Adhitama Elvan Syahreza adalah seorang pengusaha muda yang tampan dan dingin. Adhitama menjadi Direktur Utama yang menggantikan Ayahnya di Perusahaan Software terbesar kedua di Dunia. Ia merupakan anak pertama dari Adinata Erlan Syahreza dan Nadine Salwa Afifah. Diusianya yang baru memasuki 30 Tahun ia harus menjadi seorang duda karena istrinya meninggal dunia saat melahirkan anak pertama mereka. Ia sangat terpukul dengan kepergian istri tercintanya. Sejak saat itulah sifatnya berubah jadi dingin dan tidak ramah sama sekali kepada siapapun untuk menutupi rasa kehilangannya yang sangat mendalam, kecuali kepada Keluarganya. Semenjak kepergian Sandra ia tidak pernah lagi membuka hatinya untuk orang lain. Meskipun mamynya selalu berusaha menjodohkannya, namun ia selalu menolaknya.
Adsila Claretta Jasmeen adalah seorang perempuan sederhana berparas cantik dan berasal dari keluarga terpandang. Clara merupakan anak ke dua dari Jendral Abimanyu Damar Bwana, seorang petinggi di TNI Angkatan Laut dan Vania Carissa Salsabila. Clara sapaan untuknya mempunyai kepribadian yang ceria, baik hati, keras kepala, tidak suka ditekan dan sangat menyukai anak-anak. Oleh karena itu ia sering menjaga keponakannya kalau kakaknya sedang menemani suaminya ke luar kota.
Alessandra Alicia Syahreza adalah putri tunggal Adhitama Elvan Syahreza dan Cassandra Zelda. Alicia tumbuh tampa adanya seorang ibu disisinya dan dibesarkan sendiri oleh Adhit semenjak kepergian Sandra untuk selamanya. Alicia sangat menyayangi Ayahnya. Baginya Adhit adalah segalanya dalam hidupnya.
Chelsea Selina Stefani adalah perempuan cantik dan seksi. ia sangat manja dan arogan kepada orang-orang yang ia anggap tidak selevel denganya karena ia anak pemilik bisnis Kuliner terbesar di Negaranya. Ia putri dari Gandhi Altezza dan Vita Nara Naquita. Chelsea merupakan perempuan yang dijodohkan dengan Adhitama, tapi Adhit tidak menerima perjodohan itu. Meskipun selalu di tolak oleh Adit ia tetap berusaha mengejarnya.
Alvaro Argi Naruna adalah sahabat dan Asisten pribadi dari Adhitama Elvan Syahreza. Mempunyai sifat dingin hampir sama dengan Adhit. Ia selalu menemani Adhit kemanapun atasannya itu pergi. Alvaro juga selalu menggantikan Adhit untuk bertemu Client jika ia tidak bisa hadir, karena Alvaro sama cerdasnya dengan Adhitama.
Agni Jovita Dilarai adalah sahabat baik dan rekan kerja Clara. Agni mempunyai sifat yang hampir sama dengan Clara yang ceria, baik hati dan suka berterus terang alias asal ngomong aja tanpa memikirkan akibatnya. Dia berpenampilan lebih modis dibanding Clara sehingga orang-orang selalu memujinya.
Aina Talita Zahran adalah kakak kandung Clara yang sudah menikah dengan Gilang Ardana Abiputra dan sudah di karunia seorang anak yang cantik bernama Adelia Faranisa Abiputra. Gilang adalah pemilik Abiputra Company yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan menjadi rekan bisnis Adhitama.
Indira Mutiara Syahreza adalah adik kandung Adhitama. Ia merupakan adik kesayangan Adhit. Dira juga sangat menyayangi kakaknya dan keponakannya Alicia, meskipun terkadang kakaknya bersikap dingin padanya. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan Adhit.
sekian dulu pengenalan tokohnya, Visualnya menyusul ya.
******
Pagi itu setelah bangun tidur Alicia langsung mencari keberadaan Ayahnya ia ingin mengajak Adhit jalan-jalan karena hari ini akhir pekan. Gadis kecil itu awalnya pergi ke kamar Adhit namun ia tidak mendapatinya di sana, kemudian ia pergi ke ruang kerja Adhit yang letaknya di sebelah kamar Adhit.
Ceklek
Pintu terbuka, ia segera berlari masuk dan segera memeluk Ayahnya yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.
"Selamat pagi Daddy" ucapnya setelah melepas pelukannya.
"Selamat pagi sayang, kamu sudah mandi?" tanya Adhit yang dijawab gelengan kepala oleh Alicia.
"Kenapa belum mandi sayang?"
"Setelah ini aku akan mandi" jawab Alicia sambil melihat kearah Adhit. "Daddy ayo kita jalan-jalan" ucapnya dengan suara manja.
"Sayang, maafkan Daddy tapi hari ini tidak bisa, karena Daddy ada pekerjaan nak" jawab Adhit pada putrinya.
"Yahh Daddy, hari ini kan hari sabtu. Aku ingin jalan-jalan" ucapnya memelas.
"Tapi sayang, Daddy benar-benar tidak bisa. Kita pergi lain kali saja ya"
"Aku tidak mau! Aku maunya hari ini!" rengeknya sambil menarik-narik piyama yang masih dikenakan Adhit.
Adhit hanya diam, dia sedikit kesal dengan anaknya yang tiba-tiba jadi menyebalkan dan tidak mau di bujuk sama sekali.
(Arghhh, bisa gila aku kalau Alicia seperti ini terus) gerutunya dalam hati. Meskipun ia sering dibuat kesal oleh tingkah Alicia tapi Adhit sangat menyayangi putrinya itu.
"Baiklah sayang, Daddy akan hubungi Paman Alvaro dulu ya untuk menggantikan Daddy" ucapnya sambil mengusap lembut kepala anaknya.
"Yeayyy, terimakasih Daddy, aku menyayangimu" ucapnya dan mencium pipi Ayahnya. "Aku akan mandi dan bersiap-siap" Alicia langsung berlari keluar dari ruang kerja Adhit dan segera kembali ke kamarnya.
Setelah putrinya sudah tidak lagi di ruangan kerjanya ia segera menghubungi Alvaro.
drt drt drt
Alvaro yang sedang dalam perjalanan menuju ke mansion Adhitama segera mengambil ponselnya.
"Adhit" gumamnya karena melihat nama sahabat sekaligus atasannya itu menghubunginya.
"Hallo Tuan Adhit, ada apa?" tanya Alvaro setetelah menjawab panggilan dari Adhit.
"Kamu dimana?" Adhit bertanya posisi Alvaro.
"Saya sedang menuju ke Mansion Tuan, sebentar lagi saya sampai" jawabnya.
"Baiklah" Adhit segera memutus panggilannya barusan.
Setelah percakapan berakhir, Alvaro segera menaikkan laju kendaraannya. Setelah tiba di mansion Adhit, Alvaro langsung masuk dan menuju ke ruang kerja Adhit.
"Selamat pagi Tuan" sapanya saat baru masuk ke ruangan itu.
Adhit merasa sedikit kesal karena Alvaro memanggilnya Tuan pada saat mereka sedang tidak di kantor. "Aku kan sudah bilang, kalau sedang tidak di kantor jangan memangilku Tuan" ucapnya tiba-tiba.Alvaro terkekeh mendengar omelan Adhit.
"Baiklah, kemari" ujar Adhit pada asistennya dan Alvaro segera menghampiri Adhit.
"Hari ini, kamu gantikan aku untuk bertemu dengan Gilang dari Abiputra Company. Karena aku tidak bisa menemuinya" ucapnya setelah Alvaro berdiri di hadapannya.
"Memangnya kenapa Dhit?" tanya Alvaro penasaran.
"Tadi pagi Alicia merengek ingin di ajak jalan-jalan, aku sudah membujuknya tapi hasilnya nihil" Alvaro tertawa mendengar keluhan sahabatnya itu.
"Kenapa kamu tertawa?" Adhit mengernyitkan kedua alisnya.
"Aku hanya kasihan melihatmu kewalahan mengurus Alicia, makanya nikah Dhit agar ada yang merawat Alicia" Alvaro memberi saran yang membuat Adhit menatap tajam kearahnya.
"Hehehhe, ampun Dhit. Aku hanya bercanda, jangan galak-galak gitu dong" ucapnya sambil membungkam mulutnya dengan telapak tangannya, agar tidak mengatakan sesuatu yang membuat Adhit marah. Karena seorang Alvaro yang dingin akan jadi cerewet kalau sudah di dekat Adhit. Aplagi dalam hal menggoda sahabatnya itu.
"Ya sudah, ini berkas-berkas yang harus kamu bawa" Adhit menyerahkan beberapa berkas yang sudah ia siapkan untuk pertemuannya nanti.
"Baiklah, aku akan melakukan yang terbaik. Kalau begitu aku pergi dulu, selamat bersenang-senang" Alvaro segera meninggalkan ruang kerja Adhit.
Saat ia akan menuju ke bawah, ia bertemu dengan Alicia yang sudah rapi dan menuju ke ruangan Ayahnya.
"Selamat pagi Nona kecil" sapa Alvaro sambil mengusap lembut kepala keponakannya itu.
"Selamat pagi Paman, Paman baru dari ruangan Daddy ya? tanyanya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Iya sayang, hari ini Alicia akan jalan-jalan dengan Daddy ya? tanyanya.
"Iya Paman, aku senang sekali" jawabnya antusias.
"Baiklah selamat bersenang-senang Nona kecil, Paman pergi dulu" Alvaro segera beranjak meninggalkan Alicia dan langsung turun ke bawah.
Setelah bicara dengan Alvaro, Alicia segera menuju ruangan Ayahnya dan membuka pintu yang tertutup rapat "Daddy, aku sudah siap" ia langsung berlari menghampiri Ayahnya.
"Baiklah sayang, Daddy siap-siap dulu" ucapnya sambil meraih tangan Alicia dan membawa anaknya menuju ke kamar.
"Alicia duduk disini dulu, Daddy mau mandi ya" ucapnya seraya mendudukkan anaknya di sofa.
"Yes Daddy, Daddy bersiap-siaplah"
Adhit tidak menanggapi ocehan putrinya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Kemudian mandi dengan terburu-buru. Setelah selesai mandi ia langsung bersiap-siap dan mengajak Alicia turun ke bawah.
Adhit berangkat diantar supir pribadinya, ia membawa satu orang pengawalnya. Rencananya Adhit akan membawa Alicia ke taman bermain yang ada di salah satu mall terbesar di kotanya.
Sedangkan di rumahnya, Clara sudah selesai mandi dan segera turun ke bawah untuk membantu Mama dan Bi Atun memasak sarapan.
"Selamat pagi Mama dan Bi Atun" ucapnya sambil berjalan menghampiri keduanya. Ia berniat akan membantu kedua wanita itu memasak.
Cup
Vania mendaratkan ciuman di pipi anaknya "Selamat pagi sayang" jawab Vania sambil terus memotong sayuran yang ada di hadapannya.
"Selamat pagi juga Nona" jawab Bi Atun.
"Mama mau masak apa?" tanyanya sambil melihat-lihat.
"Mama mau masak capcai, ayam lada hitam, dan telur balado" ucap Vania sambil mencuci sayuran yang sudah ia potong.
"Baiklah, aku akan membantu" ujarnya dan langsung mengambil telur untuk direbus. Kemudian ia menggoreng ayam yang sudah dibumbui. Setelah ayam matang sempurna ia segera menumis bahan-bahan untuk dicampurkan dengan ayam. Sementara Vania sudah selesai memasak capcai. Terakhir mereka masak telur balado. Setelah semua masakan matang, Clara segera membawanya ke meja makan dibantu Mamanya. Setelah semuanya tertata mereka bertiga kembali membersihkan dapur dan memanggil semua orang untuk sarapan. Tak berapa lama datang Abimanyu, Talita, Gilang dan si cantik Adelia.
"Selamat pagi semua" sapa Clara semangat.
"Selamat pagi adikku, kamu semangat banget pagi-pagi" ucap Talita pada adik bungsunya.
"Iya dong kak, harus semangat" jawabnya sambil tersenyum hangat.
Mereka menikmati sarapan yang sudah dihidangkan dengan lahapnya.
"Wah ini enak sekali, siapa yang masak sayang? tanya Abi pada istrinya.
"Siapa lagi kalau bukan aku dan putriku" jawabnya sambil tersenyum senang.
"Anak Papa sudah makin jago nih masaknya, sudah cocok kalau jadi istri" puji Abi pada anaknya.
"Uhuk uhuk" Clara langsung tersedak dan segera meminum air putih, setelah mendengar apa yang baru saja di ucapkan Papanya.
"Sayang, makannya pelan-pelan" ucap Vania khawatir.
"Iya Ma, Clara tersedak juga karena omongan Papa" jawabnya polos.
Semua orang yang ada disana tertawa mendengar jawaban polos Clara.
"Kamu ini ada-ada aja dek, umur kamu memang udah cocok untuk menikah sayang" ujar Talita pada adiknya.
"Ihh, Kakak mulai deh" Clara mendengus Kesal.
"Ya ampun adikku, kakak kan bicara fakta. Apa kamu mau jadi perawan tua?" ujar Talita menggoda adiknya.
"Mama liat kak Talita godain aku terus" ucapnya pada sang mama.
Vania hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua putrinya. "Sudah Talita, jangan godain adik kamu terus. liat tu Adelia sampai bengong melihat Mamy dan Bibinya bicara.
Talita langsung terkekeh melihat ekspresi Adelia. Selesai sarapan semua orang kembali melakukan aktivitas masing-masing.
Clara menghampiri Mamanya yang sedang duduk di ruang keluarga bersama Talita dan Adelia. Sementara Papanya sudah berangkat ke kantor karena ada kepentingan.
"Mas Gilang kemana kak?" tanyanya saat sudah duduk di kursi diselah mamanya.
"Mas Gilang pergi menemui pemilik SYH Company, katanya ada kerjasama yang akan mereka lakukan" ucap Talita sambil menimang-nimang Adelia. "Bukannya itu perusahaan tempat kamu kerja ya dek?" tanyanya lagi.
"Iya kak, memangnya kenapa?"
"Kakak cuma nanya aja" jawab Talita lagi.
"Ohh, aku pikir ada sesuatu" ucap Clara datar. Kemudian ia segera mengadapkan tubuhnya ke arah Vania. "Ma, aku mau minta izin pergi keluar ya" ucapnya meminta izin mamanya.
"Kamu mau kemana sayang?" tanya Vania pada putrinya.
"Mau jalan-jalan aja Ma ke mall, mau refresh otak, setelah seharian kemaren berkutat dengan segudang pekerjaan" jawabnya sambil merayu Vania.
"Kamu pergi dengan siapa nak? " tanya Vania lagi.
"Sendiri" jawab Clara dan seketika membuat Talita tertawa.
"Pftt.... kamu tidak punya temen dek, sampai pergi jalan-jalan sendiri gitu" ejek Talita pada adiknya.
"Ihh bukannya tidak punya teman kak, tapi aku males banget harus janjian dulu, Kelamaan!! mending aku pergi sendiri menikmati metime aku" jawab Clara sekenanya.
"Ohh gitu, kakak kira adik kakak yang cantik ini tidak punya teman" ucapnya sambil mencubit hidung adiknya.
"Boleh ya ma?" Clara kembali bertanya pada Vania dengan memelaskan wajahnya.
"Tentu saja boleh sayang" ucapnya sambil tersenyum hangat.
"Thank you Mama sayang" ia segera berlari ke kamarnya.
Sampai di kamar, Clara segera membuka lemari dan mengambil pakaian yang akan ia pakai. Ia memakai rok lepis sebetis dan memadukannya dengan switer over size, tak lupa ia memoles tipis wajahnya dengan make up dan memakai lipstick warna peach. Rambutnya ia jalin asal namun tetap terlihat rapi. Kemudian ia berdiri di depan kaca dan bergumam "perfect" setelah selesai bersiap-siap, ia langsung turun ke bawah setelah menyambar kunci mobil yang ia letakkan di atas nakas.
"Mama, Kakak aku pergi dulu ya" seraya mencium pipi Mama dan kakaknya, tak lupa ia juga mencium pipi bulat keponakannya dan langsung menuju garasi.
Setelah menghidupkan mesin mobil, ia segera melajukan mobilnya menuju mall terbesar di kotanya. Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena ingin menikmati perjalanan menuju ke tempat tujuan.
Sementara Adhit dan Alicia baru saja tiba di mall yang mereka tuju. Ayah dan anak itu segera turun dari mobil dan diikuti oleh pengawalnya dari belakang. Orang-orang yang berlalu lalang di dalam mall tersebut mengetahui siapa yang baru saja masuk. Mereka menatap Adhitama dengan tatapan kagum.
"Wahh liat laki-laki tampan sekali" ucap salah satu orang wanita yang melewati Adhit dan Alicia.
"Itu bukannya Tuan Adhitama ya, tampan sekali" ucap wanita yang lain.
Adhit tidak mempedulikan hal itu, ia terus berjalan menyusuri mall dengan Alicia yang menarik tangannya. Alicia sangat menikmati susana di dalam mall yang sudah ramai pengunjung. Kemudia ia melepaskan genggaman tangannya dari sang Ayah dan berlari ingin melihat sesuatu yang menarik matanya. Adhit terpaksa mengikuti kemana anaknya itu pergi.
"Sayang, pelan-pelan, nanti jatuh" ucap Adhit mengingatkan putrinya. Alicia yang mendapat peringatan dari Adhit langsung berhentj dan berjalan pelan-pelan.
"Daddy lihat itu" ucapnya sambil menunjukkan jarinya ke arah toko boneka yang ada didekatnya. Ia menunjuk sebuah boneka beruang yang berukuran besar.
"Alicia mau boneka itu? " tanya Adhit pada putrinya.
Alicia menganggukkan kepalanya "Iya Daddy, aku mau boneka itu."
"Ya sudah, tapi nanti mainnya di rumah ya sayang" ucap Adhit dan membawa putrinya masuk ke dalam toko boneka tersebut. Setelah membayar bonekanya Adhit memberikan boneka itu kepada pengawalnya. Kemudian mereka kembali mengelilingi mall tersebut.
Clara yang baru memasuki gerbang mall, segera menuju parkiran mall tersebut. Setelah mematikan mesin mobilnya ia segera turun dan naik menuju lobi.
Clara berjalan sambil melihat-lihat sesuatu yang menarik di matanya. Ia melihat-lihat pakaian, perhiasan, make up dan yang lainnya.
Dari arah Timur, Adhit masih mengikuti putri kecilnya yang berjalan mengelilingi mall.
drt drt drt
Kemudian langkahnya terhenti saat ponselnya bergetar. Adhit segera merogoh kantung celananya dan melihat siapa orang yang menghubunginya. Kemudian menjawab panggilan telphon itu dahulu karena memang sangat penting. Sementara Alicia kembali berlari-lari dengan kaki kecilnya diikuti oleh pengawal Adhit karena melihat tuannya sedang menjawab panggilan telphon. Saat sedang berbicara di telphon Adhit melihat anaknya berlari-lari.
Adhit sedikit menjauhkan ponsel dari dirinya dan berteriak. "Sayang jangan lari-lari nanti kamu jatuh" namun teriakan Adhit tidak di hiraukan oleh Alicia. Karena gadis kecil itu sudah agak jauh dari posisi Adhit saat ini.
Merasa peringatannya diabaikan oleh Alicia, Adhit segera melanjutkan langkahnya sambil terus fokus berbicara dengan orang yang menghubunginya di telphon. Karena fokusnya terbagi, sehingga menyebabkan kejadian yang tak terelakkan pun terjadi. Adhit tak melihat kedatangan seorang perempuan yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Perempuan itu adalah Clara, ia juga tidak melihat ada seseorang yang sedang berjalan kearahnya. Karena ia sedang fokus melihat ke arah toko pakaian yang menarik dimatanya dan berniat menghampirinya. Namun niatnya gagal karena tubuhnya ditabrak oleh seseorang.
"Akhh" teriak Clara saat dirinya di tabrak tubuh tegap laki-laki yang berjalan dari arah berlawanan dengannya. Seketika tubuhnya terhuyung dan hampir terjatuh. Dengan sigap Adhit langsung menangkap tubuh Clara dan terjadilah adegan tatap-tapan diantara mereka. Saking shoknya Clara sampai lupa bernapas. Seketika ia langsung sadar dan melepaskan tangan laki-laki itu dari tubuhnya dan berdiri segera menjauh dari laki-laki itu.
"Hei Nona, kalau jalan pake mata dong!!" bentak laki-laki itu pada Clara.
(Aneh banget nih orang, dia yang nabrak malah dia yang marah) gumam Clara dalam hati sambil memperhatikan orang yang ada di hadapannya. Sedangkan mata Adhit masih menangkap anaknya yang sedang berlari-lari.
"Hah apa? Apa saya tidak salah dengar? Bukannya kamu yang menabrak saya dan membuat saya hampir jatuh, tapi kenapa justru kamu yang marahin saya? seharusnya saya yang marah!! Bukannya minta maaf malah marah-marah, dasar aneh!!" jawab Clara tak kalah sengit.
Seketika Adhit langsung diam dengan wajah kesal. Karena baru kali ini ada perempuan yang berani membentaknya di tempat umum. Biasanya yang ada perempuan lain akan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian dirinya
(Hah, galak juga nih perempuan) gerutu Adhit dalam hati.
"Kamu juga salah!! lagian tadi kamu juga sudah saya tolong, kalau tidak kamu sudah jatuh ke lantai. Bukannya terimakasih malah nyolot" Adhit tak mau kalah dan menatap tajam ke arah gadis itu.
"Saya tidak butuh bantuan kamu! " serunya dengan tatapan dingin ke arah Adhit dan Membuat laki-laki itu membeku dengan tatapannya.
Orang-orang yang berlalu lalang melihat ke arah mereka, seolah-olah hal yang terjadi merupakan tontonan menarik bagi mereka. Mereka menyaksikan perdebatan sengit antara Adhitama Elvan Syahreza dengan perempuan yang tidak diketahui namanya.
Degh (Astaga, ternyata tidak hanya galak, dia juga dingin) Adhit ngomel-ngomel dalam hati.
"Kenapa diam? Baru sadar kalau salah! " Ucap Clara masih dengan ekspresi sama.
Alicia yang melihat Ayahnya sedang ribut dengan seorang perempuan langsung berlari menghampiri Adhit.
"Daddy, tangkap aku" ucapnya sambil berlari kearah Adhit. Adhit yang melihat anaknya berlari kearahnya langsung berjongkok dan melebarkan tangannya, ia tak lagi menjawab pertanyaan Clara. Alicia langsung menghambur kepelukan Adhit.
Merasa diabaikan membuat Clara semakin kesal. Namun saat melihat adegan manis didepannya membuat Clara heran (Ternyata dia sudah menikah, tapi kelakuannya kenapa masih kekanak-kanakan begitu?) gumamnya dalam hati. Kemudian ia kaget saat seseorang menarik ujung bajunya.
"Bibi, kenapa bertengkar dengan Daddy?" tanya gadis kecil itu dengan tatapan polos setelah ia melepas pelukan dari Ayahnya.
Clara langsung jongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. "Tidak apa-apa sayang, tadi Bibi hanya sedikit kesal. Karena Daddy kamu menabrak Bibi, namun tidak meminta maaf dan memarahi Bibi" jawab Clara polos yang berhasil membuat hati Adhit semakin jengkel.
(Dasar perempuan aneh) gerutunya dalam hati.
"Siapa namamu anak cantik dan umurmu berapa? " tanya Clara sambil memcubit gemas pipi gadis kecil itu.
"Alessandra Alicia Syahreza Bi, umurku 5 Tahun sebentar lagi. Bibi bisa memanggilku Alicia" jawabnya malu-malu.
"Wah sungguh nama yang cantik sama seperti orangnya" puji Clara pada Alicia.
"Bibi juga cantik" pujinya dengan suara centilnya.
"Semua perempuan memang terlahir cantik sayang, tidak mungkin tampan bukan? ucapan Clara sukses membuat Alicia tertawa.
Tanpa sadar Adhit juga ikut tersenyum mendengar jawaban perempuan itu.
"Bibi cantik namanya siapa?" tanyanya tiba-tiba.
"Nama Bibi Adsila Claretta Jasmeen sayang, kamu boleh panggil Bibi Clara" jawabnya pada si cantik Alicia.
Adhit hanya memperhatikan interaksi yang terjadi antara anaknya dan perempuan bernama Clara. Ia merasa sedikit heran, pasalnya Alicia tidak mudah untuk dekat dengan orang lain apalagi yang baru ditemuinya. Sedangkan dengan Neneknya saja ia hanya bicara seadanya, tapi dengan Clara, Alicia jadi sangat cerewet. Selama ini Alicia hanya akan banyak bicara kepadanya dan juga Alvaro.
Setelah percakapan singkat diantara keduanya berakhir. Clara segera berdiri dan mengusap kepala Alicia lembut.
"Sayang, Bibi pergi dulu ya" ucapnya sambil membungkuk dan mencium puncak kepala Alicia. Alicia hanya diam dan tidak menjawab sama sekali.
"Kalau begitu saya permisi" ucap Clara pada laki-laki yang masih berdiri di hadapannya. Namun laki-laki itu hanya diam dan tidak merespon ucapan Clara.
Saat akan melangkah pergi, tangannya di tahan oleh Alicia. Gadis kecil itu segera memeluk Clara seakan tidak membiarkan gadis itu pergi. Sehingga membuat Clara menghentikan langkahnya dan menghadapkan tubuhnya pada gadis kecil itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!