NovelToon NovelToon

LOVE IS GROW_CINTA TUMBUH

Prolog

...PROLOG...

"Saya terima, nikah dan kawinnya Rossa Diana Putri dengan maskawin tersebut, kre-dit. " balasan ijab qabul yang diucapkan seseorang yang duduk dengan tegap dan santai didepan wali nikah, sontak membuat sebagian orang melongok tak percaya, dan sebagian lagi terlihat menahan tawa, dan sebagian kecil lagi menggelengkan kepalanya takjub melihat calon pengantin pria itu masih tampak santai setelah apa yang diucapkannya, dan sebagian yang terakhir, menatap nelangsa . Calon pengantin wanita yang duduk didepan sana kini seperti sebagian orang, melongok tak percaya.

Disaat semua orang bereaksi seperti yang semestinya, sosok yang ada dihadapan calon pengantin itu malah tersenyum geli melihat aksi menantunya, eh, lebih tepatnya calon menantu yang sudah dicap lebih dulu oleh pria paruh baya itu sebagai menantunya.

1. BAG[,SELESAI?]

...BAG 1->[,SELESAI?]...

..._IKAN ASIN, OLEH OLEH DARI SUMSEL....

...GUE YANG MUTUSIN, GUE YANG NYESEL_...

Siang yang cukup panas, terasa semakin panas kala kelopak matanya menangkap dua sosok manusia berbeda jenis yang duduk bersama tengah bercanda ria, sambil berpegangan tangan mesra ditambah tatapan mereka yang penuh cinta, didalam cafe berdinding kaca yang berada tepat didepannya yang kini sedang berjuang kepanasan menunggu angkot, yang sebenarnya dan seharusnya sih dia tak perlu capek capek, kepanasan menunggu kendaraan umum, jika saja cowok yang mengaku sebagai pacarnya itu, tidak ada urusan mendadak yang katanya tidak bisa ditinggal.

 Dari kejauhan angkutan yang telah lama ditungguinya muncul diantara banyaknya kendaraan yang berlalu lalang disana, tangannya diayunkan kedepan untuk menghentikan kendaraan umum itu, sebelum benar benar naik, kepalanya ditolehkan lagi kebelakang, memastikan penglihatannya yang mungkin saja salah. Ah, ternyata benar.

Sambil tersenyum pahit, dia mulai melangkah menaiki kendaraan yang akan mengantarkannya kerumah. Tubuh tingginya yang berada diantara cepitan orang, bergerak mencari tempat nyaman, bersamaan dengan tangannya yang tengah mengetikkan beberapa kata di ponselnya untuk dikirimkan ke seseorang diseberang sana.

Gue mau putus

Pesan itu berhasil ia kirimkan dikontak bernama BUBU😘 yang ada di ponselnya, dan terlihat ada centang satu disana.

Dia menghela nafas panjang dan berat, matanya berkaca kaca melihat ke layar ponselnya dengan rasa tak rela dia mengganti nama kontak itu, menjadi nama panggilan biasa. Tak ada pemblokiran. Meskipun dia tau pacar yang sekarang jadi mantannya itu selingkuh, tapi dia masih ingin berhubungan baik dengan sang mantan. Dan putus dengan cara yang baik baik juga.

"Kiri pak!! " serunya, setelah menyadari tujuannya sudah berada didepan sana, cewek yang menjulang tinggi itu turun dengan sedikit kesusahan akibat tinggi badannya, mengeluarkan uang dan memberikannya kepada supir, sebelum melaju meninggalkannya.

"Mbak Ocha baru pulang? Masnya yang biasa nganter kemana mbak, kok saya lihat tadi naik angkot? " Pak Doni yang bertugas menjaga kompleks bertanya, disela sela kegiatannya yang tengah membukakan Ocha pintu gerbang. Sebenarnya gerbang kompleksnya itu otomatis, tinggal tekan tombol yang ada diposko depannya, tempat Pak Doni berjaga, tapi berhubung yang masuk cuma Ocha, itupun jalan kaki, jadi Pak Doni inisiatif membukakan gerbang itu sendiri.

"Iya pak. " jawabnya singkat, tak berniat melanjutkan pembicaraan, Ocha bergegas pamit. "Terima kasih Pak Doni, saya permisi dulu ya. "

"Eh, iya iya, mbak. "

Untung rumahnya berada tepat disamping gerbang kompleks, jadi tak mengharuskannya berjalan lebih jauh, dan merasakan kembali panasnya matahari cukup lama ditambah rasa pegal yang sedari tadi menyelimuti tubuhnya.

Sampai dirumah dia segera menghempaskan tubuh lelahnya disofa ruang tamu sambil berteriak salam kepada seisi rumah, memberitahukan kepulangannya.

"Wa'alaikumsalam, Ya Allah, punya anak gini amat, malesnya minta dimasukin lagi! " Ummi menggelengkan kepala tak percaya, melihat kelakuan putrinya yang satu itu kini tengah tidur pulas disofa ruang tamunya. Padahal kalo dia tak salah kira, baru beberapa saat yang lalu putrinya itu meneriakan salam yang cukup membuat seisi rumah dengar, kini sudah tidur saja, di ruang tamu pula.

Wanita paruh baya itu mendekat kearah putri tersayangnya terlelap, tangannya mengusap pelan rambut darah dagingnya yang tidur tengkurap, menyingkirkannya, hingga separuh wajah itu terlihat dan tampak pulas, bahkan terdengar adanya dengkuran.

"Cha, Ocha, bangun dek. Tidur dikamar gih, jangan kebiasaan tidur diruang tamu. "

Meskipun sudah digoyang goyangkan tubuh tengkurapnya, manusia didepan Ummi tetap diam tak bergeming apalagi mendengarkan. Pintu rumah kembali terbuka setelah Ocha, membuatnya menoleh ke sumber suara decitan pintu yang menampilkan sosok putra sulungnya.

"Ada apa Mi? " wanita paruh baya itu menunjuk 'Putri Tidur'nya dengan dagu.

"Oh, Si Tèlor, ngebo disofa? Gak kaget sih, " gunggamnya pelan, menatap kepulasan adeknya dengan gelengan kepala. "Tenang Mi, Babang Tamvan Keen udah punya rumusnya. " lanjut Keenan, mengisyaratkan Ummi mundur sebentar. Jiwa jiwa jail Ken mulai kambuh.

"MASUK ZA! " teriak Keenan tepat diatas telinga kiri Ocha yang tengah menyampingkan kepala kekiri dengan tubuh yang masih tengkurap.

Ocha bangun dengan kelabakan. Jiwanya yang masih belum berkumbul membuatnya, nge-blank.

"Eh, Bubu, sini Bu duduk! " refleks Ocha berdiri mempersilahkan pacarnya, eh mantannya dengan tangan kiri yang mengusap pinggiran bibir dan tangan kanannya yang aktif mengusap mata. Sepertinya Ocha masih belum sadar akan statusnya dengan Reza yang kini sudah berubah, terbukti panggilannya masih sama saat pacaran.

Melihat tingkah Ocha yang setengah sadar atau lebih tepatnya terpaksa sadar membuat tawanya tersembur keluar. Sedangkan Ummi yang berada dibelakang Ken, diseberang sofa, kembali menggelengkan kepalanya, entah kenapa hari ini dia selalu menggelengkan kepalanya. Mungkin tingkah kedua buah hatinya yang tak bisa akur itu yang bisa saja selalu membuatnya geleng-geleng kepala.

"Loh, Mi, Bubu-nya Ocha mana? " tanya cewek yang menjulang tinggi didepannya dengan bingung, setelah semua kesadarannya berkumpul. Ummi hanya bisa menggelengkan kepalanya sekali lagi, tak tau.

Perhatian Ocha bergeser kesamping Ummi-nya, tempat Ken berdiri dan tertawa. Menyadari bahwa dia telah menjadi korban ke usilan Abangnya, Ocha misuh misuh gak karuan. "Bang Kee cebol!! " teriak Ocha sebal sengaja tak memberi tambahan 'n' dalam panggilannya kepada sang Abang, segera, Ocha melenggang pergi ke kamarnya untuk melanjutkan tidur cantiknya. Tak mengindahkan suara tawa Ken yang terdengar penuh kepuasan.

Keenan yang mendengar kata 'cebol' ditunjukkan padanya, membuat cowok itu mberengut kesal dan menoleh kearah Ummi. "Tuh kan. Ummi sih, kenapa juga, ngelahirin si Ocha lebih tinggi dari Ken. " adunya kepada wanita berusia empat puluhan yang kini ada didepannya itu.

"Syukuri aja bang. " balas wanita itu sambil menepuk bahu putranya ikut prihatin, kemudian melenggang pergi juga.

Meninggalkan raut wajah Ken yang tak karuan, meratapi nasibnya yang tumbuh lebih pendek daripada adik perempuannya.

...><<•_•>><...

Baru juga Ocha membuka mata, suara gedoran pintu dikamarnya terdengar. Ditambah dengan suara seperti orang kesetanan disana. "Ocha, bangun! Pi Sapi! Bangun Bo Kebo!! Udah mau isya' nih, belom ashar-an kan! Gue aduin Ummi lo!"

Kepala Ocha rasanya semakin pening, mendengar ocehan abangnya yang tak mau berhenti. Cewek itu melirik jam menggantung didinding depannya, benar saja abangnya ngoceh terus, orang jamnya sudah menunjukan pukul lima, dan dia belum juga melaksanakan kewajibannya.

"Gue mau ngomong serius sama lo, Kebo!! Buruan bangun!! Nih si Reza neror gue muluk dari tadi. " lanjut Ken, Ocha yang sudah setengah perjalanan menuju kamar mandi, terpaksa puter balik menghampiri abangnya.

"Lo put—" kalimat yang mau diucapkannya ia urungkan, begitu mendengar suara pintu dibuka.

Ken menatap tajam adiknya yang berdiri didepannya tampak awut-awutan. "Lo putusin Reza? " tanyanya pada akhirnya.

Ocha tetap diam didepannya, tak berniat buka suara. Hening beberapa saat sebelum cewek tinggi itu menepuk dahinya dan buru buru pergi ke kamar mandi.

Merasa tak perlu ijin dari sang empu pemilik kamar, cowok yang memiliki tinggi seperti rata rata kebanyakan remaja dinegaranya, langsung masuk begitu saja, menunggu adiknya sambil membaringkan diri dikasur. Menunggui cewek tinggi yang baru saja keluar dari kamar mandi melaksanakan kewajibannya.

Keenan memandangi adik semata wayangnya lama, menatap penuh perhatian dan sayang, tapi ada secuil rasa khawatir yang membuatnya sedikit tak tenang. Semakin lama memandang sang adik, membuatnya semakin khawatir, dia mengalihkan pandangannya ke samping tepat diarah nakas.

Cowok berparas sedikit kurang tampan itu mengernyit heran, kenapa ada buket bunga Mawar layu disana, padahal seingatnya Reza, temannya, lebih tepatnya yang sekarang menjadi mantan adiknya itu, memiliki alergi terhadap bunga.

Entahlah, mungkin saja elerginya sudah sembuh? Atau adik besarnya itu membeli bunga itu sendiri?

Plak!!

Lamunannya terhenti tepat saat orang yang menjadi pemeran utama lamunannya, memukul keras sekali punggungnya.

"Nglamunin apa lo, Bang Kee!! "

Keenan berdecak kesal, "Nglamunin lo, kenapa bisa tumbuh sebagong itu. " balasnya acuh.

"Oh. Gue anggap itu pujian dari cowok kuntet kayak lo. " cuek cewek yang tengah ikut berbaring disamping abangnya.

"Untung bunuh orang haram ya Gong, kalo gak palingan lo udah ada di list pertama. "

Ocha memejamkan mata yang terasa masih berat, tanpa berniat membalas. Disampingnya cowok yang berstatus kakak lelaki satu satunya, terus mengerutuki nasibnya yang tertukar dengan sang adik.

"Lo inget kan, kalo gue sayang sama elo? " Ocha menoleh menatap tak mengerti.

"Apapun yang terjadi, gue pasti dukung lo. " lanjut cowok itu.

Ocha tau, kemana arah pembicaraan abangnya. Tapi, permasalahannya gak akan serumit ini, kalo saja, dia— asudahlah dia pun masih bingung.

Cewek bertubuh tinggi itu, mengangkat kakinya menindih tubuh belakang abangnya.

"Najis!!! "

2. BAG[MANTAN SIALAN]

...BAG 2- [MANTAN SIALAN]...

..._Salam damai peace, salam pintu ding-dong ....

...Please, move on dong!! _...

Ada dua hal yang membuat Ocha malas bangun pagi ini, pertama, ketemu abangnya yang super duper ngeselin yang masih saja ngerecokin ditambah ledekannya yang sepedes sambel syaiton laknat, tentang hubungan cewek itu dengan Bubu-nya yang sekarang jadi MANTAN!!. Sampai sampai kemarin abangnya kembali lagi kekamarnya sampai tengah malam atau entahlah, Ocha lupa, saking keselnya sama tingkah cowok itu sampai membuatnya lelah dan berakhir tidur begitu saja. Ia juga lupa bahwa dikamarnya sedang ada dua nyawa.

Kedua, rasanya Ocha masih belum mau bertemu sang mantan saja. Perasaannya belum siap. Takut menjilat ludahnya sendiri. Takut masih kebawa rasa— yang pernah ada.

Baru saja dirinya memikirkan kekalutannya, kini sang Ummi ikut ikutan live sound ala penjual perabot keliling— berisik banget—menyuruh seluruh keluarga turun bergegas, sarapan sudah siap. Ditambah serentetan ceramah pagian oleh Ummi Diana tentang ketepatan waktu.

Ocha memutar bola mata malas, mungkin bukan dia saja, Keenan pasti juga melakukan hal yang sama, bahkan Babe mereka pun mungkin saja juga iya, memutar bola mata mereka malas. Bagaimana tidak, hampir setiap hari, salah, setiap hari pasti ada serangkaian tausiyah yang diucapkan oleh sang Ummi tercinta. Untung mereka sayang dan sadar kalo ini memang untuk kebaikan mereka, jadi, meskipun keselnya setengah hidup, mereka tetap diam mendengarkan, kalem plus menurut saja kalo didepan, jangan tanya yang didalam udah pasti setiap pagi penuh olahraga nyinyiran berkualitas ekstra.

"Pagi-pagi setelah subuhan itu langsung mandi, siap siap sekolah, kerja, nggak balik kelonin guling dibalik selimut! Kalo gak mau langsung mandi, ya dipake kegiatan apa gitu, misalnya baca Qur'an, jogging, bantuin Ummi masak, cuci piring, cuci baju, nyapu, ngepel, nyabut rumput, siram bunga, ngelap kaca—"

"Iya iya, besok Keen bantu Ummi ngabisin duit Babe. " sela Keenan semangat.

Babe yang mendengar sela-an kurang ajarnya Keen, memukul bahunya sedikit keras, "Gak baik ken, nyela omongannya orang, itu. Apalagi Ummi kamu sendiri." peringat Babe. Cowok itu sendiri langsung mengangguk patuh dan meminta maaf pada Ummi-nya. Setelahnya, kembali menikmati sepiring nasi pecel yang sempat tertunda.

"Mi, " panggil Ocha manja, menarik tangan Ummi-nya sebelum wanita itu kembali ke dapur mengambil susu kemasan untuk sarapan mereka, Ummi menjawab tanpa suara, "Bolos sekul boleh nggak? " bisiknya.

"APA! " Ummi melotot garang kearah Ocha, sampai tidak sadar putra sulungnya tersedak bumbu kacang yang lumayan pedas gara gara teriakannya. "Enak aja! Ummi sama Babe udah bayarin mahal mahal buat bisa sekolah, malah minta bolos, kagak ada! Ummi sama Babe sekolahin kamu bukan buat bolos bolosan, udah untung disekolahin, mau jadi apa kamu kalo udah bosen sekolah, sadar Cha, Ocha. Harusnya kamu banyakin hamdalah, syukur, kalo bisa sekalian noh sujud syukur, kalo ada sholat syukur, kalo ada lagi sekalian gih puasa syukur. Biar bisa tuma'ninah kalo syukur. Nanggung. Diluar sana buanyak yang mau sekolah tapi gak punya biaya, lha ini, kamu, mentang mentang ada biaya, ada yang biayain malah seenaknya aja mau males malesan, bolos bolosan. Gak boleh gitu dek, gak baik, paham nggak apa yang Ummi ucapin? " Ummi menghembuskan napas panjang.

Sedangkan Ocha, gadis itu hanya menunduk, menelan ludahnya kasar. Harusnya dia tau, kalo pertanyaan singkatnya berbalas banyak rentetan. Nasi pecel didepannya, rasanya tak seenak tadi. Gadis itu memakan bulat bulat makanan yang baru saja disuapkannya. Tanpa kunyahan.

"OHKHOKKK. " Suara batuk disengaja itu berasal dari Keenan, selain membungkam keheningan yang sempat terjadi meski hanya seperkian detik, lelaki yang sedang duduk didepan adiknya yang tengah menunduk itu juga karena sedari tadi deheman dan batuk batuk naturalnya akibat tersendak bumbu pecel, tidak ada yang memperdulikan. Padahal kan perih diplus panas banget.

"Lain kali, kalo Ummi lagi belanja ke warung depan, bakal Ummi inget inget beli koyo cabe setan buat ngelakban mulutnya kamu bang. Heran Ummi, suka banget sih ganggu suasana, buat Ummi jengkel, marah sama Abang! " wanita paruh baya itu menatap sengit tunggal putranya. Sedangkan yang ditatap malah tampak kalem dengan nasi pecel penuh di mulutnya.

"Iya, iya. " Keenan segera menjawab dengan patuh saat melihat Ummi nya sudah siap sedia kembali dengan segala petuahnya, ciri khas seorang emak-emak. Akan terus berbicara panjang lebar sebelum mendengar jawaban pasti.

"Dah, yuk Cha, kita cus sekarang. " Ocha menoleh, "Ocha gak mau bareng Bang Kee, ntar pulangnya pasti dilantarin. Gak gak, mending Ocha sama si greenty aja. " gadis itu menyeret motor scoopy hijau telur asin-nya yang diberi nama 'greenty' untuk menolak ajakan si abang.

"Hemat bensin, Ocha, "

Ocha kembali menatap sengit abangnya, "Iya, hemat buat abang, nggak buat Ocha."

"Ngaku, biar dapat uang bensin tambahan kan dari Babe?" Tuduh gadis itu.

"CK. Fitnah banget dah, kagak, gue cuma khawatir sama Lo, baru putus, ntar gak fokus nyetir lagi." Ejek Keenan.

Ocha memutar bola matanya malas, "Ogah banget Lo khawatir in."

"Au ah, males gue, byee!!" Lanjut Ocha berlalu meninggalkan sang Abang dengan si_ greenty.

...>>>_<<<...

"Cha, tunggu Cha."

Teriak Reza diparkiran, sengaja dia datang awal biar bisa ketemu Ocha. Dari kemarin, paska kalimat putus tanpa kejelasan itu, pacarnya tak bisa dihubungi.

Sambil lari Reza akhirnya bisa mencapai gadis itu, tangannya refleks menarik lengan Ocha.

"CK, apa sih kak?" Balas Ocha tak suka, sambil menghempaskan tangan.

"Aku butuh penjelasan Cha, kenapa tiba-tiba minta putus." Dengan sabar Reza meminta penjelasan.

"Gak semua hal butuh penjelasan. Udah ah, gue capek. Mau kekelas."

Baru mau menjawab, Reza dibuat menghela nafas kasar karena kepergian Ocha. "Gilaaa, apa salah gue, masih sesayang itu sama dia." Keluhnya kasar.

Plak

"Nape lu?"

"Adik Lo nohh, salah apa gue sampe kena putus." Balas Reza.

Keenan dengan watadosnya menjawab, "Lu tanya, Salah lu? Buanyakk!!" Disertai tawa puasnya.

Reza menghela, "Gue serius Ken, gue gak tau salah apa."

"Udahlah Re, santai aja, mungkin tu bocah lagi bosen sama lu. Nanti juga balik sendiri." Ucap Keenan menyemangati.

"Yang bener Ken?"

"Entahlah, gue awalnya pengen kasih bogem buat Lo, buat pelajaran, kalo sampe nyakitin adek gue. Tapi setelah gue pikirin, gue gak berhak ikut campur sama urusan kalian, kalian sama sama udah gede, gak perlu campur tangan gue." Keenan ikut menghela.

"Thanks Ken, gak salah gue pilih kakak ipar." Balas Reza merangkul pundak Keenan.

"Risih anjhay."

Keenan berontak melepaskan rangkulannya, menatap serius Reza."Tapi gue mohon jangan sakiti adek gue Za, apapun itu, kalo sampe terbukti gue gak bakal terima."

Reza mengangguk pasti, menyanggupi permintaan kakak iparnya. Memang sesayang itu dia sama si Ocha .

Masa gegara kemarin dia gak bisa jemput langsung putus, padahal dia sudah minta maaf. Lagi, dia meyakinkan Ocha untuk keputusan nya. Apalagi kala itu Ocha jawab dengan sangat menyakinkan bahwa tak apa.

"Gimana adek Lo?"

"Langsung pulang, gak suka Jakarta. Kayak gurun Sahara katanya."

"Mentang mentang pelosok banyak hutannya."

"Ngiwir Iki Li ngiming, Kudus itu udah kota ege, "

"Sama lah, ada hutan sama gunungnya kan?"

"Serah Lo."

Reza berlalu meninggalkan bosan berdebat dengan kakak ipar , takut kualat kalo bantah terus, apalagi ngeladeni manusia bentukannya.

"Tunggu ege!" Keenan berlari mengejar kepergian sohibnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!