...~Cinta pertama, cinta yang melekat di hatimu selamanya, tidak peduli berapa banyak rasa sakit yang ditimbulkannya, tidak peduli berapa banyak air mata yang ditumpahkan, cinta pertama tidak akan pernah meninggalkan jiwaku~...
...****************...
Itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Zhea Zaen Xavier saat ini. Saudari kembar dari Shea Zaen Xavier, sekaligus merupakan putri kembar dari pasangan Zaen Der Levi dan Lucia Cano Xavier. Ya, Zhea memang tengah jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seseorang yang sepertinya sangat sulit untuk dia meraih cintanya.
Sejak kejadian 8 tahun yang lalu, Zhea sudah menyadari perasaannya kepada seorang dokter muda bernama Nathan Willy Coopers yang usianya terpaut cukup jauh darinya. Memang cinta itu buta dan dapat mengubah segalanya, sehingga Zhea tidak peduli dengan perbedaan usia mereka dan dia juga mulai merubah kepribadiannya.
Dimana Zhea yang awalnya sangat pendiam, kini menjadi Zhea yang sangat ceria dan juga sedikit nakal. Dia akan menggunakan berbagai cara untuk mendapat perhatian Nathan, bahkan Zhea juga bersahabat baik dengan adik dari sang pujaan hati yang bernama Nathalia Willea Coopers yang usianya tidak terpaut jauh darinya.
Ya, semua bermula sejak 8 tahun lalu di malam itu! Di malam saat Nathan memeluknya, menenangkannya dan menjadikan tubuh kekarnya sebagai tempat berlindungnya disaat Zhea sangat ketakutan malam itu. Malam yang membuat Zhea berakhir dengan jatuh cinta pada seorang Nathan Willy Coopers.
Flashback On ….
Delapan tahun yang lalu, ditengah pertarungan antara dua klan mafia terbesar yang menyebabkan banyak korban serta kerusakan. Dimana Shea dan Zhea dijadikan tawanan oleh musuh, lalu disaat Shea menyuruh Nathan untuk lebih dulu menyelamatkan Zhea dibandingkan dirinya sendiri. Yang hampir berakhir mencelakai nyawa Shea sendiri.
“Mengapa kau mendengarkan perkataan Shea? Seharusnya kau menyelamatkan Shea lebih dulu dibandingkan aku. Aku … Aku hanya bisa menimbulkan masalah setelah kembali. Aku … seperti pembawa si—”
“Hust, jangan menyalahkan dirimu seperti ini! Jika harus ada yang disalahkan, maka para bajingan itu yang harus disalahkan,” potong Nathan yang menatap wajah penuh luka Zhea. Sepertinya dia dan Jamie sedikit terlambat, sehingga Shea dan Zhea dalam keadaan penuh luka pukulan.
“Jangan khawatir, Shea sudah aman sekarang! Jamie menjaga dan melindunginya dengan sangat baik, dia bahkan sedang menuju ke rumah sakit. Jadi, ayo kita susul mereka karena kau juga harus mendapatkan perawatan lebih di sana,” ujar Nathan yang hanya bisa mengobati luka Zhea dengan obat seadanya yang dia temukan.
“Hiks … Mereka tidak akan membenciku ‘kan? Aku hanya ingin kembali bersama dengan keluargaku, aku juga tidak ingin pertarungan seperti ini terjadi. Aku hanya ingin hidup bahagia bersama dengan keluargaku. Aku … Hiks ….” Zhea tak dapat membendung lagi perasaan bersalahnya, dia hanya ingin bahagia berkumpul bersama keluarganya bukan seperti ini yang dia inginkan.
Melihat Zhea yang mulai terisak, Nathan pun akhirnya memeluknya dan mencoba menenangkannya sembari berkata, “Setelah ini kau pasti bisa hidup bahagia bersama dengan keluargamu. Jadi, lupakan semua yang sudah terjadi karena semuanya sudah berakhir sekarang.”
Ya, pelukan hangat dan kata-kata penenang yang Nathan ucapkan tepat ditelinga dengan lembut saat itu membuat Zhea sama sekali tidak bisa melupakannya sedikitpun. Dan pada malam itu juga Zhea menyadari bahwa dia sudah jatuh cinta kepada sosok dokter muda nan tampan bernama Nathan Willy Coopers.
Namun, perasaan itu hanya Zhea pendam sendiri di dalam hatinya. Meski begitu Zhea akan selalu melakukan apapun agar bisa mendapat perhatian dari Nathan dan bisa selalu dekat dengannya.
Kini sudah 8 tahun sudah, Zhea menyimpan perasaannya sendirian tanpa orang lain mengetahuinya, kecuali Shea dan Thalia. Sebab mereka berdua ‘lah yang selalu menjadi tempat curhatnya sekaligus tempat memberikan saran percintaan untuk dirinya.
Seperti sekarang, Zhea kembali menginap di kediaman Coopers dengan alasan ingin mengerjakan tugas kuliah bersama Thalia. Padahal alasan sebenarnya Zhea hanya ingin bertemu dengan Nathan dan mencoba mencari cara untuk mendekatinya. Dengan sengaja Zhea dan Thalia memilih berada diruang tamu agar bisa melihat kedatangan Nathan jika benar pria itu pulang.
“Hei, kau beneran serius ‘kan? Bahwa Kakakmu akan pulang hari ini?” tanya Zhea memastikan bahwa keputusannya menginap tidak akan sia-sia, mengingat Nathan yang jarang pulang ke rumah karena tugasnya sebagai dokter yang sekarang bukan hanya ahli bedah saraf saja.
“Kau tenang saja! Kak Nath pasti akan pulang, karena aku dengar sendiri percakapan telepon Mamah dengan Kak Nath kemarin,” jawab Thalia sembari sibuk menonton drama kesukaannya.
Baru saja dibicarakan, pintu utama tiba-tiba saja terbuka memperlihatkan kedatangan pria yang sejak tadi telah dinantikan oleh Zhea. Sontak senyuman manis pun langsung terpatri di wajah cantiknya seakan tengah menyambut kepulangan sang suami tercinta.
Namun, seketika senyuman Zhea menghilang saat kedatangan Nathan ternyata tidak sendirian. Melainkan Nathan datang dengan menggandeng seorang perempuan cantik dengan mesra, bahkan tatapan mata Nathan jelas memperlihatkan rasa cinta untuk perempuan tersebut.
Hati Zhea sakit, bahkan sangat sakit saat melihatnya. Dia hanya bisa terdiam ketika Nathan sembari menggandeng perempuan tersebut berjalan menghampirinya. Thalia yang melihat kejadian tersebut pun ikut terkejut, karena ini pertama kalinya sang Kakak membawa pulang seorang wanita ke rumah mereka.
“Hai, Zhea! Apa kau akan menginap lagi di sini untuk mengerjakan tugas kuliah kalian?” Seperti biasa Nathan akan menyapa dengan ramah keberadaan Zhea di rumahnya. Mungkin karena sudah terbiasa atau sejak awal memang Nathan sudah menganggap Zhea seperti adik kandungnya sendiri.
Namun, berbeda dengan Zhea yang memilih diam tak membalas sapaan itu seperti biasanya. Jika Zhea akan langsung berlari memeluk Nathan untuk menyambut kepulangannya, maka kali ini Zhea hanya bisa terpaku menahan rasa sakit di hatinya.
Lain halnya dengan Thalia yang segera bertanya, “Kak, siapa wanita yang datang bersamamu?”
“Ouh, Kakak hampir saja lupa memperkenalkan calon Kakak Iparmu! Ini kekasihku namanya Giselle Alendiandra, dia juga seorang dokter hebat seperti Kakak! Dan Giselle perkenalkan ini adikku, Nathallia Willea Coopers dan temannya, cucu dari Tuan Rayden—Zheara Zaen Xavier.” Nathan tampak memperkenalkan kekasihnya dengan penuh semangat. Jauh berbeda dengan ekspresi terluka yang Zhea tunjukan saat itu.
Bersambung....
...“Ouh, Kakak hampir saja lupa memperkenalkan calon Kakak Iparmu! Ini kekasihku namanya Giselle Alendiandra, dia juga seorang dokter hebat seperti Kakak! Dan Giselle perkenalkan ini adikku, Nathallia Willea Coopers dan temannya, cucu dari Tuan Rayden—Zheara Zaen Xavier.”...
“Zhea bahkan sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri, karena dia sering bermain dan menginap di sini bersama dengan Thalia. Mereka berdua sangat akrab, begitu pun aku, Papah dan Mamah!” sambungnya seolah mempertegas hubungan diantara dirinya dengan Zhea.
Calon Kakak Ipar?
Kekasih?
Hanya teman adiknya sekaligus cucu dari Tuan Rayden?
Dan bahkan sudah di anggap sebagai dik kandung sendiri? Jadi, selama ini Zhea hanya dianggap seperti itu di mata sang pujaan hatinya.
Zhea hanya bisa tersenyum sinis pada dirinya sendiri saat menghadapi kenyataan yang membuat hatinya semakin terluka. Luka yang tak terlihat bahkan tak berdarah, tapi begitu terasa sangat menyakitkan baginya.
“Apa-apaan ini? Jadi, usahaku selama ini untuk merebut perhatiannya dan selalu berada di sisinya hanya di anggap tidak lebih dari saudara dan teman dari adiknya? Kak Nath bahkan tidak pernah sekalipun menatapku sebagai seorang wanita?” Zhea hanya bisa merutuki kebodohannya sendiri di dalam hatinya.
“Halo, salam kenal! Semoga kedepannya kita semua bisa lebih dekat ‘yah?”
Wanita bernama Giselle itu pun menyapa Thalia dan Zhea dengan ramah. Zhea langsung menatap tajam pada wanita yang kini menjadi saingan terberatnya dalam mendapatkan Nathan.
“Aah … I-iya!” Hanya Thalia yang membalas sapaan itu dengan canggung.
“Sudah dulu perkenalannya, Kakak harus menemui Papah dan Mamah dulu untuk memperkenalkannya sekaligus meminta restu untuk hubungan kami,” ujar Nathan yang lalu mengajak kekasihnya menuju ke ruangan keluarga dimana Will dan Alea tengah menghabiskan waktu di sana.
Zhea hanya menatap kepergian pasangan itu dalam diam, hingga sebuah tepukan cukup keras di bahunya sontak menyadarkannya, “Hai, apa kau baik-baik saja?”
Sebagai orang tahu perasaan Zhea yang sebenarnya kepada Nathan, Thalia pun cukup mengerti rasa sakit yang kini Zhea rasakan. Apalagi setelah mendengar kenyataan bahwa selama ini orang yang dicintainya hanya menganggap dirinya sebagai saudara dan teman baik dari adiknya.
Zhea hanya diam menatap penuh luka kepada teman baiknya itu sembari berkata, “Setelah mendengar apa yang Kak Nath katakan, kau masih bertanya seperti itu padaku?”
“Hehehe, Kau pasti sakit hati dan terluka! Tapi bukankah sejak awal sudah aku katakan bahwa cintamu itu kepada Kakakku tidak akan pernah berhasil. Perbedaan usia kalian saja terpaut cukup jauh, sebaiknya kau menyerah saja, Zhe!”
“Tidak akan!” Zhea langsung menolaknya dengan tegas saran tersebut, “Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Kak Nath!”
“Seperti kata orang, bahwa sebelum undangan tersebar dan janur kuning melengkung terutama ketika janji suci pernikahan belum di sahkan. Bukankah aku masih memiliki banyak peluang untuk bersaing dengan wanita itu untuk mendapatkan cinta Kak Nath?”
Dengan penuh percaya diri Zhea mengatakan semua itu. Zhea sangat yakin bahwa setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil, dan kini dia hanya perlu menambahkan banyak usaha agar Nathan bisa melihatnya sebagai seorang wanita dan mendapatkan cintanya.
“Hah? Kau yakin akan bersaing dengan wanita yang jelas dicintai oleh Kakakku?” tanya Thalia tak percaya dengan keputusan Zhea yang bukannya menyerah setelah Nathan memperkenalkan kekasihnya, gadis itu malah semakin bertekad untuk mengejar cintanya seorang dokter Nathan.
“Sudah pasti! Ayo, kita lihat seberapa baik kekasih dari calon suami masa depanku itu dibandingkan dengan diriku.”
Zhea menjawab pertanyaan tersebut dengan mantap, dia kemudian mengajak Thalia untuk menyusul Nathan dan kekasihnya itu ke ruang keluarga dimana semua orang tengah berkumpul.
Thalia hanya bisa pasrah mengikuti kemauan sahabatnya, sebenarnya dia juga ingin mengetahui bagaimana kekasih dari Kakaknya yang selama ini jelas sekali tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Namun, hari ini sepertinya penilaiannya salah karena Kakaknya ternyata sudah memiliki kekasih yang cukup cantik dan elegan.
...****************...
Setibanya di ruang keluarga, ternyata wanita bernama Giselle itu disambut dengan baik oleh Will dan Alea. Zhea yang melihat kedekatan rivalnya dengan sang calon mertua, tentu sangat geram sampai dia tidak sadar sudah meremat tangan Thalia dengan cukup keras.
“Argh …” Thalia merintih kesakitan dan kemudian berseru, “Yakh, aku tahu kau sedang merasa kesal saat ini, tapi tidak melampiaskannya padaku juga!”
Sontak seruan Thalia membuat perhatian semua orang teralihkan pada mereka berdua. Detik itu juga Zhea langsung memasang wajah cerianya dan berjalan menghampiri Will dan Alea, mengabaikan Thalia yang tengah menggerutu sembari memegangi tangannya yang masih terasa sakit.
“Zhea! Apa kau sudah berkenalan dengannya?” tanya Alea yang langsung memberikan tempat di antara dirinya dan Will untuk Zhea duduk.
“Hmm, kami sudah berkenalan dibawah tadi! Dengan Thalia juga.” Bukan Zhea yang menjawab melainkan Giselle seolah wanita itu tengah mencoba menarik perhatian Alea.
“Benarkah? Aku harap kalian semua bisa semakin dekat satu sama lain.” Kata Alea seraya tersenyum dengan manisnya.
“Apa kalian akan menikah?”
Tiada angin, tiada hujan Zhea langsung menanyakan pertanyaan itu jauh dari topik pembicaraan mereka sebelumnya. Ditambah Zhea menanyakannya dengan ekspresi dingin, dengan tatapan yang tidak bersahabat pada Giselle.
“Tentu saja, kami merencanakan pernikahan. Karena itulah aku mengajaknya kemari untuk diperkenalkan dengan kedua orang tuaku. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah kau tidak setuju jika kami menikah?” Nathan yang menjawab, sekaligus memberikan pertanyaan yang niatnya hanya sebagai candaan untuk mencairkan suasana.
Tapi siapa sangka, Zhea malah menanggapinya dengan serius dan malah mengungkapkan perasaannya selama ini. Dengan berkata, “Tentu saja aku tidak setuju! Sebab Kak Nath hanya boleh menjadi suamiku.”
Bersambung....
...“Tentu saja aku tidak setuju! Sebab Kak Nath hanya boleh menjadi suamiku.”...
Untuk beberapa saat semua orang memang terkejut mendengar pengakuannya. Hingga beberapa detik selanjutnya, Nathan mulai tertawa cukup keras karena menganggap apa yang Zhea katakan hanya sebuah candaan saja seperti dirinya.
Kemudian disusul dengan Will dan Alea yang menganggap bahwa itu memang sebuah candaan. Berbeda dengan Thalia dan Giselle yang memilih diam dengan pandangan yang tak lepas dari sosok Zhea.
Thalia yang sejak awal mengetahui perasaan Zhea untuk kakaknya, tentu dia tahu persis bahwa apa yang baru saja Zhea ungkapkan adalah hal yang sangat serius. Begitu juga dengan Giselle yang bisa menyadari bahwa Zhea tidak ‘lah sedang bercanda, melainkan memang serius mengungkapkan perasaannya untuk pria yang dicintainya.
“Hahaha, tidak pernah aku bayangkan kalau aku akan berbesanan dengan Levi. Iya ‘kan, Sayang?” ujar Will disela tawanya.
“Dia tidak bercanda dengan apa yang diucapkannya barusan! Bahkan sejak awal dia sudah menganggap aku sebagai rivalnya untuk mendapatkan Nathan. Benarkah, aku harus bersaing dengan bocah yang baru menginjak dewasa ini.” Giselle berkata dalam hatinya.
“Benar! Siapa sangka gadis yang sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri, diam-diam menaruh perasaan yang tidak seharusnya padaku. Bahkan—”
“Apa yang aku ucapkan barusan adalah ucapan yang sangat serius dalam lubuk hatiku, Kak Nath!” Sela Zhea menegaskan, “Memang benar bahwa selama ini aku menyimpan perasaan yang bernama cinta untukmu bahkan selalu bermimpi untuk menjadi istrimu. Bukan sebagai adikmu!” lanjutnya.
“Zhea, ini sudah tidak lucu lagi. Sebaiknya—”
“Tentu saja tidak lucu sama sekali! Karena sejak awal aku serius dengan perasaanku ini. Aku menyukaimu, Kak Nath! Bukan sebagai adikmu, saudarimu bahkan teman dari adikmu. Tapi aku menyukaimu sebagai seorang wanita kepada seorang pria. Bahkan sekarang aku tidak hanya menyukaimu tapi sangat mencintaimu.”
Ungkapan perasaan Zhea seketika merubah suasana di ruangan itu menjadi menegangkan. Nathan sendiri sangat terkejut dengan pengakuan cinta yang tidak pernah dia duga seumur hidupnya. Dia bahkan kehilangan kata-katanya, karena dia tidak pernah membayangkan pengakuan cinta seperti ini akan terjadi dalam hidupnya.
“Zhea!”
“Mamah Alea! Papah Will, bisakah aku saja yang menikahi putramu?”
Bukan hanya pengakuan cinta saja, tapi Zhea langsung melamar Nathan pada kedua orang tuanya langsung. Nathan dan Giselle sontak semakin dibuat tidak percaya dengan apa yang Zhea tengah lakukan sekarang. Sementara Thalia memilih diam sembari merutuki keberanian Zhea yang pasti akan berujung sakit hati untuknya sendiri.
“Zhea, bukannya tidak bisa! Namun, perbedaan usia kalian yang—”
“Kenapa dengan perbedaan usia kami? Daddy dan Mommy juga memiliki perbedaan usia yang hampir sama dengan aku dan Kak Nath. Kenapa Daddy dan Mommy bisa menikah, sedangkan aku dengan Kak Nath tidak bisa?” Belum sempat Alea menyelesaikan ucapannya, Zhea sudah lebih dulu memberikan jawaban yang membuatnya seketika terdiam.
“Ehmm, … Bukan seperti itu maksud kami. Hanya saja—”
“Hanya saja aku sudah menemukan wanita yang aku cintai, Zhea! Wanita yang saat ini ada di hadapanmu dan aku perkenalkan pada orang tuaku karena kami akan secepatnya menikah.”
Kini giliran Nathan yang memotong ucapan Alea dan menjelaskan secara langsung alasan mengapa dia dan Zhea tidak bisa menikah. Sekaligus menegaskan bahwa dia sudah memiliki wanita yang cintainya.
Degh …
Rasanya sakit sekali, setiap kali Nathan menegaskan bahwa Giselle adalah wanita yang sangat dicintainya. Akan tetapi, Zhea berusaha menekan rasa sakit hatinya dengan tekad bahwa suatu hai nanti Nathan akan mencintainya dan melihatnya sebagai seorang wanita seperti yang Nathan lakukan pada Giselle.
Setelah cukup lama terdiam, Zhea lalu menyunggingkan sebuah senyuman seraya berkata, “Tidak masalah selama kalian belum resmi menikah, maka masih ada kesempatan untuk bisa membuat Kak Nath jatuh cinta kepadaku.”
“ZHEA!”
Secara spontan Nathan berteriak cukup keras pada gadis yang baru saja mengakui perasaannya itu. entah mengapa sikap keras kepala Zhea membuatnya emosi, apalagi setelah mendengar perkataannya barusan. Seakan hatinya bergetar ketika mendengar bahwa ada kemungkinan dia bisa mencintai gadis yang sudah dianggap sebagai adik kandungnya sendiri.
“Iya, Kak Nath! Aku masih bisa mendengar dengan baik tanpa perlu Kak Nath berteriak seperti tadi.”
Meski terkejut, Zhea tetap berusaha tetap tenang dan terus tersenyum saat pandangan matanya
saling bertemu dengan Nathan.
“Menurutku sebaiknya kau lupakan saja perasaanmu itu. Apakah kau tidak dengar atau memang kau tidak mengerti bahwa kami berdua sudah sepakat untuk merencanakan pernikahan secepatnya?” Giselle yang sejak tadi hanya diam, kini akhirnya kembali buka suara dan meminta Zhea untuk berhenti.
“Sepertinya kau yang tidak mengerti! Selama Kak Nath dan kau belum resmi menikah, maka jelas ada kesempatan untuknya merubah hati, bukan?” balas Zhea yang berhasil membuat Giselle merasa kesal.
“Sebaiknya mulai sekarang kau bersiap saja untuk kehilangan Kak Nath, karena pada akhirnya dia akan menjadi suamiku!” sambungnya menekankan.
“Kau …”
“Tenanglah, Sayang! Lupakan saja omong kosongnya, karena bagaimanapun juga hanya kau wanita yang ingin aku nikahi.”
Jelas terasa persaingan sengit diantara Zhea dan Giselle untuk memperebutkan Nathan. Namun, sepertinya kali ini Nathan sepenuhnya berada di pihak Giselle, terlihat dengan caranya menenangkan sang kekasih yang membuat api cemburu Zhea semakin membara.
Will, Alea dan Thalia memilih diam karena apapun yang mereka katakan tidak akan di terima begitu saja oleh Zhea.
Tak kuasa menahan perasaan cemburunya, lantas Zhea pun langsung meninggalkan ruangan itu. Thalia yang melihat kepergian sang sahabat pun langsung mengikutinya, bahkan hingga di depan kediamannya. Sebelum Zhea memasuki mobilnya, dimana sang sopir tengah menunggu Thalia dengan cepat menghentikannya.
“Hai, Zhea! Kau mau kemana? Kenapa kau mala pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, setidaknya katakan sesuatu padaku!” Thalia mencecar Zhea, “Apa kau sekarang sudah menyerah mendapatkan cinta dari Kakakku?” sambungnya.
Bersambung....
Sesuai janji, Othor up dua bab sebagai bonus. See next Chapter all!😉😉😉😂😂😂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!