NovelToon NovelToon

Balas Dendam Andini

Bab 1

Air mata Andini terus mengalir disela-sela dia sedang memasukan semua barangnya ke dalam koper yang lumayan besar.

Malam ini adalah malam terakhir dirinya tinggal di sini, suaminya telah menceraikannya dan mengusirnya tadi pagi, dan Andini diberi kesempatan semalam lagi untuk tinggal di rumah suaminya ini.

Subuh nanti Andini sudah harus pergi, tetapi dia tidak tahu harus pergi ke mana.

Andini tidak mau pulang kerumah orangtuanya di luar pulau sana, dia malah ingin balas dendam kepada suaminya yang telah menyakiti dan mengingkari janjinya.

Padahal dulu Sandy berjanji akan terus mencintai dan menjaganya hingga akhir hayat.

Dia diceraikan oleh pria bernama Sandy, yang waktu itu Andini dan Sandy bertemu saat Sandi bertugas di kampung halamannya Andini.

Setelah saling jatuh cinta, mereka pun tidak lama langsung menikah dan Andini ikut suaminya ke kota dan tinggal bersama di sini. 

Andini sakit hati karena suaminya berselingkuh dengan seorang janda muda dan kaya raya.

Semenjak perselingkuhan suaminya, Andini tidak terurus. Badannya kurus, mukanya kusut seperti menua, padahal dulunya Andini adalah perempuan yang sangat cantik, di kampungnya pun merupakan salah satu kembang desa.

*****

Singkat cerita, Kumandang azan subuh telah tiba. Andini bergegas pergi meninggalkan rumah yang kurang lebih sudah tiga tahun dia tempati bersama Sandi.

Andini pun meninggalkan sepucuk surat untuk suaminya yang isi di akhir surat 

"Mas, kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal suatu hari nanti, aku akan datang lagi, tetapi bukan aku yang mencintaimu lagi"

Surat tersebut Andini simpan di atas kasur yang sudah rapi.

Setelah itu, Andini keluar dan berjalan tanpa tujuan, dia hanya berbekal kalung emas seberat 10 gram yang dia dapat dari maskawin nya dahulu saat menikah dengan Sandi.

Andini menyempatkan diri untuk menjual perhiasan tersebut ke toko emas yang ada di pasar tradisional pinggiran kota karena dia tidak mempunyai bekal uang sama sekali.

Setelah itu, Andini mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya yang baru, dia mengontrak sebuah rumah yang sudah lama kosong di pinggiran kota. Rumah tua yang sudah mulai rapuh, dan di belakang rumah tersebut ada tanah kosong sekitar 30 meter persegi.

Sambil membereskan pakaian, Andini pun berpikir dia harus melakukan kegiatan apa untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, dia juga tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bekerja di kota.

Saat siang tiba, Andini pergi ke sebuah minimarket yang kira-kira jaraknya 500 meter dari rumahnya untuk membeli perlengkapan sehari-hari. Dia juga membeli makan di warung makan untuk sarapannya. Karena dari pagi dia sama sekali belum makan apa-apa.

Tetapi di warung makan tersebut, ada tulisan membuka lowongan sebagai pelayan untuk pelanggan.

Tanpa ragu, setelah makanan dibungkus, Andini langsung menanyakan ke pemilik warung makan tersebut yang sedang menyiapkan uang kembalian.

"Mohon maaf Bude, apa benar di sini ada lowongan pekerjaan?"

Pemilik warung yang kira-kira berusia 50 tahun tersebut langsung menjawab sambil menatap Andini.

"Kamu mau kerja di sini?"

"Em. Iya saya mau kalau memang ada lowongan pekerjaan di sini."

"Nama kamu siapa?"

"Nama saya Andini Bude."

"Oh. Boleh, kamu tinggal di mana Dini?"

"Saya baru Bude tinggal di daerah di sini, saya merantau dari luar kota, jadi baru mau cari pekerjaan."

"Oalah, ya sudah kalau memang kamu serius, mulai besok kamu bisa kerja sama saya di warung makan ini."

"Beneran saya bisa langsung kerja?"

"Iya benar, besok kamu datang pagi-pagi ya, soalnya warung ramai saat pagi hari, banyak orang yang sarapan."

"Em. Baiklah Bude, terima kasih banyak, Alhamdulillah ya Allah."

"Iya sama-sama Andini."

Andini pun pulang kerumah dengan perasaan tenang karena dia sudah memiliki pekerjaan walaupun hanya sebagai pelayan di warung makan.

Andini juga mulai melakukan perawatan diri lagi perlahan-lahan. Ya maklum lah, dia kan sekarang seorang janda, jadi punya hasrat dan keinginan untuk mencari seorang pria lagi untuk menemaninya.

Bab 2

Hari besok pun tiba.

Dengan wajah yang ceria, Andini hendak berangkat dan mengunci pintu gerbang rumah sambil sedikit bernyanyi.

Saat Andini mau berangkat dan hendak melangkahkan kakinya, di depan rumah terlihat pria tinggi dan lumayan tampan. Pria itu juga menatap ke arah Andini karena mungkin baru pertama kali melihatnya di rumah tersebut.

Pria itu bernama Indra, seorang guru sekolah dasar, usianya 30 tahun dan belum menikah.

Indra pun sempat menegur Andini.

"Selamat pagi Mbak"

"Iya pagi"

Jawab Andini sambil melempar senyum

"Mbak nya baru ya tinggal di sini?"

"Iya saya baru kemarin pindah ke sini, jadi maaf ya belum sempet kenal sama tetangga sekitar."

"Oh iya Mbak gapapa. Kenalin Mbak nama saya Indra."

"Oh iya Mas salam kenal ya, nama saya Andini."

Merekapun saling bersalaman dan melempar senyum.

"Mbak nya mau berangkat ke mana nih pagi-pagi begini?"

"Ohh saya mau berangkat kerja, saya kerja di warung makan dekat minimarket sana Mas deket pertigaan."

"Di warung makan Bude Rini?"

"Iya Mas betul di situ."

"Oh, oke oke, tau saya soalnya sering beli makan di situ hampir tiap hari."

"Oh ya? kalo Mas sendiri mau kemana nih?"

"Saya mau ngajar Mbak, saya guru di SD yang ada diseberang sana."

"Ohh gitu ya. Oke deh Mas."

"Gak usah panggil saya Mas, panggil Indra saja, lagian kayanya kita juga seumuran."

"Hmmm Masnya juga panggil saya Andini dong jangan Mbak yah"

"Hmmmm iya deh Andini."

"Yaudah kalau begitu, Indra saya duluan ya."

"Kita bareng saja yuk, toh kita juga searah sampe depan situ."

"Hmmm. Yaudah deh, dengan senang hati."

Mereka pun berjalan sambil lanjut ngobrol-ngobrol.

"Kamu sama siapa Din tinggal di sini?"

"Em. Aku sendirian, aku baru saja pisah sama suamiku, jadi aku gak punya siapa-siapa deh dikota ini sekarang."

"Ohh, maaf deh aku gak tahu, memang kamu asli mana?"

"Iya gapapa ko, rumah orangtuaku jauh di luar pulau sana daerah Sumatera."

"Ohh jauh juga ya, berani juga kamu tinggal sendiri di sini, memangnya itu rumah gak terlalu besar kalau kamu tinggal sendiri begitu?"

"Hmm. Enggak ko, lagian aku ngontrak setahun langsung, dan lumayan murah juga. Tetapi sepertinya itu rumah udah kosong lama ya?"

"Iya itu sudah lama sekali kosong, terakhir sih setahun yang lalu, ya mungkin karena bangunannya sudah tua juga jadi jarang peminat yang mau tinggal disitu."

"Oh pantesan. Iya sih aku juga harus kerja keras kemarin beres-beres nya."

"Kalau kamu perlu bantuan, nanti kabarin aku aja ya gausah sungkan, insyaallah aku mau bantu."

"Hmm. Iya deh gampang, Kamu sendiri asli sini?"

"Aku juga merantau sih, tetapi gak terlalu jauh, aku asli Bandung, baru setahun aku tinggal disini."

"Oh gitu, terus kamu tinggal sama siapa di sini?"

"Aku tinggal sendiri"

"Ohh, aku kira kamu sekeluarga tinggal di sini"

"Aku masih bujangan, keluarga ku ada di kampung semua, makanya tinggal sendiri di sini."

"Oh begitu, oke deh."

"Em. Din, Kayanya kita harus pisah nih, aku duluan ya Din, sampe bertemu lagi nanti"

"Em iya Indra, yaudah sampe bertemu lagi ya. Dah."

"Iya dah."

Mereka pun berpisah dan sampai di tempat kerja masing-masing.

Andini bekerja dengan penuh semangat, di warung makan pun banyak sekali lelaki yang menggodanya, karena sebenarnya Andini memang cantik bila mengurus diri dan berdandan.

Tetapi Andini menghiraukan itu dia hanya fokus bekerja, apalagi ini hari pertamanya bekerja, jadi dia harus serius.

Saat siang tiba, Indra membeli makan di warung makan nya Andini, mereka makin akrab karena Indra juga makan ditempat.

"Indra, kamu tiap hari makan di sini?"

"Gak tiap hari juga sih hanya sering saja, lagian aku gak bisa masak jadi beli terus kalo makan."

"Oh, begitu"

"Oh iya Ini ada nomor handphone ku, kamu tulis ya biar kalau ada apa-apa atau kamu perlu bantuan gampang bisa langsung hubungin aku."

"Hmm iya makasih, nanti aku kabarin deh ya kalau aku butuh bantuan."

"Iya aku tunggu dengan senang hati."

"Iya Indra, yaudah aku mau ke belakang dulu deh ya, kamu kalo mau nambah panggil aku aja"

"Siap nanti aku panggil pasti"

Sepertinya Indra mempunyai perasaan kepada Andini, Andini itu sebenarnya cantik sekali, karena akhir-akhir ini jarang dandan semenjak tidak diperhatikan lagi oleh mantan suaminya.

Bab 3

Singkat cerita malam pun tiba, warung makan mau tutup soalnya sudah jam 20:00.

sebelum pulang, ada pelanggan terakhir seorang pria berusia 30 tahun berbadan besar dan sedikit seram, bicaranya pun agak ngelantur dan aroma mulutnya berbau alkohol.

Dia membeli makanan untuk dibungkus, Andini juga sudah mau pulang Sebenarnya, tetapi dia rela melayani pelanggan terakhir tersebut walaupun sedikit ketakutan juga karena melihat tampangnya.

Setelah itu Andini pun langsung pulang, tetapi tanpa di sangka pria barusan malah berjalan mengikutinya secara sembunyi-sembunyi.

Andini sebenarnya tahu bila di belakang ada yang mengikutinya, tetapi dia berjalan makin cepat dan ingin segera masuk kedalam rumah, ketika sesampainya di gerbang rumah, Tiba-tiba pria tersebut memanggil Andini.

"Mbak tunggu mbak."

"Hmmm. Ada apa ya mas?, mengapa ikutin saya terus?"

"Em, Saya boleh kenalan Mbak?"

"Buat apa Mas?"

"Ingin kenal saja Mbak. Ayolah kenalan saja ko."

"Hmm.. Yaudah Nama saya Andini, saya langsung masuk ya Mas udah malem soalnya

"

"Tapi besok kita bisa bertemu lagi kan Mbak cantik?"

"Iya bagaimana besok saja ya saya mau masuk dulu sekarang."

Andini pun masuk buru-buru ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu dengan mukanya yang sangat ketakutan.

Sekitar 10 menitan, ketika Andini sudah mengganti baju dan siap-siap untuk tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

Andini coba mengintip dari balik gorden jendela, dan Ternyata yang mengetuk pintu adalah pria yang tadi menggodanya, Andini sempat bingung, tetapi pria itu terus mengetuk pintu dan membuat Andini sangat tidak nyaman.

Dengan memberanikan diri, Andini pun membuka pintunya, niatnya sih mau bicara baik-baik agar dia pulang dan tidak mengikutinya terus seperti ini..

"Mau apalagi Mas?"

"Saya boleh mampir gak Mbak?"

"Udah malem Mas, gak enak diliat orang, besok saja ya."

Tiba-tiba pria tersebut menutup mulut Andini dan langsung menyeretnya ke dalam rumah, kemudian pria itu mengunci pintu rumah dari dalam, dia juga memaksa dan menyeret Andini untuk masuk ke dalam kamarnya,

"Diem kamu!, saya minta baik-baik malah diusir."

"Jangan Mas jangan, saya mau diapain?. Jangan macam-macam mas, tolong!"

Andini terus menggerakkan tubuhnya dan melawan, tetapi pria itu lebih kuat dari dirinya.

"Sudah diam saja tak usah banyak omong, percuma kamu gak akan bisa teriak, lagian rumah ini jauh dari tetangga, udah pasrah saja kamu"

Pria itu sudah gelap mata, dia juga sedang mabuk berat, matanya merah dan mulutnya bau sekali dengan alkohol.

Pria itu ingin sekali menikmati tubuhnya Andini yang sekarang memakai piyama yang lumayan tipis, pria itu terus berusaha dan menyeret Andini ke dalam kamarnya.

Andini terus dipaksa dengan cengkraman yang begitu kuat. Pria ini terus saja mencoba mendorong Andini sampai Andini jatuh ke kasur dan menindih tubuhnya.

"Jangan Mas jangan!. Kalau kau mau menikmati tubuhku silakan saja, asal jangan kasar seperti ini aku gak mau."

Pria tersebut langsung bengong setelah mendengarkan penawaran Andini yang tiba-tiba. Dan perlahan mengendurkan cengkraman tangannya.

"Hmm baiklah, tetapi kau harus berjanji jangan sampai teriak meminta tolong."

"Iya janji, cepat lepaskan!. Silakan saja sepuas mu menikmati tubuhku."

Pria itu pun melepaskan Andini dari tindihan tubuhnya. Andini kini telentang sambil menangis. Dia merasa tidak pernah dihargai oleh semua pria di dunia ini.

Pria itu kembali menindih Andini secara perlahan sampai-sampai menciumi dan meraba beberapa bagian sensitif dari tubuh Andini.

Tanpa disangka, Andini sebenarnya hanya berpura-pura menyerahkan seluruh tubuhnya. Dibalik bantal Andini, ternyata ada sebilah pisau yang sangat tajam yang sengaja ditaruh Andini untuk berjaga-jaga.

Dahulu, Andini ini sempat berniat untuk membunuh suaminya, karena dia sering di siksa hingga dijadikan budak seks oleh suaminya.

Apalagi semenjak perselingkuhan suaminya, Andini makin tak terkendali untuk membunuhnya. Tetapi itu semua belum sempat terjadi, karena masih ada rasa cinta Andini kepada suaminya.

Maka semenjak itu dia selalu menyimpan pisau tajam di bawah bantal tidurnya untuk melindungi diri. 

Disaat pria itu menjilati bagian dada Andini,

"Hmmm. Mulus sekali tubuh mu ini, nikmat sekali emmmmm."

Sambil menangis dan penuh amarah, Andini pun langsung menancapkan pisau tajam nya tersebut tepat di kepala belakang pria bejat itu.

Pria itu langsung terjatuh tak berdaya, Andini langsung mendorong nya ke arah lantai, kemudian Andini langsung mencabik-cabik pria itu dengan pisau sampai wajahnya tak berbentuk karena berlumuran darah.

Pria itu sekarat tetapi dia masih bisa tersenyum sambil berkata terbata-bata.

"Ternyata kau lebih kejam dariku Andini."

"Kau yang kejam setan, manusia sepertimu harus musnah dari dunia ini anjing cuih" (Andini berkata sambil meludahi muka pria tersebut)

Andini makin menjadi jadi, dia langsung menggorok pria tersebut sampai urat lehernya terputus. Dan akhirnya pria itu tewas seketika dengan sangat mengenaskan.

Tetapi di sini Andini menjadi panik dengan apa yang sudah dia lakukan. Dia kebingungan harus bagaimana. Kabur pun tidak mungkin dan pasti akan ketahuan juga nantinya.

Akhirnya Andini menyeret mayat pria tersebut ke kamar mandi.

Kemudian, Andini mengambil golok yang berada di dapur. Di kamar mandi, dengan sangat kejamnya Andini memotong semua bagian tubuh pria itu dan memasukannya kedalam plastik sampah berwarna hitam.

Tetapi setelah itu, Andini sempat bingung harus membuangnya ke mana. Dia belum hafal juga daerah sini.

Akhirnya mau tidak mau dia harus menggali tanah di belakang rumah kontrakannya. Lubang nya tidak terlalu dalam hanya satu meter, asal cukup untuk mengubur jasad tersebut yang sudah berantakan bagian tubuhnya.

Setelah selesai mengubur, Kuburan itu pun dia tutupi dengan dedaunan kering supaya tidak dicurigai.

Semuanya selesai sampai jam 12 malam, sampai kuburan terlihat rata seperti tanah sediakala.

Setelah itu, Andini membereskan kubangan darah yang ada dikamar nya sampai kamar mandi, Andini pun mencuci sprei dan juga baju yang dikenakannya karena terkena percikan darah yang sangat banyak.

Kemudian Andini menyemprotkan minyak wanginya sampai habis di seluruh ruangan. Karena untuk menghilangkan bau amis darah yang begitu menyengat. Sampai akhirnya Andini ketiduran di ruang tengah karena saking capeknya.

***

Keesokan harinya, Andini terlambat masuk kerja. Dia terbangun jam 08:30. Dia sudah terlambat setengah jam.

Andini pun langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk berangkat kerja. Tak lupa dia juga mengunci rapat-rapat pintu dan gerbang rumahnya.

Singkat cerita sesampainya di warung makan, Andini di tegur oleh Bude Rini. 

"Aduh Andini, baru saja sehari kamu sudah telat."

"Maaf Bude aku kesiangan."

"Hmm. kamu kenapa kok pucat begitu, kamu sakit bukan?"

"Iya maaf Bude, semalem saya gak bisa tidur karena gak enak badan, mungkin karena efek obat jadi saya tertidur pulas. Tapi sekarang sudah sedikit enakan kok, maaf yah Bude."

"Kalau sakit jangan dipaksain Din, kamu istirahat saja gapapa ko."

"Enggak ko, aku gapapa aku kuat."

"Hmmm yowis deh tapi kalau gak kuat bilang ya jangan dipaksa."

"Hmmm iya Bude siap."

Disaat Andini sedang melayani beberapa pelanggan yang sedang sarapan, tiba-tiba ada seorang pria bertato menanyakan ke semua orang.

"Ada yang melihat Badrun gak semalem?"

Andini pun menjawab.

"Badrun siapa ya mas?"

"Ini mbak dia tuh temenku, semalem habis beli makan dari sini terus dia gak balik-balik lagi sampe sekarang."

"Em. Semalem sih memang ada yang beli di sini sebelum warung tutup, tetapi saya gak lihat lagi Mas habis itu."

"Orangnya kaya gimana mbak?"

"Badannya sih besar dan pakai jaket jeans, tapi ngomongnya agak ngelantur begitu sih, mulutnya juga bau alkohol."

"Nah itu iya mbak. Mbak bener gak lihat dia lagi?"

"Bener Mas, soalnya saya juga langsung pulang sih jadi nggak tahu dia ke mana."

"Hmmm. Ke mana ya itu orang, aneh banget."

Andini pun disitu merasa panik sekali. Dan setelah mendengar dari orang-orang diwarung, ternyata Badrun ini bisa dibilang seorang preman di daerah sini, dia sehari-hari suka markir kendaraan dengan temannya yang barusan di minimarket samping warung makannya Bude Rini.

"Hmm pantes saja kelakuannya bejat begitu" Dalam hati Andini.

Andini hanya pura-pura tersenyum seolah-olah dia nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

***

Jam makan siang pun tiba. Warung Bude Rini ramai dipenuhi orang yang makan siang. Indra juga datang dan ikut makan siang di warung itu. Dia menyempatkan ngobrol juga dengan Andini sambil makan.

"Din, tadi pagi aku gak liat kamu? Pintu juga masih terkunci dan lampu luar masih menyala"

"Em, aku kesiangan Dra, malem aku gabisa tidur karena ga enak badan, jadinya kesiangan tadi juga sempet ditegur sama Bude"

"Ohh pantas saja. Tapi sekarang udah baikan?"

"Sudah ko, habis banyak gerak malah jadi enakan badannya."

"Hmm. Syukur deh kalau begitu."

Setelah makan, Indra pun pamitan kepada Andini. Dan mengingatkan kembali.

"Din, jangan lupa ya kalau ada apa-apa kabarin aku aja."

"Iya Indra makasih, tapi aku masih bisa sendiri ko sekarang. Gapapa kan?"

"Hmmm ya gapapa Din. Tapi kapan-kapan aku ajak kamu main keluar boleh?"

"Hmmm nanti aku kabarin lagi deh ya."

"Em, siap deh aku tunggu ya."

Sebenarnya Andini masih sangat takut kepada laki-laki, tapi Andini merasa kayanya Indra orangnya tulus, dia juga kan seorang guru masa kelakuannya gak bener.

Singkat cerita, malam pun tiba. Andini pulang seperti biasa, Saat Andini sedang membuka kunci gerbang, tiba-tiba ada orang mengagetkannya dari belakang.

"Hei"

Padahal ternyata itu Indra, Andini sedikit panik matanya merem seperti ketakutan dan sedikit menjerit.

"Kamu kenapa Din?, ini aku Indra."

"Ya ampun Indra, kirain aku siapa."

"Maafin aku ya Din, udah udah kamu tenang ya!"

Andini pun reflek langsung memeluk Indra, sepertinya dia trauma dengan kejadian semalam.

"Kamu jangan ngagetin aku lagi kaya begitu!"

"Iya iya aku minta maaf ya."

Setelah sedikit tenang, Andini mengajak Indra masuk dan menunggu di teras luar. Andini juga keluar lagi sambil membawakan minum untuk Indra. Kemudian mereka mengobrol.

"Din, kamu kenapa sih ko bisa sampai panik seperti itu?"

"Gak tahu, mungkin aku trauma."

"Trauma?"

"Em enggak ko."

"Ko enggak sih, jadi aneh kamu ini."

"Udah ah, kamu mau kemana Indra malem-malem gini?"

"Aku jalan-jalan aja, sekalian kali aja ketemu kamu."

"Hmmm. Aku boleh ngomong ga?"

"Ngomong saja Din kan kita memang lagi ngobrol ini."

"Aku ini kan Janda, memang kamu mau deketin aku yang seorang janda ini."

"Emangnya mengapa kalau janda?"

"Ya nggak kenapa-kenapa sih, tapi kan janda itu suka dipandang sebelah mata, aku saja suka di godain sama cowok-cowok gak jelas Kalau di warung."

"Emangnya aku juga keliatan cowok gak jelas ya hmm?"

"Ya Mudah-mudahan sih enggak "

"Hmm pantes saja tadi aku kagetin kamu sampe segitu paniknya. Kamu pasti takut banget ya?"

"Ya begitu lah. Yaudah kamu pulang gih udah malem, gak enak nanti kalau ada orang liat."

"Hmmm iya deh, tapi kalau ada apa-apa tetep ya kabarin aku "

"Ih bawel ya kamu ini. Iya nanti aku kabarin Indra."

"Hmmm. Yaudah aku pamit deh. Assalamu'alaikum."

"Iya Waalaikumsalam."

Setelah Indra pergi, Andini pun masuk. Dia sedikit senang sih sebenarnya, sepertinya Indra memang beda dengan pria lain, Andini juga merasa sedikit degdegan dengan hatinya saat ini.

sebelum tidur, Andini menyempatkan untuk mengecek kuburan nya Badrun dan selalu menambahkan tumpukan daun di atasnya agar tanahnya seperti biasa lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!