Brak ...
“Apa! Aku Impoten!”
“Aku tidak seperti yang dituduhkan. Seluruh tubuhku berfungsi dengan baik! Dan untuk saat ini aku memang belum ingin menikah! Jadi jangan paksa aku menikah hanya untuk menghilangkan rumor sampah itu!”
Suara lantang penuh kemurkaan menggema di sebuah ruang makan dari seorang pemuda tampan. Setelahnya meninggalkan ruangan dengan kemarahan.
***
Sementara itu di bagian dapur terlihat dua gadis sedang melakukan hal terlarang yaitu begosip.
Brak ....
Suara meja di pukul keras menggema dari seorang gadis yang berdiri mengenakan seragam pelayan membuat perempuan yang duduk di meja menyimak cerita serius itu terjengkit kaget.
“Ayam ... ayam!” suara pekikan latah terucap dari perempuan bernama Jasmine Putri, gadis yang menjalani pekerjaan sebagai pelayan di rumah megah milik keluarga Raditya.
“Maaf, min. Aku kan hanya melakukan reka adegan suasana pertengkaran tuan besar dan tuan muda di meja makan tadi,” ucap Rena dengan cengiran.
Jasmine mengurut dada, jantungnya seakan lompat ke dasar.
“Kau tahu. Perdebatan kali ini lebih seru dari pada perdebatan yang sering terjadi,” lanjut Rena si biang gosip menggebu.
“Ada rumor beredar, dan tuan besar seakan percaya tuduhan itu. Rumor jika tuan Devan ....”
Rena terdiam sesaat sambil, celingak-celinguk, merasa was-was, jika ketahuan habislah mereka.
“Katanya ... tuan Devan bukan lelaki normal. Dia impoten,” bisik Rena.
Impoten
Mendengar itu Jasmine tercengang dengan mulut terbuka lebar.
Seakan tak percaya pemuda dengan wajah tampan memesona, berkulit putih bersih dan tubuh tinggi tegap, Milyarder di gilai oleh banyak kaum hawa ternyata bukan lelaki normal.
Sungguh sangat di sayangkan.
“Tuan besar menuduhnya karena tuan Devan selama ini tidak pernah dekat dengan satu perempuan pun. Dua bulan lalu tuan Devan menolak di jodohkan dengan Raline padahal mereka kan sangat dekat, sahabat sejak kecil. Raline adalah perempuan yang sangat di idam-idamkan. Raline cantik, tubuhnya bak model. Dia baik hati, kaya pula dia sangat sempurna bak dewi. Tapi tuan Devan tak ingin menikah dengannya. Ini terasa aneh, hanya orang ngak normal yang nolak nona Rali ...."
“Jadi rumor dan tuduhan itu benar, tuan Devan bukan lelaki normal” sosor Jasmine menyayangkan. Menarik kesimpulan dari penjelasan dan fakta yang Rena berikan. Ya, Jasmine mengakui Raline benar-benar perempuan sempurna. Menolak Raline berarti bukan lelaki yang normal, itu juga fikirnya.
Astaga! Benar-benar gosip yang panas.
Mendengar itu Rena berdecak kesal.
“Jasmine! Kau ini juga jangan menarik kesimpulan tentang tuan tampan kesayanganku,” gemas Rena melayangkan kepalan tangannya di bahu Jasmine membuat perempuan itu mengaduh.
“Aduh! Ahh, kenapa kau memukulku!" protesnya mengusap lengan.
“Kau tidak boleh meragukan tuan Devan. Dia pasti punya alasan. Aku dengar tuan Devan tidak mau menikah karena dia terus mencari keberadaan satu perempuan penting untuknya," bela Rena tentang tuan kesayangannya.
"Mencari seorang perempuan!" ulang Jasmine tubuhnya semakin merapat penasaran.
Oh, Rena memang penggosip handal. Tahu semua informasi. "Siapa?" tanya Jasmine tak sabar.
Suasana semakin tegang penuh, rasa penasaran.
“Siapa dia itu bukan urusan kalian!” bentak suara dari arah belakang membuat Jasmine dan Rena terjengkit kaget dengan wajah memucat.
“Bibi Anna!” ucap keduanya. Lalu bangun berdiri di hadapan bibi Anna kepala pelayan.
Oh astaga. Habislah. Mereka akan menerima hukuman.
“Berani-beraninya kalian bergosip di rumah ini. Apalagi tentang tuan Devan!” bentak perempuan bertubuh tambun itu.
“Maafkan kami bibi Anna,” ucap Jasmine dan Rena serentak.
“Kalian telah lancang. Kalian lupa dengan peraturan di rumah ini! Kali ini kalian akan mendapatkan hukuman yang berat,” hardik bibi Anna.
Jasmine dan Rena menarik napas berat. Ah, asik bergosip malah mendapatkan hukuman.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 1 malam lebih. Jasmine dan Rena masih aktif mengerjakan pekerjaan rumah.
“Akhirnya selesai. Ah. Aku mengantuk sekali,” keluh Rena sembari menguap. Mereka baru saja mengepel lantai.
Ya. Hasil hukuman karena telah lancang bergosip tentang anak pemilik rumah, mereka harus membersihkan rumah luas ini hanya berdua. Tentu sangat melelahkan.
“Pergilah tidur. Aku akan membereskan peralatannya,” ucap Jasmine tak tega. Toh tinggal membereskan saja peralatan kebersihan ini.
Tarikan senyum menghiasi wajah Rena.
“Jasmine kau memang sangat pengertian,” ucap Rena memeluk Jasmine erat.
“Sudah. Pergilah,” ujar Jasmine.
Rena pun melangkah meninggalkan Jasmine.
Setelah bayangan Rena menghilang. Jasmine mulai membereskan peralatan kebersihan.
Suara pintu utama terbuka, membuat Jasmine tersentak kaget.
Netra Jasmine menyorot seorang pemuda dengan tampilan acak-acakan yang berdiri di ambang pintu. Namun tak mengurangi nilai ketampanan di wajah itu sama sekali. Ah wajah itu selalu membuat orang terpukau. Anak majikannya ini memang sempurna. Melihat wajah anak majikan adalah hiburan bagi pelayan di rumah ini.
“Tuan Devan,” gumam Jasmine.
Devan menatap Jasmine sekilas, kemudian berlalu. Melangkah sempoyongan masuk ke dalam rumah.
Untuk sesaat Jasmine membatu menghentikan aksinya. Dia jarang sekali bertemu dengan anak tuannya ini. Ya, karena dia adalah pelayan yang menangani dapur.
Bukan pelayan inti seperti Rena dan Bibi Anna yang langsung berhubungan dengan anggota keluarga.
"Selamat malam tuan," sapa Jasmine gugup dengan kepala tertunduk hormat saat Devan berjalan melaluinya.
Jasmine menghirup aroma alkohol yang menguar dari tubuh pemuda itu. Jasmine bisa menebak jika Devan pasti baru pulang dari club malam dan sedang dalam keadaan mabuk. Lelaki itu pasti melampiaskan frustrasi karena tuduhan impotensi dengan alkohol. Harga diri Devan pasti sangat terluka.
Dengan susah payah Devan melangkah menyeimbangkan posisi tubuhnya agar ia tidak ambruk menuju kamar.
Brukkk.
Devan terjatuh di lantai, membuat Jasmine gelagapan.
“Tuan Devan!” pekik Jasmine dengan sigap menghampiri Devan mencoba membantunya.
“Tuan ... Tuan tidak apa-apa?” Jasmine melihat kelopak mata Devan tertutup. Wajahnya memerah.
“Aku lelaki normal!” pekik Devan.
Devan dalam keadaan mabuk berat. Seperti sudah tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan.
“Biar saya bantu tuan ke kamar,” ucap Jasmine kemudian memapah tubuh besar tinggi Devan.
Dengan tertatih Jasmine akhirnya menuntun Devan ke kamar.
Setelah beberapa saat. Napas Jasmine terengah akhirnya Jasmine berhasil membawa Devan masuk ke dalam kamar. Membaringkannya lalu membuka sepatu yang melekat di kaki, setelahnya Jasmine menarik selimut untuk menutupi tubuh Devan.
Jasmine hendak beralu pergi, namun ia tersentak saat pergelangan tangannya di cekal.
“Tuan Devan,” Jasmine mencoba menarik tangannya.
“Aku lelaki normal! Tidak impoten!” rancau Devan kemudian menarik kuat tangan Jasmine hingga gadis itu terhuyung menindih tubuh Devan.
Jasmine membulatkan mata.
“Tuan Devan,” berontak Jasmine panik. Astaga dia bisa di pecat jika ketahuan bersama dengan anak majikannya.
Sekuat tenaga Jasmine berontak, namun Devan tak melepaskannya hingga tak lama. Jantung Jasmine berpacu cepat saat Devan itu telah mengubah posisi mengukung tubuh mungilnya.
Oh astaga apa yang terjadi pada tuan Devan.
“Tuan lepaskan saya,” raung Jasmine.
“Kau akan melihat keperkasaanku sebagai lelaki! Aku akan membuktikannya,” tutur Devan dengan suara serak, geloranya menggebu dan kini memangut bibir Jasmine.
Tubuh Jasmine bak di sambar listrik jutaan volt akan serangan dadakan yang ia terima dari pemuda tampan itu.
Oh Tuhan, anak tuan rumah ini akan melakukan apa pada pelayan seperti dirinya?
“Tuan jangan tuan! Lepaskan saya!” tahan Jasmine mendorong dada anak tuannya yang telah sejak tadi menindihnya, mengecup ceruk lehernya dengan kabut gairah.
“Aku akan memuaskanmu! Kau akan merasakannya! Akan aku buktikan jika aku lelaki perkasa,” ucapnya dengan gelora gairah menggebu. Ya tuduhan tentang dirinya bukan lelaki normal membuat harga diri Devan terluka.
Astaga semakin panik saja Jasmine, anak tuannya akan melakukan sesuatu padanya.
“Tuan Devan, jangan tuan!” Jasmine meronta dalam kungkungan Devan agar tidak melakukan hal tak pantas. Namun tubuh mungil Jasmine terkunci saat kedua tangannya di tahan oleh Devan.
“Tuan tolong jangan!” rintih Jasmine bergetar ketakutan, akan tetapi Devan tak menghentikan aksinya terus mencumbui setiap inci tubuh Jasmine.
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman!” ucap Devan lalu membungkam bibir Jasmine dengan ciuman yang menuntut, membuat Jasmine kepayahan tak bisa bernapas.
“Tuan hentikan!” ucapnya dengan dada naik-turun saat tautan bibir itu terlepas.
Gairah Devan meluap sungguh ia tidak bisa menahan diri seolah ada desiran aneh di dalam dadanya saat menyentuh wanita ini. Rasanya ia tak asing dengan tubuh ini. Tubuhnya begitu mendambakannya banyak.
“Ahhh,” teriak Jasmine saat Devan mulai merobek pakaiannya, melucuti dengan kasar.
“Tuan jangan,” raung Jasmine bercampur dengan isakan, mencoba berontak namun ia kalah tenaga oleh pemuda bertubuh kekar itu, air matanya telah jatuh deras. Masa depannya akan hancur.
Tubuh polos Jasmine telah terpampang nyata. Devan telah berhasil membuka semua pelindung tubuh Jasmine, menatap kulit putih, mulus yang membuat gairahnya semakin tersulut oleh api birahi. Kini giliran Devan melepas kain pelapis tubuhnya.
“Kau akan tahu keperkasaanku!” ucap Devan berkabut gairah tak peduli pada Jasmine, Devan telah di kuasai oleh hawa nafsu tidak peduli dengan rintihan Jasmine.
Puas mencumbui Jasmine, Devan membuka paha Jasmine lebar mulai memosisikan dirinya. Devan mengarahkan kejantanannya ke pusat inti Jasmine, membuat gadis ini semakin terisak sembari meremmas sprei kuat saat merasakan ada sesuatu yang mendorong untuk masuk.
“Ah,” pekik Jasmine kesakitan saat milik Devan mencoba memaksa memasukinya namun ternyata sangat sulit.
Setelah mencoba beberapa kali dengan sentakan keras, Devan telah menyatu.
“Ah ...” pekik Jasmine saat selaput daranya terkoyak, tangisannya semakin kencang Saat merasakan sesak, penuh, sakit berbaur menjadi satu di inti tubuhnya.
Darah yang menetes kini telah menjadi tanda jika Jasmine telah hancur pertahanannya roboh.
Devan mulai menggerakkan pinggul, memompa berpacu mengejar kenikmatan. oh sungguh tubuh ini terasa nikmat hangat dan begitu mencengkram miliknya kuat.
“Aku telah hancur,” batin Jasmine dengan air mata terus mengalir dari sudut pipinya. Anak majikannya ini telah merampas kehormatan yang selama ini dia jaga.
Bagaimana dia nanti akan menjelaskan pada keluargannya di desa jika dia sudah tidak suci lagi. Apa masih ada pemuda yang akan menerimanya sebagai istri?
****
“Memalukan!”
Suara berat penuh kemurkaan menggelegar, memenuhi ruangan kamar. Dari seorang berdiri di ujung tempat tidur.
Jasmine menggeliat pelan mengumpulkan separuh nyawa, badannya terasa remuk redam, terutama tubuh bagian bawah. Ia pun perlahan tersadar mulai membuka kelopak mata sayu menyadari hari telah pagi.
Apa yang telah terjadi padanya?
Jasmine menurunkan pandangannya, mengamati tubuh polos yang berada di balik satu balutan selimut dengan Devan.
Astaga ....
Memori Jasmine berputar mengingat apa yang telah terjadi. Oh, tidak! Semalam dia telah menghabiskan satu malam dengan pemuda itu, yang tak lain adalah anak pemilik rumah.
Ya tuhan
Deg ...
Wajah Jasmine seketika memucat, belum lagi hilang keterkejutannya berada dalam pelukan anak majikannya. Kini jantungnya seakan terjun bebas ke dasar perut.
Melihat lelaki paruh bayah menatapnya dengan kemurkaan.
“Tu ....Tuan,” ucap Jasmine terbata dengan tubuh bergetar ketakutan.
Tamatlah riwayatnya. Dengan cepat mencoba menjauhkan tubuhnya dari Devan.
Pemuda yang berada di samping Jasmine pun mulai menggeliat tersadar dari tidurnya. Memegang kepalanya yang terasa berat.
"Devano Kaisar Raditya" sentaknya.
“Papa,” Devan terjengkit kaget mendengar suara menggelegar dari papanya, dengan cepat mengubah posisi menjadi duduk.
“Apa yang telah kalian lakukan?” bentak lelaki paruh baya bernama Bagas Raditya.
“Kau tidur dengan pelayan!” geram Bagas.
“Pa.”
Mendengar itu seorang perempuan ikut masuk ke dalam kamar.
“Ada apa Mas?”
Netra membola saat melihat ke arah ranjang sepasang anak manusia duduk di atas kasur dengan selimut menutupi tubuh polosnya.
“Jasmine,” seru perempuan itu terkejut melihat pelayan, berada bersama dengan putra tirinya.
Jasmine tertunduk dalam, saat perempuan bernama Mayline yang tak lain nyonya rumah ini itu menatap dirinya. Sungguh rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini. Rasa malu, kecewa, merasa bersalah tersemat dalam dirinya untuk Mayline karena telah tidur dengan anak majikannya. Walau dia sama sekali tak menginginkannya.
Brukk ...
Suara benturan keras terdengar. Membuat kepanikan.
“Papa!” pekik Devan saat melihat papanya telah terjatuh di lantai. Tak sadarkan diri.
“Mas,” jerit Mayline. “Mas bangun! Buka matamu!”
Bagaimana selanjutnya like, coment, vote
“Meniduri pelayan adalah aib yang sangat memalukan. Bagaimana cara agar nama baik keluarga Raditya tidak hancur karena kejadian ini!” kilas kenangan beberapa saat lalu.
Di ruangan rumah sakit, Jasmine duduk merenung dengan kepala tertunduk, meremas kedua tangannya di atas paha. Irama jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Pikiran Jasmine mengudara di atas kepala tentang apa yang telah Ia lalui bersama dengan Devano Kaisar Raditya yang notabene anak majikannya.
Jasmine adalah gadis desa yang datang ke kota untuk menempuh pendidikan namun Kenapa dia malah harus terjebak skandal dengan anak pemilik rumah.
"Sah!"
Satu kata sah membuat Jasmine tersentak dari lamunannya. Tubuhnya seketika merosot lemas. Kini dia telah menjadi istri dari Devano Kaisar Raditya pemuda tampan bergelar Ceo Maxwork.
Oh Ya Tuhan, keberuntungankah ini atau kemalangan? Haruskah dia bersyukur menikah dengan pemuda sempurna seperti Devan?
Sama seperti Jasmine, Devan yang duduk di sampingnya, baru saja melepaskan jabat tangan seorang lelaki yang bertindak sebagai wali hakim untuk mengikrarkan ijab qabul dengan pelayan yatim piatu yang katanya hanya memiliki nenek di dunia ini.
Devan terlihat memasang wajah dingin. Tak ada gurat senyum bahagia khas pengantin baru di wajahnya. Dia menjanjikan mengiyakan menikah untuk kesehatan papanya yang telah berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit akibat terguncang kejadian satu malam dengan pelayan.
Dan kini malah terjebak menikah untuk secepatnya. Ahh, Sial.
Kilas beberapa saat lalu terkenang saat papanya harus di larikan ke rumah sakit karena syok dengan apa yang telah ia lihat.
Ya ampun, siapa yang tidak terkejut anak tunggal kebanggaan, tumpuan harapan tidur dengan pelayan. Dunia serasa runtuh.
“Kau telah melakukan hal yang tidak pantas! Begitu banyak wanita kenapa harus pelayan di rumah ini,” ucap Bagas Raditya dengan lemah berbaring di ranjang rumah sakit.
“Maaf Pa,” ucap Devan dengan rasa sesal. Oh andai ia tidak mabuk dan membuktikan dia lelaki normal, ini semua tidak akan terjadi. Ia tuduhan bahwa ia pria tak normal membuat harga dirinya terluka hingga melampiaskannya ke alkohol.
“Tapi papa jangan pikirkan itu dulu. Pikirkan kesehatan papa. Papa akan menerima pengobatan terbaik di luar negeri. Aku akan mengurus keberangkatan papa ....” ucap Devan.
“Kau harus menikahinya,” sela Bagas mengambil keputusan.
Apa ... menikah.
Bak di sambar petir di siang bolong Devan mendengar keputusan Bagas.
Menikah dengan pelayan! Oh tidak mungkin.
“Pa. Berikan saja dia uang yang banyak. Toh papa sudah melihat aku membuktikan jika aku tidak seperti yang papa tuduhkan. Aku lelaki normal,” ucap Devan.
Bagas menarik napas panjang. Menyesalkan mengapa Devan melakukan pembuktian kepada pelayan di rumahnya.
“Kalian telah tidur bersama, melakukan hal yang tidak pantas. Bagaimana jika nanti perempuan itu sampai hamil! Papa tidak mau dia, mengandung penerus keluarga Raditya tanpa adanya pernikahan," jelas tuan Bagas.
"Pa, aku tidak ingin menikah!”
“Kau harus bertanggung jawab dengan apa yang telah kau lakukan! Jangan membantah lagi!” tekan Bagas sembari menekan dadanya yang terasa sakit.
“Devan. Pikirkan kesehatan papamu. Jangan berdebat dengan papamu lagi,” sosor Maylin perempuan yang berstatus ibu sambung yang sejak tadi mendengar pembicaraan mereka. Raut wajahnya memasang cemas.
Tangan Devan terkepal. Suara perempuan itu membuatnya seakan ingin meledak. Namun ia harus menahan diri. Ia tidak mau kesehatan papanya terganggu.
Devan menarik napas berat mencoba menguasai dirinya.
“Pa. Baiklah. Aku akan menikah setelah papa pulih sepenuhnya,” ucap Devan putus asa. Mengiyakan menikah saja, rasanya dia ingin gila apalagi harus menikah dengan pelayan.
“Kau tidak perlu menunggu kondisi papa membaik. Papa ingin kau menikah sekarang. Papa tidak ingin kau menundanya. Lebih cepat lebih baik,” balas Bagas. Ada kecemasan menggelayut di hatinya. Devan akan berubah pikiran jika dia menunda.
“Pa,” sangkal Devan.
“Van. Turuti keinginan papamu. Agar mama secepatnya bisa membawa papamu ke luar negeri untuk menjalani pengobatan,” sela lagi Maylin.
Devan mengeram semakin mengepal buku-buku tangannya terlihat memutih mencoba menahan amarahnya saat ibu tirinya lagi-lagi ikut campur bahkan mendesaknya. Tatapan Devan penuh dengan kilat amarah pada ibu tirinya.
Namun saat ini dia bisa apa? Nyawa papanya menjadi taruhan.
Dan di sinilah dia sekarang ruang perawatan yang telah di sulap menjadi tempat pernikahan. Tubuh Devan merosot lemah, pandangannya kosong. Apa yang telah dia lakukan, dia baru saja mengikrarkan pernikahan. Dia benar-benar telah menikah dengan pelayan ini.
Oh sungguh Devan berat menerima kenyataan ini.
Bagaimana selanjutnya?
Like, Coment,vote ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!