"Jika kau ingin merubah takdir, yang cukup kamu lakukan adalah jangan terus menerus mengikuti air."
Aku terbangun dalam atap dan dinding yang sedikit rapuh dan ringkih, aku tidak tahu mengapa aku bisa berada disini. Dengan sedikit cemas aku memeriksa seluruh tempat di sekitarku, tetapi aku tidak menemukan hal aneh selain tempat asing yang sedikit berantakan. Namun beberapa saat kemudian ada sebelah tangan yang meraba punggung ku dengan gelisah. Aku kaget dan juga terkesima. 'siapakah gadis cantik yang berada tepat di hadapanku ini?'
"Kamu sudah sadar?," Tanya gadis itu dengan lembut.
Aku yang masih terkesima dengan kecantikannya menjawab dengan terbata-bata "I-iya".
"Syukurlah!"
ucapnya sambil meraba-raba dinding dan membalikan badannya dan mulai duduk pada kursi yang tersedia di ruang yang mungkin juga bisa disebut sebagai ruang tamu.
"Hei, Apa yang membuatmu tertidur di depan rumahku?" Tanya nya.
Aku bingung ingin memberi jawaban seperti apa, karena aku benar benar tidak mengingat apapun, bahkan sekarang jika di pikir-pikir aku sama sekali tidak mengetahui siapa diriku dan mengapa aku bisa berakhir di tempat gadis ini.
"Tidak apa jika kamu tidak ingin menceritakannya, dan maaf jika aku hanya bisa membalut lukamu dengan sehelai kain, karena..hmmm...kamu bisa lihat sendiri aku tidak bisa melihat, aku hanya mendengar mu meraung seperti kesakitan pada dada mu saat kamu sedang tidur, jadi aku berinisiatif untuk membersihkan dan mengobatinya meski hanya dengan itu."
Aku baru tersadar bahwa memang dadaku telah terbalut oleh kain, saat gadis itu membicarakannya.
"Terimakasih banyak, begini sudah cukup membantuku, maaf bila merepotkan mu." Ucapku.
"Tidak apa-apa". Jawabnya, ia pun lalu berdiri dan berjalan ke Arah dapur.
Aku termenung sejenak sambil mengingat-ingat dengan keras tentang apa yang sebenarnya nya terjadi pada diriku, namun semakin aku mengingat-ingat hanya membuat kepalaku sakit. Dari pada aku membuang-buang waktu untuk memikirkan hal yang sulit, aku beranjak merapikan barang-barang yang berceceran di sekelilingku.
Saat hampir selesai membereskan ruangan terdengar suara seperti barang yang berjatuhan dari arah dalam, akupun langsung bergegas melihat apa yang sebenarnya terjadi dan ternyata aku lihat gadis itu tersungkur di lantai dengan sayuran yang berantakan.
"Apa kamu baik-baik saja?" Ucapku sambil memegang tangan dan pundaknya.
"t-tidak! Aku tidak apa-apa!". Jawabnya tegas sambil menyela tanganku.
"Maaf aku menyentuhmu tiba-tiba, aku ti-tidak bermaksud untuk.. Aku hanya ingin membantumu". Ucapku.
Aku benar benar takut perbuatanku yang tiba tiba membuatnya marah.
"M-maaf, aku hanya terkejut, karena sebelumnya tidak ada yang menyentuh-ku, aku lupa bahwa sekarang ada orang lain dirumah ini". Ucapnya.
Sepertinya kita berdua sama-sama salah faham dengan apa yang terjadi dan membuat keadaan menjadi sedikit canggung.
"Kamu sedang ingin membuat apa?".
Ucapku sambil membereskan sayuran yang berceceran.
"Aku ingin memasak" Ucapnya.
"Biar aku bantu". Jawabku.
"Tidak usah itu akan merepotkan mu, biar aku sendiri saja." Ujarnya.
"Tidak apa-apa, sebagai ucapan terimakasih telah menyelamatkanku." Jawabku.
Kita berdua memasak bersamaan dan akupun terkejut dengan caranya memasak, sayur-sayur yang ia masak tak di potong-potong terlebih dahulu, ia masukan berbagai macam sayur itu langsung kedalam panci.
Aku menanyakan hal itu, "Mengapa tidak di memotong sayurannya terlebih dahulu?"
dia menjawab, "memotong sayuran itu sulit, jariku selalu ikut terkena irisan pisau."
sebenarnya itu jawaban yang seharusnya sudah aku ketahui, bodohnya diriku malah bertanya seperti itu.
"Maaf, aku benar-benar lupa." Ucapku dengan penuh rasa bersalah.
"Tidak, tidak perlu meminta maaf." Jawabnya dengan lembut.
"Baiklah, tapi sekarang sudah ada aku disini, biarkan aku yang mengiris sayur-sayuran itu." Ucapku.
Lalu kita berdua bersama-sama memasak sayuran yang entah apa nama masakan yang sedang kami masak ini.
Sejujurnya aku tidak mengerti mengapa ini semua bisa terjadi, ada banyak hal yang tidak aku mengerti seharian ini, aku sama sekali tidak mengerti bagaimana cara takdir bekerja.
Entah mengapa selama memasak bersamanya, aku selalu terkesima dengan kecantikannya dan tanpa sadar aku terus memandangi wajahnya. Timbul pertanyaan kecil di hati, 'apakah dia benar-benar buta?,' Mengapa gadis berparas bak malaikat seperti ini diberi kekurangan yang cukup berat untuk di terima.
Lalu Akupun melambai-lambaikan tangan-ku di depan wajahnya, benar saja dia tidak berkedip sama sekali, dia benar-benar buta.
Begitulah tuhan yang maha adil menegaskan, bahwasanya tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali diri-nya.
secantik bidadari pun memiliki kekurangan. Hakikat manusia memang untuk saling melengkapi.
"Terimakasih atas makanannya, oh ya sepertinya kita belum bertukar nama, namaku alaina, kalo kamu?" Ujarnya.
Pertanyaan yang sangat sederhana namun sulit untuk ku jawab, membuatku termenung cukup lama dan coba untuk mengingat-ingat kembali siapa nama diriku, namun sia-sia Aki tak berhasil mengingat namaku sendiri.
"H- hey!, apa kamu baik baik saja?,"Celetuknya sontak menyadarkan segera dalam lamunan.
" I-iya aku tidak apa-apa, tapi ada yang ingin aku katakan, sebenarnya aku tidak tahu siapa diriku sebenarnya, bahkan alasan mengapa aku bisa berakhir di depan rumah mu seperti yang kau tanyakan sebelumnya , jujur aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi dan sama sekali tidak ingat apapun".
Mendengar pernyataan dari ku gadis tersebut terdiam dan termenung seolah-olah sedang mengingat sesuatu, tapi aku tidak tahu itu hanya firasatku saja. Atau mungkin dia hanya sedang berfikir dan berprasangka bahwa aku sedang berbohong.
"Apa benar begitu? Aku turut prihatin ..." Jawabnya dengan penuh perhatian.
"Iya benar begitu, apa kamu percaya?," Tanyak ku.
"Iya aku percaya." Jawabnya.
"Kok kamu bisa percaya semudah itu, apa kamu tidak takut padaku? Bagaimana kalo aku sebenarnya orang jahat yang sedang menyamar untuk menyakitimu!" Tanyaku dengan tegas.
"Kalo kamu memang orang jahat, mungkin saat aku terjatuh kamu tidak akan membantuku, dan kita tidak akan makan bersama saat ini, aku percaya ceritamu dan percaya jika kamu orang baik." Ucapnya sambil tersenyum ramah.
Entah apa yang membuatnya mudah percaya pada orang asing seperti aku ini, tapi mendengar dia berkata seperti itu membuat aku begitu senang, dan rasa hangat di dalam dada
"Baiklah, kalo begitu, bagaimana jika aku memberikan sebuah nama untuk mu?, itu ide yang bagus bukan?, lagi pula aku memiliki cita - cita untuk menamai seseorang suatu hari nanti, karena ada kamu sekarang yang tak memiliki nama, mari capai cita-citaku sekarang!" Ucapnya dengan penuh semangat.
Terdengar sangat lucu di kuping ku saat dia berkata seperti itu , dan suasana yang hangat ini seperti mengingatkanku akan sesuatu yang dahulu pernah terjadi tapi entah itu apa aku sama sekali tidak mengingatnya.
"Hey bagaimana?! Kok kamu diam saja, apa kamu tidak ingin aku memberikanmu nama?" Celetuknya sontak menyadarkan ku dari lamunan.
"H-hem, baiklah berikanlah aku nama yang bagus!" Jawabku.
"Nah.. Oke sebentar aku pikirkan dulu, "Ucapnya.
Lalu ia beranjak dari tempat duduk sambil memikirkan namaku. "Nah! Gelas!, namamu sekarang gelas!" Celetuk nya, Saat tangannya menyentuh gelas di meja.
"Tidak-tidak! Masa gelas, yang bagusan dikit dong alaina." Jawabku.
"Haha iya-iya aku cuman bercanda," Lalu ia kembali memikirkan nama yang bagus untuk-ku.
"Ah, sendok!"
"Piring!"
"Hmmm, centong!"
"Garpu!".
"Sebutin aja semua! Coba kiri dikit tuh ada termos! Awas kesenggol panas!" Ucapku, yang sedikit merasa kesal karena ia hanya main-main dan hanya menyebutkan semua yang disentuh oleh tangannya. Tapi entah kenapa perasaan ku senang, karena ini membuat suasana antara aku dan dia manjadi akrab.
"Sekarang serius, mmmm..... Ali! Ya Ali-ali-ali-ali! Namamu sekarang adalah Ali, bagus bukan?" Ucapnya dengan penuh semangat.
"Ali ya? Hmmm.. Bagus kok, Ali."Jawabku.
"Tapi seperti masih ada yang kurang, coba kita kasih tambahan dibelakangnya seperti, Ali hmmmmm Ali apa ya???... Ah iyaa, Ali sendal jepit, sangat cocok untukmu! Hahaha..." Celotehnya.
"Tidak! Ali saja sudah cukup!" Jawabku.
Sebenarnya aku cukup terkejut dengan sikap alaina yang ternyata cukup periang dan penuh tawa, ini sangat merubah kesan ku kepadanya saat pertama kali berbicara dengannya, ku kira dia adalah gadis yang lugu dan pendiam tapi ternyata aku salah. Ternyata dia adalah gadis yang amat periang.
Dan begitulah awal aku bertemu dengan alaina,gadis penyelamat hidupku, pertemuan diantara kami tidak memiliki rasa canggung yang begitu lama, semua mengalir begitu cepat seperti kami sudah saling mengenal satu sama lain begitu lama. Mungkin kehilangan ingatanku adalah bagian dari takdir pertemuan ku dengan dirinya.
Setelah selesai makan, aku mengusulkan untuk membagi tugas saat ini, aku meminta Alaina untuk beristirahat dan membiarkan aku yang membereskan meja dan mencuci piringnya, karena aku melihat Alaina tampak kelelahan jadi aku tak ingin ia melakukan hal-hal yang bisa aku lakukan.
Setelah selesai membereskan pekerjaanku, aku berjalan ke halaman rumah untuk melihat keadaan sekitar, tampak terlihat sekelilingku adalah kebun dan hutan juga gunung dan gunung yang terlihat sangat indah dan menakjubkan, tapi sepertinya tempat ini sangat jauh dari pemukiman, karena aku tidak melihat ada rumah atau semacamnya di kejauhan sana, tetapi tempat ini cukup menenangkan untuk di tinggali.
"Cih, Pria bodoh sudah sadar!". Terdengar celotehan seseorang, namun aku tidak melihat ada orang lain di sekitarku, dan suaranya tidak seperti alaina. Aku hanya melihat seekor burung gagak berbulu hitam pekat yang baru hinggap di pagar rumah Alaina, ia seperti sedang menatap kearah ku.
"Apa yang sedang kau lakukan, bodoh!" Celoteh burung itu.
Mendengar itu, aku sedikit terkejut melihat gagak bisa berbicara, aku langsung mengecek suhu badanku, dan sepertinya kondisiku masih buruk, mungkin itu yang membuatku berkhayal, menganggap burung itu berbicara kepadaku, aku pun bergegas masuk kembali ke dalam rumah Alaina untuk beristirahat, namun sesaat aku melewati burung itu, burung itu kembali berbicara, "jangan acuh kan aku, bodoh!" Aku langsung syok mematung, ternyata burung itu benar-benar bicara kepadaku, aku pun langsung bergegas masuk kedalam rumah dan menutup pintu dengan cepat, aku takut itu adalah iblis yang sedang menyamar.
"Apa yang sedang kau lakukan, menutup pintu dengan keras seperti itu?" Tanya alaina.
"Aku melihat burung yang bisa bicara, aku takut itu adalah iblis yang menyamar!" Jawabku.
"Ahahaha... Bukan, itu bukanlah iblis, dia itu hewan familiar mendiang ibuku, Ali". Ucap Alaina sambil tertawa.
"Aku tidak tahu ada hewan seperti itu alaina,"Jawabku.
Aku tidak tahu bahwa ada semacam itu di dunia ini, mungkin karena aku hilang ingatan aku jadi melupakan sesuatu yang ada di dunia ini.
"Sekarang buka pintunya, biar aku perkenalkan." Ucap Alaina.
Akupun langsung membuka kembali pintunya, lalu burung itu langsung ber-celoteh dan mengolok-olok ku, "menganggap ku sebagai iblis, kau memang benar, benar pria bodoh, paling bodoh di dunia ini!".
" Maaf, aku tidak tahu! ..."
"Sudah-sudah jangan di teruskan, perkenalkan Ali namanya adalah reno, reno nama dia sekarang adalah Ali, aku yang memberikannya nama." Ujar Alaina.
"Cih tidak penting bagiku!" Celoteh burung itu lalu pergi meninggalkan kami berdua.
"Walaupun ia bersikap seperti itu, tapi sebenarnya dia se orang yang baik hati, jadi tak usah di ambil hati perkataannya, kalian hanya belum saling mengenal dengan baik saja." Ujar alaina.
Aku sebenarnya tidak mengerti tentang hal-hal baru yang aku mengerti dan masa lalu yang tidak aku ketahui, ini sangat membingungkan ku. Aku kehabisan energi untuk mencerna hal-hal yang belum aku mengerti, lebih baik saat ini aku kembali beristirahat tak perlu memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku sakit.
Lebih baik ku tutup lebih cepat lembaran baru dan hari pertamaku terlahir kembali di dunia ini, melupakan semua tentang diri sendiri dan terbangun di tempat yang tidak di ketahui, bertemu dengan seorang gadis cantik dan burung gagak hitam pekat yang bisa bicara, sungguh satu hari yang sulit untuk di cerna oleh kepalaku, tapi ku berharap pada hari ini, akan menjadi sebuah pertanda baik untuk hari esok dan seterusnya.
"Oo-oo-ooo... burung terus mengepakan sayapnya,... melawan badai yang menerjang.... Walau hidup tak senang, jangaaan lah kau menyerah... Tersenyum laah....bahagiaaalah .... karena aku kan selalu hidup dalam hatimu... Percaya laaah... Semua kan hilang, semua kan berlalu.... Jadi jangan lah menangis..🎶" .
Alunan lagu yang indah membangunkan ku dari mimpi yang semu, siapakah orang dibalik suara merdu ini? Seketika itupun membuka jendela kamar untuk mencari jawaban siapa orang dibalik suara merdu ini, dan ternyata itu adalah Alaina, ia sedang bernyanyi di halaman rumah diiringi kicauan-kicauan burung yang memperindahnya, akupun sontak terkagum-kagum melihatnya lalu aku beranjak pergi dari kamar untuk menemuinya.
"Suara dan lagu yang indah sekali!" Ucapku kepada Alaina yang sedang asyik bernyanyi.
"Eh, kau sudah bangun Al." Ujarnya.
"Lagu apa yang baru saja kamu nyanyikan?" Tanyaku.
"Oh.. Itu adalah lagu ciptaan rosella dan dia adalah ibuku. itu adalah lagu favorit ku yang akan selalu ia nyanyikan ketika ia melihatku aku sedang sedih atau ketika aku merasa gundah". Ujarnya.
"Lagu yang bagus, tapi apa sekarang kamu sedang merasa sedih, Alaina?, soalnya aku melihat raut wajahmu seperti sedang sedih," Tanyaku.
"Hmm.. Tidak hanya saja aku sedang merindukan mendiang ibuku, biasanya saat pagi seperti ini aku sedang di manjakan oleh ibuku, sekarang semua tidak bisa aku rasakan lagi, aku sangat merindukannya ..." Ujarnya dangan wajah yang sedih.
"Maaf jika aku menanyakan hal yang tidak seharusnya." Ucapku sedikit merasa salah karena telah menanyakan hal yang membuatnya sedikit merasa sedih.
"Tidak apa apa Al, kamu tidak perlu meminta maaf, dan aku juga ingin menceritakan suatu hal tentang itu kepadamu dan aku ingin meminta tolong kepadamu, aku selalu memikirkan hal ini setelah kepergian ibuku," Ujarnya.
"Ceritakan saja , aku akan mendengarkannya." Ucapku.
Alaina pun menceritakan bagaimana ibunya meninggal, "ia berkata bahwa 3 tahun yang lalu ketika keadaan Alaina semakin memburuk karena sebuah penyakit. Dia mengatakan bahwa dulu sejak kecil kondisi tubuhnya sangat rapuh, bahkan dahulu untuk berjalan pun tidak bisa,"
Kembali lagi pada cerita rosella ibunya Alaina, "saat itu Ibunya berkata kepada Alaina bahwa ia akan pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan herbal dan seekor lebah mariana untuk dijadikan obat untuknya dan akan kembali lagi sebelum matahari terbenam, lalu ibu Alaina pun pergi hanya meninggalkan Alaina bersama reno seekor burung gagak yang bisa bicara (hewan familiar ibunya),"
Lanjut cerita, "ternyata hingga larut malam rosella ibunya Alaina tidak kunjung kembali, Alaina yang gelisah memaksakan dirinya untuk beranjak jalan ke halaman rumah untuk menunggu ibunya datang, namun 2 hari berlalu ibunya tak kunjung pulang, Alaina yang resah hanya bisa menunggu kepulangan ibunya sambil bernyanyi lagu yang biasa ibunya nyanyikan untuknya. Hingga hari berikutnya pun tiba, dalam keresahan Alaina menunggu ibunya tiba-tiba ia mendengar suara deru rerumputan yang terinjak perlahan, ia menyadari bahwa ibunya telah kembali pulang, Alaina pun tersenyum bahagia dan memanggil ibunya sekuat tenaga "ibu!!! Akhirnya Ibu pulang!". Namun reno si gagak tiba tiba berkicau keras, membawa pesan keresahan, benar saja saat ibunya tiba di hadapan Alaina, ibunya langsung tersungkur lemas memeluk Alaina, Alaina yang menyadari bahwa ibunya pulang dalam keadaan terluka, hanya bisa memeluk erat ibunya, dalam keadaan sakaratul maut ibunya meminta maaf karena tidak bisa menepati janjinya untuk pulang sebelum matahari terbenam dan ia menambahkan bahwa ia berhasil mendapatkan obat ramuan untuknya".
"Maafkan ibu Alaina.. Sebelum ibu pergi dan benar benar meninggalkanmu.. Apapun yang terjadi walaupun kamu merasa kesepian jangan sesekali untuk mendekati hutan, jagalah kesehatanmu dan mintalah bantuan kepada reno jika kamu membutuhkan sesuatu ia akan menjagamu, jadilah anak yang hebat dan minumlah ramuan ini dan kamu akan segera pulih dari penyakitmu, aku sangat menyayangimu Alaina". Itu adalah kata - kata terakhir dari ibu Alaina.
Cerita yang sangat begitu membuat diriku ikut merasakan kesedihan yang Alaina rasakan, aku tak sanggup membendung air mataku.
"Mengapa kau menangis?," Tanya Alaina.
"Hmm aku hanya sedikit merasakan kesedihanmu, kamu sangat hebat Alaina, mampu bertahan dari semua pahitnya hidup, aku takjub padamu!" Ujarku.
"Hmm.. Baiklah mari kita sudahi suasana yang buruk ini, mari ikuti aku menari dan bernyanyi!" Ucapnya.
"Hah,.. menari? aku tidak bisa melakukan itu ..." Ucapku.
"Sudah ikuti aku saja! ..."
Alaina pun langsung menarik kedua tanganku dan memaksaku untuk mengikuti gerakannya, namun dengan tubuh yang kaku ini aku kesulitan untuk mengikuti gerakannya, namun ini sangat menyenangkan meskipun aku sering kalo tersandung oleh kakiku sendiri. Kami berdua menari bersama sama dengan ceria dan aku sekali lagi di buat takjub akan tarian indahnya, namun akibat aku terlalu fokus pada keindahannya, akupun kehilangan focus dan kami berdua pun terjatuh pada posisi aku menindih tubuh Alaina, seketika kami berdua pun terdiam, "sial jantungku berdetak begitu cepat!" Gumam ku.
Di hadapan wajahnya yang cantik aku tak sanggup untuk bernafas, dadaku begitu sesak. Namun seketika itupun tiba-tiba ada sebongkah batu krikil dari atas mengenai kepalaku. "Aduuh!"
"Hei!!!... Menyingkir lah pria bodoh! Aku sudah membiarkanmu sedari kemarin bersama Alaina , kali ini aku akan memukulmu dan tidak akan membiarkanmu menodainya!" Celoteh reno.
"T- tidak.. Aku tidak bermaksud untuk itu, reno!" Ucapku, dengan gugup.
"Jangan sebut namaku, dasar pria bodoh!" Ucap reno sambil mengepakkan sayapnya.
"Reno cukup, sini ke pundak ku!" Ucap Alaina untuk menenangkan reno.
"Awas ya kau lain kali, akan ku lemparkan batu yang lebih besar!" Celoteh reno.
"Heh, gaboleh gitu ya, apa kamu ingin mengingkari janji kita?" Ucap Alaina mendesak reno.
"E- ehh k- kok gitu! .."
Aku tidak tahu apa yang mereka maksud, tapi aku cukup terkejut karena reno benar-benar seekor gagak yang bisa bicara. Pada akhirnya kita bertiga pun berbincang-bincang ringan, namun setiap aku berbicara reno selalu memarahi ku, sepertinya reno sedikit tidak menyukaiku, tapi tidak apa apa ini baru awal, lambat laun pasti reno Akan menerima keberadaan ku.
"Grldkkkk!!!" Suara gemuruh langit.
Hujan yang tiba-tiba turun cukup deras membuatku sontak ingin mengambil kain yang tergantung di tiang jemuran untuk melindungi Alaina dari hujan, namun ketika aku baru saja berlari Alaina berteriak "berhenti jangan berlari!" Mendengarnya, aku sedikit bingung apa maksudnya, namun aku yang udah terlanjur berlari hanya bisa menghiraukannya, tak lama terdengar suara gemericik riuh dari belakang halaman rumah di iringi suara jeritan kuda , "Hiih~haaaaaa!", kuda itu keluar berlari dan melompat kencang ke arahku, aku yang terkejut melihatnya pun sontak panik, dan lari menjauh dari kuda itu dan kuda itupun mengejar ku. "Stop, stop, tolong!... Alaina kenapa kuda ini mengejar ku! ...". Namun Alaina hanya menjawab, "sudah ku bilang, jangan berlari Ali!" Aku yang panik hanya bisa berlari dan menghindari dari kejaran kuda, namun keadaan tanah yang basah akibat hujan deras aku mudah sekali lelah dan terpojokkan oleh kuda tersebut. Saat kuda itu bersiap untuk ke arahku, dari kejauhan Alaina bersiul. "Fiuuuwiiiitt... dolki berhenti!" Seketika kuda itupun langsung berhenti. Aku yang merasa hampir mati seketika lega dan kuda itu langsung berjalan ke arah Alaina, merekapun bermain-main di bawah Derasnya air hujan.
"keindahan selalu terpancar dari orang-orang yang rendah hati dan murah senyum".
Aku kembali menghampiri mereka yang sedang bermain-main riang dengan hujan, akupun menanyakan kepada Alaina, "mengapa dolki mengejar ku?."
sambil tersenyum riang Alaina berkata. "Dolki sangat suka hujan, maka setiap hujan ia akan berlari dan bermain-main, maka ketika kamu berlari ia pasti akan langsung mengejar mu!"
"Andai saja dolki berhasil menendang pantatmu, pria bodoh! Aku pasti senang sekali." Celoteh Reno.
Aku baru tahu bila seekor kuda bisa sangat menyukai hujan, aku harus mengingat hal ini dengan baik demi kemaslahatan diriku sendiri.
Dibawah derasnya air hujan kami bermain-main bersama, beberapa kali dolki selalu saja mempermainkan aku dengan mendorong-dorongku beberapa kali hingga hampir tersungkur, aku pun berniat membalas perbuatannya dengan menungganginya, namun sepertinya itu malah membuat dolki bertambah semangat, dengan cepat ia membawaku berlarian kesana kemari dan melompat lompat, aku dibuat kerepotan olehnya, dan beberapa saat kemudian dolki berhenti di hadapan Alaina.
"Hihhaa!,.. brrr! ..." Suara dolki.
dari gelagatnya sepertinya dolki ingin mengajak Alaina untuk bersama-sama menungganginya juga, akupun langsung turun mengajak Alaina dan membantunya menaiki dolki.
"Silahkan tuan putri, mari kita mengelilingi dunia". Ucapku dan Alaina hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.
Bak pangeran dan putri yang sedang bermain hujan-hujanan di halaman kerajaan, begitulah yang aku rasakan saat ini bersama Alaina, dolki membawa kami berkeliling sekitaran halaman rumah dan berlarian kesana kemari dan tertawa.
"Tiada hal lain yang indah, jika keadaan dan seluruh alam mendukung mu untuk bersinar dan bahagia bersama seseorang."
Hujan pun akhirnya reda, terlihat dari kejauhan indahnya pelangi yang membentang terang diatas langit. hal yang indah diakhiri hal yang indah juga, sesungguh keberkahan yang tiada akhir yang di berikan Tuhan olehku pada hari ini, aku sangat bersyukur sekali, ini seperti apa kata pepatah
"setelah badai terbitlah terang."
Setelah aku kehilangan segalanya tentang diriku sendiri, kini aku mendapati diriku yang baru di keliling oleh sosok-sosok yang hebat, sosok yang baik hati, meskipun ia tidak mengenalku sama sekali sebelumnya, tapi ia dapat menerimaku dengan baik di tempatnya. Aku sangat mensyukuri apa yang telah terjadi kepadaku, baik dan buruknya, dan aku tidak akan mengkhianati dia yang telah memberikan kehidupan baru yang baik untukku.
..."Saat kamu fikir hari-harimu telah usai, ketahuilah akan datang suatu hal yang baru, yang akan merubah semua ke seharianmu"...
Seperti hari-hari sebelumnya aku jalani hari-hari seperti biasanya, dan seperti hari-hari sebelumnya aku menikmati keindahan hidup tanpa bisa melihatnya. oh Tuhan, aku ingin bisa melihat bagaimana rerumputan bergerak, burung-burung mengepakkan sayapnya, dan bintang-bintang indah yang ada dilangit sana. Aku ingin melihatnya, melihat segala sesuatu yang ada, dan melihat wajahku sendiri. Meski aku masih bisa melihat sekelilingku menggunakan pengelihatan batin, namun tetap saja itu tak sama seperti yang ada di kenyataannya.
..."Terimalah dan banggakan lah apa yang kamu miliki, meskipun kamu tidak memiliki apa apa selain dirimu sendiri."...
Waktu terus berlalu, kehangatan matahari mulai pudar menandakan hari ini akan segera berakhir dan malam pun tiba membawa sedikit perbedaan, ada yang beda dengan malam ini dengan malam-malam sebelumnya, yaitu cahaya bulan seakan akan lebih terang dari malam-malam sebelumnya, semoga saja itu menandakan hal-hal baik akan segera datang.
"Manusia tidak pernah benar-benar sendirian, ketika ia masih memiliki hatinya (sendiri)."
Di pagi hari yang cerah, ketika aku hendak keluar untuk mencari udara segar, aku merasa ada sesuatu yang tergeletak di depan teras rumahku, dari yang aku rasakan melalui sihir ku, itu seperti seorang manusia. Aku terkejut selama ini aku belum pernah bertemu manusia lain selain mendiang ibuku disini, aku pun menghampirinya bersama dengan Reno, karena perasaan ingin tahu yang melonjak tinggi, akupun meraba-raba tubuhnya untuk mengeceknya.
"Apa ini?," Ketika aku tidak sengaja menyentuh bentuk yang asing dan aneh dari tubuhnya, namun setelah aku periksa, ternyata tubuhnya terluka parah dan berlumuran darah, seketika itu aku jadi teringat kembali kenangan pahit 3 tahun yang lalu, saat ibuku mati tepat di pelukanku. Pikiran ku menjadi kacau dan rasa traumatis membuat kepalaku menjadi sakit, aku langsung menghindar dan meringkuk teringat itu semua.
Namun dalam beberapa saat aku tenangkan fikiran ku dan mendekatinya lagi, atas semua yang telah terjadi padaku membuatku tidak ingin kehilangan sesuatu lagi meskipun itu adalah orang asing yang belum pernah aku temui, lalu aku langsung mengambil kain untuk membersihkan luka-lukanya.
Reno berkata. "untuk apa kamu menyelamatkan orang ini, bisa saja dia adalah orang yang jahat, bagaimana jika dia sudah tersadar dia akan membunuh kita semua?!", aku hanya menjawab, "Tidak akan, percayalah padaku!" Karena aku merasa yakin jika membiarkan orang asing itu begitu saja adalah hal yang salah, mungkin ibu juga akan melakukan hal yang sama jika dia berada di posisiku, dan di sisi lain aku sedikit merasa senang karena baru pertama kali bertemu dengan seseorang.
Setelah aku membasuh luka-lukanya dengan air dan menutupinya dengan kain, aku hendak igin memindahkan orang asing ini ke dalam rumah, namun aku tidak sanggup untuk memindahkannya.
Aku pun memiliki ide untuk menyeretnya dengan bantuan dolki, akupun memanggil dolki dengan sebuah siulan "fiuwiiit..." Tak lama dolki pun datang. Akupun langsung mengambil dali dan mengikat kedua tangan orang itu ke badan dolki, dan "dolki" pun berhasil menariknya kedalam rumah.
Sebenarnya Reno selalu memperdebatkan apa yang aku lakukan terhadap orang asing ini, menurutnya aku terlalu perduli terhadap orang asing ini, namun aku menjelaskan apa yang ada dipikiran ku, bahwasanya diriku sangat senang bisa bertemu dengan seseorang baru, karena selama ini itu salah satu hal yang aku inginkan, memiliki seorang teman.
Reno memang di tugaskan oleh ibuku untuk selalu menjagaku dan menasehati ku ketika aku melakukan kesalahan, dan hanya Reno satu-satunya yang mengetahui segalanya tentang keluargaku, namun setiap aku mempertanyakan hal-hal yang ingin aku ketahui, Reno selalu menolak untuk memberi tahu, dan selalu mengatakan bahwa waktunya belum tepat untuk aku tahu.
Hari pun berlalu, sudah dua hari dari hari dimana aku menemukan orang asing itu, aku selalu rutin mengganti kain dan membasuh lukanya, namun hingga kini dia tak kunjung sadarkan diri, mungkin lukanya cukup parah dari yang aku kira, sehingga butuh waktu lama untuknya tuk pulih. Namun dalam ketidaksadaran nya beberapa kali ia berteriak resah di sela-sela waktu, menandakan bahwa hal buruk telah menimpanya.
Aku bertanya pada Reno apa yang bisa membuat orang asing itu cepat tersadar, namun lagi lagi Reno enggan memberitahu dan mengalihkan pembicaraan kami, namun aku menyeletuk kepadanya tentang bagaimana jika aku memberikan ramuan milikku kepada orang asing itu, namun Reno seketika marah dan berkata. "walaupun itu akan bisa membuatnya tersadar namun akan mengurangi sisa obatmu, apa kamu lupa betapa berharganya obat itu dan bagaimana cara ibumu mendapatkannya dengan susah payah! Jangan membuang-buang suatu hal yang penting untuk orang yang tidak di ketahui asal-usulnya" Mendengarnya akupun termenung dan memupuskan niatku untuk memberikan sebagian obatku kepada orang asing itu, mengingat memang Betapa sulitnya mendapatkan obat itu sampai harus kehilangan nyawa ibuku.
"Kamu tidak akan bisa menahan hatimu, ketika itu sesuatu yang benar-benar ingin ia kehendaki."
Dalam kesunyian malam, orang asing itu kembali berteriak, "Ayah! Biarkan aku kembali pada ayahku!" Itu sangat mengejutkanku, dan membuatku terbangun dari tidurku, aku pun menghampirinya dan mengelus kepalanya, dan betapa banyaknya keringat yang keluar dari tubuhnya, aku merasakan keresahan yang amat mendalam dari dirinya.
Sedikit ragu aku kembali memikirkan untuk meminumkan sebagian obatku ke pada orang asing itu, dan menanyakan apa yang telah terjadi kepada dirinya.
Satu hal yang benar-benar menganggu ku dalam keraguan adalah akan datangnya hari dimana mataku sangat terasa sakit, yaitu di setiap hari ulang tahunku, aku dibuat gundah gulana dengan keadaan saat ini, memikirkan untuk memberikan obatku atau tidak. Waktu terus berlalu dan ia kembali berteriak, membuatku ingin segera membuatnya tersadar, akupun membulatkan tekad ku dan berkata pada diriku sendiri, "jika waktunya itu tiba biarlah tiba aku pasti bisa menahan sakitnya kali ini!" Akupun segera menuangkan ramuan ku ke dalam mulutnya dan memaksa dia untuk menelannya.
Namun Reno melihat hal yang telah aku lakukan dan seketika itu pula ia marah kepadaku. "Apa yang kamu pikirkan alaina! Bagaimana denganmu nanti?! Aku tidak habis fikir". Akupun terdiam sejenak dan menjawab perkataan yang "tenang saja Reno, kali ini aku pasti bisa menghadapi rasa sakit itu, percaya padaku" Mendengar itu Reno tidak bisa berkata apa apa lagi, mungkin dia sudah kehabisan kata-kata untuk memarahiku.
Tetapi jujur memang aku sebenarnya sedikit ragu apa bisa nanti aku bertahan dengan sisa obat yang tersisa hanya sedikit, mengingat dengan meminum obat itupun aku masih merasakan sakit yang hebat di kepalaku. Tapi aku yakin di hari kelahiranku nanti aku bisa menahannya, karena aku sudah bukan anak kecil lagi, aku sudah dewasa usiaku sekarang 17 tahun.
"Pengorbanan adalah seni hidup,dan selama kita hidup pengorbanan itu takan pernah terelakkan"
"Berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan apapun ketika ia sadar nanti Dan jangan coba-coba menyakitinya, jika kamu mengatakannya aku akan pergi ke dalam hutan itu lagi" Aku sedikit mengancam Reno, karena jika tidak seperti itu Reno akan melakukan sesuatu terhadap orang asing ini. Lalu Aku kembali ke kamarku untuk tidur, semoga saat esok pagi tiba, orang itu sadarkan diri.
"Keajaiban benar-benar ada jika kamu benar-benar mempercayainya".
Esoknya aku kembali mengecek keadaan orang itu dan menggantikan kain yang menutupi lukanya, dan seperti yang kita ketahui bahwasanya orang itu belum sadarkan diri, akan tetapi sepanjang malam ini ia tidak lagi berteriak secara tiba-tiba seperti sebelumnya, sepertinya obatku bekerja dengan baik, mungkin nanti atau esok ia akan segera tersadarkan. Setelah aku selesai mengganti kainnya aku pergi ke belakang rumah untuk memanen beberapa sayuran untuk di masak, selama ini aku mengandalkan kebun yang ada sebelumnya untuk makan aku sehari-hari. Seperti yang kalian tahu walaupun aku buta aku masih bisa melihat menggunakan sihir yang telah aku pelajari dari ibu, jadi untuk ke seharianku, berkebun dan hal lainnya aku bisa melakukannya sendiri, walaupun terkadang-kadang juga aku kesulitan, karena aku belum mampu sepenuhnya menguasai mana sihir, karena penyakit ku menghambat perkembangan tubuhku.
Setelah aku selesai memanen beberapa sayuran aku kembali ke rumahku, saat sampai depan rumah Reno berkata bahwa orang itu sudah sudah sadarkan diri, aku pun langsung menaruh sayuran-sayuran itu diatas meja, dan langsung bergegas jalan kearahnya dan memegang pundaknya dengan perlahan, dia pun seperti terkejut akan kehadiranku, akupun menanyakan keadaanya, dan ia menjawab "iya" Sepertinya dia sudah baik-baik saja. Entah karena kelelahan atau terlalu bersemangat, kepala ku sedikit pusing, akupun kembali ke ruang tamu untuk duduk dan istirahat, ternyata dia mengikuti ku, mungkin dia penasaran atau ingin mengucapkan terimakasih kepadaku.
Kepadanya aku menanyakan tentang mengapa ia sampai bisa berakhir tertidur di depan rumahku, namun ketika aku tanya demikian, ia tidak menjawab sama sekali, ia hanya terdiam , gelagatnya seperti orang kebingungan, aku bisa merasakannya dari aura yang terpancar darinya, aku bisa merasakan aura seseorang.
"aura tu seperti cahaya, kadang cahaya itu terang, kadang meredup dan kadang cahaya itu seperti kobaran api dll".
Aku mengerti ia tidak bisa menjawab mungkin karena dia baru saja pulih, dan tidak mengerti situasinya, aku memakluminya dan mengatakan kepada dia bahwa tidak apa-apa jika tidak ingin mengatakan apa yang telah terjadi kepada dirinya, karena bagiku juga seseorang pasti memiliki sebuah rahasia.
Setelah aku merasa cukup beristirahat aku pergi ke dapur untuk memasak, aku sudah cukup lapar. Namun ketika aku sedang memilih beberapa sayuran, suara bising serangga yang terbang di dekat telingaku mengejutkan aku, karena aku sedikit takut pada serangga. lalu akupun terjatuh dan sayur-sayuran nya jatuh berceceran. Mungkin seketika aku terjatuh orang asing itu mendengarnya, ia pun datang untuk membantuku. Aku yang terkejut akan kehadirannya merasa gugup dan secara reflek tubuhku menghindar darinya. Ia pun meminta maaf dengan tindakannya yang secara tiba-tiba mengagetkanku, dan aku memakluminya.
Jantungku berdebar sangat kencang, ini adalah hal pertama kali yang aku rasakan, aku tidak tau harus berbuat dan berkata apa kepadanya, susananya menjadi sedikit canggung.
Ia menanyakan apa yang ingin ku lakukan dan ia berkata lagi, bahwa ia ingin membantuku memasak, sebagai tanda terimakasihnya karena aku telah menyelamatkannya, dan ia menanyakan mengapa tidak memotong terlebih dahulu sayurannya, akupun menjawab aku kesulitan memotong sayuran, padahal aku hanya salah tingkah.
Aku sangat merasa senang dan juga merasa gugup, karena aku merasa bahwa terkadang ia seperti memandangi diriku, dan terkadang wajahnya terasa begitu dekat sampai-sampai nafasnya bisa terdengar olehku, sepertinya ia memang memperhatikan aku. Sungguh ini menjadi pengalaman baru untukku, aku tidak menyangka bahwa bertemu dan bicara dengan seseorang bisa membuat jantung dan hatiku berdebar-debar tidak menentu.
Dari penilaian sesaatku, bahwa ia adalah orang yang baik dan lugas, dan auranya saat ini memancarkan cahaya yang hangat, cahaya yang hampir sama seperti ibu, kami pun berbincang-bincang seputar nama sayuran yang sedang kami masak, namun aku pun memberitahunya bahwa akupun tidak tahu apa nama masakan yang aku masak.
Setelah masakan itu matang, kami pun lekas menyajikannya dan memakannya bersama-sama, akupun berterimakasih atas makanan yang telah dibuat olehnya, mengingat bahwa kita sama-sama belum tahu nama satu sama lain, akupun mengajaknya untuk bertukar nama, namun dia terdiam dan tak lama ia berkata bahwa ia tidak tahu siapa namanya, siapa dirinya dan tidak tahu apa yang telah terjadi padanya, sehingga ia bisa berada disini.
Akupun sedikit terkejut mendengarnya, bagaimana bisa ia melupakan sesuatu yang begitu penting pada dirinya, akupun diam sejenak memperhatikan aura yang terpancar dari tubuhnya, dan aura itu masih memancarkan aura yang sama seperti sebelumnya, karena jika seseorang itu sedang berbohong ataupun sedang marah cahaya aura itu akan berubah, dan semisalnya orang itu sedang bohong atau ragu-ragu cahaya itu akan sedikit meredup dan ber-ubah ubah warnanya, dan dari itu aku mempercayai semua yang ia katakan.
Namun ia merasa aneh ketika aku mempercayainya begitu saja dan ia mempertanyakan mengapa aku mempercayainya begitu saja, ia berkata bahwa, bisa saja bahwa dirinya sebenarnya orang jahat yang akan melakukan sesuatu pada diriku. Akupun menjelaskan apa yang membuat aku bisa percaya kepada dirinya, dan ia pun menerima penjelasanku dengan baik.
Mengingat bahwasanya ia tidak memiliki nama, aku pun memiliki ide untuk memberikannya sebuah nama, dan aku benar-benar ingin sekali memberikannya sebuah nama, aku sangat bersemangat untuk itu. Namun ketika aku mengajukan itu, ia diam tidak menjawabnya, akupun sedikit memaksanya, dan ia pun akhirnya menyetujui bila ku menamai dirinya, seketika akupun langsung bersemangat.
Aku pun berdiri sambil memikirkan nama yang ingin aku berikan kepadanya, namun terbesit di hati untuk sedikit menjahilinya, akupun menyebutkan bahwa namanya sekarang adalah gelas, namun ketika ia mendengar itu ia pun langsung menolaknya dengan nada yang terdengar lucu, akupun tertawa mendengarnya. Ini sangat mengasikkan untukku. Akupun melanjutkan memikirkan nama yang pantas untuknya, dan akupun menyebutkan semua benda yang aku sentuh seperti, "Sendok!, piring, centong &garpu" Ia pun langsung men celoteh dan berkata aku hanya main-main dengannya, sepertinya ia sedikit kesal padaku, tapi aku sedikit menyukai reaksinya, aku sangat suka permainan ini.
Namun terbesit sebuah nama yang pas untuk menggambarkan sosoknya yang lugas,baik dan jujur, nama itu adalah Ali, dan akupun langsung memberikan nama itu kepadanya, dan mendengar itu ia pun menyetujuinya, nama yang cukup bagus anggapnya. Namun lagi-lagi terbesit di benakku untuk menjahilinya lagi, dengan memberikan nama tambahan dibelakangnya, yaitu Ali sendal jepit.
..."Kebahagiaan tak selalu datang tepat waktu, namun terkadang kebahagiaan muncul di waktu yang tepat."...
Sungguh betapa bahagianya hari ini, mungkin ini adalah pertama kalinya aku kembali mendapatkan kebahagiaan setelah mendiang ibuku. Ini pengalaman pertama yang sangat berkesan di hati, tak ada kesia-siaan sama sekali telah membagi separuh obatku kepadanya. aku syukuri aku telah melakukan hal yang tepat, untuk masalah penyakitku nanti, serahkan saja semua itu pada takdir, dan aku tidak akan pernah menyesalinya sama sekali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!