"Uhuk! Uhuk! Bai Qin, beraninya kau meracuniku!" ucap seorang wanita yang saat ini tengah sekarat di atas tanah.
"Jenderal Yun, jangan salahkan aku melakukan ini padamu. Tapi salahkan dirimu sendiri, yang sudah membuat Yang Mulia Putra Mahkota menginginkan nyawamu!"
Wanita bernama Yun Li An itu memegangi dadanya yang semakin sesak.
"Kerajaan ini tidak akan pernah menjadi milik Putra Mahkota! Dia adalah laki-laki yang hanya memikirkan kepuasan," ucap Yun Li An.
"Hahaha! Aku tidak peduli akan hal itu, karena yang aku inginkan adalah menggantikan posisimu sebagai Jenderal perang!"
Kedua tangan Yun Li An mengepal dengan kuat, "Aku bersumpah, sampai kapanpun kerajaan ini tidak akan pernah dimiliki oleh Putra Mahkota!"
Dada Yun Li An semakin terasa sesak, dan beberapa kali dia terbatuk sebelum akhirnya dia memejamkan kedua matanya.
Tubuh Yun Li An tergeletak di atas tanah, dengan darah yang keluar sangat banyak dari mulutnya.
"Buang mayat Yun Li An ke dalam hutan! Biarkan tubuhnya dikoyak dan dimakan binatang buas yang ada di sana!" ucap Bai Qin.
Setelah memerintahkan pasukannya untuk membuang tubuh Yun Li An, Bai Qin ang merupakan kepala pasukan, juga memerintahkan kepada semua pasukan untuk bersiap kembali ke ibukota.
"Bagus! Setelah ini, akulah yang akan menjadi Jenderal di kerajaan Choi, dan akan memiliki kekuasaan atas lebih dari 10.000 pasukan milik Yun Li An itu!"
Tubuh Yu Li An ditinggalkan begitu saja di dalam hutan, dengan darah yang masih membasahi mulutnya.
...----------------...
Tap tap tap
Di malam yang sepi, suara sepatu saling bersautan satu sama lain. Seolah tidak peduli dengan orang-orang yang sudah terlelap dan bermain di dalam dunia mimpi mereka.
Seorang wanita berlari dengan cepat di gelapnya malam, mencoba menghindari kejaran beberapa orang pria berbadan besar.
"S*alan! Mereka masih saja mengejar!" ucap wanita itu sambil terus berlari dan sesekali menoleh ke belakang.
Wanita itu melewati sebuah jalanan yang sepi, dia kemudian berbelok dan berlari ke salah satu gang yang ada di depannya.
"Ck, jalan buntu! Kalau begini sepertinya aku terpaksa melakukannya, agar mereka tidak mendapatkan senjata yang bisa menghancurkan dunia ini!" gumam wanita itu yang masih menatap dinding yang tinggi di depannya.
"Haahh, haahh. Kau sudah tidak bisa lari kemana-mana lagi, jadi lebih baik menyerah saja dan berikan cincin ruang penyimpanan yang kau miliki itu padaku!" ucap laki-laki paling depan, yang sejak tadi mengejar wanita itu.
Di gang yang tidak memiliki jalan lagi, wanita itu terlihat sangat terpojok karena lebih dari 8 orang laki-laki sudah berada di depannya.
Wanita itu tersenyum, "Heh, menyerahkannya pada kalian? Hahaha, bahkan jika aku mati pun, cincin ini akan ikut bersamaku. Dan aku pastikan itu tidak akan kalian miliki!"
"Tang Li An! Kau sudah akan mati, tapi masih saja keras kepala!"
"Hahaha, Kevin Lou. Apa kau tahu penyesalan terbesarku? Itu adalah menyelamatkan hidupmu dari para anjing liar, dan menjadikanmu orang kepercayaanku! Seharusnya aku biarkan kau mati dimakan anjing liar malam itu. Setidaknya para anjing itu akan berterima kasih padaku, dengan memberikanku jalan, tidak sepertinya dirimu!"
Kedua tangan laki-laki bernama Kevin Lou mengepal, dia sangat benci saat seseorang mengungkit akan hal itu. Karena baginya masa lalu itu merupakan hal yang sangat menjijikan.
Meskipun dulu Tang Li An menyelamatkan Kevin Lou, tetapi Kevin Lou menganggap semua yang telah dia lakukan untuk Tang Li An, adalah sebuah balas budi. Jadi, jika saat ini dia membunuh Tang Ki An demi mendapatkan semua yang wanita itu miliki, tidaklah salah.
"Dengar Tang Li An, kau memang telah menyelamatkanku. Tetapi semua yang aku lakukan untukmu tidaklah sedikit, dan aku rasa itu sepadan!" ucap Kevin Lou.
"Hahaha! Memang benar, lebih baik memungut anjing liar yang akan setia setelah diasuh dan diajari, dari pada menyelamatkan seseorang yang pada akhirnya akan membunuh sang penyelamatnya sendiri. Tuhan membuka kedua mataku dengan sangat terlambat!"
Kevin Lou mengeratkan giginya, karena terus dibandingkan dengan anjing liar oleh Tang Li An.
"Baiklah, karena aku juga pasti tidak akan bisa menciptakan senjata atau obat apapun lagi. Sebaiknya aku membawa kalian bersamaku, untuk menemui malaikat maut!" ucap Tang Li An lagi sambil mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.
Tang Li An melepaskan jaket yang melekat pada dirinya dan tersenyum licik sambil menatap Kevin Lou.
Melihat di tubuh Tang Li An terdapat sebuah bom, kedua mata Kevin Lou membulat. Dia sangat tahu jenis bom apa yang ada pada tubuh Tang Li An saat ini.
Kevin Lou membulatkan kedua matanya, ketika melihat Tang Li An sudah bersiap menekan sebuah tombol yang ada di tangan kanannya.
"Bom itu. Lari! Semuanya lari!" teriak Kevin Luo.
Tang Li An tertawa melihat semua anak buah yang sudah mengkhianatinya lari dengan cepat.
"TERLAMBAT! Kalian semua akan menemaniku mati malam ini!" ucap Tang Li An seraya menekan tombol yang ada di tangannya.
"S*alan! Wanita ini ingin membawa kita semua mati bersamanya!" ucap Kevin Lou yang tengah berlari.
"Hahahaha, larilah Kevin Lou! Lari sejauh kau bisa!" teriak Tang Li An.
Pip!
"Terima kasih, dan maaf karena aku juga harus membawa kalian semua, orang-orang yang tidak mengetahui apapun tentang perselisihan ini," kedua mata Tang Li An terpejam sambil mendongakan kepalanya.
DUAAAARR!!!
Brak!
Prang!
Ledakan hebat terjadi, tubuh Tang Li An, Kevin Lou dan para anak buahnya yang sedang melarikan diri seketika terpental dan mati. Bangunan yang berjarak 100 meter dari tempat ledakan itupun ikut hancur.
Bom yang diciptakan oleh Tang Li An mengantar dirinya dan banyak orang ke dunia lain bersama-sama. Keadaan tempat itu pun seketika seperti habis dilanda peperangan yang sangat hebat.
Bangunan dan jalanan yang hancur akibat ledakan bom yang sangat hebat, membuat pihak kepolisian harus melakukan banyak upaya untuk mengevakuasi semuanya.
...----------------...
Ana : Maaf jika di awal cerita tidak cukup menarik, dan terdapat adegan pembunuhan orang-orang yang tidak terlibat, serta hancurnya beberapa bangunan, karena ledakan bom bunuh diri dari Tang Li An. Ini semata-mata hanyalah sebuah karangan untuk lebih mengembangkan alur cerita saja 🙏.
Sraak!
"Shhh,"
Seorang wanita yang terbaring di atas tanah mendesis, tangannya bergerak dengan pelan meraih apapun yang berada di dekatnya.
Perlahan kedua mata wanita itu terbuka, dan hal pertama yang dia lihat adalah banyaknya pepohonan yang berada di depannya.
"Dimana aku? Seingatku, aku meledakan diriku untuk mati bersama anak buahku yang berkhianat," ucap wanita itu dengan lemah.
Wanita itu mencoba untuk bangun, tubuhnya terasa sangat sakit dan dadanya juga cukup sesak.
"Sebenarnya di mana ini, dan...kenapa aku memakai pakaian seperti ini?" wanita itu melihat kedua tangannya yang memakai pakaian perang.
Wanita itu perlahan berdiri dengan memegang sebatang pohon besar di sampingnya.
Ketika dia tengah mencoba berdiri, tiba-tiba sebuah ingatan masuk ke dalam kepalanya. Kepingan-kepingan ingatan yang entah milik siapa, masuk secara bersamaan dan membuat wanita itu hampir jatuh karena kepalanya terasa begitu sakit.
Wanita itu pun duduk dan memejamkan kedua matanya, sambil menahan rasa sakit di kepalanya.
"Apa itu, ingatan siapa yang tadi terlihat?" ucap wanita itu dengan lemah seraya membuka matanya.
Wanita itu perlahan berdiri dan berjalan menyusuri hutan yang tidak dia ketahui, dan tak jauh dari tempatnya tergeletak, dia menemukan sungai.
Dengan menahan sesak pada dadanya, wanita itu mendekati sungai yang tak jauh darinya.
"Air sungai ini terlihat jernih, lebih baik aku membersihkan diriku terlebih dulu di sini. Setelah itu mencari tahu ada di mana aku saat ini," ucap wanita itu.
Dengan pelan wanita itu melepaskan benda yang melingkar pada kedua tangannya, kemudian melepaskan ikat pinggang yang melilit perutnya.
Setelah apa yang membuat tubuhnya tidak nyaman terlepas, wanita itu kemudian masuk ke dalam sungai, dan mulai membersihkan wajah juga tangannya.
"Ini cukup segar!" ucap wanita itu.
Wajahnya terlihat jauh lebih segar dari sebelumnya, kotoran yang sebelumnya melekat pada wajahnya, hilang disapu oleh air yang dia usapkan pada wajahnya.
Setelah dirasa cukup, wanita itu kembali naik ke pinggiran sungai dan duduk di salah satu batu besar.
"Jika dilihat dari pakaian yang aku pakai ini, sepertinya aku berada pada zaman kerajaan kuno. Itu artinya, setelah aku meledakan diri dan mati, aku berpindah tempat. Dan saat ini aku berada pada tubuh salah satu wanita zaman kerajaan!" ucap wanita itu.
Wanita itu menatap barang-barang yang berada di sampingnya, dia mencoba mengingat semua ingatan yang tadi masuk ke dalam kepalanya.
Serpihan ingatan pemilik tubuh asli yang saat ini dia tempati cukup jelas, dan seolah wanita itu sedang melihat acara televisi.
"Jadi namanya adalah Yun Li An, hanya berbeda nama keluarga saja. Dia lahir pada hari yang sama denganku, dan jika disesuaikan, bahkan tanggal lahirnya pun sama. Mungkinkah aku berpindah ke kehidupanku beberapa ratus tahun sebelumnya?" ucap wanita itu lagi.
Wanita itu mulai memahami bagaimana kehidupan dari wanita yang saat ini tubuhnya dia tempati.
Yun Li An, satu-satunya Jenderal perang wanita kerajaan Choi. Dia memiliki julukan "tangan 1000 nyawa" karena berhasil membunuh ribuan musuh dalam setiap kali berperang.
Bukan hanya para Perdana Menteri, bahkan Kaisar pun sangat menghormatinya. Karena apa yang telah dia lakukan untuk kerajaan Choi selama ini.
[Mulai dari sini, pemeran wanita akan bernama Yun Li An]
"Baiklah, kita sama-sama mati karena anak buah yang kita latih. Maka aku akan membantumu untuk membalas dendam, dan aku pastikan mereka yang mencelakaimu tidak akan aku lepaskan!" tatapan Yun Li An menajam dengan seringai yang menghiasi bibirnya.
Yun Li An memakai kembali semua barang-barang yang tadi dia lepaskan, namun saat dia akan membetulkan kerah pakaiannya, dia tidak sengaja menyentuh kalung dengan gantungan batu giok.
"Apa ini?" Yun Li An melepaskan kalung yang ada di lehernya.
Dengan seksama dia melihat giok yang menjadi gantungan kalung itu.
"Ini, kenapa warna giok ini sama seperti warna giok yang ada pada cincin ruang penyimpanan milikku?" gumam Yun Li An yang masih menatap giok di depannya.
Karena penasaran, Yun Li An membalik giok itu dan dia menemukan sebuah titik kecil di bagian tengah giok itu.
Dengan sedikit ragu, Yun Li An menekan titik kecil yang berwarna lebih gelap itu.
Ting!
Barang-barang yang dia beli di pasar gelap dan juga beberapa senjata, desain senjata yang dia buat pada era modern, semuanya terlihat sangat jelas di depannya.
"Ini, ini adalah ruang penyimpanan milikku!" ucap Yun Li An dengan bahagia.
Tidak menyangka jika ruang penyimpanan yang sebelumnya berbentuk cincin saat dia membuatnya, akan ikut masuk ke dalam dunia kerajaan dengan tampilan gantungan giok yang menggantung pada kalung Yun Li An.
"Bagus! Dengan adanya semua barang-barang di ruang penyimpanan ini, aku akan membuat perhitungan dengan sangat baik kepada mereka!" ucap Yun Li An.
Yun Li An yang merasa ada sesuatu di dalam tubuh yang membuatnya tidak nyaman, memutuskan untuk mengambil dan meminum obat yang dia buat.
"Uhuk! Uhuk!"
Yun Li An terbatuk setelah beberapa saat meminum obat yang dia ambil dari ruang penyimpanan rahasianya.
Darah berwarna merah kehitaman keluar cukup banyak dari mulutnya.
"Jadi dia mati karena diracuni oleh anak buahnya. Baiklah, aku akan memberikan obat yang jauh lebih mengerikan dari pada racun yang dia berikan ini!" Yun Li An mengusap mulutnya yang masih terdapat sedikit darah.
Setelah membersihkan mulutnya, Yun Li An berjalan menyusuri hutan untuk menemukan jalan keluar. Dia akan membuat orang-orang yang mengira jika mereka sudah berhasil membunuhnya, menjadi sangat terkejut akan kedatangannya.
"Tubuh ini masih sangat lemah karena racun itu, lebih baik aku mencari binatang liar untuk makan. Langit juga sebentar lagi akan gelap, sebaiknya aku mencari tempat untuk bermalam di dalam hutan ini lebih dulu," ucap Yun Li An dengan suara yang lemah.
Dengan tubuh yang sudah kelelahan, Yun Li An berusaha mencari tempat yang bagus untuknya bermalam di dalam hutan itu.
...----------------...
Di sebuah rumah makan, tepat di kota perbatasan. Kepala pasukan yang telah memberikan racun kepada Yun Li An tengah menikmati makanannya.
Dia tidak tahu jika orang yang dia pikir sudah mati, ternyata masih hidup. Bahkan sudah merencanakan untuk memberikan kejutan dan hukuman padanya nanti.
"Heh, melihat tubuhnya yang mengeluarkan darah. Aku yakin saat ini sudah tidak ada sisa dari tubuhnya lagi di hutan itu!" ucap kepala pasukan itu.
"Kau benar, kakak. Dan setelah kita tiba di ibukota, kau harus bersiap untuk menggantikan posisinya sebagai Jenderal perang!"
"Hahaha, tentu saja. Yang Mulia Putra Mahkota sudah menjanjikan posisi itu kepadaku, karena itu dengan senang hati aku mau bekerjasama dengannya. Lagi pula, sudah Lama aku juga tidak menyukai Yun Li An!"
Kepala pasukan itu menatap minuman yang berada di depannya. Dia sudah tidak sabar untuk tiba di ibukota dan mendapatkan hadiah berupa posisi Jenderal perang itu dari Putra Mahkota.
Keesokan harinya, Yun Li An berhasil keluar dari hutan di mana dia dibuang oleh pasukannya.
"Akhirnya aku keluar juga!" ucap Yun Li An.
Tubuhnya sudah jauh lebih baik, bahkan rasa sakit yang kemarin dia rasakan sudah tidak lagi, berkat obat yang dia minum.
"Baiklah, sepertinya aku harus berlari dari sini untuk...."
Srak! Srak! Srak!
Suara terdengar dari balik semak tinggi yang berada di belakang Yun Li An. Dia lalu berbalik untuk melihat siapa di yang ada balik semak itu.
Srak!
Kedua mata Yun Li An membulat ketika dia mengetahui siapa yang ada di balik semak.
"Kuda!" ucap Yun Li An.
Yun Li An berjalan mendekati kuda itu, dilihat kuda itu memiliki tunggangan yang cukup bagus. Kedua matanya pun memiliki penutup dari perak.
"Sepertinya ini adalah kuda perang milik wanita yang dibunuh itu. Baiklah, karena kamu adalah kuda miliknya, dan aku berada pada tubuhnya, maka sekarang kau adalah kuda milikku!" Yun Li An mengusap kepala kuda itu.
Bruk!
Kuda itu secara tiba-tiba jatuh di atas tanah, napasnya terlihat sangat berat.
"Ternyata dia juga diberi racun!" ucap Yun Li An ketika memeriksa kuda itu.
Tanpa menunggu lagi, Yun Li An memberikan obat yang sebelumnya dia minum untuk mengeluarkan racun yang berada di dalam tubuh kuda perang itu.
Tak berselang lama, kuda itu pun mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Istirahatlah dulu, aku akan mencarikan rumput untuk mengisi perutmu," Yun Li An mengusap kudanya sebelum pergi.
Di kehidupan ketika dia menjadi seorang ketua mafia dulu, Li An termasuk penjinak hewan yang sangat handal. Bahkan dia pernah menjinakan harimau besar yang dia beli di pelelangan setelah harimau itu menjadi miliknya, dan itu hanya dalam waktu satu jam.
Jadi dapat dikatakan, jika Li An memiliki bakat yang sangat bagus.
Setelah beberapa saat, Yun Li An kembali dengan membawa rumput yang dia dapatkan dari dalam hutan.
"Makanlah, setelah itu kita pergi dari tempat ini. Kita harus bergegas ke ibukota, sebelum orang-orang itu membuat Kaisar memutuskan hal yang seharusnya tidak dilakukan!" Yun Li An meletakan rumput itu di depan kudanya.
Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Yun Li An, dia mencoba berdiri lalu memakan rumput itu dengan lahap.
Yun Li An yang melihat itu hanya mengangguk.
Setelah menghabiskan rumputnya, kuda itu berjingkrak dan mengangkat kedua kaki depannya ke atas. Seperti memberitahu jika dirinya sudah sangat baik.
"Sepertinya kau sudah siap untuk melakukan perjalanan, kalau begitu kita pergi sekarang!" ucap Yun Li An.
Dengan gerakan cepat, Yun Li An naik ke atas kudanya. Kemudian kuda itu berlari dengan cepat menuju ibukota.
"Aku harap kita bisa menyusul mereka, dan tiba di ibukota dengan tepat waktu!" ucap Yun Li An.
Kuda yang dia naiki terus berlari dengan cepat, seolah kuda itu tidak pernah keracunan sebelumnya.
...----------------...
Brak!
"Apakah kabar itu benar?" ucap seorang Pangeran di ruang bacanya.
"Benar, Yang Mulia. Orang yang kami perintahkan untuk berada di kota yang mereka lewati berkata, jika Jenderal Yun tidak kembali bersama dengan pasukannya. Dan hanya ada kepala pasukan yang berada di depan sambil membawa bendera kerajaan kita,"
"Tidak mungkin, jika Jenderal Yun mati dalam peperangan, mereka pasti kembali dengan membawa mayatnya. Karena peperangan dimenangkan oleh kerajaan kita,"
"Yang Mulia, mohon tenangkan diri anda!"
Pangeran itu terlihat sangat khawatir, karena orang yang sangat dekat dan dia percayai tidak terlihat kembali bersama pasukannya, setelah lebih dari satu minggu berperang melawan kerajaan musuh.
"Pergi! Cari Jenderal Yun sampai ketemu! Jika dia benar-benar mati, aku harus melihat mayatnya dengan kedua mataku sendiri!" ucap Pangeran itu seraya menatap pengawalnya dengan tajam.
"Ba....baik. Yang Mulia!"
Pengawal itu segera pergi dari ruang baca, sementara Pangeran itu duduk dengan tidak tenang.
"Ini pasti sudah direncanakan oleh Kakak, dia pasti melakukan sesuatu pada Jenderal Yun! Karena hanya dia yang sangat menginginkan Jenderal Yun mati," ucap Pangeran itu.
Pangeran itu terlihat sangat tidak tenang, napasnya terlihat tidak beraturan karena merasa kesal atas berita yang didapatnya.
Pangeran kedua Choi, Choi Han Min. Dia adalah putra kedua Kaisar Choi dan Ratu Xuan. Dia memiliki sifat yang jauh berbeda dari kakaknya, Putra Mahkota Choi Hao Lu.
Choi Han Min lebih memiliki sifat yang hangat dan juga lebih memikirkan rakyatnya sebelum mengambil keputusan. Sementara Putra Mahkota tidak, dia akan melakukan apapun demi kerajaan yang akan dia pimpin setelah dia menjadi Kaisar nanti. Meskipun itu akan membuat rakyat menderita.
Karena itu antara Pangeran Choi Han Min dan Putra Mahkota Choi, selalu terjadi perdebatan dalam mengambil keputusan.
Di pihak Pangeran Choi Han Min berdiri Jenderal Yun, yang siap melindungi dan mendukung dirinya. Juga ada beberapa keluarga besar dan Perdana Menteri yang juga sangat mendukung tindakan Pangeran kedua, yang lebih mengutamakan rakyat.
Sementara di pihak Putra Mahkota berdiri Ratu, beberapa Perdana Menteri dan juga beberapa ribu pasukan yang dilatih oleh kepala pasukan miliknya.
Pangeran Choi Han Min keluar dari ruang bacanya, dia berjalan menuju paviliun milik Jenderal Yun, yang berada tidak jauh dari istananya.
"Aku akan memastikannya sendiri. Aku tidak percaya, jika kau mati begitu saja tanpa adanya bukti sedikitpun!" ucap Pangeran Choi Han Min seraya berjalan dengan cepat.
Putra Mahkota yang melihat adiknya berjalan ke arah paviliun, tersenyum lebar, "Dia pasti sudah mendapat kabar, jika Jenderal kesayangannya tidak ikut kembali dengan pasukan perangnya,"
"Yang Mulia, apakah kabar itu benar? Jika Jenderal Yun sudah..."
"Aku sendiri tidak tahu, dan tidak ada yang tahu apakah dia sudah mati atau belum. Lagi pula aku tidak memperdulikan hal itu," Putra Mahkota menatap Kasim yang selalu berada di sampingnya.
"Maafkan saya yang telah lancang, Yang Mulia!"
"Tidak apa-apa, semua orang juga pasti sedang bertanya-tanya tentang kabar itu. Lebih baik kita kembali, karena sepertinya saat ini adik sedang sibuk mencaritahu tentang kebenaran kabar itu,"
"Baik, Yang Mulia,"
Putra Mahkota dan para pengiringnya berbalik lalu kembali berjalan menuju istananya. Meninggalkan halaman istana milik Pangeran Choi Han Min.
Putra Mahkota tentu tidak akan mengatakan apapun kepada orang lain, tentang apa yang sudah dia lakukan pada Jenderal Yun. Karena dia dan kepala pasukan telah melakukan sebuah perjanjian.
"Aku harap kepala pasukan berhasil membuat Jenderal Yun mati di sana, agar tidak ada lagi yang dapat membantu Choi Han Min dalam melakukan tugas yang berat dari Ayah Kaisar!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!