"Apa maksud semua ini Mas Raka.."
"Maaf Zah..."
Azizah menatap nanar sepasang manusia yang berada di depan nya sekarang ini. Banyak pernyataan dalam benak wanita cantik yang tepat pukul dua belas malam nanti genap berusia dua puluh lima tahun itu, pasal nya saat ini sangat suami pulang dengan membawa seorang wanita yang sedang hamil besar.
"Aku harap kamu bisa menerima semua keputusan ku nanti," ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami Azizah.
"Keputusan apa yang mas Raka maksud, Zizah tidak mengerti. Dan wanita ini siapa mas, kenapa dia datang ke sini bersama mas Raka?"
Jujur saat ini perasaan Azizah sudah tidak menentu, segala pikiran buruk sudah menguasai otak nya saat ini. Namun sebisa mungkin wanita dengan balutan gamis Lilac dengan hijab bergo rumahan dengan warna senada itu tetep berusaha untuk tetap bersikap tenang.
"Kenalkan aku Rania istri pertama mas Raka.."
Duaaaar,
"Istri pertama mas Raka?" beo Azizah.
"Benar Zah, dia adalah istri pertama ku Rania Putri," kali ini Raka yang berkata dan membenarkan apa yang Azizah dengar tadi.
"Rania aku nikahi jauh sebelum kita menikah. Aku dan Rania terpaksa menikah secara diam - diam tanpa restu dari mama dan papa. Karena selama ini mama dan papa tidak pernah merestui hubungan kami. Dan tidak lama setelah kami menikah, aku harus mengikuti keinginan mama dan papa untuk menikahi mu. Entah apa yang menjadi alasan kedua orang tua memilih kamu yang pada awal nya aku sendiri tidak mengenal mu. Tapi yang jelas kamu merupakan wanita yang di pilih kedua orang tua ku untuk menjadi istriku. Saat itu aku tidak mempunyai pilihan lain untuk menolak pernikahan itu, banyak hal yang membuat ku akhir nya menuruti semua keinginan mama dan papa. Yang pertama karena aku tidak ingin di cap menjadi anak yang durhaka, kedua karena dengan menikah dengan kamu aku bisa menutupi pernikahan ku dengan Rania, dan yang ketiga karena aku tidak ingin di coret dari ahli waris mama dan papa," jelas Raka dengan begitu tenang dan tidak ada rasa bersalah sama sekali.
Tes,
Air mata Azizah seketika luruh di pipi mulus nya, betapa hancur sekali hati nya saat ini. Pernikahan yang dia kira baik - baik saja selama ini ternyata menyimpan banyak kebohongan yang suami nya ciptakan. Memang benar ada nya dia menikah dengan Raka karena perjodohan, lebih tepat nya karena balas Budi keluarga Raka kepada almarhum kedua orang tua Azizah. Untuk peri hal balas budi seperti apa baik Azizah dan Raka pun tidak tahu menahu, karena baik orang tua Raka maupun ayah ibu nya Azizah tidak ada yang memberi tahu hal itu.
Azizah merasa di awal mereka di pertemukan Raka menerima dengan ikhlas perjodohan itu. Karena memang dari awal Raka tidak menunjukkan tanda - tanda penolakan ataupun ketidaksukaan nya pada Azizah. Sehingga membuat wanita berjilbab itu menerima dengan ikhlas perjodohan itu.
Dari awal pertemuan nya dengan Raka, Azizah sendiri sudah langsung jatuh cinta. Siapa sih yang tidak akan jatuh hati pada seorang Raka Abdillah lulusan terbaik dari salah satu universitas Kairo, berwajah tampan, berwibawa dan yang paling membuat Azizah tambah tertarik pada laki - laki itu adalah pengetahuan Raka tentang agama nya, jelas itu yang membuat Raka mendapatkan point plus di mata seorang Nur Azizah yang notabene hanya gadis kampung biasa lulusan diploma tiga.
Namun apa yang barusan suami nya katakan ini sungguh membuat hati nya hancur seketika, selama ini pernikahan macam apa yang dia jalani ini. Bahkan selama menjalani pernikahan hampir tiga tahun ini tidak ada hal yang mencurigakan sama sekali yang Raka tunjukkan. Sungguh suami nya sangat pintar sekali menutupi semua kebusukan nya.
Raka selalu menjalankan peran nya sebagai seorang suami memberi nafkah lahir dan batin yang sesuai dengan syariat Islam sebelum kelahiran sang buah hati mereka. Namun sebenarnya ada hal yang membuat Azizah bertanya - tanya karena setelah anak mereka lahir, Raka sudah tidak menjalankan kewajiban nya sebagai seorang suami dengan memberikan nafkah batin untuk Azizah. Setiap Azizah mempertanyakan hal itu Raka selalu menghindar dengan alasan sedang capek, sedang stres dengan banyak nya pekerjaan dan masih banyak alasan lain.
Azizah sendiri selalu berpikir positif untuk hal itu, dia memaklumi menjadi seorang arsitek itu pasti pekerjaan nya sangat banyak dan sibuk terlebih setelah Raka menikahi Azizah, banyak perusahaan besar yang memakai jasa Raka untuk proyek - proyek besar.
Raka sendiri juga tidak dekat dengan anak semata wayangnya Rizki Pratama buah hati nya bersama Azizah.
"Kenapa kamu begitu tega pada ku Mas, apa salah ku selama ini?" tanya Azizah dengan bibir bergetar menahan Isak tangis nya.
Raka menghela nafas nya perlahan, di tatap nya wanita cantik yang hampir tiga tahun ini menyandang gelar istri sah nya itu. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati nya, namun seketika perasaan itu dia hempaskan jauh - jauh. Perpisahan itu adalah tujuan utama yang harus dia raih setelah kematian kedua orang tua nya tujuh hari yang lalu akibat kecelakaan.
"Kamu tidak salah apa pun Zah," jawab Raka dengan dingin.
"Selama ini aku hanya pura - pura menjalankan pernikahan kita ini karena semata - mata demi alasan yang aku sampaikan tadi. Dan sekarang sudah waktu nya aku mengakhiri semua nya. Toh, mama dan papa sekarang sudah tidak ada, jadi tidak ada lagi penghalang untuk kita berpisah. Dan aku juga sudah mendapatkan apa yang ingin aku dapatkan, " lanjut Raka.
Laki - laki itu langsung memeluk Rania dari samping dan menghadiahi kecupan lembut di dahi wanita hamil itu. Tak lupa dia usap lembut perut Rania yang sudah terlihat membuncit.
Lagi - lagi hati Azizah terasa sakit sekali seperti di hujam ribuan pisau sekaligus.
"Kenapa kamu jahat sekali mas, jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini kenapa dulu kamu tidak menolak perjodohan diantara kita? Kenapa mas !" kata Azizah dengan nada yang sedikit meninggi.
"Karena mas Raka sangat mencintai ku sehingga mas Raka menuruti semua yang aku katakan pada nya, untuk menikahi kamu supaya mas Raka tidak di coret dari ahli waris keluarga Abdillah," kali ini Rania yang angkat bicara.
"Diam kamu pelakor!" ucap Azizah dengan nada yang penuh emosi dan penekanan di setiap ucapan nya.
"Hah...kamu bilang apa tadi? Pelakor? Hahahaha ..kamu tidak sadar, di sini siapa yang jadi pelakor nya? Kamu Nur Azizah..." ejek Rania
Deg,
Azizah langsung menatap Rania dengan nyalang, wanita itu kemudian berkata dengan senyuman sinis," mana ada istri yang baik - baik menyuruh suami nya untuk menikah lagi hanya karena takut jika suami nya akan kehilangan hak waris dari keluarga nya. Jadi wanita seperti itu yang kamu pilih selama ini tuan Raka Abdillah?"
"Nur Azizah jaga ucapan mu !"
"Lihat tuh Mas kelakuan calon mantan istri kamu yang kata nya kemah lembut, cih...lembut dari mana nya. Sama suami saja bisa berbicara kasar seperti itu," kata Rania sengaja memprovokasi Raka.
Azizah bukan nya tersulut emosi dengan perkataan madunya itu. Justru dia terkekeh pelan mendengar ucapan wanita manipulatif di depan nya.
"Azizah, aku tidak menyangka jika menantu yang mama papa bangga - bangga kan seperti ini ternyata. Aku yakin jika kedua orang tua ku masih hidup pasti mereka akan malu mempunyai menantu seperti mu," ucap Raka.
"Justru jika mama sama papa masih hidup beliau yang akan malu mempunyai seorang anak laki - laki yang pengecut seperti mu mas. Asal kamu tahu mas, wanita bisa berubah lebih kuat dan kejam jika diperlakukan seenak hati oleh pasangan nya. Dan satu yang harus kamu ingat, aku bukan tipe wanita yang pasrah begitu saja jika diperlakukan tidak adil seperti ini mas !"
Azizah mengucapkan hal itu dengan begitu dingin, sorot mata nya begitu tajam menatap suaminya. Mata yang dulu selalu teduh dan penuh cinta saat menatap suaminya sekarang lenyap begitu saja.
"Tundukkan pandangan mu, bagaimana pun aku ini masih suami mu Zah, jadi kamu harus tetap menghormati ku !"
Azizah terkekeh kembali," menghormati yang seperti apa lagi yang kamu inginkan mas? kurang selama hampir tiga tahun aku menghormati mu sebagai seorang suami, kurang selama hampir tiga tahun aku selalu menerima semua nya tanpa mengeluh sekalipun kamu perlakukan aku tidak selayaknya seorang istri, kurang selama hampir tiga tahun aku mencintaimu dengan begitu tulus yang nyata nya aku hanya mencintaimu seorang di sini, kurang mas ! Bahkan di saat aku dan Rizky membutuhkan kamu, tidak sedikit pun kamu ada waktu untuk kami, kurang semua itu Mas! Bahkan aku tidak pernah sedikitpun memprotes itu semua, aku selalu menerima nya dengan ikhlas. Bukankah kamu paham agama Mas? Jelas kamu tahu bukan jika apa yang kamu lakukan padaku selama ini adalah sebuah dosa?"
Deg,
Perkataan Azizah mampu membuat hati Raka menjadi mencelos. Lagi - lagi ada desiran aneh dalam diri laki - laki itu, apalagi saat melihat mata teduh sang istri penuh dengan luka dan kecewa. Mata yang selalu dia lihat berseri - seri dan penuh dengan cinta ketika memandang nya selama ini. Ya walaupun dia lebih banyak menghindar dari tatapan istri nya selama ini.
Raka akui selama ini Azizah tidak pernah lalai sedikit pun untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Dia juga sosok ibu yang baik untuk anak nya, sekalipun dia tidak pernah peduli pada anak yang sudah Azizah lahirkan dua tahun yang lalu. Karena bagi dia anak yang ada di kandungan Rania lah yang hanya dia akui, karena dia sangat mencintai wanita itu.
Sedangkan Rizki, hanya dia gunakan sebagai alat supaya kedua orang tua nya mengembalikan nama nya menjadi pewaris utama keluarga Abdillah. Kedua orang tua Raka semasa hidup nya selalu mengatakan kepada Raka, jika syarat untuk mengembalikan hak waris pada nya kembali maka dia harus mempunyai keturunan dari Azizah maka dari itu terpaksa dia membuat Azizah hamil. Dan miris nya Azizah tidak mengetahui semua ini.
Rania yang melihat ekspresi sang suami berubah sedikit panik, wanita itu jelas merasa takut jika Raka akan luluh dan tidak jadi menceraikan Azizah. Karena beberapa bulan belakangan ini Raka sudah menunjukkan ketertarikan nya pada Azizah. Maka dari itu Rania memutuskan untuk segera hamil, padahal dari awal mereka menikah Rania sendiri yang meminta pada Raka untuk menunda hamil karena status mereka belum Syah secara hukum.
Tapi setelah melihat gelagat aneh sang suami, Rania segera mengubah segala rencana nya. Dan selalu mendesak Raka untuk segera menceraikan istri sah nya itu. Terlebih sekarang penghalang terbesar dia sudah tiada, yaitu kedua orang tua Raka.
Rania selalu merengek bagaimana nasib anak nya saat lahir nanti jika di akta kelahiran nya tidak tercantum nama sang ayah karena pernikahan nya hanya sah secara agama saja. Hal itu membuat Raka segera mengambil keputusan besar ini akan menceraikan istri sah nya itu, karena Raka tidak ingin membuat Rania semakin sedih di kehamilan nya ini.
"Mas..." rengek Rania dengan wajah yang di buat memelas.
"Sudah ya sayang, ingat kata dokter kalau kamu ngga boleh stres dan banyak pikiran okey, kasihan dedek bayi nya nanti..." kata Raka dengan lembut dan penuh perhatian, bahkan laki - laki tampan itu mengusap lengan sang istri guna memenangkan nya.
Hal itu tak luput dari pandangan Azizah. Betapa nyeri hati nya melihat perlakuan suami nya yang begitu lembut dan penuh perhatian kepada istri siri nya itu. Padahal saat dia hamil dulu tidak pernah di perlakukan seperti itu oleh suami nya, untuk mengantar kontrol ke dokter saja Azizah selalu meminta bantuan sang mama mertua supaya membujuk sang anak untuk menemani nya kontrol. Itu pun hanya dua kali saja, setelah itu Azizah selalu pergi kontrol sendiri ke dokter.
"Sebegitu cinta nya kamu pada dia mas," batin Azizah sambil memejamkan mata nya menahan segala gejolak dalam dadanya yang terasa begitu sesak. Air mata yang sejak tadi dia tahan - tahan air nya meluncur begitu saja, saat melihat sikap sang suami yang begitu perhatian pada istri siri nya sangat berbanding terbalik saat bersama nya.
Beberapa kali Azizah menghela nafas nya berkali - kali guna mengurangi rasa sesak di hati nya.
"Maafin bunda Rizki," lirih Azizah.
Sambil mengusap air mata nya sambil memejamkan mata nya kembali dan beberapa kali mengucapkan istighfar meminta ampunan pada sang pencipta berharap keputusan yang akan dia ambil ini adalah yang terbaik untuk nya dan tidak akan menjadi petaka bagi nya kelak.
"Bismillah...." Azizah menarik nafas nya dalam - dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Mas Raka Abdillah, demi kebahagiaan mu, aku bersedia berpisah dari mu," ucap Azizah dengan bibir yang bergetar namun tetap berusaha begitu tenang.
Tidak ada emosi pada setiap kata yang dia ucapkan tadi, bahkan bibir nya terlihat tersenyum sekalipun ada getaran yang nampak pada bibir tipis itu.
Deg,
Raka langsung menatap ke arah Azizah yang berada di sana, ini benar - benar di luar dugaan. Dia mengira Azizah akan menangis memohon - mohon pada nya supaya tidak di ceraikan tapi ini Azizah begitu tenang nya mengatakan jika siap berpisah dengan nya.
Jujur ada bagian dalam hati nya yang tidak terima dengan apa yang Azizah katakan barusan, ini memang yang dia mau sebenarnya tapi mengapa justru hati nya sekarang palah goyah.
"Ada apa dengan ku..."
"Sayang...." Lirih Rania mengusap lembut lengan sang suami.
Wanita itu tersenyum puas dan bahagia atas apa yang Azizah ucapkan tadi. Dia awal nya mengira akan banyak drama saat suami nya meminta berpisah dari istri sah nya itu. Namun ini apa, istri sah suami nya seperti begitu pasrah dengan apa yang suaminya inginkan itu.
"Kalau tahu ending nya akan seperti ini, kenapa tidak dari dulu saja aku mendesah mas Raka untuk menceraikan Azizah," batin Rania.
"Kamu sudah yakin dengan apa yang kamu putuskan ini Zah?" Tanya Raka dengan nada yang terlihat ragu dan bimbang.
Azizah menatap ke arah suami nya," bukan kah ini yang mas Raka inginkan, kenapa sekarang mas Raka terlihat seperti ragu?"
Deg,
"Em...bukan begitu maksudku, aku tidak ragu sama sekali cuma...?"
"Cuma apa mas?" kali ini giliran Rania yang bicara, wanita yang bergelar istri pertama Raka itu merasa geram dengan sikap suami nya yang terlihat plin plan saat ini.
"Cuma apa mas..." Lagi Rania mengulangi ucapan nya namun kali ini dengan nada yang agak tinggi.
Raka yang tersadar dengan tindakannya itu langsung menatap lembut Rania yang berada di samping nya," maksud Mas bilang seperti itu karena mas cuma merasa aneh saja sayang, kok dia begitu mudah nya menerima keputusan mas. Tenang saja sayang, mas tidak akan merubah keputusan mas kok," ucap Raka begitu lembut guna meyakinkan Rania yang terlihat sudah curiga dengan apa yang Raka rasakan sekarang.
Karena jujur saat ini hati Raka memang bimbang dengan apa yang sudah dia putuskan saat mendengar Azizah menerima keputusan nya begitu saja tanpa merengek, tanpa menangis, serta drama lainnya yang inti nya tidak ingin berpisah dari Raka.
Bahkan jika saat ini Azizah melakukan hal itu mungkin Raka akan mempertimbangkan nya dengan tetap menjalani pernikahan poligami.
Azizah sungguh muak melihat adegan sepasang manusia yang tidak mempunyai perasaan itu. Kedua tangan nya sejak tadi sudah terkepal kuat menahan segala sesak dalam dada nya.
"Jika kalian berpikir aku akan banyak drama dengan kejadian ini, kalian salah besar ! Ya aku akui, jika aku sangat mencintaimu mas Raka tapi itu dulu sebelum kebohongan yang kamu ciptakan ini terungkap, sebelum fakta-fakta yang ada aku ketahui. Tapi setelah semua nya terungkap aku akan pastikan semua rasa cinta ku itu akan lenyap secepatnya. Aku tahu jika perceraian itu hal yang paling di benci Allah, dan ya..istri mana yang menginginkan perpisahan di rumah tangga nya, namun jika rumah tangga itu sudah tidak sehat lagi sebagaimana pun cara nya aku untuk mempertahankan nya juga percuma jika aku berjuang sendiri di sini. Niat awal kita menikah saja sudah salah Mas, karena mas Raka menerima pernikahan ini ada tujuan tertentu. Aku paling tidak setuju dengan yang nama nya poligami sampai kapan pun. Masih banyak jalur untuk menuju surga dan aku akan memakai jalur itu tapi tidak dengan poligami," ucap Azizah dengan begitu tenang.
"Sombong sekali dia mas, palingan habis ini juga bakalan meraung-raung meminta belas kasihan kamu supaya tidak diceraikan. Cih...ngaku nya sok kuat tapi nanti ujung - ujungnya menangis," sinis Rania.
Azizah tidak menanggapi apa yang di katakan madu nya itu, atensi dia justru fokus ke Raka yang kebetulan sedang menatap nya.
"Silahkan mas, ikrarkan talak kepada ku sekarang juga," ucap Azizah dengan tatapan datar ke arah Raka.
"Hah..!"
Raka beberapa kali menelan Saliva nya dengan susah payah, entah mengapa tenggorokan tiba - tiba menjadi kering. Bahkan ikrar talak yang sudah dia siap kan jauh - jauh hari menguap begitu saja setelah dia lihat tatapan mata Azizah yang begitu terluka. Hati nya terasa nyeri melihat tatapan mata itu.
"Mas...kenapa kamu diam saja, itu Azizah sudah siap kamu talak. Jangan bilang kalau kamu berubah pikiran ! Ingat ya mas, kalau sampai kamu ingkari janji kamu untuk menceraikan Azizah setelah kedua orang tua kamu meninggal maka aku dan calon anak kamu ini akan pergi jauh. Jangan harap kamu bisa menemukan kami, sudah cukup aku mengalah selama ini hanya di jadikan istri rahasia kamu. Dan kamu Azizah aku harap kamu tidak mempersulit perceraian ini. Kamu tahu kan kalau cinta mas Raka hanya untuk ku seorang, jadi aku harap kamu sadar diri," kata Rania penuh dengan emosi.
"Ngga sayang...kamu jangan bilang seperti itu ya, kamu kan tahu betapa sayang nya aku sama kamu selama ini. Bahkan aku tidak pernah menganggap pernikahan ku dengan Azizah selama ini semua hanya karena kamu," bujuk Raka.
"Kalau kamu benar sayang aku, buktikan sekarang Mas ! Talak Azizah di depan ku sekarang juga..."
Raka mendongakkan wajah nya, dia sedikit terkejut dengan apa yang Rania katakan. Padahal rencana awal mereka hanya ingin memberi tahu perihal keinginan Raka untuk segera berpisah dengan Azizah tidak harus menalak wanita itu saat ini juga.
"Mas....." teriak Rania.
Raka menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan. Laki - laki beristri dua itu kemudian memandang wajah istri ke dua nya dengan lekat - lekat dan dengan satu tarikan nafas ucapan talak itu pun terucap dari bibir Raka Abdillah.
"Nur Azizah aku talak kamu ! Mulai hari ini aku bebaskan kamu dari pernikahan ini dan kita bukan suami istri lagi !"
Jeduaaar..
Tepat jam sebelas malam kalimat talak itu terlontar dengan begitu lancar nya dari bibir Raka. Bahkan alam pun seolah - olah ikut berpihak dengan perpisahan itu, suara petir menggelegar menyambar terdengar bersama dengan berakhirnya kalimat talak yang Raka ucapkan barusan.
Tes,
Air mata Azizah luruh pula di pipi nya, wanita yang sejak tadi menahan segala rasa yang dia rasakan saat ini pun akhir nya tidak bisa menahan nya lagi. Dengan tangan gemetar dia hapus air mata yang sudah membasahi pipi nya. Wanita itu memejamkan mata nya sejenak guna mengurangi rasa sesak di dada nya. Tubuh nya sekarang seperti tak bertulang lemas sekali. Tidak pernah terbayangkan oleh Azizah jika pernikahan yang dia kira sudah sempurna harus berakhir dengan cara seperti ini.
Pernikahan yang dia jaga selama hampir tiga tahun malam ini sudah berakhir, dan mulai malam ini juga dia sah menjadi seorang janda beranak satu di usia nya yang satu jam lagi akan genap dua puluh lima tahun.
Seperti mimpi ....ya itu yang Azizah rasakan saat ini, jangan di tanya lagi bagaimana perasaan nya saat ini hancur berkeping-keping bahkan rasa cinta yang dulu nya sangat menggebu-gebu pada seorang Raka kini mulai tak lagi dia rasakan saat ini.
"Terimakasih Mas..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!