Pesta pernikahan Deril dan Rayya sudah selesai dilaksanakan disebuah hotel, pesta pernikahan yang dilaksanakan cukup mewah, dengan mengundang rekan bisnis keluarga Tuan Bramantyo
Setelah pesta selesai Deril langsung mengajak Rayya pulang ke kediaman yang sudah dia siapkan
"apa kamu tidak menginap di hotel ini Deril?" tanya Tuan Bramantyo ketika Deril meminta izin untuk langsung pulang ke kediamannya yang baru
"Deril mau langsung ke kediaman yang baru saja pa, biar besok pagi tidak ribet dan buru buru untuk pulang ke rumah" jawab Deril
"kamar pengantin kalian sudah disiapkan di hotel ini Deril, besok bisa balik sore sore nak, jadi tidak perlu buru buru" sahut nyonya Lena
"tidak apa apa ma, akan lebih baik kalau kami pulang ke kediaman yang baru, disana juga sudah ada kamar pengantin nya ma" balas Deril yang bersikeras untuk segera pulang
"kamu sudah tidak sabar ya, dan kalian tidak mau diganggu karena mau berdua saja di kediaman kalian yang baru" goda nyonya Lena kepada kedua pengantin baru itu yang disambut tatapan dingin deril dan senyum kecut di wajah kedua nya
Tuan Bramantyo dan nyonya Lena saling menatap melihat reaksi kedua pengantin itu, lalu mereka saling tersenyum
"kamu beneran mau balik kekediaman kalian sekarang?" tanya Tuan Bramantyo kepada kedua pengantin yang ada di depan nya saat ini
"iya pa, Deril mau jalan sekarang saja, bukan begitu Rayya?" jawab Deril sambil meminta pendapat dari Rayya yang dari tadi hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun
"aku sih terserah kepada kamu mas Deril, mau pulang ayo mau disini juga tidak apa apa, aku tidak ribet orang nya" tegas Rayya
Jawaban Rayya tadi membuat Deril kesal mendengar nya, seolah hanya dia yang ingin pulang segera kekediaman mereka yang baru
"kalau begitu kita pulang saja Rayya, aku lebih nyaman kalau kita langsung pulang" sahut Deril
"tidak masalah mas Deril" balas Rayya dengan senyum manis di bibirnya
"ya sudah ma, pa, Rayya tidak keberatan kok untuk langsung pulang" ucap Deril yang membuat Tuan Bramantyo menarik nafas panjang karena melihat sifat keras kepala dari putra nya itu
"ya sudah kalau itu sudah keputusan kalian berdua, papa mau bilang apa lagi, silahkan kalau kalian mau balik sekarang ke kediaman baru kalian" tukas Tuan Bramantyo
Deril menoleh kearah Rayya yang hanya tersenyum mendengar ucapan Tuan Bramantyo
"ayo, Rayya kita pulang, kami pergi dulu"ucap Deril
"Rayya pulang dulu mah pah" ucap Rayya dengan sopan lalu mencium tangan kedua mertua nya itu
"iya nak" jawab nyonya Lena pada Rayya setelah pamit pada mereka berdua Rayya dan Deril langsung berjalan kearah pintu keluar di lobby sudah menunggu mobil yang akan mengantarkan mereka pulang ke kediaman yang baru
Didalam mobil sudah menunggu assiten nya Deril yang siap mengantar kan mereka pulang, Rayya yang masih berpakaian pengantin nya berjalan dengan pelan memasuki mobil dibantu oleh Deril, banyak pasang mata yang melihat kearah mereka berdua
"langsung ke kediaman yang baru Roni" ucap Deril setelah mereka duduk didalam mobil
"oke tuan Deril, kita berangkat sekarang?" tanya Roni membuat Deril melotot kan matanya pada asisten sekaligus sahabatnya itu
Roni hanya tertawa kecil lalu menjalankan mobil dengan perlahan keluar dari hotel dimana tadi diadakan acara pernikahan Deril dan Rayya, tidak ada yang membuka pembicaraan di dalam mobil itu,mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing masing
Apalagi Rayya dia hanya bisa diam melihat perlakuan Deril yang tidak bersahabat dengannya, dia tau kalau Deril saat ini sedang kesal karena pernikahan ini
Deril sibuk memainkan handphone nya dia sibuk bertukar pesan dengan seseorang, terlihat raut wajah Deril yang berubah berubah ketika berbalas pesan dengan seseorang
Tidak terasa mereka bertiga sudah sampai di kediaman Deril dan Rayya yang baru, Rumah yang dibeli Deril untuk mereka tinggal setelah menikah, setelah mengantarkan kedua pengantin Roni pun segera meninggalkan kediaman itu
Rayya berjalan memasuki rumah dengan pelan karena saat ini dia masih memakai pakaian pengantin nya yang lumayan bikin ribet untuk berjalan
"bik marni tolong dibawa koper ini kedalam kamar disebelah kamar utama, antarkan sekalian nona Rayya kesana" perintah Deril kepada bik marni yang sudah lama bekerja dengan keluarga Bramantyo
"iya tuan Deril, mari nona Rayya saya antar ke kamar nya" ucap bik marni lalu mengajak Rayya untuk diantarkan ke kamar yang disuruh Deril tadi
Walaupun bik marni bingung kenapa bukan ke kamar utama nona Rayya di antarkan tapi malah kamar yang di sebelah nya
Rayya hanya mengangguk lalu mengikuti bik marni yang membawa koper yang berisi pakaian Rayya, memasuki kamar itu
"silahkan masuk nona Rayya" setelah meletakkan koper di dekat lemari bik marni pun keluar dari kamar tersebut setelah berpamitan pada Rayya
"terima kasih bik marni" ucap Rayya
"sama sama nona Rayya" sahut bik marni lalu dia membuka pintu kamar Rayya dan menutup nya kembali
"huff akhir nya selesai juga drama pernikahan ini, capek sekali menghadapi tamu undangan dengan berpura pura bahagia" gumam Rayya dalam hati
"mending aku bersih bersih dulu, lengket sekali rasanya badan, aku mau mandi air hangat pasti akan sangat menyenangkan" ucap Rayya
Lalu Rayya pun berdiri di depan meja rias nya dan mulai membuka satu satu perhiasan yang melekat di tubuh nya, sedang sibuk dengan kegiatannya tiba tiba pintu kamar nya dibuka dengan keras dari luar terlihat Deril sedang berjalan menghampiri nya
"jangan pernah berpikir kalau kita akan menjalani pernikahan ini seperti pernikahan orang orang diluar sana" ucap Deril dengan ketus
"maaf mas Deril bicara apa ya, kok aku kurang paham ya" tukas Rayya yang masih sibuk membuka accesories yang ada di kepalanya
"kamu jangan belagak tidak tahu apa yang saya maksud, dan tolong kalau lagi berdua jangan panggil saya dengan sebutan mas, aku mual mendengar kau memanggil ku dengan kata mas" terang Deril
"oke tidak masalah" jawab Rayya dengan santai membuat Deril kesal mendengar nya
"untuk selanjut nya kamu dan saya akan tidur terpisah, jangan berharap kita akan satu kamar sampai kapan pun" tegas Deril sambil menatap tajam pada Rayya yang masih sibuk membuka perhiasannya
"oke, itu lebih baik" jawab Rayya dengan singkat
"jangan kamu pikir setelah menikah akan bisa membuat aku mencintai mu, jangan mimpi Rayya" terang Deril dengan muka kesal dari tadi Rayya menjawab dengan santai apa yang dia ucapkan itu membuat dia merasa tidak dihargai
"maaf tuan Deril, anda datang ke kamar saya ada apa ya, dari tadi marah marah tidak jelas, kalau ada masalah diluar jangan bawa bawa saya" tegas Rayya
Deril sampai melotot mendengar apa yang dikatakan Rayya tadi, dia tidak menyangka kalau Rayya bisa bicara begitu kepadanya
"aku mau pergi malam ini, tidak ada malam pertama yang akan kita lakukan" tukas Deril
"silahkan tuan Deril, kalau anda mau pergi" jawab Rayya lagi
Deril masih diam terpaku mendengar jawaban dari Rayya, dia berharap Rayya akan bersedih mendengar apa yang dia ucapkan dari tadi, tapi kenyataan nya Rayya biasa saja tidak terpengaruh dengan apa yang Deril ucap kan
"kau mengusir ku dari kamar ini Rayya?" tanya Deril dengan muka merah padam karena marah dan malu karena merasa disepelekan oleh Rayya
"bukan nya tadi anda yang bilang, kalau anda mau pergi malam ini, terus kenapa saya yang dituduh mengusir anda, anda sehat tuan Deril" tukas Rayya
"dasar wanita kampungan tidak tau etika" umpat Deril membuat Rayya menatap tajam kearah Deril
"tuan Deril yang terhormat kalau anda mau pergi silahkan, hari sudah malam dan saya mau istirahat" terang Rayya dengan suara pelan
"dasar wanita sombong" umpat Deril lalu pergi meninggalkan Rayya yang hanya geleng geleng kepala melihat tingkahnya
"anda baru tau saya sombong tuan Deril" sahut Rayya pelan sekali seolah dia sedang bicara dengan dirinya sendiri
"apa kamu bilang, kamu sedang mengumpat saya" tanya Deril lagi dia tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Rayya
Rayya hanya melengos tidak mau menanggapi Deril yang sedang emosi, melihat sikap Rayya makin menambah kesal Deril dia pun membanting pintu dengan keras
"itu orang kenapa sih, marah marah tidak jelas bikin bingung" ucap Rayya setelah Deril keluar dari kamar nya dengan membanting pintu dengan keras
FLASBACK ON
Tiga bulan yang lalu Rayya diajak bicara oleh kedua orang tuanya mengenai perjodohan yang sudah di buat oleh Tuan Bramantyo dan ayahnya Rayya
"ada apa ya pak kok tumben panggil.Rayya kayak mau ada hal penting saja" ucap Rayya setelah mereka berkumpul setelah makan malam
Kedua orang tua Rayya saling pandang lalu kembali menatap putrinya yang baru saja tamat kuliah dan saat ini baru bekerja di perusahaan besar
Dengan kepintaran dan kepandaiannya Rayya di terima bekerja di perusahaan besar itu di divisi keuangan, Rayya awal nya magang disana karena kerjanya yang bagus membuat perusahaan meminta nya untuk bekerja di peusahaan milik keluarga Danendra yang terkenal sangat kaya itu
Ayah Rayya bekerja disebuah instansi pemerintah dan ibu nya hanya ibu rumah tangga biasa yang membantu suaminya dengan berdagang di depan rumah nya, Rayya mempunyai adik perempuan yang saat ini masih sekolah menengah atas
Mereka hidup sederhana sama dengan keluarga yang lainnya yang berada dilingkungan tempat tinggal mereka
"bapak mau kasih tau kamu, kalau kamu akan segera menikah dengan anak Tuan Bramantyo" ucap pak Fajar membuat Rayya terkejut
"maksud bapak, Tuan Bramantyo yang orang berada itu? Apa tidak salah pak, bapak kenal dari mana dengan keluarga mereka" tanya Rayya dengan suara sedikit kencang
"kamu yang sabar nak, dengarkan bapak bicara dulu" tukas ibu nya Rayya
"gimana cerita nyà pak?" tanya Rayya penasaran
"sebelum nya bapak minta maaf sama kamu nak, harus nya dulu bapak tidak meng iyakan apa yang diminta oleh Tuan Bramantyo" jelas pak Fajar
"apa yang terjadi pak?" tanya Rayya lagi
"dulu sekali bapak pernah menyelamatkan nyawa Tuan Bramantyo dari kejaran orang yang ingin berbuat jahat kepadanya, persaingan bisnis membuat mereka saling menjatuhkan"
"Malam itu bapak habis pulang kerja, tiba tiba di dekat lampu merah ada orang yang langsung duduk di belakang motor yang bapak bawa"
"dia meminta bapak membawanya segera kerumah sakit karena badannya penuh dengan luka sepertinya habis berkelahi, segera bapak membawa ke rumah sakit dan menghubungi keluarga nya"
"singkat cerita bapak juga memberikan darah pada Tuan Bramantyo karena dia kehabisan banyak darah karena terluka parah"
"dan selanjutnya terjadilah perjodohan ini, karena mereka merasa berhutang budi kepada bapak, bapak sudah menolong nyawa nya dua kali, awalnya bapak menolak ide perjodohan dari mereka, tapi merela terus memaksa"
"kemaren Tuan Bramantyo datang kesini menanya kan hal perjodohan itu, dia meminta untuk segera dilaksanakan pernikahan dengan putra nya" jelas pak Fajar detail sekali
Rayya yang mendengar nya hanya diam membisu karena tidak terbayangkan olehnya untuk menikah dengan orang yang tidak dikenal nya
"bapak serahkan semuanya kepada kamu nak, kalau kamu menolak perjodohan ini nanti bapak akan coba bicara dengan mereka" ucap pak Fajar
"apa bapak pernah menerima bantuan yang lain dari mereka pak?" tanya Rayya
"mereka banyak membantu kita nak, kuliah kamu dan adikmu itu semua dari Tuan Bramantyo dan rumah ini pemberian dari mereka juga, bapak sudah menolak tapi Tuan Bramantyo memaksa dan memohon agar bapak mau menerimanya" jelas 0ak Fajar lagi
"kita sama mereka beda pak, apa putranya tuan Bramantyo setuju dengan perjodohan ini?" tanya Rayya lagi
"justru itu nak, tuan Bramantyo meminta bantuan kita, saat ini putranya sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita yang mereka tidak setuju, karena wanita itu kurang baik untuk putranya" jawab pak Fajar
"tapi Rayya belum mau menikah pak, Rayya mau bekerja dulu" tukas Rayya
"bapak terserah kamu nak, kalau kamu keberatan juga tidak apa apa, nanti bapak bicarakan lagi" ucap pak Fajar
"Besok tuan Bramantyo akan datang kerumah kita untuk menanyakan kesediaan kamu, apa mau menjadi istri dari anak mereka" terang buk sani
"baiklah pak, Raya akan pikirkan semuanya, kalaupun harus menerima perjodohan ini, raya mau tetap bekerja pak" jelas Raya kepada kedua orang tuanya
"iya nak, silahkan Raya pikirkan baik baik, kami tidak memaksa kamu nak" ucap pak Fajar
Besok harinya Raya dan keluarganya menunggu kedatangan keluarga bramantyo, setelah menunggu berapa lama akhirnya tuan Bramantyo dan keluarga nya datang berempat
"silahkan masuk tuan bramantyo" ucap pak Fajar mempersilahkan tamu nya untuk masuk kedalan rumahnya
Setelah tamunya masuk dan duduk di ruang tamu lalu mereka berkenalan satu dengan yang lainnya, terutama antara Raya dan Deril, setelah itu mereka membahas soal perjodohan kedua anak mereka
"jadi bagaimana pak Fajar dengan nak Raya apa setuju dengan rencana perjodohan mereka, kalau dari putra kami Deril sudah setuju untuk menikah dengan Raya" ungkap tuan Bramantyo
"saya sudah serahkan semuanya kepada Raya, kami sudah berbicara kemaren, Raya kalau jadi menikah dengan Deril putra tuan Bramantyo, hanya ingin tetap bekerja Tuan" jelas pak Fajar
"bagaimana nak, apa kamu bersedia menikah dengan Deril putra kami, mama sangat berharap kamu mau menerima perjodohan ini" ucap nyonya lena
sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan nyonya Lena, Rayya sejenak menarik nafas panjang lalu melepaskan dengan perlahan
"Raya dan mas Deril tidak saling kenal, kami dua orang asing yang akan menikah, apa mungkin sebuah rumah tangga berjalan dengan baik kedepan nya" balas Rayya
"kami mengerti apa yang Rayya katakan, bukan kah cinta bisa datang seiring waktu" ujar nyonya Lena
Sedangkan Deril hanya diam saja, dia hanya menatap tajam kearah Rayya
Deril keluar dari kamar Rayya dengan wajah merah padam menahan marah dan malu, dia tidak menyangka kalau Rayya akan berani menjawab semua perkataannya
"sial banget hidupku, bertemu wanita kampungan seperti dia, menolak pernikahan ini akan membuat hidupku sengsara" umpat Deril di dalam mobilnya
Malam ini Deril menuju ke apartemen kekasihnya Fina yang saat ini menunggu kedatangan Deril, Fina merasa senang karena bisa menggagalkan malam pertama Deril dengan istri yang tadi pagi dinikahi nya
Tidak berapa lama Deril sampai di apartemen kekasihnya yang sudah menunggunya dengan pakaian dinas nya yang sangat menggoda laki laki normal seperti Deril
"sayang kamu cantik sekali malam ini,aku mencintai kamu Fina" sapa Deril ketika sudah masuk kedalam apartemen Fina
"senangnya aku dikunjungi oleh penganten baru" goda Fina sambil memeluk tubuh tinggi tegap Deril dengan sangat erat, menempelkan dadanya yang saat ini sedikit terbuka
"kamu selalu bisa membuat aku terpesona akan keindahan tu***mu" bisik Deril di telinga Fina dan menggigit kecil daun telinga kekasih nya itu, membuat Fina menjerit nik***
"sayang bagaimana caranya kamu bisa kesini, ini kan malam pertama kamu dengan wanita kampungan itu" ucap Fina
"aku membawa wanita itu kekediaman kami, kami tidak menginap dihotel walaupun tadi papa dan mama memaksa untuk menginap di sana, untung saja wanita kampung itu mau mengikuti apa yang aku inginkan" jelas Deril
Fina membawa Deril untuk duduk disofa yang ada diruangan itu,
"terus kamu bisa pergi dari rumah, alasan kamu apa sampai dia tidak curiga kalau kamu akan kesini?" tanya Fina penasaran
"aku lagi malas membahas wanita itu, aku merindukan mu sayang, puaskan aku malam ini, aku sangat menginginkan kamu saat ini" ucap Deril sambil mengangkat tubuh Fina untuk duduk dipangkuan nya, mereka saling menatap dengan hasrat yang menggelora
Deril mendekatkan wajahnya kebibir Fina yang saat ini sudah siap menerima ciuman panas dari Deril, Deril mengecup bibir Fina lalu menyesapnya dalam dalam melepaskan hasrat yang sudah tidak bisa dia tahan
Terdengar desa*** manja dari bibir Fina, ciuman yang awalnya biasa saja, menjadi sangat menuntut diantara mereka berdua
Dua anak manusia yang tenggelam dalam lautan cinta penuh gelora, yang mereka ciptakan berdua, tangan Deril sudah meraba setiap jengkal tubuh Fina yang sangat menggodanya, mereka bermain diruangan tamu itu melakukan penyatuan tanpa merasa bersalah pada siapapun
Dulunya mereka satu sekolah sekolah menengah atas, Deril memang sudah suka dengan Fina dari dulu tapi saat itu Fina sedang menjalin hubungan dengan pria lain
Fina berprofesi sebagai model, mereka bertemu lagi disebuah club malam, Semenjak pertemuan itu Deril dan Fina langsung dekat dan sekarang mereka menjadi sepasang kekasih
Deril tidak mempermasalahkan masa lalu Fina, karena dia mencintai Fina, dan dia bisa menerimanya, toh Deril juga melakukan hal yang sama dengan Fina
Pergaulan membuat Deril tidak terlalu masalah dengan semua itu, kedua orang tua Deril sudah tahu bagaimana Fina dan Deril menjalin hubungan
Tuan Bramantyo tau Deril sangat keras kepala, dia ingin Deril bisa berubah kalau menikah dengan wanita baik sepeeti Rayya, mereka berharap banyak kepada Rayya
Tapi pada kenyataan nya Deril putra mereka tidak berubah sama sekali, bahkan saat ini dimalam pertama nya Deril malah meninggalkan Rayya tanpa merasa bersalah
"sayang apa kita akan main disini?" tanya Fina
"iya sayang aku sudah tidak tahan" jawab Deril sambil menindih tubuh Fina yang selalu membuat nya puas dengan permainan Fina
Mereka terus berciuman dan saling melumat bibir dan menyesap nya dalam dalam, deril melepaskan semua has*** nya pada Fina, mereka saat ini sudah dalam keadaan sama sama polos siap melakukan penyatuan setelah permainan panas yang mereka lakukan sebelum masuk keinti permainan
Mereka sama sama menj**** dengan keras ketika Deril melakukan penyatuan yang membawa mereka kepuncak kenikma***, setelah cukup lama bergerak dan saling memuaskan
"sayang aku mau sampai" ucap Fina dengan suara putus putus karena aktivitas yang mereka lakukan
"tunggu sayang, kita barengan kelua****" balas Deril dan dia semakin memacu gerakan nya sampai keringat membasahi semua tubuhnya
"aakhhh..." terdengar teriakan keluar dari mulut Fina dan dikuti oleh Deril setelah itu tubuh Deril ambruk diatas tubuh polos Fina, mereka sama sama mengatur nafas agar kembali normal
Deril menghempaskan tubuhnya disamping Fina sambil telentang disofa yang cukup untuk mereka berdua, menatap langit langit diruangan diapartemen Fina
"kamu selalu bisa memuaskan aku sayang" ucap Fina sambil memeluk Deril dan meletakkan kepalanya di dada bidang Deril yang saat ini membalas memeluk wanitanya itu
"kamu juga sayang, kamu hebat aku suka cara main kamu yang selalu bisa membuat aku tertantang untuk menaklukkan mu di ranjang" balas Deril
"aku cinta sama kamu Deril jangan pernah tinggalkan aku ya" rayu Fina dengan suara manja menggodanya
"iya sayang, aku tidak akan meninggalkan kamu, buktinya aku disini malam ini, kamu bersabarlah sedikit sayang, aku akan buat wanita itu tidak betah hidup bersama ku, disaat dia pergi aku akan menikahi kamu"
"tidak ada alasan papa memaksaku untuk meninggal kan kamu lagi sayang, aku harap kamu bisa bersabar untuk waktu yang tidak lama lagi, aku ingin tau, kuat berapa lama wanita itu bertahan didalam pernikahan ini" ungkap Deril
Deril memang dipaksa oleh tuan Bramantyo untuk menikah dengan Rayya dan meninggalkan Fina kelasihnya itu, kalau Deril menolak perintah papanya maka semua fasilitas akan tuan bramantyo cabut semua nya
Deril.mana bisa hidup susah karena sesari kecil dia terbiasa hidup mewah dan serba ada, makanya dengan terpaksa Deril menikah dengan Rayya
Deril sebenarnya juga tau kalau Rayya menikah dengannya juga karena hutang budi kepada keluarganya, disamping papanya dulu diselamatkan oleh pak Fajar
Tapi karena keegoisan nya Deril menyalahkan Rayya, kenapa mau menerima pernikahan, hasil dari perjodohan kedua orang tua mereka
"pasti wanita kampung itu, mengincar harta kekayaan kamu sayang, mau menumpang hidup enak mereka kepada keluarga kamu" tuding Fina
"aku tidak tau apa motif wanita itu mau menerima pernikahan ini sayang, selain perjodohan kedua orang tua kami, tapi yang pasti aku akan membuat dia pergi dari kehidupan ku" balas Deril
"aku akan setia menunggu saat itu tiba sayang, aku akan senang kalau kita akan bersatu dalam ikatan pernikahan aku sangat memimpikan itu sayang" rayu Fina
"terima kasih sayang, aku mencintai kamu" ucap Deril dan dia kembali menindih tubuh polos Fina yang hanya tertawa melihat tingkah Deril dan dia sudah paham apa yang diinginkan Deril
"kita kekamar sayang" ajak Fina dan langsung Deril mengangkat Fina dan berjalan masuk kedalam kamar Fina, selanjutnya mereka mengulangi lagi penyatuan dikamar itu
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!