"Menikahlah dengan anak saya. Maka saya akan memberikan uang senilai tiga ratus juta yang kamu butuhkan untuk biaya operasi ibu kamu!"
Sebuah tawaran yang terdengar menggiurkan di telinga Arneta, tidak langsung diterima mentah-mentah oleh Arneta. Walau saat ini ia sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ibunya, namun Arneta tidak ingin menerimanya begitu saja.
"Kenapa Bapak meminta saya menikah dengan anak Bapak?" Arneta bertanya pelan. Ingin tahu alasan atasannya itu meminta hal demikian kepada dirinya.
Tuan Keenan menatap lurus ke depan dengan pandangan yang nampak kurang bersahabat. "Wanita yang akan menjadi calon istri anak saya tiba-tiba menghilang. Padahal acara pernikahan mereka tinggal menghitung hari. Sampai saat ini keberadaannya juga tidak kunjung ditemukan."
"Jadi, maksud Bapak saya diminta menjadi istri pengganti, begitu?" Karena pada dasarnya Arneta adalah wanita yang cerdas, membuatnya mudah untuk menyimpulkan maksud perkataan Tuan Keenan.
"Saya tidak bermaksud ingin memanfaatkan kamu. Hanya saja, saya tidak ingin menahan malu karena pernikahan anak saya batal dan diketahui oleh banyak orang. Jika kamu mau menerima tawaran saya, maka saya akan memberikan uang itu saat ini juga. Saya juga akan menjamin hidup kamu dan ibu kamu untuk ke depannya."
Arneta terdiam. Berpikir beberapa kali untuk menerimanya. Karena tidak ingin mengambil keputusan secara tergesa-gesa, Arneta meminta waktu sampai besok pagi untuk memberikan jawaban pada Tuan Keenan.
**
"Keadaan ibu kamu semakin mengkhawatirkan. Saya harap kamu segera mengambil keputusan untuk operasi ibu kamu." Suara dokter yang menangani ibunya terdengar mengkhawatirkan di telinga Arneta. Jika dokter sudah berkata demikian, itu berarti penyakit yang diderita ibunya sudah semakin serius. "Jika kamu tidak segera mengambil keputusan, saya takut nyawa ibu kamu tidak bisa diselamatkan."
Perasaan Arneta semakin cemas. Hanya Bu Maria keluarga yang ia punya di dunia ini. Arneta tentu tidak akan sanggup bila kehilangan ibunya itu. "Saya akan menyiapkan seluruh biaya untuk operasi ibu saya. Saya mohon agar dokter segera mencarikan pendonor ginjal yang cocok untuk ibu saya."
"Apa kamu yakin?" Dokter Demas memastikan. Dia tahu Arneta kekurangan biaya. Dokter Demas ingin lebih memastikan jika Arneta tidak main-main dengan perkataannya.
Arneta mengangguk yakin. Dia turut menjanjikan waktu untuk melunasi seluruh biaya pengobatan dan operasi ibunya nanti.
"Aku gak punya pilihan lain." Lirih Arneta. Cuma ada satu jalan agar ia bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya. Yaitu dengan menerima tawaran dari Tuan Keenan untuk menikah dengan putra bungsunya.
Setelah mengambil keputusan, Arneta segera menghubungi Tuan Keenan. Menyampaikan keputusannya untuk menerima tawaran Tuan Kenan. Keputusan yang diambil Arneta lantas membuat Tuan Keenan lega. Karena dia tidak harus berpikir panjang lagi untuk mencari jalan keluar atas permasalahan putranya saat ini.
"Ibu, apapun akan aku lakukan demi ibu bisa sembuh." Lirih Arneta seraya menatap sendu wajah Bu Maria yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sejak beberapa bulan yang lalu.
Keesokan harinya, Arneta menjumpai Tuan Keenan di dalam ruangan kerjanya. Baru saja duduk berhadapan dengan Tuan Keenan, dia sudah diminta untuk membaca surat perjanjian yang sudah Tuan Keenan persiapkan untuk dirinya.
Arneta membaca dengan seksaman surat perjanjian itu. Setelah memastikan jika tidak ada hal yang merugikan dirinya jika ia menandatangani surat perjanjian tersebut, Arneta segera membubuhkan tanda tangan di sana.
"Bisakah saya meminta uangnya sekarang juga, Pak? Saya membutuhkannya untuk segera membayar biaya operasi ibu saya."
Tanpa pikir panjang, Tuan Keenan segera mengirimkan nominal yang sudah ia janjikan pada Arneta. Melihat notifikasi mobile banking di ponselnya, membuat Arneta lega. "Terima kasih banyak, Pak."
Tuan Keenan mengangguk. Walau Arneta belum melakukan tugasnya dengan baik, namun Tuan Keenan tidak pikir panjang untuk mengirimkan uang pada Arneta. Pasalnya, Tuan Keenan percaya pada Arneta jika wanita itu tidak akan lari dari tanggung jawab. Bila pun nanti Arneta mempermainkan dirinya, akan sangat mudah bagi Tuan Keenan untuk membuat Arneta menyesali perbuatannya.
"Tuhan... semoga ini adalah jalan terbaik yang aku ambil untuk menyelamatkan nyawa ibu." Lirih Arneta dalam hati.
Setelah mendapatkan uang dari Tuan Keenan, Arneta dipersilahkan untuk segera mengurus biaya operasi ibunya di rumah sakit. Sementara Tuan Keenan, menyampaikan pada Nyonya Rossa jika ia sudah mendapatkan solusi terbaik atas permasalahan anak mereka saat ini.
**
"Apa, Papa memintaku untuk tetap melanjutkan pernikahanku walau Sheina belum ditemukan sampai saat ini?!" Elvano— pria yang akan menjadi suami Arneta itu nampak tak terkejut dengan keputusan Tuan Keenan.
Tuan Keenan mengangguk cepat. "Kamu akan menikah dengan wanita lain. Jadi kamu tidak harus menunggu Sheina sampai ditemukan!"
"Apa?!" Semakin kaget saja Elvano mendengarnya. "Aku gak mau, Pah. Aku akan tetap menunggu Sheina sampai ditemukan baru akan akan menikah!"
Brak
Gebrakan meja yang dilakukan oleh Tuan Keenan membuat Elvano terjingkat. "Kamu gak diminta untuk memberikan penolakan ataupun penawaran, El! Selama ini Papa sudah banyak menuruti keinginan kamu termasuk untuk menikah dengan Sheina. Dan untuk sekarang, kamu yang harus mengikuti keinginan Papah!"
"Tapi, Pah..." Elvano masih saja ingin memberikan penolakan walau sang papa sudah berkata dengan tegas.
"Tidak ada tapi-tapian. Turuti perintah Papa atau kamu Papa coret dari ahli waris Papa! Bukan hanya itu saja, jangan pernah kamu anggap lagi Papa dan Mama kamu sebagai orang tua kamu!" Ancaman Tuan Keenan terdengar tidak main-main. Elvano pun dibuat bungkam seketika.
"Sudahlah, El. Turuti saja apa perkataan Papa kamu. Sheina sudah membuat keluarga kita sakit hati dengan kabur di saat hari pernikahan kalian sudah berada di depan mata. Jangan sampai kamu juga membuat Mama dan Papa malu karena orang lain akhirnya mengetahui jika pernikahan kamu batal karena kepergian Sheina!" Nyonya Rossa turut berkata tegas agar Elvano mengikuti perintah dari suaminya. Bukannya tidak sayang kepada Elvano, tapi Mama Rossa yakin jika menikah dengan wanita lain adalah solusi terbaik atas permasalahan Elvano saat ini.
"Tapi siapa wanita yang akan Papa nikahi dengan aku, Pah? Apa Papa yakin jika dia adalah wanita yang baik seperti Shiena? Bisa saja wanita itu bukanlah wanita yang baik untuk aku dan keluarga kita!"
"Untuk masalah itu, kamu tidak perlu memikirkannya. Baik atau tidaknya dia, itu adalah urusan Papa! Anggap saja apa yang kamu terima saat ini adalah konsekuensi atas kesalahan kamu sendiri yang sudah gagal mencari wanita baik untuk menjadi istri kamu!"
Elvano dibuat geram. Seandainya saja dia bisa membantah keras keinginan sang papa, dia pasti akan melakukannya. Namun, sangat disayangkan karena saat ini dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima keputusan sang papa. Apa lagi permasalahan yang terjadi saat ini diakibatkan oleh Sheina. Wanita yang selama ini begitu ia agungkan di depan kedua orang tuanya.
***
Selamat datang di karya baru SHy. Untuk di bab pertama ini, mari berikan dukungan teman-teman dengan komen di kolom komentar dan jangan lupa berikan likenya ya🤗
Hari pernikahan sudah berada di depan mata. Namun, sampai saat Elvano sudah mengenakan pakaian pengantin pria, ia belum juga mengetahui bagaimana rupa calon istrinya. Bukan hanya tidak mengetahui rupa calon istrinya seperti apa, tapi Elvano juga tidak mengetahui asal usul istrinya.
Bukan hanya Elvano, Arneta pun demikian. Dia sama sekali tidak tahu bagaiman rupa calon suaminya. Arneta terlalu sibuk memikirkan operasi ibunya sampai tidak perduli dengan sosok suaminya.
"Kamu cantik sekali, Nona Arneta." Sebuah pujian yang keluar dari mulut seorang make up artist membuat Arneta yang sedang melamun memikirkan Bu Maria lenyap.
Arneta menatap wajah wanita itu dengan senyum. Dia hanya membalas pujian wanita itu seadanya. Jika wanita lain pasti akan bahagia di hari pernikahannya, berbeda dengan Arneta. Dia sama sekali tidak merasakan hal itu. Meski pun calon suaminya adalah pria kaya raya seperti yang pernah ia cita-citakan dulu.
Tak lama berselang, seorang wanita yang bekerja sebagai asisten Nyonya Rossa nampak masuk ke dalam kamar pengantin dan meminta Arneta untuk keluar karena acara pernikahan akan dimulai.
Arneta berjalan sedikit tertunduk menuju meja akad dimana ia akan dipersunting menjadi seorang istri dari pria yang sama sekali tidak ketahui bagaimana rupanya. Sementara sosok yang kini sedang menatap ke arah dirinya, nampak terkejut saat mengetahui siapakah calon istrinya.
"Dia!!" Elvano terbelalak kaget. Tidak menyangka jika calon istrinya adalah wanita yang sangat ia kenal. Karena terlalu acuh dengan pernikahannya, Elvano sampai tidak membaca dengan jelas nama mempelai wanita yang akan ia persunting.
Bukan hanya Elvano, Arneta turut kaget saat hendak duduk di kursi akad dan akhirnya melihat bagaimana wajah calon suaminya. "Elvano..." lirihnya dalam hati. Arneta tidak menyangka jika anak dari Tuan Keenan sekaligus calon suaminya adalah teman kuliahnya dulu.
Di tengah keterkejutan keduanya, mereka diminta untuk fokus mendengarkan sepatah kata dari penghulu sebelum pembacaan akad dimulai. Hingga tak lama berselang, Arneta tersentak kaget setelah mendengar jika mulai saat itu dia sudah sah menjadi istri dari Elvano.
"Apa ini mimpi? Bagaimana bisa aku menikah dengan dia?" Arneta sungguh tidak percaya dengan takdir yang sedang dijalaninya saat ini.
Pukul sebelas siang di saat serangkaian acara akad sampai makan bersama keluarga dan para tamu undangan selesai dilakukan, Arneta dan Elvano diminta untuk beristirahat di dalam kamar pengantin sebelum menyambut waktu malam hari dimana acara resepsi pernikahan mereka akan dilangsungkan.
Baru saja beberapa langkah masuk ke dalam kamar, Elvano menarik tangan Arneta dan menghempaskannya dengan keras. "Bagaimana bisa kau yang menjadi istriku saat ini! Apa yang sudah kau lakukan sehingga Papa memintamu menjadi istriku?!" Elvano bertanya dengan nada sedikit keras hingga membuat Arneta terjingkat kaget.
"A-aku..." Arneta tergagap. Lidahnya terasa sulit untuk difungsikan dengan normal. Setelah sekian lama tidak bertemu, wajah Elvano terlihat sangat menyeramkan hingga membuat dirinya jadi sedikit ketakutan.
"Kau pasti sudah melakukan cara kotor agar bisa menjadi istriku. Dan kau, melakukannya demi uang bukan?!" Tuduhan yang Elvano berikan kepada Arneta membuat hati Arneta sakit. Namun, Arneta tidak bisa membantah tuduhan Elvano karena memang seperti itulah faktanya.
Arneta tidak ingin diam begitu saja. Apa lagi tatapan mata Elvano sudah sangat tajam menatap kepadanya seakan ingin merobek jantung hingga hatinya. "Ya, aku memang melakukannya demi uang." Balasnya seadanya.
Elvano tersenyum sinis. "Sejak dulu kau memang adalah wanita mata duitan. Aku sungguh menyesal menikahi wanita seperti kamu. Lagi pula, kenapa Papa begitu ceroboh mencarikan aku istri wanita malam seperti dirimu? Sudahlah tidak suci, hina pula!" Elvano begitu menggebu-gebu menghina wanita yang baru saja dipersuntingnya itu. Jika saja tidak mengingat ancaman sang papa, mungkin saat ia mengetahui siapakah calon istrinya, Elvano akan membatalkan pernikahan mereka saat itu juga.
"Apa maksudmu? Kenapa kau mengataiku wanita malam?" Arneta tak terima dengan hinaan Elvano kali ini. Walau dulunya ia adalah wanita yang gila uang dan harta, namun, Arneta masih bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita.
Tatapan mata Elvano berubah sinis. "Apa kau pikir aku tidak tahu pekerjaan kotor yang kau lakukan selama ini demi mendapatkan uang, huh? Kau bekerja menjajakan tubuhmu di klub milik Tuan Steven untuk mendapatkan uang!!"
Arneta tersentak. Apa yang dikatakan Elvano memang ada benarnya. Ia pernah bekerja dua malam di klub milik Tuan Steven atas tawaran dari teman sekolahnya. Tapi Arneta tidak menyangka jika saat itu Elvano mengetahuinya. Ingin sekali Arneta menjelaskan pada Elvano alasannya bekerja di sana. Namun, niat itu Arneta urungkan karena pria yang sudah berubah status menjadi suaminya itu begitu menggebu menghina dirinya, bahkan tidak peduli dengan hatinya yang sakit mendengar cacian, makian dan hinaan yang keluar dari mulut Elvano.
Kebencian yang terpendam di dalam hati Elvano pada Arneta, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Bahkan, di malam pertama mereka, Elvano pergi meninggalkan Arneta dan baru pulang di waktu subuh dengan kondisi tengah mabuk berat.
Satu hal yang membuat Arneta bingung dengan sikap Elvano, pria itu akan berubah baik kepada dirinya saat bertemu dengan Tuan Keenan dan Nyonya Rossa. Elvano memperlihatkan kepada kedua orang tuanya jika ia menerima Arneta sebagai istrinya dan menutupi segala kebencian di dalam hatinya pada Arneta lewat sandiwara yang ia mainkan.
Satu minggu setelah pernikahan mereka dilangsungkan, Elvano langsung membawa Arneta pindah ke sebuah rumah yang terbilang tidak terlalu besar dan mewah jika ditempati oleh pria kaya raya seperti Elvano.
"Kenapa rumah ini sepi sekali. Apa di sini hanya ada aku dan Elvano saja?" Arneta bertanya di dalam hati seraya menatap setiap sudut rumah yang masih terjangkau oleh penglihatannya.
Sementara itu, Elvano sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Arneta. Dia mengacuhkan wanita itu hingga akhirnya Arneta jadi bingung sendiri harus menempati kamar yang mana.
"Bukannya aku adalah istri dari Elvano. Jadi sudah seharusnya aku tidur di kamar yang sama dengan dia bukan?" Setelah berpikir demikian, Arneta lekas memasuki kamar yang tadi ia lihat dimasuki oleh Elvano. Namun, baru saja selangkah kakinya masuk ke dalam kamar tersebut, Arneta sudah mendapatkan bentakan yang terdengar sangat keras oleh Elvano.
"Apa yang kau lakukan di dalam kamarku wanita murahan?!" Wajah Elvano terlihat merah padam menatap kedatangan Arneta. Sungguh, Arneta dibuat takut dan gemetar setiap kali melihat tatapan penuh amarah di wajah pria itu.
"A-aku ingin istirahat di sini dan menyusun barangku ke dalam lemari." Cicit Arneta.
"Siapa yang bilang kau akan tidur di kamar ini bersamaku? Kita memang sudah menjadi suami istri. Tapi menurutku, kau tetaplah orang asing yang tidak pantas berdekatan denganku. Karena aku tidak sudi terkena virus dari wanita murahan seperti dirimu. Sekarang juga, pergi kau dari sini!" Usir Elvano dengan berteriak.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak, komen, like dan rate bintang 5nya teman-teman🤗
Arneta selalu dibuat sakit hati setiap kali mendengar hinaan Elvano yang mengatakan dirinya adalah wanita murahan. Namun, walau rasa sakit itu semakin menjalar di hatinya, tak lagi membuat Arneta membantah tuduhan itu. Pasalnya, setiap kali dia berusaha menjelaskan jika hal tersebut tidaklah benar, Elvano selalu memakinya habis-habisan.
"Aku harus tidur dimana?" Arneta dilanda rasa gundah. Dia menatap satu persatu kamar yang ada di rumah itu. Hanya ada satu kamar kosong lagi yang berada di lantai dua. Selebihnya ada di lantai satu. Sepertinya kamar yang berada di lantai satu diperuntukkan untuk tamu yang datang menginap di sana.
Tanpa pikir panjang, Arneta lekas masuk ke dalam kamar yang berada di lantai dua. Untung saja kondisi kamar tersebut sudah berisi beberapa barang perabotan seperti kasur dan lemari sehingga membuatnya tidak pusing harus tidur dan meletakkan barang bawaannya dimana.
Seusai menyalin barang-barang yang ia bawa ke dalam lemari, Arneta merebahkan tubuhnya yang terasa lelah sejenak di atas ranjang. Semebari mengistirahatkan tubuhnya, Arneta kembali mengingat sikap buruk yang acap kali ia dapatkan dari Elvano sejak awal mereka menikah.
"Kenapa Elvano begitu sangat membenciku? Apa karena sikapku di masa lalu yang terlihat sangat buruk di mata orang-orang, membuat mereka termasuk Elvano jadi tidak suka kepadaku?" Arneta jadi bertanya-tanya sendiri.
Jujur saja, Arneta tidak bisa menyangkal jika sikapnya di masa lalu sangatlah buruk. Dia menjalin hubungan dengan para pria kaya hanya untuk memorot harta mereka saja. Dan hal itu sudah menjadi rahasia umum di kampusnya. Namun, dari sekian banyak pria kaya yang pernah menjadi kekasih atau sekedar dekat dengan dirinya, tidak ada nama Elvano yang terdaftar sebagai salah satu pria yang pernah menjalin hubungan dengan mereka.
Bukan tanpa alasan, saat kuliah dulu, Arneta memang tidak tertarik untuk mendekati Elvano. Selain pria itu terlihat sangat cuek pada orang-orang di sekitarnya, di mata Arnet, Elvano juga bukanlah pria yang kaya karena pria itu selalu pandai menutupi kekayaannya dari banyak orang termasuk Arneta. Dan kini, di saat ia sudah mengetahui siapakah Elvano sebenarnya, Arneta sungguh terkejut karena Elvano adalah keturuan dari keluarga ningrat yang memiliki bisnis dimana-mana.
"Aku tidak tahu kehidupan pahit seperti apa yang akan aku lewati ke depannya. Aku hanya berharap, aku bisa melewati semuanya. Dan untuk Ibu, aku berharap Ibu segera sembuh dan bisa kembali berkumpul bersama denganku." Untuk saat ini, hanya harapan sederhana yang diinginkan oleh Arneta. Biarlah pernikahan yang ia jalani bersama Elvano membuatnya tidak bahagia. Yang terpenting, ibunya bisa dioperasi dan sembuh seperti sedia kala.
Malam harinya. Seperti biasanya Arneta akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Semenjak menikah dengan Elvano, pria itu hanya memberikan waktu terbatas untuk dirinya keluar dari rumah. Elvano pun tidak peduli kemana Arneta pergi. Yang terpenting untuk dirinya, Arneta harus pulang di waktu yang sudah ia tentukan.
"Aku pergi dulu." Walau selalu berpamitan pada Elvano kemana pun ia pergi, tak membuat Elvano menghiraukan dirinya. Arneta pun sudah terbiasa dengan sikap acuh suaminya itu dan tidak ingin ambil pusing.
"Awas saja kalau dia berkeliaran dengan pria lain di luar sana!" Gumam Elvano seraya menatap kepergian Arneta. Walau terkesan tidak peduli dengan Arneta, namun Elvano tetap tidak akan terima jika wanita itu berdekatan dengan pria lain. Elvano tidak ingin namanya tercoreng karena kelakuan Arneta yang buruk itu.
Beberapa saat berlalu, Arneta telah tiba di rumah sakit menggunakan ojek online. Mengingat waktunya sangat terbatas untuk menemui Bu Maria, membuatnya bergegas menuju ruangan dimana ibunya berada.
"Arneta..." kedatangan Arneta disambut dengan senyum haru di wajah Bu Maria. Walau hampir setiap hari Arneta datang mengunjungi dirinya, namun Bu Maria tetap saja merindukan putrinya itu.
Arneta membalas senyuman di wajah pucat ibunya itu. Kemudian mengalihkan pandangan pada seorang perawat yang ditugaskan untuk menjaga ibunya selama dia tidak ada di rumah sakit.
"Ibu, ini aku bawain buah-buahan buat Ibu. Dimakan ya, Bu. Biar Ibu cepat sehat." Kata Arneta seraya menahan diri agar tidak menangis melihat keadaan ibunya yang terlihat masih saja mengkhawatirkan.
Bu Maria melukis senyum di wajahnya kemudian meminta Arneta duduk di kursi yang berada di samping ranjang. Tidak banyak hal yang Bu Maria dan Arneta bicarakan selama Arneta berada di rumah sakit. Bu Maria hanya mempertanyakan bagaimana kehidupan rumah tangga Arneta setelah putrinya itu menikah, dan Arneta lagi-lagi membohongi ibunya jika pernikahan yang ia jalani bersama Elvano baik-baik saja.
"Kalau Ibu sudah dibolehkan pulang nanti, Ibu boleh kan tinggal sama kamu dan suami kamu?" Pertanyaan dari Bu Maria beberapa waktu lalu membuat Arneta terus kepikiran hingga akhirnya ia kembali pulang ke rumah suaminya.
"Apa yang harus aku katakan pada Ibu. Elvano sudah pasti tidak akan mengizinkan Ibu tinggal di sini." Lirih Arneta. Masih teringat jelas di dalam benaknya, bagaimana kemarin Elvano menentang dengan keras jika ia membawa ibunya yang sedang sakit tinggal bersama dengan dirinya. Entah apa alasan pasti Elvano melarangnya, yang Arneta ketahui, pria itu tidak ingin kehidupan rumah tangga mereka diikutcampuri urusannya oleh Bu Maria nantinya.
Setibanya di kediamannya kembali malam itu, Arneta tidak melihat keberadaan mobil suaminya di depan rumah. Entah kemana lagi suaminya itu pergi. Padahal, belum sehari mereka tinggal di rumah yang baru. Namun Elvano sudah pergi begitu saja tanpa mengabari dirinya.
"Apa begini rasanya menjadi istri yang tidak dianggap?" Terkadang pertanyaan itu terbesit di benak Arneta. Namun, agar pemikirannya tidak dibuat penuh karena memikirkan hal tersebut, Arneta berusaha untuk tidak memikirkannya.
Saat waktu sudah beranjak tengah malam, Arneta yang tengah terlelap di dalam kamarnya merasa terganggu saat mendengar suara teriakan Elvano dari lantai bawah rumah. Akibat rasa kantuk yang masih terasa mendera, membuat Arneta dengan susah payah keluar dari dalam kamar untuk melihat keributan yang diperbuat oleh Elvano.
"Sheina... Sheina... kamu dimana, Sayang?" Elvano berteriak dengan kedua bola mata yang nampak memerah. Sesekali dia menabrak perabotan yang berada di lantai bawah akibat pengaruh alkohol yang sedang menguasai dirinya.
Arneta menatap suaminya itu dengan mata terbelalak. "Dia mabuk?" Tanpa berpikir panjang, Arneta segera menghampiri Elvano saat melihat pria itu terjatuh akibat menabrak sofa di ruangan tengah rumah.
"Elvano!" Dengan gerakan spontan, Arneta hendak membantu Elvano berdiri kembali. Namun, niat baiknya itu tidak disambut dengan baik oleh Elvano.
"Hei wanita murahan, apa yang kamu lakukan?!" Elvano segera mendorong kasar tubuh Arneta saat Arneta hendak membantunya bangkit dari posisi duduk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!