Valerie membeku di tempatnya, begitu terkejut melihat pacarnya bersama Lili, sepupunya, sedang berciuman di dalam kamar pacarnya tersebut.
Tubuh Valerie nyaris tidak dapat ia gerakkan, melihat pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali.
Valerie mencintai Nico Edmund, dari semester ke dua di bangku kuliah, sampai mereka tamat.
Semua berjalan dengan normal, dan tidak pernah ada sesuatu yang mencurigakan pada hubungan mereka.
Walau selama mereka berpacaran, Valerie membuat batasan dengan hubungan mereka. Usia mereka yang terpaut tiga tahun, Valerie dua puluh dua tahun, sedangkan Nico dua puluh lima tahun.
Valerie berpikir kalau Nico pasti memiliki sikap dan pemikiran yang dewasa, mengingat usia Nico tiga tahun di atasnya.
Jadi ia pikir Nico akan bersikap dewasa, dan akan bersabar dengan hubungan mereka. Jadi ia membatasi sentuhan fisik dengan Nico.
Dan itu ia lakukan, karena perkataan temannya yang mengatakan, kalau Nico bukanlah pria setia, dan tidak pantas untuk di cintai Valerie.
Jadi, ia pun menguji kesetiaan Nico, apakah benar seperti apa yang dikatakan oleh temannya tersebut.
Selama mereka berpacaran, Valerie selalu menghindar, jika Nico ingin menciumnya, dan akan menolak masuk ke dalam kamar Nico.
Valerie selalu mengatakan, tidak ingin menodai tempat tidur pernikahan mereka, sebelum mereka resmi menjadi suami istri.
Menurut Valerie, kalau Nico tulus mencintainya, Nico pasti tidak akan melirik wanita lain, dan akan bersabar melakukan sentuhan dengannya.
Walau ia terlahir dan hidup di ibu kota, ia tidak pernah terpikir untuk melakukan hal, yang biasa di lakukan orang berpacaran pada umumnya.
Sikapnya yang polos melindungi dirinya, dari kata-kata mesra dan ajakan Nico, untuk membawanya masuk ke dalam kamar Nico.
Dan, saat ini! pemandangan yang ia lihat di dalam kamar Nico, akhirnya menjawab apa yang di katakan oleh temannya waktu itu.
Pemandangan yang ada di depan matanya saat ini, membuat ia jadi berpikir, apakah ia salah membatasi diri untuk bersentuhan dengan Nico selama ini?
Sebagai gadis baik-baik, ia tidak ingin masa berpacarannya dengan Nico ternodai.
Seperti apa yang ia lihat saat ini, Nico dan Lili nyaris tanpa berpakaian, berpelukan di atas tempat tidur.
Valerie tiba-tiba merasa mual mendengar suara mendesah Lili, saat tangan Nico menyentuh setiap inci tubuh Lili, yang nyaris bugil.
Tidak tahan lagi, Valerie berbalik, dan berlari pergi dari depan pintu kamar Nico, dengan hati yang begitu sakit.
Bruk!!
Tiba-tiba Valerie menabrak seseorang, dan ia pun terhuyung ke belakang. Valerie merasakan tubuh seseorang yang ia tabrak, begitu keras dan tidak goyah berdiri di tempatnya.
"Aaa...!"
Valerie menjerit tanpa sadar, karena terkejut dan juga karena tubuhnya tiba-tiba melayang ke belakang. Tapi, kemudian dengan reflek ia menutup mulutnya, agar suaranya tidak terdengar oleh siapa pun.
Dan Valerie memejamkan matanya, bersiap merasakan sakitnya tubuhnya akan terjerembab ke lantai.
Tapi, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya berhenti melayang, dan ia tidak jatuh ke lantai.
Valerie diam tidak bergerak, dan perlahan ia membuka matanya yang terpejam.
Setelah matanya terbuka, ia seketika terbelalak kaget, melihat siapa yang menahan tubuhnya, agar ia tidak terjatuh ke lantai.
"Pa.. Paman Nathan" gumam Valerie tanpa sadar.
Ternyata Valerie menabrak Nathan Edmund, Paman Nico Edmund. Pria dewasa yang menurut Valerie sangat dingin, dan sangat di takuti Nico.
Nathan menahan tubuh Valerie, dengan memeluk pinggang kecil Valerie, sehingga wajah Nathan nyaris berdekatan dengan wajah Valerie.
"Ma.. maaf Paman" ucap Valerie gugup.
Valerie juga merasa takut pada Nathan, karena Nico selalu mengatakan kepadanya, kalau Nathan seorang Paman yang kejam.
Dan memang selama ini di lihat Valerie, kalau Nathan selalu terlihat dingin dengan wajah datarnya, dan juga tidak banyak bicara, kalau ia berkunjung ke Mansion Edmund.
Valerie mendorong tubuh Nathan, dan mencoba untuk melepaskan diri, dari rangkulan tangan Nathan pada pinggangnya.
Nathan diam saja mendengar permintaan maaf Valerie, yang terdengar serak, karena sisa tangis Valerie saat berlari meninggalkan depan pintu kamar Nico.
"Pe.. permisi Paman, saya pergi dulu, terimakasih" ucap Valerie pelan, sembari menundukkan wajahnya, tidak berani menatap Nathan.
Setelah Nathan melepaskan Valerie, gadis itu melanjutkan langkahnya dengan cepat, dan terlihat begitu terburu-buru untuk pergi dari Mansion tersebut.
Nathan memandang tubuh mungil Valerie, yang menuruni anak tangga dengan cepat sekali, membuat ia mengerutkan kening melihat gelagat aneh Valerie.
Ia kembali melanjutkan langkahnya, dan akhirnya ia tahu kenapa Valerie terlihat seperti melarikan diri.
Ternyata Valerie melihat pemandangan, yang sangat tidak ingin di lihat oleh gadis kecil tersebut.
Nathan mengetatkan gerahamnya, melihat pemandangan dalam kamar keponakannya tersebut.
Ia melihat Nico sedang berciuman, dan nyaris melakukan hubungan badan, dengan seorang wanita yang Nathan kenal sepupu Valerie.
Brak!!
Nathan menendang pintu kamar dengan kuat, membuat Nico dan Lili terperanjat bukan main.
Mereka melihat Nathan berdiri di ambang pintu, menjulang tinggi nyaris menyentuh ujung pintu, dengan wajah menggelap, dan tatapan mata Nathan yang terlihat begitu dingin sekali.
Mereka reflek menutupi tubuh mereka dengan selimut, dan wajah mereka berdua terlihat begitu pucat.
"Pa.. Paman.. " ucap Nico gemetar.
Plak!!
Nathan menampar wajah Nico, "Laki-laki brengsek! apa yang telah kalian lakukan?!" bentak Nathan dengan suara baritonnya, yang terdengar menggelegar memenuhi kamar Nico.
Tubuh Nico semakin gemetar. Pipinya terasa panas, membuat lidahnya kelu, tidak dapat ia gerakkan untuk bicara.
Bersambung......
Plak!!
Nathan menampar kembali wajah Nico, "Sungguh keterlaluan kamu, Nico! bisa-bisanya kamu selingkuh dengan sepupu Valerie!!"
Nico tidak bisa bicara, ia tampak semakin pucat, begitu juga dengan Lili. Sepupu Valerie itu menundukkan wajahnya yang memerah karena malu.
"Ada apa ini?!"
Terdengar suara seorang wanita, dan di susul oleh seorang pria, menghambur masuk ke dalam kamar Nico.
Karena tendangan kaki Nathan pada pintu kamar Nico, membuat ke dua orang tua Nico jadi datang untuk melihat keributan yang di buat Nathan.
"NICO!!!" teriak Ibu Nico terkejut bukan main, setelah ia masuk ke dalam kamar Nico.
"Apa yang kalian lakukan di sini? kalian.. kalian.. kalian berzina!!" suara tinggi Ayah Nico terkejut juga melihat Nico, yang nyaris bugil bersama Lili.
"Pakai baju kalian! dan turun ke bawah!!" suara kencang Nathan terdengar seperti ingin membunuh Nico.
Brak!!
Nathan kembali membanting pintu kamar Nico, dengan menutup daun pintu dengan kencang, membuat ke dua orang tua Nico terperanjat kaget.
"Nico! apa yang telah kamu lakukan! sejak kapan kamu dan Lili berselingkuh!!" bentak Ibu Nico, Dorothy, dengan mata terbelalak tidak percaya melihat pemandangan, yang ada di kamar putranya tersebut.
"Cepat kalian turun! jangan sampai Pamanmu menghajar mu lagi!!" sahut Benny Edmund, Ayah Nico, dengan suara kencang.
Ia pun bergegas keluar dari dalam kamar Nico, dan disusul oleh Dorothy. Mereka melihat di ruang utama Mansion, Nathan telah duduk di sofa, menunggu Nico dan Lili dengan wajah yang masih menggelap.
Benny dan Dorothy duduk pada sofa panjang, dengan wajah yang masih shock, "Sejak kapan mereka memiliki hubungan, bagaimana kalau Valerie mengetahui hubungan mereka, kita harus rahasiakan dulu, jangan beritahu Valerie..!"
"Valerie sudah tahu!" sahut Nathan memotong perkataan Dorothy, membuat Dorothy dan Benny kembali terkejut.
"A.. apa? sudah tahu? sejak kapan??" tanya Dorothy terkejut.
"Saat Nico dan Lili berciuman di kamar Nico, pintu yang tidak tertutup rapat, Valerie dapat melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan!" jawab Nathan dengan nada dingin dan datar.
"Astaga! dasar anak bodoh! Valerie gadis yang baik, bisa-bisanya Nico khianati!!" Benny memukul tangannya ke tangan sofa.
Mereka serentak menoleh memandang Nico dan Lili, yang telah turun dan berpakaian dengan baik, berjalan ke arah sofa di mana mereka duduk.
"Berlutut!!" sentak Nathan dengan kencang. Ia masih emosi melihat kelakuan Nico.
Dengan gugup dan gemetar, Nico dan Lili perlahan berlutut di lantai menghadap pada Nathan dan ke dua orang tuanya.
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan!!" sentak Nathan dengan kencang, lalu berdiri dari duduknya.
Nico dan Lili terdiam, mereka menundukkan kepala dalam-dalam tidak dapat bicara, karena masih sangat gugup dan takut.
"Jawab!!" bentak Nathan.
Kemudian ia pun berjalan ke depan Nico dan Lili, "Kalian harus segera bertunangan, dan putuskan hubungan mu dengan Valerie, dia tidak pantas lagi berpacaran dengan model lelaki brengsek seperti mu!!"
"Tidak Paman, aku tidak mau!!" tiba-tiba Nico mengangkat wajahnya, dengan raut wajah yang panik.
Lili sontak memandang Nico terkejut, tatapan matanya terlihat marah mendengar penolakan Nico, untuk putus dengan Valerie.
Plak!!
Kembali tangan Nathan menampar wajah Nico, "Dasar sampah! apa kamu tidak bertanggung jawab pada Nona Lili! kamu sudah nyaris membuat dia hamil! apa kamu mau menduakan Valerie?! brengsek!!"
Wajah Nico sampai teleng ke samping, akibat kuatnya tamparan Nathan, dan Nico merasakan betapa panasnya tamparan tangan Nathan.
"Nathan! mungkin wanita ini yang kegatalan merayu Nico! kamu dengarkan dulu baik-baik penjelasan Nico!!"
Tiba-tiba Dorothy bangkit dari duduknya, setelah mendengar penolakan Nico memilih Lili. Dan Lili sontak memandang Dorothy, dengan tatapan mata terbelalak.
Lili tidak senang di katakan wanita gatal oleh Ibu Nico, membuat ia pun bangkit dari berlututnya.
"Dia yang jatuh cinta padaku! dia mengatakan aku lebih cantik dan lebih seksi dari pada Valerie! dia tidak menyukai Valerie karena terlalu kaku, dan tidak bisa menyenangkannya!!" sahut Lili dengan berang, dan dengan suara yang lantang.
Membuat Nathan dan ke dua orang tua Nico terdiam, mendengar apa yang di katakan Lili.
Bersambung....
Wajah datar Nathan terlihat semakin dingin, mendengar apa yang dikatakan Lili, membuat Nico semakin takut melihat aura Nathan, yang terasa seakan ingin membunuhnya.
"Jadi seperti begitu?"
Nada suara Nathan yang dingin, membuat Nico sontak menyeret tubuhnya mundur ke belakang.
"Jadi, kamu sebenarnya tidak mencintai Valerie! tapi kenapa selama ini kamu memberi harapan padanya, seakan kamu mencintainya?" tanya nada dingin Nathan.
"Paman bu..bukan begitu, a.. aku hanya...!"
"Hanya apa? kamu tidak bisa mencari alasan lagi, Nico!!" sentak Dorothy, lalu melempar Nico dengan bantal sofa.
"Ma.. aku.. aku...!"
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" tanya Benny ikut menginterogasi Nico.
"Sudah satu tahun!" jawab Lili tanpa merasa malu sama sekali.
"Astaga Nicooo...!!" mata Dorothy terbelalak, mendengar pengakuan dari sepupu Valerie tersebut.
"Jadi selama satu tahun, kalian berselingkuh di belakang Valerie, kalian harus segera bertunangan dan putuskan hubungan mu dengan Valerie!" sahut Benny.
Sudut bibir Lili diam-diam menyunggingkan senyuman senang, mendengar apa yang di katakan Ayah Nico.
"Papa... aku.. aku tidak ingin pisah dari Valerie!!" Nico berseru dengan lantang, dan menegakkan tubuhnya yang berlutut di lantai.
Wajah Nathan kembali gelap, mendengar apa yang di katakan Nico, membuat ia kembali memberi Nico tamparan yang cukup keras.
PLAK!!!
Tubuh Nico tersungkur kesamping, akibat begitu kerasnya tamparan tangan Nathan.
"Dasar sampah!! Valerie sudah tahu kalau kalian mengkhianatinya! dalam tiga hari ini, kalian sudah harus bertunangan! kamu harus bertanggung jawab terhadap Nona Lili!!" sentak Nathan dengan tajam, dan tegas.
"Apa??" mata Nico terbelalak tidak percaya, "Ba.. bagaimana dia bisa tahu, a.. aku sudah berusaha untuk tidak ketahuan!"
Plak!!
Lagi-lagi Nico mendapatkan tamparan dari Nathan. Nico sedikit pun tidak menjaga kesetiaan nya pada Valerie, dan dengan enteng nya mengatakan hal, yang membuat Nathan kembali naik darah.
"Kalian berdua tidak mendidik putra kalian dengan baik, dengarlah apa yang ia katakan baru saja, mulai hari ini aku memecatnya, dan.. aku tidak akan datang lagi ke mari!!"
Nathan meninggalkan ruang utama Mansion, dengan wajahnya yang masih menggelap.
Nathan tidak tahu entah kenapa, begitu emosi sekali, melihat dengan mata kepalanya sendiri, keponakannya itu mengkhianati Valerie.
"Paman... Paman.. tunggu!!" teriak Nico.
Ia sangat terkejut, karena Nathan memecatnya dari grup Edmund. Kalau ia di pecat, ia akan jadi pengangguran.
Nathan tidak menghiraukan teriakan Nico. Ia memutuskan malam ini, akan pindah ke villa nya, dan tidak akan tinggal lagi di Mansion Edmund.
"Benar kata Pamanmu, kamu pantas di pecat, dan kamu harus segera bertunangan dengan Lili, dan putus dari Valerie!!" sahut Benny dengan kesal, lalu bangkit dari duduknya.
Lalu Benny meninggalkan ruang utama Mansion, kembali ke lantai atas, tanpa memperdulikan lagi suara penyesalan Nico.
Sementara itu, Nathan masuk ke dalam mobilnya. Emosinya masih belum turun, karena memikirkan keponakannya tidak tahu diri.
Ia sampai saat ini tidak pernah terpikat, dengan seorang wanita yang tebar pesona padanya, tapi entah kenapa ia justru memiliki keponakan, yang dengan mudahnya terpikat dengan wanita lain, padahal keponakannya telah memiliki seorang pacar yang cukup cantik.
Dan tanpa berperasaan, telah menjalin hubungan selama satu tahun, di belakang pacarnya.
"Berhenti!" tiba-tiba Nathan berseru kepada Asistennya, saat mobilnya sudah meninggalkan Mansion.
Nathan tanpa sengaja melihat sesosok tubuh kecil di sisi jalan, tidak jauh dari lokasi Mansion, duduk di sebuah bangku taman menundukkan kepalanya.
Mobil berhenti sekitar tiga meter, dari tempat seseorang yang tanpa sengaja di lihat Nathan.
Tubuh tinggi 190 Nathan, keluar dari dalam mobil, dan berjalan menuju bangku pinggir jalan.
Setelah dekat untuk memastikannya, ternyata dugaan Nathan benar sekali. Valerie duduk di bangku pinggir jalan, menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Perlahan langkah kaki Nathan semakin dekat, dan ia pun dapat mendengar suara tangis gadis kecil itu.
Berarti dia berlari sendirian, sampai ke sini? pikir Nathan, melihat tubuh mungil Valerie yang terlihat begitu ringkih, menangis sendirian di tempat sepi tersebut.
"Valerie!" panggil Nathan.
Sontak Valerie mengangkat kepalanya yang menunduk, dan Nathan pun dapat melihat mata merah dan sembab Valerie.
Wajah kecil itu terlihat begitu kusut, dan basah oleh air mata. Nathan memperkirakan, kalau Valerie sudah menangis sejak ia lari dari Mansion Edmund tadi.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!