NovelToon NovelToon

Istri Kedua

#1 Prolog

Namaku Luna Gadis Atmananda.

Aku dibesarkan oleh kedua orang tua kandung yang masih utuh dan satu orang kakak perempuan yang sudah menikah. Orang tuaku tak mendukung pendidikan sebagai pokok utama di kehidupanku. Sehingga aku menjadi egois akan impianku. Bekerja keras demi membayar uang semesteran, makan dan kosan.

Entah nasib baik atau buruk, aku ditawari bekerja saat aku mempunyai pekerjaan di toko bunga. Entah mengapa wanita ini menyukai dan mengagumi karangan bungaku. Dan akhirnya dia merekrutku kedalam team pekerja di rumahnya yang besar sebagai penata bunga dan pengurus kebun. Dan entahlah dewi fortuna memang sedang berpihak padaku, aku tak perlu ngekos lagi karena ia membolehkan ku menempati rumahnya sebagai pekerja dan mendukungku untuk kuliah asalkan pekerjaanku beres semuanya.

🦋🦋🦋

Luna berjalan-jalan di sekitar rumah majikannya itu yang begitu besar. Dirinya selalu pergi ke kebun atau taman belakang untuk melihat tumbuhan yang ia tanam juga bunga-bunga yang sudah ia urus hampir tiga tahun terakhir. Majikannya sangat baik kepadanya. Namanya Ibu Nida. Dia sangat menyukai bunga dan Luna yang ahli dalam bidang itu karena orang tuanya mengajari bagaimana merangkai dan menanam bunga dengan baik.

Karena tuntutan tugas kampus dari mata kuliah yang Luna ulang, Luna harus mencari suatu lukisan yang bisa Luna deskripsikan sendiri. Masalah perulangan matakuliah bukanlah karena Luna mahasiswi yang bodoh. Tetapi karena saat semester enam Luna sangat sibuk tugas dan bekerja, terlebih mata kuliah ini berada di hari jumat sore, ia jadi sering mangkir dari kelasnya.

Luna mencoba berjalan ke dapur dan mendapati desain dapur yang begitu bagus. Disana ia mendapati lukisan bunga teratai yang indah dengan tulisan kecil disudut kiri 1950. Artinya lukisan tersebut dibuat pada tahun 1950. Ia mulai mendeskripsikan lukisan itu dan memfoto lukisannya untuk essainya. Keesokan malamnyapun sama, ia mencoba mencari nama pelukis itu dengan flash dari handphonenya.

"Siapa disana?" Suara lelaki yang membuat dirinya meloncat dan bersembunyi.

Luna langsung buru-buru bersembunyi dan menutup mulutnya agar tidak terdengar nafas yang keluar. Namun mas Anggara anak dari majikannya itu menemukan Luna dan memarahinya.

"Sedang apa kau malam-malam begini disini?" Sentaknya yang membuatku takut

"Ma maaf tuan, saya ..." ucap Luna

"Kamu? Siapa kamu? " ucapnya dengan memicingkan matanya.

"Sa.. saya.. Luna.. saya disini pegawai nyonya Nida.." ucapnya dengan tergagu.

"Ohh.. orangnya mamah" ucap Anggara sembari menyunggingkan bibirnya

"Buatkan saya teh hangat. Antarkan ke ruang tamu. " ucap Anggara berlalu. Luna tak mengerti untuk apa dia dapat titahan yang sama sekali bukan tugasnya. Namun apalah dayanya, tuannya itu menyuruhnya bagaimanapun juga Luna harus melakukan semua perintahnya.

"Ini tuan.. maaf saya sudah lancang.. saya akan jujur " ucap Luna meletakkan teh hangat dan menundukam kepalanya.

"Saya.. sedang mencari nama pelukis yang melukis lukisan di sudut sana, apa anda tahu siapa yang melukisnya?" Ucap Luna

"Ohh.. memang untuk apa kau menanyakan itu?" Ucap Anggara cuek sembari menyeruput tehnya.

"Saya.. ada tugas dari kampus, maaf bila saya lancang tapi saya butuh-" ucap luna namun di potong oleh anggara.

"Buyut saya yang lukis. Namanya Frans Gibson" ucap Anggara lelaki yang sudah menikah itu.

"Te terima kasih.." ucapnya

"Karena saya sudah memberi tahu, besok setiap saya pulang kerja tolong buatkan teh yang seperti ini ya. Tehnya sama rasanya seperti almarhum nenek saya yang buat. " ucap Anggara meninggalkan Luna yang kebingungan.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Hai!! Kenalin saya Luna🖤

Haii saya Anggara, mereka bilang saya tampan dan rupawan😊

Hallo readers, seperti janji saya akan membuat cerita Luna temannya Nadine.

Hihi maaf bila ada kesalahan kata🖤

#2 TAMAN BUNGA RUMAH GIBSON

Hallo good people..

Ini novel saya yang ke-2, tetapi masih amatiran juga😂

Bijak dalam membaca karya saya ini ya..

Terimakasih🖤

Penulis

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Hari Sabtu sore, memang sudah tugas Luna untuk menyirami tanaman. Terbentang luas tanah belakang rumah besar milik keluarga Gibson ini, sangat indah dengan tanaman bervarian dengan jenis dan warna yang indah. Luna menyirami tanaman dengan riang. Entah kenapa bila bersangkutan dengan tanaman, suasana hati Luna menjadi tenang dan tentram.

Aroma tanah basah menguar di udara taman belakang. Luna yang lumayan banyak fikiran, dengan tenang ia menikmati suasana sore hari yang cerah ini.

Dari menyiram, kini Luna memetik daun-daun yang sudah kering. Juga memetik bunga yang siap untuk ia rangkai seadanya.

Tring

ponsel yang tidak terlalu hype namun termasuk kategori ponsel pintar yang Luna punya, mengeluarkan bunyi notifikasi.

Zahwa: Bisa keluar gak lo? Sini ke kedai gua bantu, malem minggu nih. Seperti biasa gue kasih lo makan dan upah.

Luna tersenyum bahagia membaca pesan dari temannya itu. Buru-buru ia membawa karangan bunga yang sudah ia rangkai ke ruang santai. Luna melangkahkan kaki ke paviliun belakang, keren sekali bukan bila rumah besar ini menyediakan kamar-kamar khusus pekerja disana.

Luna mencuci mukanya dan mengganti baju dengan setelan casual. Menenggerkan slingbag nya menyamping dari bahu kanan ke pinggang kirinya. Melangkahkan kaki jenjangnya ke pagar tinggi yang menutupi istana megah ini.

Dengan lihai tangannya menghentikan angkot jurusan 'margahayu-ledeng' dan turun di setiabudi tepat didepan kedainya Zahwa yaitu "waroeng ijah"

"Hallo jah!!" Sapa Luna pada Zahwa dengan panggilan khasnya yang kini berada di balik meja kasir.

"Eh oy.. bisa keluar juga lo?" Ucap Zahwa

"Iyadong.. rame juga nih" ucap Luna melihat sekeliling. Luna mendapati pelanggan menaikkan tangannya mengisyaratkan akan memesan atau sekedar memanggil pelayan.

"Eh tuh lo kesana, sini tas lo.." ucap Zahwa

"Ok .. " ucap Luna memberikan tas kecilnya dan mengambil kertas dan pulpen.

Luna memang sering membantu kedai teman SMA nya itu, kadang juga ia menjadi team di eo temannya amel dan menjadi asisten dokter kulit di homecare nya Nadine.

Banyak peluang pekerjaan yang Luna punya dengan kemampuan dan skill yang ia miliki juga fisik yang terlihat sehat dan fresh. Walaupun dirinya termasuk rakyat di kalangan menengah kebawah, tapi kulitnya terurus karena sering diberi skincare dari Nadine dan baju-baju bekas yang cuma-cuma teman-temannya berikan untuknya.

"Akhirnya beres juga.." ucap Zahwa sembari helaan nafasnya yang panjang. Kedai Zahwa sudah tidak terlalu ramai hanya beberapa pengunjung saja yang masih berada disana.

"Alhamdulillah .... " ucap Luna yang sudah duduk juga di depan Zahwa.

"Lun.. makasih ya.. gue tf besok pagi " ucap Zahwa sembari tersenyum manis.

"Iya jah, santuy.. gue juga lagi gada kerja-.." ucap Luna namun mengingat ada tugas yang ia harus bereskan dan deadline nya tengah malam ini "eh.. gue ada tugas gila gue lupa! " ucap Luna sembari berdiri dari duduk santainya.

"Tugas apaan?.." ucap Zahwa sembari mengerutkan dahi

"Itu.. ada deh pokonya essai dari dosen gue " ucap Luna melangkahkan kaki ke belakang kasir dan membawa tas kecilnya.

"Gue pamit ya jah.. thanks kerjaannya! kalo ada yang bisa gue bantu telfon aja .. " ucap Luna berlalu.

"Yaaa tiati! " ucap Zahwa berteriak dan kembali merebahkan badannya di sisi meja.

Luna menunggu ojek online di depan minimarket karena ia juga harus membeli camilan malamnya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ia sedikit panik karena tinggal hanya satu jam lagi waktu deadline nya.

Hingga akhirnya Luna sampai di rumah besar majikannya itu, membuka laptop yang sudah dipenuhi stiker himpunan mahasiswa dan beberapa ukm juga stiker clotingan. Melanjutkan essai nya namun tidak tepat waktu. Ia berhasil mengirimkan essai itu pada jam 00.03.

"Shit! Telat tiga menit *******! " ucap Luna mengumpati dirinya sendiri. Luna memutuskan untuk tidur di malam minggunya itu dengan mencuci muka terlebih dahulu, menggunakan skincare malamnya dan mengganti celana.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Pukul 07.20 hari minggu pagi, Luna terbangunkan dari tidurnya oleh ketukkan pintu kamar.

"Lun... bangun... " ucap pria suara sedikit ngebas dibalik pintu kamar luna. Luna bangun dan menggapai kunci pintu dan membukanya.

"Luna.. begadang yah? Atau pulang kerja subuh? " ucap Reno yang juga sama pekerja disana hanya saja dia di bagian logistik, artinya dia yang melayani jasa angkut-angkutan di rumah besar itu. Reno sendiri juga bernasib sama yaitu anak rantau dari Sulawesi, hanya saja dirinya disetujui dan didukung oleh keluarganya untuk bersekolah. Ia anak hukum.

"Eh Ren.. iya nih semalem kerja deadline. " ucap Luna dengan santai sambil mengucek matanya.

"Yaudah mandi gih, ada kerjaan.. nyonya Nida beli pohon baru, kamu harus bantu aku letakinnya dimana.. si kurir lagi otw sini dari arah lembang sana " ucap Reno

"Buat dimana itu pohon? Yaampun padahal pohon udah banyak " ucap Luna

"Didepan.. katanya sih dia pengen buat taman deket garasi dan pengen ada pohon yang agak besar " ucap Reno

"Yaudah.. mandi dulu yak " ucap Luna. Renopun mengiyakan dan berlalu menuju halaman depan.

Dengan bantuan para kurir juga tukang kebun yang datang dari toko, Luna menata ulang taman disana disaksikan nyonya Nida. Agak ribet memang memindahkan pohon yang sudah hampir besar, namun apapun itu nyonya Nida pasti bisa mewujudkannya.

"Luna .. hari ini kita tata ya taman baru didepan.. " ucap Nida.

"Siap nyonya.. " ucap Luna dengan antusias.

Luna dibantu para pekerja logistik dan nyonya Nida sendiri menata taman yang akan dijadikan tempat bersantai. Tanaman hias lebih mendominasi dan beberapa tanaman dibelakang ia pindahkan.

"Saya pengen taman belakang dikhususkan buat tanaman buah atau sayur saja.. disini bunga semua.. " ucap Nida.

"Baik bu.." ucap Luna

"Nanti kamu tanamin ini ya Lun, dibantu siapa ajalah yang lagi nganggur hari ini. Ini tomat, cabai dan lain-lain. Saya juga pengen ada pohon duren dibelakang. Nanti saya minta dari toko langganan kirim pohon itu besok." Ucap Nida. Memang tak lelah Nida mendekor dan menanam tanaman baru. Dengan jiwanya yang nature ia sangat menyukai tanaman. Namun hal itu tak membuat Luna keberatan, karena majikannya yang selalu menitahnya ketika ia sedang senggang dari perkuliahan yang selalu ada padat dan kosongnya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Luna mencoba mengorek-ngorek tanah di taman belakang. Memasukkan benih yang nyonya nya perintahkan. Dengan denah yang sudah Nida gambarkan, ia dengan sangat mengerti tata letak sang tanaman akan tumbuh.

Keasikannya bercocok tanam, Luna yang mengalunkan suara merdu dari mulutnya itu terhenti saat tangan kekar menepuk bahunya. Luna menoleh dan itu adalah tuan Anggara yang Luna sendiri tidak terlalu sering melihatnya di rumah besar ini. Namun dirinya sempat mengobrol menanyakan tuan rumahnya ini kepada pekerja lain, dia adalah tuan Anggara Putra Gibson. Ia sudah menikah dan mempunyai apartemen mewah dipusat kota, namun entah kenapa dirinya akhir-akhir ini sering pulang ke rumah besar.

"Kemarin malam kemana?" Ucap Anggara.

"Eh tuan.. kemarin? " ucap Luna yang heran.

"Lupa? " ucap Anggara. Luna berfikir dan mengingat kembali.

"Oh iya maaf tuan, saya ada pekerjaan mendadak diluar.. saya juga tidak melihat tuan ada dirumah " ucap Luna.

"Saya ada kok. Lihat kamu di taman belakang sini waktu lagi siram tanaman, tapi malah gaada cari saya " ucapnya dengan datar. Luna bingung harus berkata apa sekarang selain pinta maafnya.

"Yasudah buatkan teh yang kemarin ya.. kerjaannya tinggal dulu, saya pengen bersantai disini. Anter ke kursi sana ya " ucap Anggara sambil menunjuk ke arah kursi taman. Luna hanya bisa mengangguk, berlalu mencuci tangan dan membuatkan teh hijau.

Dengan teh diatas baki kayu, ia sodorkan minuman itu pada tuannya diatas meja. Dengan sopan dan rengkuhan badannya.

"Ini tuan ... " ucap Nadine sopan.

"Terimakasih, satu bulan penuh ini saya akan di sini. Saya minta, buatkan saya teh setiap hari ya pagi dan sore. " ucap Anggara.

"Baik tuan" ucap Luna tanpa bantahan. Padahal dirinya ingin protes, karena ini bukan bagian pekerjaannya.

"Angga.. kamu ngapain disana? Lagi godain asisten kebun mama ya?! " ucap Nida dengan suara semakn mendekat.

"Apaan si bunda! Saya lagi minta teh juga dibilang ganjen!" Ucap Angga dengan nada sedikit kesal.

"Kok mintanya ke Luna sih? Kan ada Lala bagian dapur kamu gimana si " ucap Nida duduk disebelah Anggara yang memangku macbook nya.

"Lala siapa sih ah! Angga cuma minta yang ada aja, lagian tehnya enak " ucap Anggara. Entah kenapa saat mendengat pujian itu, jantung Luna berdetak tak karuan mendengarnya. Apalagi dari Anggara, lelaki tampan dan gagah juga mapan. Namun apalah daya Luna seorang pekerja kebun dan perangkai bunga, tidak lahir di keluarga kaya juga Anggara yang sudah beristri itu tak mungkin dirinya bisa dan lancang menaruh hati.

"Ini mah Luna! Perangkai bunganya bunda. Beda tugas Ngga! " ucap nida

"Yaudah, aku kasih uang deh " ucap Anggara yang tak mau ambil pusing.

"Eh tuan, nyonya. Saya tidak keberatan. Biarikaan saya membuatkan teh untuk tuan Anggara. Hanya satu bulan kan?" Ucap Luna menginterupsi

"Tuh dia aja gak keberatan. Udalah bunda, lagian bunda selalu sibuk sama dunia perkebunan itu. Gasempet selalu buatin aku minum!" Ucap Angga mengadu

"Yaudah terserah deh! Ohiya Luna, ini anak saya namanya Anggara yang waktu itu saya bilang udah nikah seminggu sebelum kamu datang kesini. Dia lagi disini, istrinya lagi keluar negeri. Harap maklum yah agak ribet emang orangnya." ucap Nida. Luna mengangguk dan meminta izin kembali ke pekerjaannya. Anggara yang terfokus pada tulisan punggung Luna "Fakultas Komunikas dan Desain .... ", Anggara tidak bisa membaca tulisan selanjutnya. Tetapi ia tidak peduli dengan itu.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Gimana nih? Masih perkenalan ya good people, semoga kalian suka akan cerita novel saya kali ini🖤🖤

Yang betah yaa jangan lupa klik like buat cerita Luna🖤

Jangan lupa klik like nya buat saya yang ganteng ini. Aduh jadi kangen istri.. cepet pulang dong !!!!

Sabar ya mas Anggara😂

Tuh good people, jangan lupa klik like☺️🌻

Terimakasih sudah membaca chapter ini, salam sayang- nanda🖤

#3 ALIBI KOMPETISI

Happy reading good people🖤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Anggara Putra Gibson. Warga Negara Indonesia keturunan Jawa dan Kanada. Hidupnya dipenuhi dengan kekayaan namun terkadang dia juga pusing punya uang tapi buat apa? Ntahlah, yang pasti kekayaan dan tahta yang ia punya adalah warisan dari keluarganya yang jaya.

Dari buyutnya yang mengadakan usaha bisnis rempah-rempah di Indonesia dengan sang istri, melahirkan anak yang bernama Richard Gibson ayah dari Anggara sendiri dan menikah dengan Nida Widyaningsih asli turunan jawa. Anggara mempunyai adik lelaki bernama Adhitama Putra Gibson, ia masih duduk di bangku kuliah. Soal tampang, ia tidak jauh dari kakaknya yang tampan dan rupawan. Pokoknya bila ada wanita yang mendapati tatapan kakak beradik ini, dengan otomatis ia langsung tertarik dan jatuh hati.

Anggara yang saat ini mempunyai hobby yaitu touring bersama komunitas moge nya, ia sering pergi keluar kota untuk berpartisipasi. Jiwanya yang masih muda padahal sudah menginjak 28 tahun ini, tak kenal lelah akan dunia yang sering berubah ini. Namun dirinya masih anggota baru, masih belum tahu ada hal spesial apa didalamnya.

Suatu ketika, Anggara berkumpul dengan anak-anak mogenya. Dia mempunyai motor harley, yang menjadi cinta kedua sesudah istri didalam hidupnya.

"Bro.. udah denger belom kabar dari senior?" Ucap Bima salah satu anggota club tersebut.

"Apaan? Palingan juga skandal sama cabe-cabean kan?" Ucap Riko yang sambil menghirup lintingan tembakau.

"Bukan.. ada kompetisi lagi nih di awal bulan. Katanya siapapun yang berhasil punya istri kedua dari awal Desember kemarin sampe akhir Januari tahun depan, dia bakal dikasih lambo! Gila gak tuh! " ucap Bima. Teman-teman yang ada disana Dino, Riko, Zamzam dan Anggara tersedak akan ucapan Bima.

"Kompetisi macam apa itu? Gua nikah aja belum! " ucap Zamzam.

"Yaa dikhususkan dengan yang udah nikah lah! " ucap Bima.

"Kalo gue sih.. ini gak masuk akal! Ini mah nguji kesetiaan namanya *** " ucap Dino

"Ya.. menurut gue sah sah aja sih.. cuma harus ada alasan biar lo punya istri dua. Seperti yang di amanatkan oleh agama kita. Bukan nafsu belaka, tapi bisa dari rasa iba pada calon istri kedua kan?" Ucap Bima panjang lebar.

"Hadeuh udalah bro, kita fokus event tahun baru aja.. biarin para senior om om aja yang ikutan " ucap Zamzam.

"Apa emang tiap tahun ada kompetisi konyol kek begini?" Tanya Anggara.

"Oh jelas.." ucap Dino antusias, "malah tahun kemarin, siapa yang bisa goda dan tidur bareng istri om pras, dia langsung dikasih satu apartemen loh" ucap Dino.

"Udalah Ngga, lo jangan mikirin para otak senior kita. Mereka tahun depan juga lengser kok! Kita mah fokus adain event touring aja. " ucap zamzam. Anggara pun mengiyakan dan mereka kembali berdiskusi.

Sesampainya dirumah, Anggara mendapati istrinya yang sedang memasukkan baju-baju kedalam koper.

"Kamu mau kemana sayang? " ucap Anggara.

"Eh bby udah pulang? Ini aku mau nemenin beberapa anak buat wakilin kampus ikut olimpiade. " ucap istri Angga yang bernama Silvi

"Berapa lama? Dan kemana?" Ucap Anggara penasaran.

"Philipina terus ke China udah gitu kalau menang terus bisa jadi juara dunia. Doain aja ya " ucap Silvi lagi

"Trus kamu disana berapa lama?" Ucap Anggara ulang

"Paling telat, dua minggu sampe satu bulan sayang.."

"Apa? Jadi kamu mau ninggalin aku di sini selama itu?" Ucap Anggara terkaget. Istrinya hanya mengangguk.

"Maaf tapi ini demi anak-anak. Aku harus melakukan tugasku sebagai divisi luar negeri. " ucap Silvi terkekeh. Anggara hanya berlalu dan langsung kekamar mandi untuk mandi menyegarkan tubuhnya.

Disini Anggara memang emosi. Ia baru pulang kerja, tak ada sambutan khusus, tak ada teh atau kopi dan Silvi sendiri tidak mengabari suaminya terlebih dahulu untuk pergi keluar negeri.

Dengan berat hati, Anggara harus mengizinkan istrinya pergi. Tapi dirinya akan diam di rumah orang tuanya. Maka dari itu disinilah ia berada. Dirumah orang tuanya yang selalu ramai oleh pekerja yang kadang mereka tak mengerti mengapa mereka bisa bekerja disana walaupun hanya sekedar tukang lap kaca, tukang listrik, tukang angkut barang ataupun tukang rangkai bunga seperti Luna.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Hari senin pagi, Luna memang sudah tidak terlalu sering ke kampus karena dirinya hanya mengikuti tak banyak mata kuliah karena selain bimbingan atau kelas seni rupa yang semester kemarin mendapat nilai D gara-gara dirinya tak hadir ujian.

Luna memutuskan untuk bertemu dengan Nadine dan Zahwa dikedainya. Nadine sudah duluan lulus, hanya saja dirinya jurusan psikologi namun Luna sering dibantu oleh Nadine untuk penyelesaian skripsi.

Tetapi saat Luna akan melangkahkan kaki ke gerbang yang menjulang tinggi itu suara pot dari tanah liat pecah dan sengaja ada yang meretakkannya. Luna langsung menghampiri taman baru yang berada di halaman depan.

Luna mendapati Anggara yang sedang emosi. Mukanya merah, tangannya mengepal, dadanya naik turun dengan cepat dan giginya ya rapat membuat Luna menyimpulkan bahwa majikannya yang ia damba karena ketampanannya ini sedang marah.

"Maaf tuan.. bila sedang emosi sebaiknya tuan menenangkan diri.. jangan seperti in-" ucap Luna baik-baik namun dipotong oleh Anggara dengan sentakkan, Luna kaget dengan perkataan dan nada bicara Anggara.

"Istri saya selingkuh gimana saya bisa tenang?!!!" Ucapnya sembari menatap ke Luna.

Luna hanya bisa menunduk, ia langsung permisi untuk pergi namun Anggara menahannya.

"Buatin saya lemonade.. ke ruang tengah" ucap Anggara sambil berlalu. Luna yang merasa dirinya dititah saat bukan jam tugasnya merasa sedikit kesal. Namun walau bagaimanapun, ia harus menuturi majikannya yang sedikit keras kepala itu.

Disodorkannya minuman sesuai keinginan majikannya itu dan disambar langsung oleh Anggara. "Saya.. sudah boleh pergi? Tuan?" Ucap Luna dengan segan.

"Hm" ucap anggara mengiyakan. Luna buru-buru pergi berlari dan langsung memegat angkot dengan tas yang ia kantungi laptop juga beberapa kebutuhan lain, ia dengan lincah masuk ke dalam angkutan umim tersebut.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Serius?" Ucap Luna yang kala itu memandang Nadine yang telah membicarakan perjodohannya pada teman dekatnya itu. Zahwa yang juga mendengarkan sahabatnya itu, ikut tercengang.

"Iya serius.. gue kadang gak ngerti sama papa gue. Dia dorong gue kuliah dan lain-lain, eh malah nyuruh gue nikah. Buat apa gelar sarjana gue ini!" Ucap nadine mengerucutkan bibirnya sambil mengaduk capuccino minuman yang ia pesan.

"Tapi gak ada salahnya sih Nad. Lambat laun ya cewek emang harusnya di dapur, ngurus suami dan punya anak. Itu udah masa depan terindah, apalagi dicintai sama keluarga" ucap Zahwa yang mencoba mencairkan suasana hati Nadine. Nadine yang berfikir dan hanya memilih diam meneguk minumannya.

"Eh sebenarnya gue juga mau cerita sama kalian "ucap Luna yang juga mempunyai bahan pembicaraan. Nadine mengangkat alisnya mengisyaratkan 'apa, katakan'

"Majikan gue, istrinya selingkuh " ucap Luna dengan antusias. Nadine hanya mengerutkan dahinya. Zahwa juga sama bingungnya.

"Lah terus hubungannya sama kita apa Lun?" Ucap Zahwa.

"Yaa gue cerita aja si soalnya tadi pagi dia malah ngelontarin emosinya ke gue, untungnya gue tahu resep lemonade yang enak dari lo" ucap Luna sembari melirik Zahwa.

Perbincangan mereka sangat ramai, disela dengan membuat story seperti ritual wajib bagi Nadine dan Zahwa untuk itu. Keduanya memiliki followers yang beribu-ribu. Namun Luna yang tak terlalu tertarik dengan itu hanya biasa saja, me re-post story mereka. Padahal dirinya ikut kecipratan followers banyak juga.

🌻🌻🌻🌻

Malam ini Luna benar-benar nganggur dan tak tahu akan melakukan apa. Ia memutuskan untuk mendengarkan lagu di taman belakang nyonya Nida.

Mendengar berita Nadine yang akan menikah, dirinya jadi berimajinasi liar disela kesendiriannya. Bertanya-tanya siapakah pangeran yang akan meminangnya? Menolongnya dari segala derita dan kekacauan hidupnya? Mencintai dirinya apa adanya? Dan pertanyaan lain bersangkutan dengan segala kemesraan yang akan ia dapat bila dirinya menikah.

Luna terkejut kembali saat seseorang menepuk bahunya agak keras. Ia menoleh dan membuka headset nya. Mendapati Anggara yang sudah memakai baju santai.

"Pantesan pake headset. Dipanggil gadenger" ucap Anggara.

"Ada apa tuan? Mau saya buatin teh?" Ucap Luna. Dengan curi-curi pandang, Luna mengagumi wajah tampan tuannya ini.

"Gausah.. saya cuma mau kesini eh ternyata ada kamu " ucap Anggara

"Yaudah kalau gitu saya permisi tuan.. " ucap Luna mengundurian diri.

"Tunggu.. temenin saya disini " ucap Anggara. Luna heran mengapa majikannya yang menyebalkan tiba-tiba sangat hangat padanya.

"Saya mau minta pendapat kamu. Jadi istri saya selingkuh tapi belum pasti kebenarannya. Menurut kamu saya harus apa?" Ucap Anggara.

"Kenapa tuan tanya saya?" Ucap Luna memicingkan sebelah matanya

"Karena.. kamu yang liat saya marah marah tadi pagi. Belum ada yang tahu soal ini " ucap Anggara. "Karena saya masih ragu kebenarannya" sambungnya lagi.

"Kalau gitu selidiki lagi saja tuan, mungkin ini hanya kesalah pahaman." Ucap Luna so soan tahu padahal dirinya pernah diselingkuhi saat SMA.

"Sudah.. tapi fakta membuktikan bahwa benar istri saya dan selingkuhannya itu dekat " ucap Anggara.

"Jadi? Itu keputusan ada di tuan. " ucap Luna.

"Kalau kamu diselingkuhi? Gimana?" Ucap Anggara.

"Saya tinggalin lah.." ucap Luna "karena gaada kesalahan yang lebih fatal dari pengkhianatan " ucap Luna mantap. Anggara mengangguk mengerti.

"Eh tapi.. saya gak maksud menghasut ya tuan" ucap Luna dengan kesadaran dan ketakutan dirinya salah bicara.

Anggara hanya diam saja dan mengingat obrolan dengan teman clubnya tentang kompetisi gila.

"Apa saya nikah lagi aja ya?" Ucap Anggara menatap pada Luna yang tercengang. Luna tak bisa berkata apa-apa dirinya hanya mengerutkan dahi.

"Dengan begitu, saya tetap sama dia tapi dia dapat hukuman yang setimpal " ucap Anggara. Luna tersadar akan ekspresinya.

"Itu bukan ide bagus ... " ucap Luna

"Kenapa?" Ucap Anggara dengan sedikit menarik sudut bibirnya.

"Siapa yang rela dimadu sih?" Ucap Luna

"Orang dia aja selingkuh! Udah pokonya saya mau nikah lagi fiks" ucap Anggara terkekeh dan meninggalkan Luna yang sedari tadi bingung akan sikap majikannya itu.

Luna hanya menatap punggung atletis Anggara, terheran dengan curahan hati dan pendapat Anggara yang gila. Namun apa daya, dia tidak bisa menyangkal karena tuannya sendiri itu memang sangat tampan.

Namun jika benar istrinya berani selingkuh, apa yang ada difikirannya? Sehingga lelaki seperti Anggara masih kurang?

Semua ada alasannya masing masing, dude.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Kangen istri malah diselingkuhin. Awas aja kamu beb, bakal aku balas!!!!

Kasian ya seganteng mas nya diselingkuhin🤭

Thx for reading🖤

Jangan lupa like dan komen pendapat kalian ya😘

Love you, guys❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!