"Bagaimana keadaannya sayang"
Gadis cantik berjilbab panjang itu menghela nafas berat, matanya tak lepas dari sosok wanita yang terbaring koma sejak dua minggu yang lalu. Lewat kaca pintu rumah sakit, dr. Hana yang juga putri pemilik rumah sakit ini bertanggungjawab penuh atas wanita itu. Di dalam ruangan ICU rumah sakit, terlihat monitor, ventilator, kateter, infus, selang makanan terhubung dengan seorang pasien yang bernama Syabila Arindra.
"Belum ada perkembangan berarti mom, ia masih sama seperti saat dibawa ke rumah sakit ini, bagaimana keadaan kakak?"
"Masih sama, mengurung diri dikamar, pulanglah bujuklah kakakmu. Agar ia bisa bangkit kembali seperti dulu"
Wanita itu memandang wajah sang putri, membelai pipinya dan mencium keningnya, Hana memeluk momynya dengan erat.
"Apakah belum ada kabar tentang keluarganya mom?"
Momy menggeleng,
"Kasihan sekali keluarganya Mom, pasti mereka mencarinya"
"Kita tidak lari dari tanggungjawab sayang, sekarang fokus kita adalah membangkitkan semangat kakakmu, dia sangat terpukul saat ini"
"Hana Insyaa Allah akan pulang mom dan bicara pada kakak"
"Dadymu sangat sibuk sehingga tak bisa bicara dengan kakakmu, gosip juga belum reda sehingga membuat perusahaan sedikit goyah"
"Hana mengerti Mom"
"Ya sudah mom pulang dulu, kalo ada apa-apa beri tahu Mom, jaga kesehatan sayang jangan lupa makan"
Gadis itu mengangguk melepaskan pelukan sang Momy, mengiringnya berjalan menuju loby rumah sakit. Pak sopir segera membukakan pintu, dan wanita paruh baya itu segera masuk.
"Fii Amanilah mom"
Hana melambaikan tanggannya ke arah wanita yang sangat disayanginya itu. Sudah dua minggu ini Hana tak pernah pulang ke rumahnya, dia menginap di rumah sakit untuk mengawasi pasien khususnya Syabila Arindra. Entah siapa nama asli wanita itu, namun kemudian ia menamakan wanita itu dengan Syabila Arindra.
Ia setia duduk dan bercerita pada Arindra, mengaji untuk memberi rangsangan pada wanita itu. Namun keadaannya masih sama, Arindra datang dengan kondisi mengenaskan yang dibawa oleh kakaknya Hans. Darah mengalir deras di kepala, tulang kaki retak, sehingga harus dipasang gips. Beberapa dokter menyerah dengan keadaannya, dan sebelum Hana menanganinya dokter sudah menyatakan hanya keajaiban yang bisa membuat Arindra masih bernafas. Memang ada keajaiban, dua minggu ini ia masih bernafas meski harus dibantu oleh peralatan medis yang lengkap.
"Tok-tok"
Hana menoleh ke arah pintu, muncul sahabat setianya yang membantu merawat Arindra.
"Kau selalu di sini, sudah makan?"
Hana menggeleng, wanita itu tersenyum.
"Kebiasaan deh, bagaimana mau jagain kali yang jagain aja g bisa jaga diri hemm"
Syara nama wanita cantik yang juga berjilbab itu menyerahkan kotak makanan pada sahabatnya.
"Makasih ya, kamu selalu tau apa yang aku butuhkan hehee"
Ucap Hana memulai makannya setelah membaca bismillah.
Syara menatap wajah Hana, memandangnya lama dan menghela nafas berat. Melihat sahabatnya yang ceria dan suka tersenyum itu, sedang mengunyah makanan dengan nikmat.
Hana menoel pipi Syara, membuat gadis itu tersentak kaget.
"Kamu pandangin aku segitunya, kamu jatuh cinta padaku berabe lho, aku nggak mau lho jadi bagian dari kaum yang di dakwahin Nabi Luth"
Hana tersenyum melihat sahabatnya itu yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Makananmu g habis kalo cuma dipengang doang"
lanjut Hana melihat makanan di tangan Syara hanya berkurang sedikit.
"Han, ada yang aku bicarakan padamu"
"Serius amat wajahnya, ngomong aja kali bu kayak ama siapa aja, kamu ada yang lamar hemm"
"Aamiin Ya Allah, mohon doanya ya dr Hana yang cantik dan sholehah, maunya kalau itu hehee"
Syara menganggkat ke dua tangan dan mengusapkan ke wajahnya.
"Emang udah ada calon?"
"Ada"
Hana terkejut
"Beneran"
Syara mengangguk
"Masya Allah saudari cantikku ini bentar lagi jadi pengantin, siapa ikhwan yang beruntung itu, orang mana, kenalan dari siapa, kapan taarufnya kok g bilang-bilang"
Hana memeluk sahabatnya itu dengan bahagia mendengar sahabat terbaiknya akan segera menikah.
Syara hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, dan melepaskan pelukannya berjalan ke arah pintu ruangan, sebelum ditutup pintunya ia menoleh lagi pada Hana.
"Jodohnya sudah disediakan sama Allah, tapi hilalnya belum kelihatan"
Hana mencerna kalimat yang barusan di ucapkan sahabatnya itu, dan kemudian berlari ke arah pintu dan melihat sahabatnya berjalan mundur sambil tertawa.
"Kamu mengerjaiku"
Syara mengangguk dan melambaikan tangannya, pergi menelusuri lorong rumah sakit itu menuju ruangannya, di tengah jalan ia bertemu dengan dr. Dea. Wanita paruh baya itu juga sesekali membantu memeriksa Arindra jika Syara dan Hana sedang makan, sholat, bergantian istirahat atau berhalangan namun Hanalah yang tetap menjadi dokter utamanya.
"Siang dokter Dea"
Syara menyapa dokter itu yang sedang memeriksa dokumen riwayat pasien yang ditanganinya.
"Siang dokter Syara, oh ya sudah bertemu dengan dokter Hana?"
Syara mengangguk dan menghela nafasnya berat.
"Belum memberitahunya ya?"
Lanjutnya melihat ekspresi Syara yang tertunduk.
"Saya mengerti, tapi kondisinya harus segera diberitahukan, kita tidak tau keluarga pasien itu, yang kita tahu keluarga dr. Hanalah yang bertanggungjawab. Setidaknya untuk memastikan benar atau tidak kabar ini, pasien lebih baik segera diperiksa oleh dr obgyn, dan itu kewenangan dr Hana, semakin lama kita memberitahunya maka ini akan bergantung pada keselamatan pasien"
Tuturnya lagi dengan lembut dan dibalas anggukan oleh Syara.
"Insyaa allah akan segera saya sampaikan ke dokter Hana, dok"
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu"
"Ia dokter"
dr Dea melangkah pergi melanjutkan perjalanannya, sedang Syara masih berkutat dengan fikirannya sebelum akhirnya memutuskan kembali ke ruangannya.
Ia kembali memeriksa data pasien yang bernama Syabila Arindra.
"Nama saja diberikan oleh Hana, kenapa keluarga Hana belum bisa menemukan keluarga wanita itu, mustahil dengan kekuasaan dan kewenangan mereka tak sulit menemukan identitas wanita itu"
Syara bergumam sendiri, dilihatnya foto wajah Arindra.
"Dilihat dari wajahnya wanita ini seperti sudah bersuami, namun saat diperiksa dulu ada luka robek bagian *********** masih baru seperti korban pemerkosaan. Wanita ini wanita baik-baik dilihat dari cara berpakaian pun ia berhijab Syar'i, memakai kaos kaki, handsock lalu siapa pemerkosanya, siapa penabraknya. Wajahnya sudah berumur, harys di mana aku mencari keluarganya. Ya Allah alangkah malangnya wanita ini, jika ia bersuami dan memiliki anak maka pasti mereka kalang kabut mencarinya, jika pun belum menikah sanak keluarganya pasti kehilangan. Ya Robbku, berikanlah jalan terbaik baik Mbak Arindra, pertemukanlah dengan keluarganya dan beri kesembuhan seperti sedia kala jika memang itu terbaik baginya, namun jika sebaliknya hamba yakin Ya Robb, Engkau Maha Perencana yang terbaik"
Syara menangkupkan ke dua tangannya pada wajahnya, lelah sudah pasti dirasakannya. Sekarang adalah waktunya ia istirahat setelah tengah malam ia berjaga hingga siang di ruang rawat Arindra. Ya, Syabila Arindra itu pasien istimewa, setiap hari ditemani dokter Hana atau Syara, bergantian selama dua minggu ini. Inilah perintah dari pemilik langsung rumah sakit ini, yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Hana.
S****o Pembaca yang budiman🤗
**Siapa ya kira-kira yang merkosa and nambrak arindra. Penasaran kannnnn???
Komen,Vote dan Kata-katanya ya frend-frend hehee ditunggu. love you muachhhh muachhh deh.
#Kalo masih banyak typo mohon maafkeun soalnya baru belajar**#
"Tok-tok assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, kau mau pulang?"
Tanya Syara melihat Hana berlalu di depannya dan membereskan beberapa peralatan pribadinya. Ia mereka sekamar untuk beristirahat, ruangan kamar ada dua kasur. dan beberapa perlengkapan lainnya tersedia dengan lengkap. Hana dan Syara memang sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dan dari Syaralah Hana mengenal indahnya islam dan belajar berhijrah. Hana yang notabene anak orang kaya, seorang yang glamor dan hidup bebas. Namun secara perlahan tapi pasti, Syara berhasil mengetuk hatinya dan mengenalkan islam padanya, dan setelah bertahun-tahun hasilnya nampak seperti saat ini. Hana menjadi gadis yang bersama dirinya belajar mengenal Allah dan Islam.
"Ia, soalnya udah janji sama mom mau menemui kakak, tolong jaga mbak Arindra ya besok pagi Insyaa allah aku balik ke sini gantiin, kalo perlu bantuan hubungi aja dr Dea. Aku dah bilang kok tadi"
Hana menjabat tangan sahabatnya itu dan hendak melepaskannya, namun tangannya di tahan.
"Han, ada yang ingin aku omongin dan ini serius"
Hana malah tersenyum dan menepuk pundak sahabatnya itu.
"Kamu tadi juga ngomong gitu, tapi malah becanda. Udah ah aku mau pulang nanti kemaleman, kan gadis sholehah g baik pulang malam iya kan?"
"Han, aku serius ini terkait Mbak Arindra"
"Mbak Arindra, kenapa?, ada laporan yang belum kamu bilang ke aku tadi siang?"
Syara mengangguk, dan menepuk kasur di sisinya.
"Duduklah dulu"
Ujarnya
"Sesuatu yang gawatkah?, sehingga kamu seserius itu"
"Entah ini berita yang baik atau buruk untukmu, dan aku juga sampai sekarang nggak tau adakah hubungannya kakakmu dengan Mbak Arindra, namun yang pasti ada keajaiban Allah yang kutemukan hari ini pada diri Mbak Arindra"
"Maksudnya apa?"
"Han, kamu taukan saat Mbak Arindra datang ke rumah sakit ini, akulah yang pertama menanganinya, membersihkan luka-luka dan hingga menganti seluruh pakaian yang melekat pada pasien"
"Kamu udah menceritakan itu"
"Benar, kau tau kakakmu sangat pucat dan panik saat itu. Meski ia mampu membawa pasien itu ke rumah sakit, sangat terlihat di wajahnya jika ia sangat kalut. Dan memintaku memberikan perawatan dan pelayanan terbaik bagi pasien. Makanya aku segera menghubungimu untuk menenangkan kakakmu, dan setelah itu yang aku tau darimu kakakmu mengurung diri di kamar setelah pulang dari rumah sakit"
"Apa yang ingin kamu sampaikan sebenarnya Ra "
Syara menangkup tangan sahabatnya itu dan menatap dalam seolah memberi kekuatan.
"Han, semoga dugaanku salah"
"Jangan berputar-putar Aulia Syara Hanifa, jelaskan saja apa yang kamu bilang, yang kutahu dari Mom, kakak hanya menolong Mbak Arindra itu sebagai korban kecelakaan udah itu aja"
"Mbak Arindra tidak hanya korban kecelakaan Hana, tapi juga pemerkosaan"
Deg-deg
Jantung Hana berputar lebih cepat, ia memang selalu bertanya-tanya dengan perawatan yang diterima Mbak Arindra, tak ada satupun keluarga yang sejauh ini menjenguk atau mencarinya, ditambah pengawasan ketat yang diperintahkan Daddynya, dan hanya ia dan syara yang nota bene dokter muda di rumah sakit ini yang boleh menangani dan mengetahui perkembangan pasien, suster pun yang turut memantau perkembangannya adalah suster khusus, meskipun dr Dea tau, tapi dokter Dea adalah orang kepercayaan keuarganya.
"Ada bercak sp*** dan air m*** pada saat aku membersihkan bagian intimnya yang saat itu juga terkena darah. Karena penasaran aku melihat secara keseluruhan, maaf, sepertinya pemerkosanya bertindak cukup kasar hingga daerah intim mbak Arindra bengkak yang lumayan, dan luka-luka lecet di beberapa bagiannya"
"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku Ra"
"Aku ingin mengatakannya Hana waktu itu, tapi selalu saja waktunya tak sempat, dan sekarang bukan itu jua yang jadi masalah"
"Maksudnya masalah baru?"
"Aku sempet ragu mau melakukannya namun karena aku penasaran makanya aku beli tespack, dan mengecek tadi pagi dan hasilnya positif Han, Mbak Arindra hamil"
"Astaqfirullahaladzhim, lahaulawalakuwata illabillahil aliyil adzhim, kamu seruis Ra, dia lag koma Ra"
"Itu yang mau aku bilang tadi, ini keajaiban Allah Han, menunjukkan kuasanya pada kita tapi lebih baik periksa dr Obqyn dulu deh, siapa tau aku salah Han"
Hana benar-benar syok mendengar cerita sahabatnya itu. Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalanya yang sudah lama ia tanyakan pada orang tuanya namun hanya menolong itulah yang dikatakan orang tuanya. Ia setiap kali bertanya kenapa kakaknya sampai mengurung diri di kamar, momynya hanya beralasan karena ia baru diputuskan sang kekasih yang sangat ia cintai dan mereka telah berpacaran sudah tujuh tahun. Namun kekasih kakak itu pergi meninggalkannya bersama laki-laki lain.
Syara mengusap-usap punggung sahabatnya itu. Ia diapun memiliki banyak pertanyaan tentang siapa Arindra, apa yang terjadi padanya, mengapa orang tua Hana mengitu tertutup tentang informasi pasiennya ini. Mengapa hanya ia dan Hana yang dikhususkan menjaganya, dan siapa pelaku penambrak itu dan pemerkosa. Apakah orang yang sama ataukah berbeda.
"Apakah kak Hans ada kaitannya?"
Syara segera menggelengkan kepalanya, tidak mau menduga-duga.
"Ra, siapa aja yang tau informasi ini?"
"dr Dea tau karena tadi enggak sengaja aku memeriksa tespack pada saat dr Dea masuk. Aku memintanya datang karena mau mandi pagi Han, dan dia heran saat melihat aku pegang tespack yang bergaris dua merah itu dan bertanya punya siapa, dan maaf aku juga akhirnya menceritakannya karena tidak mau timbul fitnah ke aku Han"
"Syukron Ra, entahlah kenapa orang tuaku selalu mewanti-wanti berita perkembangannya hanya boleh aku dan kamu yang tau. Aku bener-bener enggak ngerti Ra, ada apa dan aku nggak mau suuzhon sama kakakku sendiri"
"Aku paham Han, maaf sebelumnya. Apapun yang terjadi tidak ada hal yang Allah berikan kepada hamba-hambanya kecuali ada hikmah di dalamnya. *L*ā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tuākhiżnā in nasīnā au akhṭanā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". Masih ingetkan itu surat apa?"
"Albaqoroh 286"
"Alhamdulillah sekarang yang kita lakukan adalah sabar dan sholat sebagai tanda mengingat Allah. Insyaa allah hati akan tenang"
"Iya Ra, syukron atas nasehatnya. Aku pulang dulu, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, fii amanillah Han"
Hana mengangguk dan melangkah pergi, menuju rumah dan ingin segera bertanya tentang seorang Syabila Arindra pada kakaknya.
##*U*p-up nih frend-frend hehee
like, subscribe and komen ya meski bukan uotube 😆🤗🤗🤲 doa jangan lupa biar jadi novel favorite hehe
Pukul delapan malam Hana sampai di rumahnya, menatap sekeliling rumah searah mata memandangnya namun rumah itu sunyi. Hana melangkah menuju kamar orang tuanya.
"Tok-Tok Mom, Assalamualaikum"
Tak lama pintu terbuka, terlihat wajah wanita paruh baya yang masih cantik di usianya. Momy Diana, begitulah Hana memanggilnya. Hana memeluknya, mencium punggung tangan mom, dan tak lupa pipi kanan dan kirinya.
"Putri kesayangan mom sepertinya sangat lelah, apa perlu mom pijitin hemm"
Mom Diana mengusap-usap punggung putrinya itu dan membawanya duduk di sofa kamarnya.
"Di mana Daddy Mom?"
"Daddy tidak pulang sayang"
"Kenapa Mom?"
"Ada masalah di perusahaan, sehingga Daddy harus menginap biar efisien katanya"
"Masalah apa Mom?"
"Tumben putri Mom ingin tau masalah perusahaan, biasanya cuek"
"Apa ada kaitannya dengan kakak Mom?"
"Sedikit"
"Apa Mom?"
"Sudah istirahat sana, kamu pasti capek, oh ya Mom tadi masak kesukaanmu ganti bajumu lalu turun makan, Mom temani ya"
"Mom, jangan tutupi apapun masalah yang ada di keluarga ini pada Hana. Hana bukan anak kecil lagi yang tak tau apa-apa, Hana sayang semuanya Mom. Mom, Hana ingin tau apa kaitan kakak dengan Mbak Arindra"
"Siapa Arindra?"
"Wanita yang ditolong kakak, Hana memberinya nama Syabila Arindra, karena tidak ada identitas atau informasi apapun tentangnya. Mom, Hana sudah dua puluh lima tahun Mom, jadi Hana mohon tolong ceritakan yang sesungguhnya"
"Wah-wah anak Momy dewasa ternyata, apakah sudah memiliki calon sayang, ayo kenalkan pada Momy. Seperti apa orangnya, bagaimana wajahnya tampankah?"
"Mooommm, jangan mengalihkan pembicaraan"
"Mom hanya ingin tau sayang, apakah salah. Ganti dulu bajunya, makan ya, mom tunggu oke"
Momy Diana memeluk erat putrinya, menatap wajah dan mengusap-usap punggungnya. Ia merindukan putrinya yang manja ini, karena kesibukannya sudah jarang sekali mereka bersama apalagi setelah hadir Syabila Arindra yang menuntut tanggungjawab penuh darinya.
"Momy sayang padamu nak"
"Hana juga sayang sama Momy"
Hana melepaskan pelukannya dan menatap momynya.
"Mom, janji ya cerita sama Hana"
"Sudah ganti baju dulu sana"
"Iya Momy"
Hana bangkit dan mencium pipi kiri momynya dan melangkah ke kamar menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti di pintu kamar, melihat kamar sebelahnya yang tak lain adalah kamar Sang Kakak. Tanpa mengetuk pintu, Hana mencoba memasuki kamar itu. Iya melihat kakaknya sedang duduk di atas ranjang dengan pandangan kosong.
"Assalamualaikum kak, apa kabarnya?"
Hana mendekat meraih tangan kakaknya dan mencium punggungnya, terlihat laki-laki itu terkejut dan melihat wajah adiknya.
"Han, kamu pulang?"
Hana mengangguk dan melihat wajah kakaknya, wajah yang sudah dua minggu ini tak dilihatnya. Wajah yang tampan itu tirus, tubuhnya mengurus sangat terlihat beban berat dari wajahnya yang kusut. Iya ingin menangis melihat kondisi kakak kesayangannya ini, Hana tak pernah melihat kakaknya sekacau ini. Di usia 30 tahun, Hadinata Hansel Wijaya adalah pribadi yang ramah, penuh dengan senyum dan sangat menyayanginya. Melihatnya seperti ini, membuat hati Hana meringis sakit, bagaimanapun kakaknya adalah pria terbaik, terhangat dan terhebat setelah Daddy bagi seorang Putri Hanaira Wijaya. Laki-laki yang sangat setia, teguh pada kata yang diucapkannya. Hana sangat merasakan betapa kasih sayang kakaknya ini sangatlah besar padanya. Tak jarang, ia tak malu untuk bermanja pada Hans meskipun dia sudah cukup dewasa. Meminta gendong, minta dibelikan ini itu bahkan tak jarang meminta suapan makanan dari tangannya, menjaili kekasihnya namun kakaknya tak pernah marah. Hans hanya akan tersenyum atau tertawa dengan tingkah laku adik satu-satunya ini.
"Bagaimana kabar kakak, kenapa jadi seperti ini kak?"
Tak kuasa lagi Hana menahan air matanya, dipeluknya dengan erat tubuh ringkih Sang Kakak. Ia tergugu di pundak Hans, menumpahkan segala resah dan gundah di hatinya dengan tangisan. Berharap sang kakak mengerti betapa Ia sangat mengkhawatirkan kondisinya.
"Kakak baik sayang, kakak tidak apa-apa"
Hans mengusap lembut kepala adiknya, kemudian mencium keningnya. Ia longgarkan pelukan, menghapus air mata yang ternyata kian deras di kedua pipi Hana.
"Kaaa, apa hubungan kakak dengan Mbak Arindra"
Di sela isak tangisnya Hana mencoba bertanya langsung pada kakaknya untuk mendapatkan jawaban yang masih rancu menurutnya dari orang tuanya.
"Siapa Mbak Arindra"
"Wanita yang dibawa kakak ke rumah sakit, Hana memberinya nama Syabila Arindra"
Hans masih mengingat jelas, wajah perempuan itu. Wajah yang membuat jiwanya terpukul oleh rasa bersalah yang teramat dalam.
"Kakak kenal sama Mbak Arindra?"
Hans menggeleng, Hanaira melihat sorot mata Hans untuk melihat kebohongan ataukah kejujuran. Namun sorot matanya menunjukkan jika kakaknya tidak berbohong.
"Kakak tidak tau apa-apa tentang wanita itu Han, yang kakak tau wanita itu kecelakaan parah dan kakak langsung membawanya ke rumah sakit"
"Apakah tidak ada identitas saat kakak membawanya?"
"Tidak ada Hana, sungguh kakak benar-benar tidak mengenalnya"
"Taukah kakak, wanita itu...."
Hana menghela nafas berat dan panjang, menatap wajah laki-laki yang di depannya. Haruskah ia mengatakan jika wanita itu korban perkosaan dan sekarang hamil. Wajah kakaknya menunjukkan kepanikan. Ke dua tangannya memegang pundak adiknya itu, suaranya menunjukkan kegusaran.
"Kenapa wanita itu Hana, apakah dia mati"
"Kak, jujur sama Hana apa yang sebenarnya terjadi. Hana seorang psikolog kak, Hana bisa membaca ekspresi apa yang sedang kakak hadirkan saat ini, jujur sama Hana kak, Hana sangat menyayangi kakak, Hana mohon"
Hana kembali terisak, serangkan Hans tertunduk.
"Kakak salah Hana, maafkan kakakmu ini, jangan pernah membenci kakak"
"Kak, Hana selalu menyayangi kakak, bagi Hana kakak adalah salah satu malaikat yang diturunkan Allah buat Hana di dunia ini. Kakak akan selalu di hati Hana terlepas apapun kesalahan kakak. Mbak Arindra masih koma kak, dan wanita itu kemungkinan hamil"
"Apa hamil, kau jangan bercanda Hana dia koma"
"Hana serius kak, meskipun koma wanita tetap bisa hamil kak, meskipun korban pemerkosaan"
"Apa"
Hans pun menangis pilu, ia menutup wajahnya di sela kedua lututnya.
"Tidak mungkin Hana, tidak mungkin"
Hans terus menangis, kini dua insan kakak beradik itu menangis. Hana memeluk kakaknya, mengusap kepalanya membiarkan kakaknya menumpahkan emosi hatinya.
"Kakak yang memerkosanya Han"
"Astaqfiullahaladzhim kak, kakak becanda kan"
Hans menggeleng,
"Anak yang dikandungnya pasti anak kakak"
"Kak, bisa jadi itu anak suaminya, siapa tau Mbak Arindra sudah bersuami"
Lagi-lagi Hans menggeleng
"Dia masih perawan saat kakak melakukannya"
Deg
Hana tak lagi bisa berkata apa-apa, apa yang menjadi keresahannya menjadi nyata. Kakak yang sangat dicintai dan dikaguminya ini melakukan tindakan di luar bayangannya selama ini. Bagaimana mungkin ia percaya juka tak mendengar sendiri dari ucapan sang kakak, kakaknya bukanlah laki-laki kaya kebanyakan, main club, mabuk ataupun judi, ia laki-laki yang tak mengenal itu semua bahkan merokok pun tidak. Meski ia bukan laki-laki yang taat agama, dan sholatnya bolong-bolong namun Hana sangat yakin kakaknya bukan laki-laki brengsek. Melihat Hana terdiam dan termangu lama, membuat tangan Hans meraih tangan Hana.
"Maafkan kakak Hana, maafkan kakak"
#####
**Alhamdulillah akhirnya chapter 3 kelar juga 😆😆
Vote komen vote komen vote komen ya guys.
Love-love-love forever deh
Tunggu Up selanjutnya penasarankan yaaayaaaa🤲🤲**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!