NovelToon NovelToon

Istri Kedua Ustadz Tampan

Bab 1

Hari yang terasa indah seperti biasanya, namun berkali-kali lebih indah,  ketika melihat senyuman manis dari kedua sudut bibir putri kecilnya, Putri Az-Zahra –putri Lydia Maura yang berusia 6 tahun, putrinya yang selalu memasang wajah ceria.

"Bunda!" Zahra berjalan sambil memegang raport miliknya, mendekat ke arah Lydia.

Lydia yang baru saja mematikan mesin sepeda motor miliknya langsung berjalan mendekat, memeluk tubuh mungil sang putri, yang seharian ini sudah sangat di rindukan oleh dirinya.

"Zahra dapat rangking satu Bunda" pekik Zahra antusias.

Lydia melonggarkan pelukannya, lalu matanya beralih ke arah raport yang di pegang oleh Zahra. Lydia mengambilnya, dan membuka isinya,  matanya langsung berkaca- kaca ketika melihatnya. Dirinya tidak menyangka jika putrinya bisa mendapatkan rangking satu.

"Kamu hebat sayang" ucap Lydia, tangannya membingkai wajah sang putri, lalu mengecupi pipinya yang gembul, membuat Zahra terkekeh geli.

"Bunda ih"

"Cey yang seneng dapat peringkat satu" celetuk Sinta keponakan Lydia, anak dari kakak Lydia.

Lydia mendongak menatap Sinta yang tersenyum tengil ke arah mereka. "Kamu dapat peringkat berapa Sin?"

"Satu lah" sabut Sinta bangga. Lalu setelahnya kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, "tapi dari belakang Buk, hahaha" sambungnya di akhiri tawa.

Lydia mencebikkan ujung bibirnya, "dasar!" Ucap Lydia. Lalu matanya beralih ke arah Zahra, tangan Lydia terulur mengelus surai hitam milik Zahra dengan penuh kasih sayang. "Kamu siap-siap ya sayang, kita ke tempat ayah. Kamu juga harus kasih tau sama ayah kamu, kalau kamu itu dapat juara satu. Biar ayah kamu bangga sama kamu oke"

Kedua sudut bibir Zahra tertarik ke atas, Zahra mengangguk antusias, lalu berlari menuju ke dalam kamarnya.

Lydya menghela nafasnya berat , lalu ingin melangkahkan kakinya pergi, namun suara Sinta membuatnya berhenti.

"Buk aku ikut ya?" mohon Sinta dengan mata yang berkedip lucu.

Lydia menoleh lalu mengangguk, membuat Sinta kegirangan, lalu Lydia langsung masuk ke dalam kamarnya, untuk mandi dan berganti baju lalu, siap-siap pergi.

___oOo___

Menaburkan bunga yang indah di atas rumah seseorang yang masih membekas di dalam hatinya, air matanya terus luluh lantah, membasahi pipinya. Seakan tidak ingin berhenti walaupun sudah di sekanya berulang kali.

Lalu tangannya terulur mengusap nisan yang bertulis nama Muhammad Ridwan. Suami Lydia, ayah dari Zahra yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan.

Lydia menatap langit, tidak sanggup melihat kenyataan yang ada di depan matanya. Tempat baru sang suami mengingat kannya akan kejadian dulu, kejadian yang paling menyesakkan di dalam hidupnya.

"Ayah. Assalamualaikum tampannya Zahra. Cinta pertamanya Zahra. Ayah pasti dengar Zahra, kan di sana. Ayah pasti baik-baik aja. Kata bunda kalau Zahra rajin mengaji dan shalat, Allah memberikan tempat ayah yang indah di sana. Dan Zahra sudah melakukannya Ayah. Zahra rajin shalat, mengaji, dan Zahra tidak pernah lupa mendoakan Ayah" ucap Zahra, tangan mungilnya mengelus nisan Ridwan. Dan pandangan itu tidak luput dari Lydia yang melihatnya.

Lydia tidak henti-hentinya menangis. Termasuk Sinta yang berjongkok di samping Zahra, gadis remaja itu ikut menangis juga.

"Ayah.... ayah .. maaf ya Zahra baru ke sini. Kemarin mau ikut Bunda sama Kakak Sinta kemari, tapi Zahra masih ada ujian. Jadinya baru kemari"

"Oiya! Ayah tau enggak, Zahra dapat peringkat satu loh di kelas, lihat ini" Zahra lalu meraih raport miliknya dan memamerkan nilai-nilainya di dekat nisan Ridwan, seakan Ridwan melihatnya. Dan hal itu semakin membuat Lydia terisak di sana. Zahra sangat merindukan sosok ayahnya. Ayahnya yang selalu memberikannya kasih sayang.

"Ayah. Maaf ya, kalau Zahra harus pulang, ini juga udah sore. Kasihan bunda tuh yang nangis terus kalau ke sini. Bunda kangen banget sama ayah, sama kayak Zahra" ucap Zahra.

Lydia menghapus air matanya , lalu tangannya terangkat mengelus kepala putrinya dengan sayang. "Yuk pulang, tapi kita doa dulu ya buat ayah"

Zahra menganggukkan kepalanya, tangannya menengadah ke atas, di ikuti Sinta , dan Lydia membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an memimpinnya berdoa.

___oOo___

Ciiiiitt...

"Assalamualaikum mbak, saya mau pesan esnya tiga ya," ucap Lydia yang baru saja berhenti di tempat penjualan es di pinggir jalan.

Si mbaknya menganggukkan kepalanya. "Mau rasa apa aja ya?"

Lydia lalu menoleh ke belakang, tanpa turun dari motor miliknya menatap Sinta dan juga Zahra.

"Aku mau rasa coklat Bunda" teriak Zahra menunjuk minuman rasa coklat.

"Aku mau rasa strawberry aja Buk" timpal Sinta.

Lydia menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah mbak penjualnya. "Mbak rasa coklatnya dua, rasa Strawberry-nya satu ya."

Si mbaknya menganggukkan kepalanya. "Baik, tapi tunggu dulu ya kak, soalnya rame banget"

Lydia lalu mengangguk, mata nya mengitari orang-orang yang tengah menunggu pesanan minuman mereka.

Tanpa di sengaja pandangan matanya tertuju kepada seseorang yang tidak asing baginya, dan orang itu juga tengah menatap ke arahnya. Ya Lydia mengenalnya, dia Kakak kelas Lydia sewaktu duduk di bangku SMP dulu.

"Astaghfirullah" Lydia beristighfar, lalu mengalihkan pandangannya ke lain arah. Namun karena merasa pandangan seseorang itu masih terus tertuju kepadanya membuat Lydia merasa sangat risih. Bukannya Gr atau apa, tapi Lydia rasa ada yang aneh ketika melihat tatapan seseorang itu. Seolah mata tersebut tengah menyiratkan akan sesuatu.

  Tapi Lydia tidak bisa berspekulasi lebih, Lydia tidak mau di bilang sok cantik, sebab yang Lydia lihat tadi, pria itu membonceng seorang wanita bercadar, yang Lydia yakini jika wanita yang ada di belakangnya itu adalah istrinya.

Lydia lalu mengajak Sinta dan Zahra untuk turun dari motor dan duduk di bangku yang di sediakan si penjual minuman..

Lydia mengangguk tersenyum ramah menyapa beberapa wanita yang duduk di sana. Begitupula sebaliknya, semuanya juga tersenyum ramah ke arah Lydia. Mereka sangat terpesona dengan kecantikan yang terpancar di wajah alami milik Lydia..

"Mas kamu kenapa?" Tanya Dila, ketika melihat sang suami terus menatap seorang perempuan, hal yang tidak pernah di lakukan oleh seorang Arsyad. Yang Dila tau Arsyad itu sangat bisa menjaga pandangannya. 

Bahkan dengan Dila dulu saja Arsyad sering kali memalingkan wajahnya, padahal mereka sudah menikah satu bulan, hingga pernikahan mereka berjalan bulan ke tiga, baru Arsyad tidak canggung lagi.

Arsyad tersentak, lalu menoleh ke belakang. "Tidak apa-apa. Bagaimana udah siap pesanan kamu?" Tanya Arsyad.

Dila tidak membahasnya lagi, wanita itu lebih memilih menganggukkan kepalanya, lalu memperlihatkan plastik berisi minuman yang dirinya beli.

Arsyad tersenyum lalu menghidupkan motor miliknya dan melajukannya. Namun sebelum itu, dirinya melirik ke arah wanita yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Ah bukan sejak tadi. Tapi beberapa tahun lalu, wanita yang tidak bisa Arsyad lupakan..

Mungkin sampai saat sekarang ini.

Bab 2

Bagaimana caranya Allah menguji hambanya. Di setiap waktu, tidak ada yang tidak di uji oleh Allah SWT.. Baik dari kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasa kan, itu semua ujian dari Allah. Bagaimana cara nya kita bisa bersyukur dan terus mengingat-Nya....

________

Muhammad Arsyad Zayn, pria berusia 27 tahun, istrinya bernama Nadila Sari, dan mempunyai anak bernama Muhammad Rayyan Zayn–berusia 4 tahun... Arsyad seorang ustadz di pondok pesantren Al - Husein, milik Ayahnya sendiri. Kyai Haji Husein Zayn..

Menjadi putra tunggal di kyai Husein, tapi Arsyad hanya sesekali memimpin pondok pesantren tersebut.. Dirinya lebih cenderung suka dengan pekerjaannya memimpin perusahaan yang di bangunnya dari nol, hingga menjadi pesat seperti sekarang ini.. Dan kyai Husein tidak melarangnya sama sekali, menurutnya kebahagiaan putra semata wayangnya itu lebih dari segalanya, ketimbang menekannya dengan hal yang tidak dirinya inginkan....

Parasnya yang tampan, dan tidak lupa bagaimana sikapnya yang sangat mulia itu, membuat semua kaum hawa berangan-angan ingin di per istri olehnya. Namun mereka harus menelan pil pahit ketika Arsyad membawa istri dan anaknya yang dulu masih berusia 2 tahun ke pondok pesantren dan mengenalkannya kepada semua penghuni di sana.

Kecewa itu pasti! Tapi mereka tidak boleh berlebihan juga. Itu semua sudah jalan hidup Arsyad...

Ya kenapa Arsyad menyembunyikan pernikahannya? Entahlah.. tapi setelah mengikuti kisah ini, pasti semua faktanya akan terungkap.

________

"Mas! Kamu pasti bohong kan?" Dila terkekeh mendengar perkataan Arsyad tadi, seolah yang di katakan tadi adalah sebuah lelucon yang sangat konyol menurutnya.

"Kamu pasti udah siapin kejutan kan buat aku? Atau kamu--"

"Dila stop!" Ucap Arsyad langsung menyela perkataan dari Dila, Arsyad sudah menghela nafasnya berulang kali.

"Aku tidak bercanda Dila! Aku menginginkannya," tegas Arsyad, membuat mata Dila langsung berkaca-kaca.

"Ma---mas, aku tidak mau di madu" lirih Dila menundukkan kepalanya. Sungguh pernyataan Arsyad tadi sangat menyayat relung hatinya.

Arsyad menghembuskan nafasnya lagi. "Aku tidak mau dosa Dila! Setiap hari aku selalu terbayang olenya" Arsyad memejamkan kedua bola matanya, dan bayangan wanita itu selalu saja menghantui dirinya.

Arsyad tidak bohong.. Arsyad sudah mencoba berbagai cara agar bisa menghilangkannya, tapi Allah sepertinya memiliki rencana lain, hingga membuat Arsyad selalu mengingat wanita itu. Arsyad tidak sanggup lagi, dirinya tidak ingin terlalu lama menanggung dosa mengingat seseorang yang bukan mahramnya..

"Mas aku kurang apa?" Tanya Dila yang matanya sudah membengkak karena menangis,

Arsyad mendongak, tangannya terulur mengelus pundak Dila dengan lembut, memberikan ketenangan dan kekuatan di sana. Lalu Arsyad menggelengkan kepalanya, memberi jawaban atas pertanyaan Dila tadi.

"Tapi kenapa--"

"Ya Allah Dila, Arsyad, kalian kenapa?" Ucapan Dila terpotong ketika suara teriakan dari ambang pintu kamar kedua nya yang tidak di tutup.

Arsyad dan Dila menoleh, walaupun kedua nya sudah tau siapa sang empunya pemilik suara tersebut, tapi kedua nya tetap melihat..

Di sana ada Umi Aisyah-- ibu Arsyad dan di samping nya ada Abi Husein -- ayah Arsyad.

"Kalian kenapa?" Tanya umi Aisyah, berjalan mendekat ke arah Arsyad dan Dila, tepat di samping Dila, wanita paruh baya berhijab besar dengan cadarnya itu langsung memeluk tubuh Dila, menantunya...

"Ummi..." Isak Dila di dalam dekapan umi Aisyah, tidak di pungkiri rasanya semakin sesak di dalam dadanya.

"Arsyad, ada apa?" Tanya Abi Husein dengan tatapan yang serius ke arah sang putra. Matanya sesekali melirik menantunya yang tengah menangis di dalam pelukan sang istri. "Kenapa Dila menangis, dan kenapa kamu minta Abi dan umi datang menemui mu?"

Jederrr

Hati Dila terasa tersambar petir, ternyata suaminya sengaja memanggil Abi dan umi datang ke kamar keduanya. Jadi ini semua sudah di pikirkan matang-matang oleh Arsyad.. Dan Dila semakin di buat ketakutan oleh hal tersebut.. Takut Arsyad menduakan dirinya...

"Abi, ummi, maaf sebelumnya sudah menganggu waktu istirahat ummi dan Abi l. Tapi Arsyad sungguh sangat ingin menyampaikan ini" ucap Arsyad sambil menghela nafasnya panjang, lalu memandangi wajah Abi, ummi dan Dila yang masih betah berada di dalam pelukan ummi-nya.

"Silahkan nak" ucap Abi..

"Arsyad ingin menikah lagi.."

Deg!

Abi dan Umi diam membeku, lalu keduanya saling pandang...

____oOo___

Ceklek

"Om Fatih!!! " Teriak Zahra girang ketika dirinya membuka pintu rumah karena ada orang yang mengetuknya.

Zahra pikir siapa, ternyata Fatih l-- bos bundanya bekerja..

Fatih menyunggingkan senyumnya, lalu tangannya mengelus kepala Zahra yang tertutup hijab berwarna coklat dengan sayang dan lembut...

Tangan sebelah kiri Fatih angkat dan memperlihatkan beberapa paper bag dengan brand ternama yang di bawa olehnya..

"Itu apa om?" Tanya Zahra.

"Di dalamnya ada hadiah untuk Zahra.. maaf om tidak tau Zahra suka apa, jadi om belikan --"

"Zahra suka" potong Zahra cepat lalu meraih paper bag tersebut, membukanya dan melihat isi di dalamnya .

"Subhanallah, ada baju, sepatu, sama boneka yang Zahra pengen om," pekik Zahra heboh, lalu mata nya menatap kembali ke arah Fatih yang masih berdiri di ambang pintu, "yey makasih banyak ya om Fatih ganteng"

Fatih tersenyum bahagia, melihat Zahra yang sangat antusias mendapat hadiah darinya.

"Ya Allah Zahra, ada om Fatih kenapa enggak di suruh masuk?" Tanya Lydia yang baru saja keluar dari dalam kamar miliknya, melihat Fatih -- bosnya ada di depan pintu rumah miliknya.

Zahra tersenyum kikuk. "Maaf Bun, Zahra lupa, saking kesenangan dapat hadiah dari Om Fatih" ucapnya lalu mengangkat paper bag yang di beri Fatih tadi.

Lydia menghembuskan nafasnya kasar, lalu beralih menatap Fatih yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Ly, nggak apa-apa" ucap Fatih seolah tau apa yang ada di pikiran Lydia tentang hadiah yang di bawanya.

Lydia tidak menanggapinya, Lydia malah menatap ke arah Zahra, "sayang, kamu ke belakang ya, bilang sama Kak Sinta suruh buatin air minum buat om Fatih"

"Siap Bunda" Zahra langsung berlalu dari sana menuju ke dapur, jangan lupakan paper bag yang masih setia di dalam genggaman tangan nya dan dengan senyuman yang mengembang menghiasi wajahnya.

Dan semua itu tidak luput dari mata Lydia, Lydia tertegun...

"Pak masuk" ucap Lydia kepada Fatih.

Fatih masuk setelah mengucapkan salam, dan duduk di sofa..

Lydia juga duduk di sana, tapi berseberangan...

bab 3

Allah selalu memiliki cara untuk melembutkan hati seseorang... 

Fatih Maheswari -- pria berusia 28 tahun, pemilik Cafe tempat Lydia bekerja..

Pria berbadan tinggi dan berparas tampan, masih melajang di usianya sekarang..

Anak semata wayang, dari seorang janda bernama Zulaikha, wanita yang lemah lembut nan santun apa bila bertutur kata.. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, akibat sakit jantung..

_____

"Maaf Ly, aku enggak bermaksud--"

Fatih menundukkan kepalanya, merasa bersalah dengan Lydia, dirinya hanya ingin memberi hadiah kepada Zahra, tapi Fatih yakin Lydia marah dengannya, dan keberatan dengan hadiah tersebut.

Lydia menghembuskan nafasnya kasar. "Aku yang minta maaf sama bapak, karena sudah sering tidak menghargai pemberian dari bapak" ucap Lydia. Pandangannya menerawang ketika dulu, Fatih sering datang dan membawakan berbagai macam bingkisan, tapi Lydia menolaknya. Dan hari ini Lydia belajar dari kesalahannya, ketika melihat binar di wajah Zahra, Lydia tersadar, jika Zahra sangat menyukai pemberian dari Fatih...

    Deg!!

Fatih tersentak, kepalanya langsung mendongak menatap Lydia, yang duduk berseberangan dengannya, ada rasa gembira di dalam hatinya ketika Lydia mengatakannya.

"Kamu beneran enggak marah kan?" Tanya Fatih memastikan, takut jika pendengarannya salah...

Lydia menggelengkan kepalanya. "Enggak pak, saya yang harusnya minta maaf kepada bapak atas sikap saya selama ini. Saya harap bapak bisa memaafkan saya"

     Deg!!

Lagi-lagi jantung Fatih di buat berdetak kencang, ketika Lydia mengatakannya. Sungguh ini membuat Fatih ingin terbang melayang di angkasa... Mimpi apa semalam dirinya, sehingga mendapati sosok Lydia yang lain dari seperti biasanya...

"Ly, aku kesini juga mau bilang, kalau nanti soreh aku mau ke Singapura, mau lihat keadaan bunda," ucap Fatih, walaupun sudah tau ekspresi Lydia yang akan acuh menanggapi ucapannya, tapi Fatih tetap ingin menunjukkan perasaannya yang serius dengan Lydia, jadi mau di tanggapi atau tidak itu terserah, yang penting dirinya sudah mencoba berusaha keras... Untuk hasilnya, biarlah Allah yang menentukan..

Lydia mengangguk kan kepalanya, dan itu sudah menjadi hal biasa jika Fatih berbicara, namun perkataan yang keluar dari Lydia selanjutnya membuat Fatih membeku...

"Hati - hati ya pak, saya doakan semoga Bunda Zulaikha cepat sembuh, dan bisa berkumpul dengan keluarga" ucap Lydia lembut,

Subhanallah... Rasanya hari ini Fatih harus banyak mengucapkan rasa syukur, karena hal yang tidak terduga datang tiba-tiba hari ini....

Lydia merespon perkataannya,

Tring Tring Tring

"Eh" Fatih terkejut ketika ponsel yang ada di saku celana nya berdering, pria itu lantas meraihnya dan melihat siapa yang menelponnya...

Menekan tombol hijau, Fatih langsung bisa mendengar suara wanita yang sangat di sayanginya -- Zulaikha .. ibunya .

"Assalamualaikum Fatih?"

"Wa'alaikum salam Bunda! Bagaimana kabar bunda"

    "Uhuk uhuk uhuk..." Terdengar suara Bunda Zulaikha terbatuk di ujung telepon,

"Bunda kenapa? Jangan banyak ngomong dulu, Fatih tutup ya teleponnya, nanti sore Fatih akan kesana bunda" ucap Fatih panik...

"Engg--gak Fatih.. bunda cu--cuman kangen sama Lydia"

"Lydia?"

"Iya.. kamu dimana?"

      "Ekhm, kebetulan aku lagi di rumah Lydia, bunda" lalu Fatih menoleh ke arah Lydia yang juga tengah menatapnya.

"Ly, Bunda kangen sama kamu, bisa kamu ngomong sama bunda? Tapi kalau kamu enggak mau juga enggak--"

"Aku mau pak" Lydia langsung menyela perkataan Fatih, dan hal tersebut membuat Fatih mengembangkan senyumannya.

Fatih lalu beralih ke ponsel miliknya, "bunda Lydia mau ngomong sama bunda," ucap Fatih.

"Video call ya nak, Bunda kangen banget sama Lydia"

Fatih mengangguk, lalu mengubah panggilan menjadi video call...

Menyerahkan ponsel miliknya ke Lydia.

"Assalamualaikum sayang" ucap Bunda Zulaikha, yang langsung melihat wajah Lydia. Senyumannya langsung terlihat walaupun wajahnya tampak sangat pucat.

"Wa'alaikum salam Bunda, bagaimana kabar bunda?" Tanya Lydia.

Tampak bunda Zulaikha menghela nafasnya panjang.. "ya beginilah nak, rasanya masih sesak dada bunda. Maaf ya sayang, bunda ganggu waktu kamu. Tapi bunda benar-benar kangen berat sama kamu"

Lydia menggelengkan kepalanya. "Bunda Enggak ganggu kok, Lydia juga udah siap beresin rumah... Lydia juga kangen sama bunda, kangen rasa cake buatan bunda hehe"

Bunda Zulaikha tersenyum, "nanti kalau bunda udah pulang kita buat bareng ya?"

Lydia mengangguk antusias...

Lalu hening...

Sampai beberapa saat kemudian...

Lydia menundukkan kepalanya, rasanya gugup, walaupun sudah sering berkomunikasi secara langsung dengan bunda Zulaikha, tapi entah mengapa kegugupan masih saja ada di dalam dirinya. Padahal bunda Zulaikha sungguh wanita yang baik, selalu memperlakukan Lydia seperti anak kandungnya sendiri.

Hingga suara bunda Zulaikha membuat Lydia mendongak,  menatap kembali layar ponsel milik Fatih.

"Ly?"

"Iya bunda"

"Apa enggak ada tempat buat Fatih?"

     Deg!!

Lydia menundukkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan dari bunda Zulaikha yang sudah sering dirinya dengar, tapi kali ini nada bicara bunda Zulaikha agak lain..

Fatih yang sadar langsung menggeser duduknya, lalu menatap layar ponsel miliknya yang menampilkan wajah sendu bundanya.

"Bunda--"

"Ly, bunda udah tua, bunda sakit-sakitan, tapi Fatih-nya nakal enggak mau nikah-nikah, katanya enggak ada wanita yang di cintainya" ujar bunda Zulaikha di akhiri kekehan kecil di akhir kalimatnya, dan itu tidak luput dari pandangan Lydia dan Fatih..

"Bunda udah sering jodohin dia sama anak temen bunda, tapi dianya nolak, yaudah deh bunda enggak maksa... Dan setelah melihat kamu untuk pertama kalinya, Fatih itu kayak orang gila, dia jatuh hati banget sama kamu, dan bunda bisa lihat nya Ly, tapi sayang kamu enggak terima--"

"Bunda--"

"Ly, bunda enggak pernah ngelihat status kamu, bunda beneran sayang sama kamu"

"Bun--"

"Ly, kalau ini permintaan bunda yang terakhir, bunda pengen banget lihat kamu nikah sama Fatih terus kasih adek buat Zahra... Itu impian bunda--"

Dan kata-kata bunda Zulaikha membuat Lydia tertegun...

"Bunda udah, bunda istirahat ya, kita Nanti ketemu" ucap Fatih menyelanya, dirinya benar-benar tidak ingin membuat Lydia tertekan..

Tampak Bunda Zulaikha mengangguk singkat, lalu Fatih ingin meraih ponsel milik nya, namun Lydia menahannya.

"Pak saya belum siap bicara sama bunda Zulaikha" ucap Lydia,

Fatih terdiam, matanya tidak putus menatap Lydia...

"Bunda.."

Panggilan dari Lydia membuat bunda Zulaikha menoleh lagi menatap ke arah ponselnya..

"Bunda cepat sembuh ya, Lydia mau bunda cepat sehat, dan bisa melihat Lydia dan Fatih menikah..." Ucap Lydia sambil menggigit bibir bawahnya..

  Deg!!

Fatih membulatkan kedua bola matanya,

Sedangkan bunda Zulaikha langsung mengucapkan hamdalah..

"Bunda janji bunda bakalan cepat sehat sayang, assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam"

"Ini pak ponselnya" ucap Lydia menyerahkan ponsel milik Fatih,

Fatih tergelak, belum menerima uluran ponsel miliknya, tapi Fatih masih setia menatap Lydia...

"Ly, kamu bohong kan?"

Lydia menggelengkan kepalanya..

"Kamu serius mau nikah sama aku Ly?" Tanya Fatih..

"Iya pak"

"Ya Allah Alhamdulillah.. makasih ya Allah," Fatih langsung terduduk, dan bersujud syukur....

___oOo___

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!