...PROLOG...
"Anterin Gue balik--"
Kinara lihat hanya pria mabuk yang duduk di sofa VVIP room night club, pria muda itu merentangkan kedua tangan, memicing mata, meminta tolong padanya.
Jaket jeans hitam membalut kaus top putih pemuda itu. Celana jeans hitam melapisi kaki sementara sepatu kets senada dengan baju atasannya.
Pria dengan tinggi 187 cm, bulu mata lentik, pahatan hidung yang tinggi, kuning langsat untuk kulitnya, alis kerang lurus menyempurnakan wajah itu sendiri.
Barusan, pria ini memesan taksi online dan inilah sebab kenapa Kinara Syanara berada di barisan para penikmat musik remix dan lampu temaram kelab malam.
Sopir taksi, wanita muda, Kinara Syanara cukup apes mendapat pesanan taksi dari pria mabuk yang sudah pasti akan menyusahkan.
Sebelumnya, Kinara menunggu di depan bar, ia menelepon pemesan bernama Alhambra dan Kinara diarahkan untuk masuk ke dalam kelab malam legal ini.
Jalan sempoyongan, terpaksa Kinara papah berat tubuh pemuda itu dengan pundak mungilnya yang rapuh. Keluar dari gemerlap dunia malam setelah melewati banyak sekali orang- orang yang mencibirnya.
Dandanan biasa Kinara tentu mengundang pasang mata mencaci. Kinara hanya memakai celana pendek coklat muda dengan saku timbul di sisi-sisi pahanya.
Kaus longgar, kemeja kotak sebagai luaran, dan topi yang menampilkan sosok tomboi wanita tangguh itu. Yah, tangguh karena Kinara bukan wanita yang ongkang- ongkang kaki untuk menerima fasilitas orang tuanya.
"Gue bayar Lu dua kali lipat karena mau jemput Gue ke dalem."
Sang pemuda meracau saat masuk ke dalam mobil, duduk menyandar pengar di jok penumpang bagian belakang.
Kinara memasangkan sabuk pengamannya, walau sulit dia lakukan. "Gue tambah tiga kali lipat bayarannya karena Lu udah mau bantu pasang seat belt Gue."
Kinara tersenyum nyengir untuk sesaat, semoga saja itu benar- benar terjadi. Sebab jauh di lubuk hatinya, Kinara yakin omongan orang mabuk tidak boleh terlalu dipercaya.
Kinara menutup pintu, berjalan memutari mobil lalu segera ambil kemudi. Kinara langsung tancap gas, menuju lokasi tujuan di mana pelanggannya akan pulang.
Tak jauh, hanya tiga puluh menit sampai di bangunan apartemen. Pemuda yang agaknya masih sadar walau pengar menyeletuk lagi.
"Lima kali lipat kalau Lo mau antarkan Alhambra sampai ke apartemen."
"Kamu janji-janji begitu, sebenarnya serius tidak sih hah?!" sergah Kinara.
"Lu pikir Gue nggak punya duit, apa?"
"Bayar dimuka dulu, lima kali lipat, baru setelah itu, kamu boleh meminta ku mengantar mu sampai ke unit apartemen!"
Alhambra tertawa khas pria mabuk, ia mengeluarkan dompet miliknya, menyodorkan banyak uang.
Satu gepok uang merah, dan Kinara yakin uang- uang itu asli karena sudah langsung ia terawang dengan senter khusus miliknya.
"Ambil sesuka Lu, terus, anterin Gue sampai ke unit apartemen!"
"Baiklah." Kinara mengambil beberapa uang untuk jumlah dari kesepakatan. Lima kali lipat dari harga seharusnya, dan dia akan antar pemuda mabuk itu hingga sampai ke tempat.
Tertatih Kinara papah kembali Alhambra hingga masuk ke lobby hingga berlanjut ke lift, dan yah, Kinara Syanara rela mengantarkan pria ini demi uang.
Walau di awal Kinara sempat bingung harus dengan cara apa mereka masuk? Alhambra justru muntah-muntah di depan pintu, bahkan tak bisa menjawab saat dia tanya di mana kuncinya.
Sempat Kinara meraba-raba seluruh tubuh Alhambra yang kegelian hanya demi mencari kuncinya, sampai ia dibuat sebal setelah tahu sesuatu hal yang membuat dirinya merasa bodoh.
Ternyata cukup mudah, karena mereka bisa langsung masuk setelah wajah Alhambra terindentifikasi oleh sensor di bagian lock.
"Kenapa nggak bilang kalau kuncinya cuma pake muka nyebelin kamu sih?" jutek Kinara. Alhambra hanya terkekeh menyebalkan.
Meski berliku, tiba juga Kinara di sofa putih hitam luxury, ia menjatuhkan Alhambra di sana kemudian duduk mengatur napas di sofa lainnya.
Keduanya sempat terdiam bersama untuk masing-masing rasa lelahnya. Dan agaknya Alhambra baru menyadari sesuatu setelah topi putih Kinara terbuka.
"Lu wanita, ya?" Alhambra menyelidik, bahkan tubuhnya maju, matanya memicing seperti sedang mewaspadai.
"Kamu pikir selama ini aku apa?"
"Gaya Lu kayak cowok." Alhambra tertawa menyebalkan, kemudian menarik tangan Kinara untuk dipeluknya. "Kalau Lu wanita, temani Gue tidur dulu sampai pagi, tenang, bayaran Lu akan Gue tam--"
Belum usai penawaran Alhambra, Kinara telah mendorong bahkan menendang burung Alhambra hingga terduduk di lantai.
"Oh, Sky Rain lihat anakmu ini," rintihnya.
"Jangan harap kamu bisa sentuh aku!
Kinara melenggang pergi, menghentak pintu hingga terdebam keras tanpa peduli dengan pemuda yang kesakitan karena tendangan bebasnya.
"Gue sekarat. SIAL!" Alhambra bangkit tertatih memegangi miliknya.
"Bisa- bisa impoten seumur hidup Gue kalau begini ... Gadis TAKSOL SIALAN!!"
...Buku remaja yg entah ke berapa, semoga kalian syuka seperti cerita² remaja Pasha yg lainnya yaa mentemen 🫂 Jangan lupa tekan tombol ❤️, like sama komen buat semangat Pasha 💋 Tolong cetak rekor, supaya keluarga Rain ada yg bisa tembus 80 bab terbaik, kayak anak² Miller, ya🤗...
📞 "Bye Hambra!!" Lewat panggilan video gadis cantik itu mengudarakan ciumannya.
"Bye, Sayang ... aku tunggu tiga bulan lagi, dan aku akan menciummu secara langsung."
📞 "Genit, ya. Tuan mudanya, Echy."
"I love you--"
📞 "Echy love you too!" Panggilan ditutup.
Alhambra Rain nama pemilik paras rupawan yang duduk di kursi kantin. Mahasiswa most wanted jurusan kewirausahaan yang tidak pernah serius mengikuti kelas.
Pemuda tampan pemilik darah Sunda bahkan sang ayah masih ada campuran Inggris Raya. Netra dengan polesan warna biru menjadi ciri khas keluarga blasterannya.
Sayangnya, anak setampan itu, memiliki perangai yang bisa dibilang sangat amat buruk untuk ukuran pria muda dari kalangan old money.
Culas, pemalas, menghambur-hamburkan uang orang tua, memiliki banyak sekali wanita di dalam hidupnya, dan saking banyaknya pacar, Alhambra sampai harus menandai mereka semua dengan papan nama di dada.
Untuk memperbaiki sifat Alhambra, segala cara sudah dilakukan orang tuanya. Sayang, pemuda bungsu itu cukup bebal untuk mendengarkan suara-suara orang lain.
Apa pun yang Alhambra suka, hanya itu yang dilakukan olehnya. Dan jurus terakhir orang tuanya hanya menikahkan pemuda gila itu dengan wanita yang diincarnya selama ini.
Alhambra memiliki wanita pilihan yang sedari kecil dia sukai. Tiga bulan terhitung dari sekarang, pernikahannya bersama wanita impiannya akan benar-benar terlaksana.
Echy mahasiswi cantik Oxford, bukan karena Echy anak orang kaya melainkan memang Echy cukup cerdas.
Echy hanya putri dari pengasuh Alhambra, dan sedari kecil Alhambra sudah amat sangat mencintai gadis berdarah Jawa tersebut.
Demi hidup bersama seorang Echy, Alhambra bahkan rela mencari alasan untuk memutuskan seluruh pacar-pacarnya.
"Minggir-minggir!" Freya Badjideh tiba, gadis itu duduk meletakkan bakso tepat di meja depan Alhambra.
"Lu jadi nikah muda?" Depa bertanya, ia juga merupakan mahasiswa penting di kampus ini, selain aktif di kegiatan BEM, Depa juga aktif di kegiatan aktivisme. "Serius sama Echy?"
"Hmm." Alhambra mengiyakannya dengan angkat bahu yang terkesan bangga. Yah, bagaimana tidak bangga, Echy terkenal dengan kecantikan dan kecerdasannya.
Freya menggeleng takjub. "Bokap Lu keren juga. Definisi orang kaya bisa nunjuk siapa jodohnya nggak sih?!"
"Semoga bidadari Lu bisa berhasil bikin Lu taubat dan kembali ke jalan yang benar, nggak mabuk- mabukan lagi." Daniel datang-datang langsung menepuk punggung Alhambra.
"Eh, Kinara-Kinara!"
Freya tersedak kuah setelah tepukan Depa mengenai punggungnya. Belum sempat Freya protes, gadis berpakaian tomboi yang berdiri di depan lemari minuman-minuman kaleng, menyapa balik Depa dan Freya.
"Hay--"
"Hay--" Senyuman kejauhan yang tampak datar sebab Kinara memang se-tak acuh itu.
Alhambra mengunyah permen karetnya, gaya tengil seperti ciri khasnya. "Siapa?"
"Murid beasiswa, anak dari fakultas sastra dan budaya, dia aktivis juga bareng Gue."
"Oh." Alhambra manggut-manggut. Yah, hanya anak cupu yang tidak menarik sama sekali.
"Kayaknya dari sekian banyak cewek di sini, cuma Kinara deh yang nggak akan pernah bisa Lu sentuh, Bra!" kata Freya.
"Masa?" Alhambra tertawa meremehkan, terkekeh samar untuk seorang Kinara. Mana ada wanita normal yang menolak pesonanya?
"Dia cewek yang paling beda." Depa mengepal kuat tangannya, seolah mengibaratkan jika Kinara memang setangguh itu.
"Mana ada cewek yang nolak sama pesona Alhambra hmm?" sahut Alhambra lagi.
"Mau taruhan nggak?" Rochmat tiba-tiba merangkul pundak Alhambra dan Depa yang memang duduk bersisian. "Pacarin Kinara, Lu dapet motor gede Gue!"
"Serius?" Alhambra sudah lama mengincar motor gede milik Rochmat. Bukan karena terlalu mahal, justru karena Rochmat merakit sendiri motor tersebut hingga langka.
Kalau soal uang, Alhambra terbilang tidak pernah kesulitan. Dia bisa tunjuk motor mana pun yang ada di showroom.
Masalahnya, Rochmat ini memiliki bakat khusus merakit motor antik dan motor itu sudah diincar Alhambra sedari tahun lalu.
"Plus ciuman Gue." Karla tersenyum saat duduk di sisi Freya. Sementara Freya sendiri masih asyik menelan satu persatu baksonya.
Ciuman Karla? Gadis terseksi yang menjadi cheerleaders tim basketnya? Ah, sepertinya Alhambra akan terima tantangan ini sebelum ia benar-benar menikahi Echy.
"Gampang!" Alhambra terkekeh.
Depa cukup mengenal siapa Kinara, pemuda berjaket putih itu tertawa. "Jangan mundur kalau nanti burung Lu ditendang, ya?"
"Tapi tunjukan pada Yura, kamu bisa, Bra!"
Alhambra memutar bola matanya. Sedang di waktu yang sama, matanya juga menangkap terpakunya sosok Kinara saat memandang kepada dirinya.
Hal yang tentunya membuat Depa dah Freya lantas melongo bengong. "BTW. Kinara ngapain lihatin, Lu segitunya Bra?"
Jiwa menyebalkan Alhambra bergejolak melihatnya, ia mencubit kerah jaketnya dengan serta tawa yang tengil.
"Gue bilang juga apa, Gue bisa bikin dia jatuh cinta cuma dengan jentikan jari. Lu pada nggak usah ngajarin katak berenang deh!"
Alhambra bangkit dari duduk, membuang permen karet ke sembarang arah sembari mendekati tubuh Kinara yang diam terpaku.
Bukan karena terpesona, Kinara hanya sedang mengingat-ingat sesuatu. Dan yah, sepertinya tidak salah lagi, pemuda ini pelanggan taksi online yang kemarin malam berusaha membayarnya untuk tidur bersama.
"Mimpi apa aku, ketemu lagi sama cowok mesum ini lagi? Tunggu ... jadi, cowok mesum ini kuliah di sini juga?"
Mungkin Kinara terlalu sibuk dengan kegiatan hingga tidak sadar jika pemuda ini juga kuliah di kampus yang sama. Walau cukup maklum karena mereka berbeda fakultas.
"Aku tahu kau terpesona."
Alhambra meraih coklat bar dari saku jaketnya. Mengulurkan kepada Kinara yang lekas mundur satu langkah.
"Maukah kamu, menjadi pacar ku?"
Kinara melotot penuh karena cukup shock. Bagaimana tidak, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba pemuda itu menyatakan cinta?
"Maaf aku sibuk!"
Kinara baru akan pergi, dan untuk pertama kalinya ada wanita yang berbalik badan ketika Alhambra menyatakan cinta.
"Tunggu!" Alhambra harus berikan pelajaran padanya, dia tidak terima dengan penolakan yang bahkan mulai membuatnya mendapat sorakan dari teman-temannya.
Ditariknya lengan Kinara untuk dicium bibirnya secara sepihak. Sayangnya bukan kecupan yang mendarat, karena tamparan Kinara sudah lebih dulu mengenai pipinya.
"Aku bilang aku sibuk, aku bilang aku tidak mau berurusan dengan mu, paham?!"
Kinara pergi meninggalkan Alhambra yang hanya bisa tercenung di tempat sembari menatap berlalunya punggung wanita itu.
Sorakan pujian tertuju pada Kinara dan sorakan mencibir terasa untuk Alhambra, bahkan tawa renyah sesama anggota JAS-MotorClub juga tidak kalah kencang.
Kinara tiba di kediamannya setelah cukup banyak mengantarkan berbagai macam jenis penumpang taksinya. Ini rumah tinggal sederhana peninggalan almarhum ibunda tercinta yang wafat dua puluh tahun lalu.
Tepatnya, Kinara sudah yatim piatu saat ini, dan tujuh tahun dari semenjak kematian Papa, Kinara menetap bersama ibu tirinya.
Yah, tidak salah, ibu tiri beranak satu, wanita bernama Miranda yang dinikahi satu tahun sebelum almarhum Papanya meninggal.
Sejak Papanya wafat, tentunya Kinara terpaksa harus kuat, harus menghidupi dirinya sendiri dari makan hingga biaya kuliah.
Sudah cukup lama, Kinara menjadi sopir taksi dengan mobil rentalan. Yah lumayan lah, hasilnya bisa untuk biaya transportasi, buku- buku kuliah, dan lainnya. Kalau untuk uang semester, Kinara sudah mendapat beasiswa.
"Hello, cupu?!"
Baru datang sudah disambut dengan teriakan saudari tirinya. Ialah; Echy anak yang dibawa ibu tirinya saat menikahi almarhum Papanya.
Gadis itu masih seusia dengan Kinara. Hanya saja, Echy cukup beruntung karena warisan dari ayah kandungnya yang entah siapa bisa membuat gadis itu kuliah di kampus ternama kota London Inggris.
Tidak hanya kuliah di kampus yang bagus, Echy juga beruntung memiliki paras yang amat sangat cantik. Modis, fashionable dan terlihat sekali value-nya.
Wasiat almarhum Papa sebelum meninggal; mengatakan untuk tidak mengusir ibu dan adik tirinya. Maka meski Echy cukup berisik dan banyak tingkah, Kinara sabar.
Yah, walau Kinara akui sekali, selama ini ibu tirinya begitu baik. Kekurangannya hanya tidak memiliki pekerjaan tetap saja.
Itulah yang membuat Kinara harus serba menghidupi dirinya sendiri. Kinara paham bila mana ibu tirinya tidak mampu mencukupi biaya kuliah dua putrinya secara bersamaan.
Sebagai anak tiri, Kinara harus banting tulang untuk kuliahnya sendiri. Yah, selagi ibu tirinya bukan ibu tiri jahat seperti yang ada di kisah Cinderella, setidaknya ini tidak buruk.
"Ini buat kamu!" Kinara cukup bingung saat menerima paperbag berisi gaun. "Aku mau nikah sama cowok tajir, jadi pakai itu buat minggu depan, ya."
"Acaranya minggu depan?" Kinara bahkan baru tahu jika Echy akan menikah minggu depan, padahal mereka bertemu setiap hari.
Walau Kinara harus sadar diri juga, sedari dulu, Echy yang amat sangat cantik dan seksi tidak pernah menganggap dirinya saudara.
"Iya ... acaranya minggu depan. Dan Echy mau kamu dandan yang cantik biar kamu nggak malu-maluin aku di sana."
...\=//°°°®™©™°°°//\=...
Sesuai rencana awal, Kinara cantik dengan gaun putih pemberian Echy. Walau tidak begitu nyaman karena sering terpeleset oleh sepatu heels miliknya, Kinara tak menyerah.
Acaranya meriah, sepertinya memang benar jika keluarga dari mempelai pria memang amat sangat kaya. Baru tiba di depan saja, sambutan punggawanya begitu ramah.
Kinara cukup kebingungan menatap ke sekeliling, di dalam acara yang semegah ini, Kinara tak memiliki satu pun teman ngobrol.
Kinara hanya diam, sampai ada satu orang menepuk pundaknya dari belakang, kemudian menyuruhnya masuk ke dalam ruangan milik pengantin.
Yah, ini wajar mengingat Kinara masih adik tiri dari calon pengantinnya. Tiba di ruangan tersebut, matanya menyisir segala arah demi mencari mempelai wanita.
Bukan pengantin bahagia, Kinara justru menyaksikan tangisan ibu tirinya. Wanita itu duduk di lantai, dalam kondisi menyedihkan.
Lewat panggilan video, Miranda dan Echy adu teriakan. Kinara sendiri masih cukup bingung dengan apa yang terjadi di sini.
Ke mana Echy si mempelai wanita, dan kenapa Miranda sang ibu tiri menangis sampai melunturkan maskara-nya?
Miranda bangun dibantu Kinara, sejauh ini Miranda memang selalu bersikap baik pada anak tirinya.
"Apa yang terjadi, Ma?" tanya Kinara.
Miranda menggeleng kepalanya menangis.
"Cerita sama Kinar ada apa?"
"Echy kabur dari pernikahan, Sayang. Echy nggak mau dinikahkan dengan putra kedua keluarga Rain karena--"
"Karena apa?"
Acara sudah ramai begini, Echy malah kabur entah ke mana. Di luar para tamu undangan sudah berdatangan dan apa yang akan terjadi pada ibu mereka jika sampai keluarga mempelai pria tahu Echy melarikan diri?
"Satu minggu sebelum acara ini, Alhambra mengalami kecelakaan. Dan, Echy menganggap dirinya tidak pantas mendapatkan calon suami yang lumpuh."
"Apa?" Kinara tak dapat katakan apa pun.
"Padahal Mama punya banyak hutang. Dulu Papa kamu meminjam modal ke keluarga Rain untuk buka usaha baru. Tapi, sekarang boro- boro untung malah buntung."
"Ya Tuhan--" Demi apa pun Kinara baru tahu soal hutang piutang ini, "kenapa Mama baru cerita soal ini?"
"Mama tidak ingin kamu merasa bersalah sama Mama, Sayang." Miranda memelas.
"Kinara akan bantu sebisanya. Kinara akan bantu melunasi secepatnya."
Miranda menggeleng. "Itu tidak mungkin, Sayang. Tidak mungkin."
"Kenapa? Sebanyak apa hutangnya?" sergah Kinara, dia akan bekerja lebih giat lagi untuk menutup hutang- hutang ayahnya.
"Masalahnya, keluarga Rain tidak mau dibayar dengan uang. Mereka sudah cukup banyak uang, Kinar, yang mereka butuh mempelai wanita, mereka hanya mau dibayar dengan calon pengantin untuk putra keduanya.
Kinara bergeming.
"Kamu lihat sendiri, semua tamu sudah datang ke sini. Mereka pasti akan mencaci maki Mama karena kebodohan Echy."
"Ya Tuhan--" Kinara serba bingung sekarang, apa lagi, mereka sudah berurusan dengan orang paling kaya katanya. "Jadi apa yang bisa Kinara bantu, Ma?"
"Echy lari. Tapi, Mama juga nggak mungkin mengirimkan kamu untuk keluarga sombong itu, Sayang, tidak mungkin. Jadi biar Mama saja yang pergi ke tempat mereka untuk mengatakan yang sebenarnya."
"Mengatakan apa, Ma?" tukas Kinara.
Miranda mendengus lirih. "Echy menolak menikah, dan mereka boleh memenjarakan Mama saja sebagai jaminan pengganti hutang-hutang Papa kamu sebelum wafat."
"Jangan, Ma!" sergah Kinara.
"Lalu bagaimana?"
Kinara juga tidak yakin, tapi dia akan mencoba lakukan sesuatu untuk ibu tiri yang selama ini bersikap baik padanya.
"Kalau Echy tetap tidak mau datang ke sini lagi. Biar Kinara saja yang menikah dengan putra kedua keluarga Rain," baktinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!