan Reynan yang sekarang di depannya ini.

"Berani sekali kau tidur di tempat tidur yang seharusnya hanya untuk Diana. Tempat tidur ini hanya untuk aku dan Diana, bukan kamu!"

Tes..

Air mata menetes begitu saja di sudut matanya, bagaimana dia melihat dengan jelas kebencian di balik tatapan suaminya.

"Rey, aku ini istri kamu. Setidaknya kalau memang kamu tidak suka denganku, tapi jangan membuat aku sebagai pelampiasan kemarahan kamu karena Diana yang pergi meninggalkan kamu"

Mendengar itu, kemarahan Reynan semakin memuncak. Dengan begitu kasar dia menampar pipi Delia sampai memerah dan hampir lebam. Lalu dia mencengkram tangan Delia hingga memerah.

"Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu sebagai istri. Kamu hanya wanita pengganti yang tidak akan pernah mendapatkan cintaku sedikitpun!"

Reynan berdiri dari atas tubuh istrinya dan segera pergi ke ruang ganti dengan membanting pintu. Delia hanya diam dengan posisinya itu, tangisannya semakin pecah. Delia memukul dadanya yang terasa begitu sesak. Rasanya dia tidak pernah merasakan sesak di dadanya seperti ini, rasa sakitnya yang dia rasakan lebih sakit di bandingkan dengan memendam perasaan cinta selama ini.

"Kenapa harus seperti ini? Apa memang pernikahan ini hanya sebuah main-main bagi suamiku"

Delia bangun dan berjalan keluar kamar, dia menghapus sisa air matanya. Delia menghampiri Ibu mertuanya yang sedang duduk di atas sofa. Masih bersyukur karena ternyata kedua orang tua Reynan, masih menerimanya dengan begitu baik. Meski dia cuma menjadi pengantin pengganti.

"Pipi kamu kenapa De?"

Ibu Dian langsung menatap dengan penuh khawatir pada menantunya itu. Delia tersenyum, dia memegang pipinya yang masih terasa linu karena tamparan yang di lakukan oleh suaminya itu. Namun Delia juga tidak akan mungkin mengatakan semua yang terjadi pada Ibu Dian.

"Reynan nampar kamu ya? Benar Delia?"

Delia tidak menjawab, dia hanya menundukan kepalanya. Bingung harus menjawab apa karena saat ini dia benar-benar tidak punya jawaban yang tepat atas pertanyaan dari Ibu mertuanya itu.

Dan ketika Reynan datang, Ibu Dian langsung berdiri dan menghampiri anaknya. Tanpa ragu dia menampar anaknya itu, membuat Reynan begitu terkejut dengan apa yang di lakukannya. Begitupun dengan Delia yang sama terkejutnya.

"Apaan si Ma? Kenapa tiba-tiba menamparku?"

"Itu yang kamu lakukan pada istrimu 'kan? Bagaimana rasanya? Sakit? Itu juga yang di rasakan oleh istrimu"

Reynan langsung menatap tajam pada istrinya yang langsung menundukan wajahnya karena takut dengan kilatan marah dari sorot mata Reynan.

"Tidak usah menatap istrimu seperti itu! Ingat Reynan Kusuma, Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk kasar pada perempuan. Apalagi dia adalah istrimu sendiri, sedikit pun Mama tidak akan membiarkan kamu melukai Delia. Faham!"

Reynan langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan lagi ucapan Ibunya itu. Reynan benar-benar marah pada Delia, namun dia tetap tidak akan bisa membantah ucapan Ibunya. Apalagi ketika tatapan Ibunya itu yang selalu membuat Reynan tidak bisa berkutik.

Ibu DIan kembali menghampiri menantunya, dia memanggil pelayan untuk mengambilkan kompresan untuk Delia. Dengan begitu lembut, Ibu Dian mengobati pipi Delia yang memerah dan sedikit bengkak.

"Kalau Reynan berani menyakiti kamu lagi, bilang sama Mama. Dia tidak akan bisa berkutik dengan Mama"

Delia mengangguk, bersyukur karena mertuanya ini masih begitu baik dan peduli padanya yang hanya sebatas pengantin pengganti. "Terima kasih ya Ma, Delia tidak papa kok"

Ibu Dian meraih tangan Delia, dia genggam tangan menantunya itu dan menatapnya dengan lekat. "Mama mohon untuk tetap bertahan di samping Reynan ya. Karena Mama yakin jika kamu yang terbaik untuk Rey, kamu yang akan bisa mengubah hidup Reynan menjadi lebih baik lagi"

Delia menatap Ibu mertuanya yang menatapnya dengan bersungguh-sungguh itu. "Delia akan berusaha mendapatkan hati Reynan, Ma"

Ibu Dian tersenyum mendengarnya, dia langsung memeluk menantunya itu dengan hangat. Tentu saja dia sangat bahagia bisa mempunyai menantu sebaik Delia.

*

Setelah makan malam, Reynan memilih masuk lebih dulu ke kamarnya tanpa memperdulikan istrinya itu. Hal itu tentu membuat kedua orang tuanya sangat kesal, namun hanya bisa menghela nafas pelan karena mereka tidak mungkin memaksa Reynan untuk bisa menerima kenyataan ini. Pastinya masih sangat berat untuk Reynan dengan semua ini.

"Sabar ya De, Mama yakin suatu saat Rey akan berubah sama kamu"

"Iya Ma, tidak papa. Delia mengerti kok, karena pastinya tidak akan mudah untuk Reynan menjalani semua ini"

Delia menyusul suaminya ke dalam kamar ketika dia sudah menyelesaikan makan malamnya. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia melihat Reynan yang sudah berbaring di atas tempat tidur. Delia bingung sendiri, jelas tadi pagi suaminya itu melarang Delia untuk tidur di atas tempat tidur.

Bugh..

Delia terperanjat ketika sebuah bantal jatuh melayang dan menghantam wajahnya. Dia menatap bantal yang jatuh di atas lantai. Lalu kembali menatap suaminya yang masih tertidur di atas tempat tidur, tentunya Reynan belum benar-benar tidur.

"Tidur di sofa, jangan mengganggu tidurku"

Delia menghela nafas pelan, dia mengambil bantal itu dan berjalan ke arah sofa. Disana sudah ada selimut tipis yang mungkin sengaja di siapkan oleh Reynan untuk dirinya.

Delia menyimpan bantal di ujung sofa, lalu dia menaikan kedua kakinya dan menyelimutinya. Berbaring di atas sofa dan mulai memejamkan matanya.

Kenapa kamu harus pergi Dek, padahal Kakak sudah ikhlas jika kamu menikah dengan pria yang Kakak cintai. Karena yang penting kamu bisa bahagia dan Reynan juga bahagia. Tapi sekarang semuanya jadi kacau karena kepergian kamu itu.

Terkadang Delia merasa sedang di permainkan oleh takdir. Dirinya yang sudah merelakan adiknya bersama dengan pria yang dia cintai. Namun kejadiannya malah seperti ini.

*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!