NovelToon NovelToon

It'S Me

Episode 1

“Putra mahkota menelfon, segera angkat telfon.” bunyi telfon membangunkan lamunannya yang saat ini tengah sedang menunggu keberangkatan kembali ke Indonesia.

“Halo.” suara sapa yang berada di seberang ujung telfon sana.

“Ya?” jawab gadis itu singkat.

“Udah mau berangkat?” tanyanya lagi.

“Udah kak, salam sama daddy ya, bilang ga usah khawatir. Ini cuman tugas pengawalan doing kok, paling makan 3 minggu.” jelas gadis tersebut.

“Iya kakak ngerti kok.” jawab suara di ujung telfon.

“Iya, kalau kakak selesai tugas balik ke Prancis temani dad…”

“Cap, 5 menit lagi berangkat." ucap seorang pilot pesawat pribadi tersebut.

“Kak sudah dulu sebentar lagi berangkat.” ucapnya kepada seseorang dari ujung telfon di ujung sana.

…………………………………………….

3 jam kemudia.

Di bandara ia sudah ditunggui oleh Capten senior Riky yang dengan setia menuggu gadisctersebut, sesaat kemudian matanya tertuju pada gadis dengan senyum manisnya yang menghiasi parasnya yang imut.

“Capten senior  Ariana, selamat datang.” sapa Capten senior Riky.

“Terimakasih capten senior Riky, sekarang kemana kita akan pergi? Ohya panggil Ana saja.” tanya capten senior Ariana.

“Kita akan langsung ke tempat tuan candrana, atau anda ingin ke tempat yang lain?” tanya capten senior Riky.

“Iya Ana mau kerumah saya sebentar, sudah lama saya tidak kesana.” jawab Ariana.

“Anda punya rumah di Indonesia?” tanya Riky.

“Iya, kami kan orang Indonesia.” jawabnya dengan dengan nada merajuk, yang mampu membuat Riky melongo tak percaya, bagaimana tidak jika tidak mengenal dan mengetahui gadis 18 tahun ini adalah seorang capten senior prajurit khusus rahasia. Maka orang itu akan mengira Ariana hanyalah gadis polos yang menggemaskan.

“Hahahaha.” tawa Riky memecahkan keheningan sesaat akibat keterkejutannya.

“Kenap? Ada yang lucu?” tanya Ariana menggerbikkan mulutnya seolah sedang marah besar.

“Tidak kau lucu, seandainya aku tak tau kau adalah seorang perajurit militer, maka mungkin aku berfikir bahwa kau hanya anak kecil yang polos."

30 menit kemudia

Mereka kini berada di daerah perumahan elit di daerah Jakarta, dan berhenti di salah satu rumah megah dengan pagar beton setinggi dua meter dengan cat abu-abu.

“Mang, ini Ana, buka pagar.” teriak Ariana kepada seorang satpan yang umurnya sekitar 45 tahun, namun ia tetap terlihat gagah dengan postur tubuhnya yang tegap.

Saat pagar dibuka terlihat beberapa pengawal menyambut mereka, dan membukankan pintu kepada nona mudanya Adriana.

“Nah kita sudah sampai.” katanya Ariana sambil menepuk pundak Riky seolah mereka adalah teman akrab.

“Ayo masuk bang.” panggil Ariana memandang Riky. Yang dari tadi terlihat shok saat memasuki kawan perumahan tersebut. Bagaimana tidak, biarpun Riky merupakan seorang Capten senior di Negara tersebut namun ia tidak pernah menginjakkan kaki di daerah perumahan tersebut, apalagi masuk di salah satu rumah megah yang lebih mirip istana.

“Ayo.” kata Ariana mengejutkan lamunan Riky.

“Ah… Iya.” katanya mengendalikan ketrkejutannya. “Ini rumah mu?” tanya Riky kepada Ariana sambil mengedarkan pendangan matanya.

“Hm.” kata Ariana, sambil melangakah menuju dapur.

Riky melemparkan pantatnya di salah satu sofa yang ia yakini berharga fantastis, sambil mengedarkan kembali pandangannya.

5 menit kemudian Ariana datang dengan membawa jus jeruk hangat, dan cemilan untuk Riky.

“Mnum dulu bang, Ana mau mandi, baru kita berangkat ke rumah Tuan Candrana.” ucap Ariana, sambil melangkah meninggalkan Riky.

30 menit Arianan telah bersiap-siap untuk berangkat dengan Riky, kini mereka berjalan menuju mobil, dan menuju rumah milik Candrana.

“Ana, boleh nanya ga?” tanya Riky dengan sedikit ragu.

“Ah, iya bang tanya aja, nanti pasti aku jawab semua, abang mau nanya masalah perasaan bisa juga kok.” jawab Ariana dengan wajah polos. Yang membuat Riky bergeleng tak percaya, karna perajurit yang ada di sampingnya ini.

“Heh….. saya serius, kamu kan sekaya itu tapi kok kamu justru malah mau jadi seorang tentara, belum lagi usia kamu sekarang ini tergolong sangat muda dengan tingkatan semacam ini.” jawab Riky dengan wajah serius.

“Hehehehe, santuy bang… karna memang aku suka menjadi prajurit, dan bergabung menjadi seorang prajurit di umur 12 tahun, dan menjalankan misis di umur 13 tahun, hehehe.” jawabnya dengan wajah polos dan cengengesan.

Kini Riky mulai mengerti sikap gadis ini, namun dia juga dibuat bingung bagaimana ia bisa menjadi seorang prajurit dengan sikap begitu? Dan lagi bergabung dari usia 13 tahun? Apa apaan ini iya bahkan diusia yang sebegitu masih sibuk dengan pelajaran dan Pr serta bermain layangan di lapangan.

Episode 2

“Hehehehe, santuy bang… karna memang aku suka menjadi prajurit, dan bergabung menjadi seorang prajurit di umur 13 tahun, hehehe.” jawabnya dengan wajah polos dan cengengesan.

Kini Riky mulai mengerti sikap gadis ini, namun dia juga dibuat bingung bagaimana ia bisa menjadi seorang prajurit dengan sikap begitu? Dan lagi bergabung dari usia 13 tahun? Apa apaan ini iya bahkan diusia yang sebegitu masih sibuk dengan pelajaran dan Pr serta bermain layangan di lapangan.

Di sepanjang jalan mereka berbincang-bincang banyak hal, tau terasa kini mereka telah sampai di kediaman Candrana, mereka disambut dengan 3 pelayan.

“Semalat datang.” kata para pelayan tersebut.

“Maaf atas keterlambatan saya, yang lain sudah berkumpual?” kata Ariana tersenyum ramah.

“Iya mereka diruangan itu.” kata pelayan sambil menunjuk sebuah ruangan, jujur mereka terkejut, karna yang mereka fikirkan yang akan datang bersama Riky merupakan gadis dewasa, buakan seorang gadis kecil, yang baru tamat SMA.

“Permisi, maaf saya terlambat.” ucap Ariana saat memasuki sebuah ruangan besar, terlihat beberapa orang rekan yang akan bekerja sama dengannya.

“Ah, tidak apa-apa, kami juga baru muai kok.” jawab kakek tersebut, yang diangguki oleh orang-orang yang berada di ruangan tersebut.

Terlihat Riky menyusul dari belakang sambil tersenyum kepada seluruh orang yang ada di ruangan tersebut dan langsung memperkenalkan Ariana kepada semua orang.

“Perkenalkan Ia adalah Capten Senior Ariana dia akan bergabung dengan kita dalam misi ini, bisa dipanggil Ana.” ucapa Riky memperkenalkan Ariana.

“Oh ya, perkenalkan nama saya, Farid Candrana, ini Farhat Candrana anak pertama saya dan Aida istrinya, Arkan Candrana anak bungsu saya, Andre Candrana cucu pertama saya dan Ayu istrinya, Gilang Candrana cucu bungsu saya dan Vian istrinya, dan mereka merupakan bodyguard saya.” ujar kakek Farid yang kira-kira umurnya 75 tahun, dan diangguki oleh Ariana.

Kemudian Arian berjalan disamping Riky, dengan berbisik Ariana bertanya.

“Eh anak kakek yang bungsu istrinya mana?” katanya berbisik kepada Riky.

“Belum ada.” jawabnya singkat kerna merasa tidak enak kepada orang-orang sekitar yang memperhatikan mereka.

30 menit mereka berdiskusi, setelah itu mereka memutuskan untuk makan siang di tempat keluarga besar Candrana.

“Kek, makan siang apa kita?” tanya Ariana tiba-tiba sambil menggandeng tangan kanan kakek Farid.

Semua orang melongo dibuatnya, karna di sepanjang rapat tadi ia terkesan tegas meski umurnya masih 18 tahun. Sedangkan Riky hanya tersenyum senyum melihatnya.

“Ih, i..iya Ana.” jawab kakek Fardi menghilangkan keterkejutan. Semua menggelengkan kepala mengikuti kakek Fardi dan Ariana.

“Emang gitu orangnya?” tanya Farhat kepada Riky.

“Iya om.” sambil menahan ketawa, karna melihat cara berjalan Ariana, seperti anak kecil. Sekali lagi semua orang menggelengkan kepala secera serentak.

Makan siang berlangsung hikmat, semua senyap yang terdengar hanya bunyi sendok yang berdenting, saat mereka selesai makan Riky dan Ariana menuju kamar masing-masing untuk istirahat.

Malam tiba mereka semua bertemu di ruang makan untuk makan malam, usai makan malam mereka mulai kembali membicarakan tentang rencana dan kemungkinan-kemungkinan yang akan mereka lakukan, mengingat kemungkinan kurang lebih 3 minggu lagi akan terjadi penyerangan yang diperkirakan pada ulangtahun anak bungsu kakek Fadri yaitu Arka Candrana. Miris memang miris, tapi mereka harus bersiap untuk hal itu.

Episode 3

Sudah satu minggu berlalu Ariana mulai akrab dengan keluarga besar Canrana, malam itu merka memutuskan untuk melakukan aktifitas Berbeque di kolam berenang keluarga Candrana

“Kak vian, kakak kok cantik banget sih, gak kalah sama yang di foto. Ih beruntung banget bang Gilang dapet kakak, cantik banget.” semua orang tersenyum menahan mendengar kata-kata dari Ariana, hanya Gilang yang tersenyum kecut.

“Nah tu dengar Gil kamu tu beruntung dapetin Vian.” sambung Andre yang diangguki kakek Farid.

“Iya, bang Andre tau ga sih, kalau teman Ana tu banyak yang muji kecantikan kak Vian. Contohnya aja Bang Mexim.” kata Ariana menjelaskan.

“Mexim artis itu?” canda Riky.

“Iya, kok bang Riky tau sih?” tanya Ariana sontak membuat semua orang kaget karna mereka mengiri ia tak punya teman di Indonesia, karna menurut informasi sejak kecil ia berkecimpung di dunia militer, dan bersekolah di luar negri, bahkan ia jarang kembali ke Indonesia.

“Wah temen kamu artis? Kenal Boy Liam ga?” tanya Ayu antusias kepada Ariana.

“Kenal  banget kak, dia itu sahabata Ana, dia itu baik banget, buktinya aja dia sering ngalah kalau berantem sama Ana, terus kalau Ana ke Indonesia dia sering banget ngajakin Ana jalan sama teraktir Ana.” jawab Ariana cengengesan dengan wajah polos.

“Kamu banyak kenal artis ya?” tanya kakek Farid antusias, karna menurutnya kalau banyak kenal artis ia kana lebih mendapat akses ke artis tersebut untuk endorsmen produk-produknya. Keluarga Candrana memang selain terkenal di bidang perhotelan mereka juga terkenal dibidang industry makanan dan Make Up.

“Banyak kek, kakek mau artis yang mana? Artis luar atau artis dalam negri? Kalau kakek mau buat endorsmen Ana bisa kontakin, kalau kakek mau sekarang juga bisa.” jawab Ariana antusias dan bangga tentang kenalannya di dunia artis. “Kakek tenang aja kek, sem….” belum sempat iya melanjutkan kata-katanya sebuah telfom masuk dengan atas nama bang Algino, disertai foto yang membuat orang terkejut, bagaimana tidak Algino merupakan artis yang sedang naik daun dan dikatakan dengan bayaran termahal.

“Halo abang Al ganteng, tumben nelfon? Udah ga syuting lagi ya? ah salah, masih ingat ya sama Ana yang cantik imut dan menggemaskan ini?” tanya Ariana dengan nada merajuk, sambil beranjak dari tempat duduk meninggalkan yang lain yang masih terkejut dengan sikap Ariana terhadap orang yang berada di ujung telfon.

“Kamu berapa lama kenal dia Ky.” tanay Gilang penasaran.

“Biasanya berhubungan cuman lewat misi aja kok, dan kalau di dalam misi biasanya dia bersikap formal. Mungkin juga baru kali ini saya satu misi untuk pengawalan dalam keluarga seperti ini makanya saya baru faham dengan sikap Ana.” terang Riky menjelaskan tentang kedekatan mereka.

Tak lama kemudian Ariana masuk dan ikut berbincang bincang dengan semua.

“Kek kok om Arkan tu galak banget ya?” tanya Ariana karna heran melihat tingkah Arkan yang suka marah-marah kadang tak jelas.

Flashbac on.

“Permisi om Arkan kakek minta Ana ngawal om, katanya untuk keamanan om.” kata Ariana saat Arkan sedang bersiap masuk kedalam mobilnya.

“Saya ga butuh pengawalan kamu.” kata Arkan dengan wajah datarnya.

“Tapi om kakek nyuruh saya om.” jelas Ariana.

“Kalau kamu mau kamu bisa tapi naik taxi, atau angkutan umum. Emang saya anak ingusan di jagain sama anak kecil kayak kamu.” jawab Arkan merehkan.

“Heh suka suka om deh.” jawab Ariana mengalah karna malas berdebat dengan keliennya.

Belum datang taxi yang ia pesan Arkan telah berangkat.

“Oy om gila, tunggu napa?” teriak Ariana frustasi.

Setelah sampai kantor, Ariana langsung menuju kantor Arkan. Ariana langsung menuju ke meja resepsionis.

“Maaf mbak cantik, tau ruangan om Arkan ga?” tanya Ariana dengan sikap polos.

“Iya, adek sudah ada janji dengan pak Arkan?” tanya resepsionis ramah.

“Udah mbak cantik, terus saya ke sini juga atas perintah kakek Fardi.”

“Baik dari silahkan naik lift ini dek.” jawab resepsionis tersebut dengan ramah.

“Iya makasih kakak cantik.” jawab Ariana.

Sesampainy di depan ruangan Arkan, ia mengetuk Pintu meminta izin untuk masuk ke dalam.

“Masuk.” terdengar suara dari dalam.

“Selamat pagi Om eh Pak Arkan.” sapa Ariana santai, dan langsung menghepaskan bokongya ke sofa yang telah di sediakan.

“Nekat juga kamu ya?” katanya dengan nada sinis.

“Eh Pak Arka, dengar ya. Kalau bukan karna perintah Kakek saya nga akan ke sini.” jawab Ariana tak kalah sinis.

“Heh siapa Kakek? Ingat ya jangan mimpi kamu, Papi saya ga punya cucu seperti kamu.” sarkas Arkan.

“Iya tau Pak Arkan, ga usah sewot gitu dong, kalau pak Arkan mau saya menjadi menantu Kakek ga papa kok.” jawab Ariana dengan mengedipkan matanya kepada Arkan.

“Jangan mimpi.” bentak Arkan.

“Ga mimpi kok ini bangun.” kata Ariana cengegesan.

“Kalau kamu masih mau di sini jangan berisik.” bentak Arkan, di ikuti dengan gerakan Ariana yang solah mengunci mulutnya.

Makan siang tiba terdengar ketukan dari pintu, ternyata Ariana telah memesan makanan dengan 2 porsi, ia membuka dan memakan dengan lahap. Wangi yang sangat enak tercium hingga ke hidung Arkan, hingga menghentikan kerjanya, dan mengalihkan pandangannya kearah Ariana.

“Siapa yang bolehin kamu makan di kantor saya?” tanya Ariana sinis, ia menutupi rasa laparnya dengan tatapan sinis kepada Ariana.

“Kan Pak Arkan ga bilang kalau saya ga boleh makan, pak Arkan cuman bilang saya ga boleh ngomong, lagian ini udah siang, oh ya pak ini saya beli juga untuk bapak.” kata Ariana dengan wajah cueknya dan kembali menatap makan siangnya.

Flashback off.

“Oh Om Arkan emang gitu orangnya.” jawab Gilang santai.

“Nih ya Om, Ana saranin jangan galak-galak jadi orang entar ga ada yang suka, makanya Om ga laku-laku sampai sekarang.” kata Ariana kepada Arkan seolah menasehati. Semua orang menahan tawa, karna baru kali ini ada yang berani mengatakan hal tersebut.

“Eh diam kamu ya, lagian kamu bukan ponakna saya.”

“Om jangan ngegas mulu dong, udah tua ntar tambah tua, tambah ga ada yang mau sama om. Nih ya kalau memang om gam mau nganggap saya ponakan, om mau nganggap saya apa? Calon pendamping hidup.” goda Ariana sambil menaik turunkan alisnya. Sontak membuat semua orang tertawa, sedangkan yang di goda hanya bisa diam tak bisa berkata apa-apa.

“Oh ya om, sebaiknya om jangan dekat-dekat dengan kakak Karin deh sekertaris om itu.” kata Ariana tiba-tiba dengan mimik yang serius.

“Kamu jangan sok tau ya, Karin itu sahabat saya dari kuliah.” jawab Arkan kesal.

“Om pernah dengar ga? Kalau orang yang paling dekat itu yang harus kita curigai, om kira kenapa keamanan om bisa sampai bocor? Atau data pribadi kantor bisa sampai bocor? Om Ana ga pernah menuduh tanpa penyelidikan, dan analisis. Sekarang Ana mungkin ga bisa membuktikannya, tapi percaya sama Ana om.” kata Ariana dengan wajah serius.

Malam puncak tiba, Ariana dan yang lain bersiap-siap dengan tugas masing-masing, semula acara berjalan lancar, namun tiba-tiba lampu mati, sesuai dengan perhitungan Ariana, Tim Satu mengumpulkan para tamu undangan hingga tak tersisa, dan baku tembak pun terjadi. Semua tamu undangan dan keluarga besar Candana  di kumpukan dalam satu rangan, sedangkan di aula terdengar suara tembakan dimana-mana, tidak ada yang menyaksikan namun dilanda rasa cemas. Tiba-tiba seorang wanita yang tak lain Karin asisten kepercayaan Arkan menodongkan pistol ke kepala Kakek Fardi

“Karin, kamu….” Belum sempat Arkan melanjutkan kata-katanya Karin langsung memotong ucapannya.

“Iya, sekarang beri jalan kepada saya sebelum kepala kakek tua ini saya tembak dengan timah panas.” kata Karin dengan nada mengancam.

“Hai kakek tua sekarang tandatangani ini.” sembari menyerahkan kertas pengalihan perusahaan kepada kakek Fardi. Belum sempat kakek Fardi Ariana datang dan menodongkan pisto kepada Karin

“Kamu kira saya tak tau kamu siapa, kamu anak buah black patner yang menyamar.” kata Ariana sambil tersenyum sinis.

“Ah ternyata memang benar, kamu bukan orang yang bisa diremehkan, terbukti mampu menghabisi seluruh anak buah saya tanpa luka, tapi kamu terlambat. Jiak kamu mau menyelamatakan kakek tua ini turunkan senjata kamu.” jawab Karin dengan nada penuh kemenangan. Dengan berlahan Ariana menurunkan senjata, dan Karin melepaskan kakek Fardi, sambil memegang kertas yang sudah di tandatangani.

Namun tanpa disadari Riky menangkap Karin dari belakang yang menyebabkan Karin menarik platuk nya dengan pistol yang masih mengarah kepada kakek Fardi, dengan sigap Ariana melindungi kakek fardi dengan tubuhnya, yang menyebabkan ia terkena tembakan di bagian lengan.

Riky berhasil menangkap Karin, namun sebelum mereka menelfon pihak ambulans terdengar suara gemuruh yang berasal dari helicopter.

“Tak apa saya yang menelfon mereka, ohya terimakasih kerja samanya untuk Capten Senior Riky dan keluarga besar Candana, saya pamit.” ucap Ariana sambil berlari meninggalkan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!