Rinjani, After Married (1)
" Kapan nikah?,"
"Huffthh,, Rinjani hanya melihat ke arah Alana dengan malas. Pertanyaan yang Alana tanyakan sudah berkali-kali ia dengar dalam satu hari ini.
" Kalian tidak bosan bertanya seperti itu padaku?," Rinjani mengambil alih Baby Zoya dari pangkuan ibunya.
" Pasti banyak yang nanya ya?," Alana tertawa melihat wajah murung sang sepupu.
Tidak aneh memang di acara keluarga seperti ini, pertanyaan itu akan menjadi menu utama bagi Rinjani yang masih menjomblo di saat para sepupunya sudah memiliki anak.
" Hmm. Padahal, kalian harusnya senang. Kalau tidak ada aku yang jomblo ini, anak kalian mau di titipkan dimana kalau ayah ibunya mau quality time,"
Sepasang suami istri itu pun tertawa.
" Assalamualaikum, cantiknya Onty. " Pipi chubby Zoya menjadi sasaran empuk Rinjani yang gemas pada sang keponakan.
" Ti..Ti...Ti...,"
" Iya. Ini Onty cantiknya Zoya,"
Sepasang suami istri itu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rinjani.
Restu akui jika ia dan sang istri ingin pergi berdua, maka Rinjani lah yang akan menjadi baby sitter dadakan.
" Tapi, apa kamu tidak bosan menjomblo? Sudah mau kepala tiga tahu,"
" Baru dua puluh tujuh. Jangan korupsi umurku,"
Keduanya lagi-lagi terkekeh.
" Mau aku kenalkan pada rekan kerjaku. Tapi, dia duda. Tidak punya anak,"
Rinjani memicingkan matanya pada Restu. "Ditinggal meninggal atau cerai?,"
" Meninggal,'
" Kamu sudah menceritakan tentang yang terjadi pada orang yang mau melamarku?,"
Restu mengangguk. Ia pasti menceritakannya. "Dia tak percaya hal begituan,"
"Lupakan," ucap Rinjani yakin sambil kembali bermain dengan keponakan gemoy nya.
" Kenapa? Karena dia duda?,"
Rinjani menggeleng.
" Lalu?,"
" Dia pasti masih cinta mantan istrinya dan berharap rumor yang beredar benar hingga akhirnya dia bisa bertemu orang yang ia cintai,'
Deg
Hening. Baik Restu dan Alana tak memikirkan sampai jauh kesana.
Memang, orang yang akan ia jodohkan dengan sang sepupu sangat mencintai mendiang istrinya. Hingga ia awalnya heran saat temannya itu minta di kenalkan dengan Rinjani yang selalu di rumorkan dengan hal buruk.
" Maaf. Aku tidak memikirkan sampai jauh kesana,"
" Sudahlah. Jangan terlalu memikirkan jodohku. Kalau sudah waktunya, aku juga akan menikah," jelasnya mencoba menunjukkan senyumannya.
Siapa yang tidak ingin menikah dan memiliki bayi cantik dan tampan. Namun, Ia sadar diri, orang yang ingin melamarnya biasanya mundur teratur atau bahkan jika orangnya tetap mau, keluarganya justru yang tidak mau.
" Jani, bantu Tante Suci. Dia mau mengantarkan makanan ke rumah Eyang," Om Dhani datang ke arah Rinjani.
" Siap, Om. Sebentar,"
Rinjani menyerahkan kembali Zoya pada ibunya.
" Aku antar Tante Suci dulu ya, "
" Dadah, sayang. Nanti kita main lagi," Rinjani berlalu meninggalkan sepasang suami istri yang masih mematung dengan ucapan Rinjani.
"Ah, aku tidak enak." Ucap Restu.
" Tidak apa-apa. Sebenarnya ini bukan kali pertama ada orang seperti itu."
...******...
Rinjani melamun di depan kolam ikan. Sambil melemparkan kerikil ke tengah kolam.
" Kenapa masih ada orang yang percaya hal seperti itu. Padahal, jodoh, maut dan rezeki sudah ada yang mengatur," gumam Rinjani.
Ia teringat akan beberapa orang yang akhirnya malah menghadap Allah sebelum janur kuning melengkung.
Kejadian yang terulang itu membuat beberapa orang percaya kalau Rinjani itu pembawa sial atau malah dikutuk. Karena orang yang berniat mempersuntingnya pasti mengalami kejadian mengerikan sampai meregang nyawa.
" Jangan terlalu dipikirkan." Tante Suci duduk di samping Rinjani. Ia tidak kembali ke tempat acara karena memang semuanya sudah selesai.
" Inginnya begitu, Tan. Tapi, ya tetap kepikiran," Rinjani tersenyum.
" Tidak ada yang namanya pembawa sial atau apalah itu namanya. Itu memang sudah takdir yang harus mereka jalani. Jadi, jangan merasa bersalah,"
Rinjani hanya mengangguk. Walaupun ia tetap merasa bahwa kalau saja mereka tidak berniat mempersuntingnya, mungkin mereka akan tetap hidup.
" Oh iya, Tante mau mengenalkan kamu..."
" Sudahlah Tan. Kalau memang ada yang serius mau dengan Jani setelah tahu rumor apa yang beredar tentang Jani. Suruh saja menemui Abah. Jani terima siapapun itu selama ia maupun keluarganya tidak ada yang mempermasalahkan Rumor yg beredar," Putus Rinjani akhirnya. Ia bosan dengan perjodohan yang dilakukan keluarganya untuknya.
" Ya, sudah kalau begitu," ucapnya tersenyum dan segera mengirimkan pesan pada seseorang.
Di sebrang sana, seorang perempuan paruh baya tersenyum dan langsung mendekati putranya.
" Kamu sudah janji ya,mau menikahi wanita pilihan Bunda,"
Laki-laki yang seusia Rinjani yang tengah bermalas-malasan di sofa itu langsung bangkit.
" Memangnya Bunda mau Angga menikahi siapa?," tanya laki-laki bernama Anggara Pramana itu penasaran.
" Ada pokoknya. Cantik. Cuma yaitu, dia sebenarnya di anggap orang pembawa sial. Hanya karena selalu gagal menikah karena calon suaminya meninggal dunia,"
" Maksudnya gimana, Bun?,"
Anggara menegakkan tubuhnya penasaran dengan sosok yang dipilihkan untuknya.
" Iya, setiap orang yang ingin menikahinya, mereka mengalami nasib yang kurang baik bahkan ada yang sampai meninggal dunia. karena itu orang-orang percaya bahwa perempuan tersebut hanya akan membawa sial jika dijadikan pendamping hidup"
Anggara tertawa. " Ada ya yang masih berpikiran dangkal seperti itu?," Angga tak percaya.
" Iya, aneh memang. Padahal yang namanya maut kalau sudah waktunya ya pasti tiba,"
Angga manggut-manggut. iya setuju dengan ucapan ibundanya.
" Jadi, kamu mau kan?,"
" terserah Bunda. Angga sudah capek semua yang dekat dengan Angga malah berkhianat padahal apa kurangnya Angga wajah tampan pekerjaan punya harta pun tidak kurang"
Aisyah hanya mendelik dengan sikap sang putra yang terlalu percaya diri. Tapi, ia akui kalau perjalanan cinta sang putra tak pernah mulus.
" Namanya siapa?,"
" Rinjani Maheswari,"
Deg
"Tidak mungkin kalau dia Rinjani yang sama," Gumam Angga pelan.
Mendengar nama Rinjani Maheswari, ia malah teringat teman SMA nya. Tapi,nama Rinjani kan banyak. Lagipula dunia ini luas tak selebar daun kelor.
Mereka sudah lama tak bertemu jadi, tidak mungkin tiba-tiba dipertemukan dengan keadaan jadi calon suami istri kan?
" Kenapa kamu sepertinya terkejut?,"
" namanya mirip dengan nama teman SMA ku. tapi kan yang namanya Rinjani bukan cuman satu orang jadi Angga pikir mereka pasti orang yang berbeda,"
" nanti Bunda bawakan biodatanya. sahabat Bunda yang mengirimkan biodata gadis itu. Dia itu keponakannya sahabat Bunda,"
"apa ada fotonya juga?,"
" sebentar," Aisyah membuka ponselnya dan mencari foto wanita yang menarik hatinya.
" Ini fotonya,"
Angga langsung mengambil ponsel yang diberikan kepadanya dan matanya terbelalak.
" Kenapa?," Aisyah penasaran dengan reaksi putranya.
" tidak mungkin," ucapnya sambil terkekeh.
" jangan bilang kalau dia Rinjani teman SMA kamu,"
Angga menganggukkan kepalanya. Walaupun dengan tampilan yang berbeda karena kini memakai kerudung tapi bisa iya pastikan bahwa Rinjani ini adalah Rinjani teman SMA nya
" iya Rinjani yang sama,"
Tiba-tiba ya teringat momen di mana ia dan Rinjani pernah berperan sebagai sepasang calon suami istri saat sedang praktek pelajaran pendidikan agama Islam.
" Benar-benar lucu kalau itu kamu, Jani," gumamnya pelan.
.
.
.
TBC
After Married (2)
Flashback on
" Pak, saya tidak mau berpasangan dengan Angga!," Seorang siswi mengangkat tangannya.
" Kenapa?," Pak Guru menanyakan dulu alasannya pada muridnya itu.
" Image saya bisa jatuh dong, pak. Masa saya nikah sama playboy sementara saya tidak pernah pacaran," alasan yang di utarakan nya membuat temen-temennya yang lain menertawakannya.
" Jani, harusnya kamu beruntung. Dari sekian wanita, kamu yang jadi pasangan ku," Angga tak terima ada perempuan yang menolaknya. Biasanya mereka senang jika ada di samping seorang Anggara Pramana.
Rinjani mendelik. " Bukan untung tapi, buntung,"
Lagi-lagi teman-teman sekelasnya hanya menertawakan kedua temannya yang memang bagai kucing dan anjing itu.
" Aku tampan. Aku kaya. bagian mana yang membuat kamu tidak beruntung?," Angga mulai berdiri karena kesal.
" Hei, aku memang tidak sekaya kamu. Tapi, bukan perempuan materialistis yang langsung mau menerima laki-laki bermodalkan wajah dan harta milik orang tuanya,"
Pak Fahami memijat kepalanya.
" Tenang. Tenang semuanya!!," suara perdebatan kedua muridnya di tambah suara tawa yang lainnya menambah riuh suasana kelas siang ini.
Pak Fahmi menghembuskan nafasnya. " Ini hanya praktik nikah. Bukan nikah betulan," Pak Fahmi mengingatkan kedua siswanya.
Pak Fahmi sampai pusing sendiri mengahadapi keduanya yang seperti calon mempelai sungguhan.
" Walaupun bohongan tetap saja tidak mau, pak. Bagaimana kalau tiba-tiba ada malaikat yang lewat dan mengaminkan. Kan rugi di saya,"
" Hahahah,"
" Aku juga mana mau nikah sungguhan sama perempuan cerewet kayak kamu," kesal Angga.
" Cerewet begini, aku masih ORI. Belum tersentuh sama sekali. Kamu akan beruntung kalau menikah denganku,"
" ORI juga kalau berisik buat apa?,'
" Kalian emang serasi."
" Iya, kita do'akan nikah betulan sekalian,"
"AAMIIN!!!!,"
Semua temannya serempak mengaminkan doa salah satu sahabat Angga. Membuat sepasang laki-laki dan perempuan yang tadi berdebat itu semakin kesal saja.
" Ya, Allah. Kalian ini. Sudah bapak bilang, ini hanya praktek. Bukan nikah betulan. Pokoknya mau tidak mau, suka tidak suka, kalian akan memerankan sesuai dengan kertas yang kalian dapatkan. Itu kan pilihan kalian tadi," tutup Pak Fahmi tidak ingin lagi ada perdebatan yang tidak penting.
Flashback end
Angga hanya tertawa mengingat masa lalu. Ia dan Rinjani sebenarnya tidak bermusuhan. Mereka cukup dekat. Perdebatan itu hanya bumbu-bumbu pertemanan mereka saja.
Aslinya, Angga bahkan sering bercerita tentang perempuan yang sedang jadi kekasihnya saat itu.
" Aku mau tahu bagaimana reaksinya saat ternyata aku yang menikahinya," Angga tertawa sendiri.
Apalagi saat mendengar perkataan ibunya yang mana Rinjani tidak mau tahu dengan siapa ia menikah.
" Sepertinya menarik jika aku melakukannya," Berbagai rencana sudah tersusun di kepala Angga.
Ia lalu menghubungi seseorang.
...******...
" Yakin, tidak mau melihat siapa calonmu?," tanya Ummi Aminah pada putrinya.
Kegagalan demi kegagalan membuat Rinjani hanya mengangguk saja.
Kalaupun ada sesuatu kedepannya, ia tidak akan terlalu kecewa karena ia tidak terlalu berharap.
" Jangan sampai kamu kecewa setelah melihat rupanya," bujuk Ummi pada sang putri.
" Tidak. Jani akan terima dengan siapapun laki-laki yang menikahi Jani nantinya,"
" Kalau jelek?,"
" Berarti sudah jodohnya Jani. Asal akhlaknya baik aja,"
Ummi Aminah akhirnya keluar dari kamar sang putri dan kembali membawa map berisi biodata calon suami yang akan menikahi putrinya.
" Bagaimana, Mi?," tanya Cakrabuana, kakak laki-laki Rinjani.
" Adikmu malah bilang terima saja. Dia juga tidak mau tahu siapa calon suaminya,"
" Pasti dia tidak mau kecewa lagi, Mi,"
" Iya. Semoga saja yang ini sampai pelaminan bahkan sampai akhir hayat,"
" Semoga sampai ke surgaNya."
" Aamiin,"
Walaupun tak percaya tentang pembawa sial dan lain sebagainya, Keluarga Rinjani pun tampak sedikit trauma atas takdir buruk yang selalu menimpa calon suami Rinjani.
" Anaknya baik kan?,"
" Besok insyaallah akan ke rumah. Kamu nilai saja sendiri,"
" Terus Jani bagaimana? Ia akan melihat sendiri Calonnya kan? Jangan sampai merasa terjebak nantinya,"
Ummi Aminah menggelengkan kepalanya. "Adikmu minta kita yang menilai. Kalau kita setuju, dia ikut saja katanya."
" Dia itu benar-benar. Apa tidak khawatir kalau Calonnya tidak sesuai harapan?," Cakra tahu adiknya pun memiliki ketakutan tersendiri. Berkali-kali gagal menikah, siapa yang tidak khawatir rencana kali ini juga gagal?
" Katanya kalaupun ternyata calon suaminya jelek, berarti sudah jodohnya,"
Cakra hanya berdecak kesal. Ingin bilang bagai membeli kucing dalam karung, tapi tidak seperti itu juga. Karena mereka akan melihat seperti apa calon suami dari adiknya itu.
...******...
" Deg-degan?," tanya Nova
Kakak iparnya yang sedang hamil empat bulan itu menemaninya di dalam kamar.
Sementara di ruang tamu semua sudah berkumpul untuk menyaksikan ijab kabul yang akan dilakukan seseorang.
" Sangat,"
Rinjani merasakan detak jantungnya bertalu-talu.
Akhirnya ia bisa sampai di titik ini. Dimana laki-laki yang akan menjadi suaminya mengucapkan ijab kabul.
" Bagaimana pendapatmu soal calon suamimu itu?,"
" Jani tidak tahu. Jani tidak melihat fotonya sama sekali,"
" Kamu serius??," Nova terkejut karena Sampai akhir Rinjani teguh pada pendiriannya untuk tidak tahu sama sekali siapa calon suaminya.
" Bukannya Ummi sudah memberikan biodatanya semalam?,"
Rinjani mengangguk. " Ummi memberikannya. Tapi, Jani tidak melihatnya sama sekali. Biarlah jadi kejutan nantinya,"
Nova speechless dengan jawaban adik iparnya. Dia bisa selapang itu menikah dengan laki-laki yang tidak ia ketahui sama sekali bahkan hanya namanya saja.
" Tapi, perasaan kamu sendiri bagaimana?,"
" Setelah sholat istikharah, Jani lebih tenang. Jani yakin dengan pilihan Abah," jawabnya.
Rinjani memberikan hak penuh pada ayah kandungnya itu untuk mengambil keputusan apakah akan menerima lamaran atau malah sebaliknya.
Namun, Abahnya itu memberi penilaian positif soal calon suaminya.
" Abah bilang, beliau yakin kalau orang yang akan menikahi Jani adalah laki-laki yang baik,"
Nova manggut-manggut. Jika ayah mertuanya sudah berpendapat demikian, maka ia tidak akan meragukannya.
" Kalau menurut kakak, calon suamiku bagaimana?,"
" Kakakmu tidak mengizinkan kakak ikut di acara lamaran waktu itu. Katanya ia takut calon suami kamu salah menanggapi perempuan yang akan jadi calon istrinya," Nova terkekeh di akhir ucapannya.
" Ish, kak Cakra memang posesif berat,"
" Benar. Mana mungkin dia salah menilai? Sementara perut kakak buncit begini," keduanya tertawa membicarakan Cakra.
Hingga pintu terbuka dari luar.
" Ayo keluar, ijab kabulnya sudah selesai,"
Tangan Rinjani tiba-tiba berkeringat. Ia gugup luar biasa.
" Jangan khawatir. Ada kakak," Nova memapah Rinjani keluar dari kamar.
Ummi Aminah berkaca-kaca menatap putri kecilnya yang akhirnya di persunting orang.
" Ummi...."
" Ayo keluar. Jangan membuat suamimu lama menunggu,"
Ummi Aminah menyeka air matanya.
Di ruang tamu, Angga sudah tidak sabar bertemu perempuan yang sudah sah jadi istrinya. Ia bahkan tidak membalikkan wajahnya saat terdengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.
" Ayo sambut istrinya," ucap pak penghulu karena melihat mempelai laki-laki malah diam mematung.
Angga berdiri dan melihat istrinya yang masih menundukkan kepalanya.
" Dilihat suaminya,neng,"
Rinjani mengangkat kepalanya.
Deg
" kamu..."
Angga hanya tersenyum tengil melihat keterkejutan Rinjani.
" Kita benar-benar menikah. Malaikat benar-benar mengaminkan nya "timpal Angga
.
.
.
TBC
After Married (3)
Rinjani mengerjapkan kedua matanya. Masih terkejut dengan sosok yang sudah resmi menjadi suaminya.
Angga benar-benar merasa gemas dengan sikap istrinya itu.
Cup
Satu kecupan mendarat di pipi Rinjani. Sebenarnya bibir yang menjadi tujuannya, namun ia masih punya rasa malu. Apalagi saat ini mereka yang menjadi pusat perhatian.
" Astaghfirullah," tangan Rinjani refleks menyentuh pipinya. Tempat Angga mendaratkan bibirnya.
Tawa menggema membuat Rinjani tersadar . Wajahnya memerah.
" kalau sekarang, boleh cium tangan suaminya. Tidak seperti dulu,"
Rinjani mencari sumber suara dimana ia sangat kenal suara itu. Suara yang dulu menghiasi hari-harinya.
" Ya, Allah. Pak Fahmi juga ada?," lirihnya. Rinjani merasa de Javu.
" bisa kita lanjutkan?," tanya MC menyadarkan keduanya jika rangkaian acara belum selesai.
" Silahkan," ucap Angga.
" Sekarang waktunya memasangkan cincin di jari manis mempelai wanita,"
Tanpa ragu, Angga meraih tangan Rinjani dan menyematkan cincin di jari manisnya.
Angga seolah terhipnotis hingga ia langsung mengecup tangan Rinjani saat itu juga.
" Sabar, sabar. Seharusnya Rinjani yang mencium tangan kamu, Angga," ucap MC yang tidak lain adalah Gani, teman SMA Rinjani dan Angga yang mana dulu saat praktek nikah, iapun berperan sebagai MC.
Gelak tawa kembali menghiasi prosesi pernikahan yang harusnya khidmat malah dipenuhi tawa.
Rinjani menutup wajahnya, ia benar-benar malu.
" Gani, yang benar kamu jadi MC nya," tegur Pak Fahmi membuat Gani langsung sigap memberi hormat.
" Siap, laksanakan. Kita ulang ya. Tolong mempelai laki-laki dan perempuan mengikuti arahan saya," ucapnya formal.
Para orang tua hanya menggelengkan kepalanya. Ada rasa haru melingkupi hati mereka. Betapa putra dan putrinya ternyata memiliki teman dan guru yang luar biasa.
" Baik. Ehem... "
Satu persatu rangakaian acara pun dilakukan.
" Ayo Foto dulu," ajak Angga pada semua temannya. "Bapak juga," ajak Angga pada Pak Fahmi.
Mereka tampak berpose dengan format lengkap seperti saat foto kelas. Dengan keberadaan pak Fahmi yang juga dulu adalah wali kelas mereka di kelas 12.
" Sudah aku bilang, jadinya jodoh kan," Mira menggoda Rinjani.
" iya, ternyata benar-benar di dengar malaikat do'a kita waktu itu," timpal Lala.
" Iya, ini juga kan karena kalian yang mendo'akan," timpal Rinjani membuat semuanya tertawa.
Rinjani sesekali mencuri pandang pada Angga. Tidak pernah terpikirkan olehnya akan menjadi istri dari laki-laki yang selalu jadi teman berdebat nya saat di sekolah dulu.
Angga yang merasa ada orang yang memperhatikannya melihat wanita yang kini berstatus sebagai istrinya itu melihat ke arahnya. Ia pun mengedipkan matanya hingga Rinjani jadi bergidik sendiri.
Hal itu malah membuat Angga terkekeh.
Saat ini mereka terpecah jadi dua kubu. Para perempuan bersama mempelai perempuan dan para laki-laki bersama mempelai laki-laki.
" Anak-anak kalian kemana?,"
Rinjani baru sadar jika tidak ada satupun dari teman-temannya membawa buah hati mereka.
" Di titipin sebentar. Kita kan mau reunian," kelakar Dinda.
" Iya, besok baru kita ajak ke resepsi kalian. Mau menghabiskan catering,"
" Ya, ya. Habiskan saja daripada mubazir,"
Jika para perempuan sedang bergosip ria, maka para laki-laki nya sedang mendapatkan nasihat dari guru mereka. Pak Fahmi.
Acaranya sudah selesai, dan keluarga memberikan waktu pada mereka untuk temu kangen.
" Sekarang kamu sudah jadi suami. Ingat jangan ajak istrimu berdebat terus,"
Angga hanya menggaruk kepalanya sementara teman-temannya malah tertawa.
Mereka teringat tingkah keduanya kalau sedang beradu argumen.
" Insyaallah, pak."
" Iya, gimana ya suasana rumah mereka nantinya?pasti rame."
Semua sepakat menganggukkan kepala mereka.
" Selama masih dalam tahap wajar, tidak masalah." timpal pak Fahmi.
Angga dan yang lainnya manggut-manggut.
" Aku malah gak kebayang malam pertama mereka. Hahaha,"
" Huss. Urusan ranjang itu tidak boleh di bicarakan seperti ini."
" Hehe maaf, Pak,"
Angga yang seolah diingatkan akan adanya malam panjang itu malah jadi kepikiran.
" Jangan dipikirkan. Langsung praktek saja," kelakar Pak Fahmi membuat Angga malu karena ketahuan membayangkan sesuatu.
" Ehemm..."
Teman-temannya malah menertawakan Angga.
" Ga, Kalau Jani salah, tegur dengan baik. Perempuan itu ibarat tulang rusuk yang bengkok. Kamu paksa agar lurus, yang ada malah patah.,"
Hening. Semua tidak ada yang berani tertawa lagi. Mode serius. Guru sekaligus orang tua mereka saat di sekolah dulu sedang memberi petuah.
" Perlakuan dia dengan baik. Kamu sudah meminta dari ayahnya untuk kamu jadikan pendamping hidup. Artinya, semua yang Jani lakukan akan menjadi tanggung jawabmu."
Angga menganggukkan kepalanya.
Kenapa Angga baru merasakan kalau ini tanggung jawab yang sangat berat. Padahal hanya sekian detik untuk menjadikan Rinjani istrinya. Wanita yang halal baginya.
" Ada kalanya Rumah tangga kalian di terpa ujian. Saat itu terjadi, jangan mengedepankan ego masing-masing. jalin komunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik adalah kunci utama dalam setiap hubungan, termasuk pernikahan. Selalu berbicara terbuka dan jujur satu sama lain. Dengarkan pasangan dengan penuh perhatian dan usahakan untuk memahami perasaan dan pandangan mereka."
Tidak hanya Angga, para temannya yang lain yang sudah menikah pun ikut mendengarkan petuah sang guru.
" Dan yang terpenting jangan mudah mengatakan pisah, cerai atau kata-kata yang merujuk pada keduanya sekalipun hanya kiasan. Karena bisa jadi jatuh talak satu," tegas Pak Fahmi.
Hal ini yang jarang di sadari. Jika tanpa sadar sudah menjatuhkan talak dan ia tak tahu, hukum berhubungan suami istri akan jadi haram jika sudah sampai jatuh talak tiga. Sekalipun sang laki-laki tidak sadar.
Angga mengangguk lagi. Walaupun sebelum menikah ia sudah banyak di beri petuah oleh orang tua juga mertuanya. Ia tak bosan saat pak Fahmi ikut memberinya nasihat.
...******...
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka. Rinjani sudah berganti pakaian dengan pakaian rumahan. Rambutnya masih basah karena keramas.
" Astaghfirullah...!!," teriak Rinjani sambil menutup mulutnya saat melihat laki-laki yang tidur di atas ranjangnya.
Ia segera mencari kerudung dan gamisnya. Hal itu terlihat oleh Angga yang memang hanya tiduran sambil memejamkan matanya. Ia belum tertidur.
" Tunggu..." Rinjani seolah ingat sesuatu.
Ia menepuk jidatnya. Ia lupa kalau sudah menikah dengan laki-laki yang kini ada di atas ranjangnya. Upayanya untuk memakai gamis dan kerudung pun terhenti.
Pasti orang tuanya yang menunjukkan ke kamarnya.Ya, pasti ke kamarnya kan? Mana mungkin ke kamar kakaknya atau orang tuanya. Rinjani menggaruk alisnya. Malu dengan tingkahnya sendiri. Untung ia belum meneriaki Angga.
" Ya Allah..." Rinjani berjingkat kaget saat sebuah tangan memeluk pinggangnya.
" Wangi. Sudah siap-siap ya," bisik Angga tepat di telinga Rinjani membuat jantung Rinjani berdebar-debar. Darahnya berdesir. Ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Ini pertama kalinya ia sedekat dan seintim ini dengan lawan jenisnya.
Deg....Deg....Deg ..
.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!