Di suatu tempat yang tergolong ramai.
Hidup dikota besar tanpa ada perencanaan, membuat keluarga kecil ini, semakin susah untuk sekedar mencari pekerjaan.
Biasa hidup kecukupan, membuat nya kembali ketitik nol lagi, membuat mereka harus berdamai dengan keadaan.
Ternyata, hidup dikota besar kelahiran suami nya, membuat mereka sadar, ternyata dunia bisa langsung terbalik, disaat memang sudah pada waktunya.
Terpaksa mereka pindah, karena bangkrut dalam usaha, yang telah lama dijalani oleh istrinya, bahkan sudah bertahun tahun lama nya.
perkenalkan, namaku Aya.
Aya adalah seorang karyawan, disebuah pabrik besar, memiliki jabatan yang cukup tinggi dan gaji yang cukup lumayan besar.
Masalah gaji para anak buahnya, sudah pasti Aya pun yang memegang nya.
Singkat cerita, jaka suami Aya, mempunyai seorang kenalan yang memiliki cukup banyak modal, hingga jaka mendapatkan kepercayaan untuk mengelola uangnya.
Tentu saja, ditawarkan bekerja sama, Jaka pun akhirnya, memutuskan untuk memilih istri nya.
Aya untuk membuat usaha, dengan modal yang diberikan oleh kenalan jaka, tentu saja tanpa harus berhenti bekerja, justru dengan bekerja.
Aya bisa lebih mudah untuk mengelola usaha sampingan nya, Jaka percaya, jika Aya bisa mendapatkan luang lingkup yang besar.
Karena Aya ada dikalangan orang banyak, bahkan sudah banyak yang kenal dengan Aya, hingga jaka pun berpikir, usahanya lebih baik dikelola oleh Aya, istri nya sendiri.
Dengan jabatan yang dimiliki Aya, tentu mudah untuk dirinya untuk memulai merintis awal mula usaha kecil mereka.
Di perusahaan, Aya pun memulai usaha nya, menawarkan kepada teman terdekat nya, hingga dari mulut ke mulut, akhirnya mulai banyak yang tahu tentang usaha baru Aya.
Aya pun mulai mengenal kan usaha nya, karyawan yang lain boleh memesan apa pun keperluan mereka.
Dengan syarat bayar satu bulan, setelah bayar baru boleh memesan kembali pada Aya.
*****Hari gajian*****
"Nina, gaji kamu aku langsung potong yah, kemarin.
Kamu ambil barang seharga dua ratus lima puluh ribu, ambilah kembaliannya."
Ucap Aya saat mulai memotong gaji Nina dan teman temannya.
"Baik aya, nanti aku akan kirim catatan keperluan aku, dan bisa kamu potong nanti bulan depan."
Ucap Nina pada Aya, yang sedang memberikan uang kembali pada Nina.
"Oke, aku tunggu, ingat Nina, tidak boleh lebih dari Tiga ratus ribu."
Ucap Aya yang memberi persyaratan pada Nina.
Persyaratan ini pun, berlaku untuk teman temannya yang lain, sebagai seorang admin, sudah pasti Aya sudah banyak yang kenal.
Apa lagi ditambah dengan usaha yang bisa menbantu keperluan, teman temannya di perusahaan.
Sudah pasti banyak yang ingin mengajukan nya pada Aya, karena bekerja di pabrik jauh dari kata cukup bagi mereka yang sudah berumah tangga.
Singkat cerita, dua tahun sudah kini telah berlalu.
Aya menggeluti dunia bisnis nya sambil tetap bekerja.
hingga akhirnya teman Aya pun meminta modal pada Aya.
dengan keuntungan yang akan dibagi dua,
Rena yang termasuk teman dekat Aya.
hanya saja Rena, berbeda pabrik dengan Aya.
"Aya, kita kan sudah kenal lama, aku juga mau usaha seperti kamu."
Ucap Rena yang ingin ikut jejak Aya yang terbilang sukses di perusahaan nya.
Aya dan Rena dulu pernah satu perusahaan, Hanya karena perusahaan itu bangkrut, Akhirnya mereka pun harus berpisah.
Mencari pekerjaan lain,yang tidak mereka sangka masih saling berdekatan.
perusahaan Rena ada didepan perusahaan Aya.
"Baiklah, aku akan bilang dulu dengan jaka," Ucap Aya yang akan meminta izin terlebih dahulu pada suami nya.
Hingga suatu malam.
Aya pun mulai berbicara pada suaminya jaka.
"Ayah, ucap Aya memanggil suaminya.
Aku punya teman yah, sepertinya kamu juga sudah kenal dengan dia, soalnya dia teman ku dipabrik yang pertama kali kita bertemu, namanya Rena yah."
Ucap Aya yang berbicara pada jaka suami nya.
"Yang mana Aya,teman kamu kan banyak, bahkan aku lupa kalau harus mengingat nya satu persatu."
Jawab Jaka yang mencoba mengingat nama Rena dalam ingatan nya.
"Ya sudah lah, nanti juga kamu tahu," Ucap Aya yang tidak mau berlama lama.
"Memang nya kenapa dengan Rena teman kamu."
Tanya Jaka yang sedang menggendong anak kedua nya , yang masih kecil.
"Dia ada di perusahaan depan yah, Rena ingin meminjam modal pada ku, lagi pula aku sudah lama kenal dengan dia.
Dia juga punya usaha yang sama seperti kita yah, hanya saja Rena kurang modal yah.
Ucap Aya yang akhirnya, memberi tahu maksud nya.
"Sebaiknya kamu pikirkan kembali, jangan sampai modal orang jadi tidak kembali, ingat Aya, kita harus berbagi hasil dengan bos besar, kalau tidak bisa habis gaji kamu, hanya untuk menutup modal yang harus kembali.
Jawab Jaka yang merasa keberatan pada Aya istrinya sendiri.
"Ayah itu gimana sih, kalau kita bisa nambah satu pabrik, untung kita juga bisa banyak, bahkan masih bisa untuk menutup modal dari bos besar kamu."
Ucap Aya yang ingin tetap memberi Rena pinjaman modal.
Tidak mau ambil pusing, akhirnya Jaka pun menyetujui nya, dengan catatan jangan terlalu, besar memberi kan modal untuk Rena.
"Nah gitu dong, tinggal bilang iya aja, susah banget."
Ucap Aya yang memang keras kepala.
"Mah, jangan terlalu sibuk lah,aku dan anak anak juga butuh kamu waktu kamu,"
Ucap Jaka yang merasa letih seharian mengurus ke dua anak nya.
"Memang nya aku ngga cape, aku kerja dari pagi hingga malam, ditambah aku harus mengerjakan laporan yang tak sempat aku kerjakan, apa itu tidak cape."
Ucap Aya dengan nada yang kesal pada jaka.
"Aku tahu Aya, kamu yang kerja,kamu juga yang mencari uang, tapi kamu harus tau, tugas kamu disini adalah seorang istri,"
Ucap jaka yang akhirnya, kesal dengan sikap Aya.
"Terserah kamu saja, lagian aku juga begini buat kalian,"
jawab Aya yang langsung menggendong anak nya yang masih berumur empat bulan.
Tak mau ambil pusing, jaka pun memilih untuk keluar dari rumah nya, Apa lagi, jaka bekerja sebagai supir panggilan yang bisa kapan saja diminta jasanya.
"Mau kemana kamu, selalu saja keluar saat aku pulang, bisa tidak kamu dirumah satu malam saja."
Tanya Aya yang sudah bisa menidurkan nunu anaknya yang kedua.
"Aku mau kerja mah, memang nya kamu saja yang bisa bekerja?."
jawab Jaka yang langsung pergi meninggalkan Aya yang masih melihat wajah nya.
"Jangan pulang malam, besok aku harus kerja,"
Ucap Aya yang masih berbicara dengan Jaka.
Tanpa menjawab, Jaka memilih untuk pergi meninggalkan Aya yang masih berdiri, didepan pintu rumah nya.
Malam itu pun, Aya langsung mengerjakan kembali pekerjaan nya, Yang mau tidak mau,harus beres saat pagi nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, matanya masih merah, karena belum tidur semalaman.
Aya harus menjaga kedua anak nya, Nunu dan Nana, yang sering terbangun saat malam hari.
Tangisan Nunu yang meminta susu, membuat Aya semakin kesal, tentu saja Aya harus membuat susu formula untuk Nunu.
karena memang ada masalah dengan asi Aya, terlebih ditambah harus menggendong bayinya Nunu.
sementara Nana kakak Nunu masih bisa terlelap dalam tidur nya.
****
Sesaat setelah Nunu tertidur kembali.
****
Aya langsung mandi dan bersiap siap, untuk kembali beraktivitas, sementara jaka, masih belum juga pulang.
Hingga akhirnya, di jam enam kurang lima belas menit, Jaka suami Aya, baru kembali pulang dari semalaman berada diluar rumah.
karena bekerja sebagai supir panggilan, yang harus mengantar para penumpang, yang membutuhkan bantuan nya.
"Bukannya aku sudah bilang, jangan pulang terlalu malam Ayah, kenapa malah pagi baru datang."
Ucap Aya yang marah pada jaka.
"Salah kamu sendiri, kamu yang suruh aku jangan pulang malam, makan nya aku pilih pagi pagi, pulang malam salah, pulang pagi juga salah,
kapan sih kamu ngga marah."
Jawab Jaka yang marah pada Aya istrinya.
"Kamu itu yah, aku hampir kesiangan,gara gara ayah, coba ayah jadi aku, pusing tahu."
Ucap Aya yang sudah ditunggu mobil jemputan karyawan nya.
"Kamu yang salah, aku terus yang disalah kan."
Ucap Jaka yang kesal melihat Aya yang masih mondar mandir.
"Itu mobil kamu sudah berisik, apa kamu mau semuanya kesiangan gara gara kamu."
Ucap jaka dengan suaranya yang keras.
Mendengar suara ayahnya, Nunu dan dan Nana pun bangun dari tidurnya, Nunu langsung menangis kencang, membuat jaka langsung masuk kedalam rumah nya.
"Ini gara gara ayah, terus saja buat aku terlambat naik jemputan."
Ucap Aya, yang langsung pergi meninggalkan Jaka dan anak anaknya.
Aya pun langsung masuk kedalam mobil jemputan karyawan, yang sudah lama menunggu nya dari tadi.
Tentu saja, teman teman Aya pun langsung menegur Aya.
Hanya saja, Aya yang sedang marah dengan jaka suami nya, tidak mau ambil pusing, dengan ucapan teman temannya.
Hingga akhirnya mobil pun melaju, ke arah tempat bekerja Aya.
"Aya!, kebiasaan kamu itu tidak pernah hilang, selalu saja macet saat jemput kamu."
Ujar indah yang memang suka banyak bicara diantara semua teman teman nya.
"Sudah tahu kesiangan melulu, harus nya kamu siap siap lebih pagi lagi Aya, jadi kan kamu tidak terlambat terus."
Ujar Ami yang juga ikut memarahi Aya.
"Sudah lah, jangan terlalu diambil pusing indah, mungkin Aya sedang ada masalah."
Ucap Lisna, yang duduk disamping Aya.
Disepanjang jalan, Aya masih mengingat suami nya, kenapa harus selalu keluar saat dia ada dirumah.
Memang jaka bekerja, tapi di satu sisi.
Aya pun ingin berdua dan berkumpul dengan anak anak nya, apa lagi semenjak punya usaha.
Hari Sabtu dan minggu yang bisanya libur pun, berubah harus menyiapkan pesanan yang sudah dipesan oleh teman temannya dipabrik.
"Aku pusing Lisna, setiap hari aku kerja,dari pagi sampai malam hari, sudah begitu,aku juga harus mengerjakan laporan hasil pekerjaan ku setiap hari.
rasanya aku ingin menyerah, tapi, menyerah saja itu tidak akan mudah mis,"
Ucap Aya pada teman nya Lisna.
"Apa sih sebenernya yang kamu cari Aya, kamu kerja, usaha juga lancar, gaji kamu juga tinggi, ditambah suami kamu juga kerja.
memang yah, Jadi manusia itu, susah untuk menerima;
Ucap Lisna sambil menggeleng kan, kepala nya, kepada Aya.
"Bukan begitu Lis, kamu tidak tahu perasaan aku, sebagai seorang istri, aku seperti tidak dianggap oleh suami ku sendiri."
Jawab Aya yang memegang kepalanya.
"Astaghfirullah, nyebut kamu Aya, jarang ada suami yang siang nya menjaga anak anak nya, sedangkan saat malam, dia juga harus bekerja untuk memberi kamu nafkah, kamu seharusnya bersyukur.
Ujar Lisna yang kesal dengan sikap Aya yang tidak pernah bisa bersyukur.
"Iya, aku ngerti dan paham Lis."
Jawab Aya yang juga kesal dengan ucapan Lisna.
Susah dapat suami seperti suami kamu, menurut aku, suami kamu itu, sudah termasuk suami idaman Aya."
Ucap Lisna sambil tersenyum pada Aya.
Mendengar saran dari teman nya, Aya pun sedikit demi sedikit mulai untuk berpikir, Aya pun mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Lisna.
Walaupun sebenarnya dia juga sudah tahu, jika suami nya, memang laki laki idaman para wanita, hanya saja Aya tidak mau mengakui nya.
Tak terasa, jemputan Aya pun, sudah sampai dipabrik garmen tempat nya bekerja.
Semua nya pun langsung turun dan masuk ke dalam pabrik, Mereka harus mulai bekerja kembali seperti biasanya, bekerja dari pagi, terkadang sampai tengah malam.
Mau bagaimana lagi, Aya hanya seorang karyawan, bukan pemilik perusahaan.
****
"Aya, aku mau pesan, aku masih boleh ambil lagi belanjaan kan?".
Tanya mila yang ternyata sudah menunggu Aya didepan gerbang pabrik;
"Iya, mana kertas pesanan nya, nanti hari sabtu ambil dirumah ku."
Ujar Aya sambil melihat catatan pesanan Mila.
Baru saja melangkah, lagi-lagi ada yang memanggil Aya.
Mau apa lagi coba, kalau bukan memesan barang pada Aya.
"Aya, aku mau pesan boleh."
Tanya Ana yang belum pernah memesan pada Aya, hanya saja karena Ana sedang banyak keperluan.
Ana pun akhirnya memilih untuk memesan pada Aya.
"Ana, kamu boleh pesan apapun, dan barang yang kamu pesan, tidak boleh lebih dari tiga ratus ribu, nanti akan aku potong dari gaji kamu yang cash.
Soalnya aku tidak mau kalau harus lebih dari tiga ratus ribu."
Ujar Aya yang memberi tahu pada Ana yang kini jadi pelanggan baru nya.
Seharian, Aya bisa mendapatkan kurang lebih tiga puluh orang yang memesan, sudah pasti Aya keteteran, jika harus mengepaknya sendiri.
Tentu saja, Aya memilih untuk minta bantuan pada suaminya jaka.
"Memang aku tidak pernah bersyukur, punya suami yang baik, masih juga disia-siakan, hanya karena ada permasalahan dipabrik, aku sampai lupa dengan tanggung jawab ku."
Ujar Aya yang berbicara di dalam hati nya.
Aku sendiri sebagai seorang ibu rumah tangga, jangan karena memiliki jabatan yang tinggi, dengan usaha yang sedang diatas, membuat Aku lupa.
Lelah apa pun Aku, aku masih tetap ibu rumah tangga, seberat apapun pekerjaan wanita, aku pun masih harus mengurus pekerjaan rumah nya.
"Ujar Aya yang masih berbicara sendiri di dalam hati nya.
Kata kata itu, kini terngiang selalu ditelinga Aya, selalu merasa paling benar, dan tidak mau disalahkan, selalu mencari pembenaran sendiri.
Setidaknya sudah berpikir seperti itu pun, sudah ada kemajuan.
tapi sayang, itu hanya sesaat, dilain waktu pasti terjadi lagi hingga berulang ulang, membuat rumah tangga Aya selalu penuh dengan drama pertengkaran.
Hal inilah, yang membuat kedua nya semakin sulit untuk menerima satu sama lain.
Setelah mendapatkan izin dari suaminya,
Aya pun akhirnya memberikan sedikit modal usahanya untuk Rena, teman lama nya, yang pernah bekerja di satu pabrik dulu.
"Rena, kita ketemu diwarung bakso bang somad, biar kita tidak terlalu jauh saat kembali setelah jam istirahat."
Ucap Aya dalam pesan singkatnya yang dikirim kan untuk Rena.
"Apa kamu sudah dapat izin dari suami kamu Aya?,"
Tanya Rena yang ingin tahu tentang modal yang akan dia pinjam pada Aya.
"Nanti saja kita bahas disana, aku sedang sibuk Rena, yang jelas aku sudah bawa uang nya,"
Jawab Aya pada pesan terakhir untuk Rena.
Jam istirahat pun berbunyi, para karyawan pun keluar untuk makan siang, dan istirahat sebentar setelah selesai makan.
Aya pun langsung mendatangi warung bakso pak somad, dimana disana sudah ada Rena yang sudah menunggu nya.
"Rena, apa kamu sudah lama menunggu ku."
tanya Aya yang langsung memeluk Rena.
"Tidak, aku baru saja keluar Aya."
Jawab Rena yang sudah memesan bakso kesukaan Aya.
Sambil makan siang, Rena pun langsung berbicara pada Aya, tentang usaha yang sedang dijalani nya, dan jumlah nominal uang yang Rena butuhkan.
"Aya, aku butuh lima puluh juta, untuk bisa menutupi semua, pesanan langganan aku, mereka sudah biasa, tidak mungkin akan mengecewakan kita."
Ucap Rena yang mulai membahas inti dari pertemuan nya.
"Lima puluh juta?, mau buat berapa orang Rena?, perasaan dipabrik kamu karyawan nya hanya sedikit, dibandingkan dengan karyawan di tempat ku."
Tanya Aya yang merasa kaget.
Aya mengira jika modal yang Rena minta, terlalu besar untuk awal mula.
"Kamu jangan salah paham dulu Aya, aku jalani usaha ini berdua dengan mas Imran, kamu tahu kan kalau mas Imran kerja disebelah pabrik kamu."
jawab Rena yang menjelaskan, kenapa dia mau mengambil nominal yang besar pada Aya.
"Oh, aku tidak tahu, kalau kamu berdua dengan suami kamu, ya sudah, karena jumlah nominal nya terlalu besar, lebih baik, aku transfer saja ke rekening kamu."
jawab Aya yang langsung meminta nomor rekening Bank milik Rena.
"Ingat Rena, kita gajian tanggal sepuluh, aku minta dalam waktu tiga hari, kamu sudah bisa mengembalikan uang itu, dengan biaya lima belas persen dari total uang modal,"
Ucap Aya yang mengingat kan Rena.
Rena pun menyanggupi permintaan Aya, Karena Rena sudah tahu, jika bos besar meminta sepuluh persen dari modal yang diberikannya kepada Aya.
Sudah sewajarnya,jika Aya mengambil untung lima persen dari modal yang diberikan kepada Rena.
Tak lama kemudian, Aya pun langsung mengirimkan bukti transfer uang kepada Rena, setelah selesai, mereka pun langsung bergegas pulang kembali ke pabrik masing masing.
Sesampainya di depan pintu gerbang pabrik.
"Aya!, aku mau minta tolong sama kamu."
Teriak Dela yang tiba tiba mengejar Aya.
"Apa Dela, tumben kamu memanggil aku."
Jawab Aya yang berhenti sejenak dari langkah kaki nya.
"Aya, aku butuh bantuan kamu, aku tahu, aku sering bersalah sama kamu, bahkan aku juga sering melaporkan kamu, pada pak Yusuf manager produksi kita.
Semua itu aku lakukan,Karena aku takut kalah saing sama kamu."
Ucap Dela yang memegang tangan Aya.
"Sudah lah Dela, aku juga tidak mau ambil pusing, yang sudah biarkan berlalu, aku tidak mau kembali ke masa itu, walaupun sebenarnya saat itu aku tersudut sendiri."
Jawab Aya yang mencoba menerima permintaan maaf Dela.
"Syukurlah kalau begitu, sebenarnya aku butuh sesuatu, aku dengar dari anak anak, kalau kamu bisa memberi kami pinjaman, kalau boleh aku mau ikut ambil Aya."
Ujar Dela yang memberi tahu maksud nya.
"Iya, memang benar Dela, aku bisa memberi kan yang memang kamu perlukan, tapi tidak boleh lebih dari tiga ratus ribu perbulan nya."
Jawab Aya yang memberi persyaratan saat Dela akan meminta tolong pada Aya.
"Ya sudah aku mau aya, aku mau dua ratus lima puluh."
Jawab Dela yang justru menyebut kan nominal uang pada Aya.
"Dela, aku tidak meminjam kan uang, aku hanya memberikan barang yang kamu butuhkan, kalau berbentuk uang, aku tidak bisa Dela."
Jawab Aya yang menolak permintaan Dela.
"Maaf Aya aku tidak tahu, kalau begitu,aku akan menulis pesanan nya."
Ucap Dela yang akhirnya pergi meninggalkan Aya.
Akhirnya Aya bisa keluar dari pabrik, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, belum lagi perjalanan pulang yang mencapai waktu setengah jam perjalanan, sudah pasti jam setengah dua belas malam Aya baru sampai di rumah.
"Aya, kamu itu kerja apa dikerjain?,"
Tanya Jaka suami Aya, yang sudah lama menunggu kepulangan Aya,
"Pabrik mau export kita harus selesai sebelum pagi, masih untung aku pulang jam segini, lihat saja dipabrik, masih ada yang harus pulang pagi."
Ucap Aya yang baru sampai di rumah nya.
"Tapi kamu kan tahu aku juga kerja Aya, kalau cuma ngurus anak doang,aku masih bisa Aya."
Jawab Jaka yang sedang bersiap siap untuk pergi kerja.
"Bukan hanya kamu yang kerja malam, aku pun harus menjaga anak anak, terlebih Nunu, sudah pasti aku harus menggendong nya, ditambah aku harus mengerjakan laporan yang tidak sempat aku kerjakan."
Ucap Aya yang juga tidak mau kalah.
"Suruh siapa kamu bawa pulang, ngga usah sok bisa makanya, kalau kamu ngga bisa, kamu tinggal bilang saja pada atasan kamu, ingat kalau kamu kerjakan laporan ini dirumah, sama saja kamu kerja dua puluh empat jam."
Jawab jaka yang langsung melempar laporan kerja Aya.
"Sudah, lebih baik kamu kerja aja sana, Percuma disini juga, hanya menambah masalah."
Ujar Aya yang langsung membereskan laporan nya, yang berantakan dilantai kamar mereka.
Jaka pun akhirnya pergi, tidak akan ada ujungnya jika harus terus bertengkar dengan Aya, Hari Sabtu.
Aya biasanya lembur, hanya karena ada barang datang, mau tidak mau Aya pun harus masuk.
Sementara telepon Aya terus saja berdering, langganan Aya sudah menanyakan barang pesanan yang akan mereka ambil, Nina langsung memotret barang yang baru turun dari kontainer, memberi tanda pada para langganan nya, jika hari ini, dia masih bekerja.
Setelah selesai mengecek barang datang, Aya pun harus memilih posisi mana yang akan dipakai untuk susunan barang baru, tentu bukan waktu yang sebentar, apa lagi harus mengatur langsung, Akhirnya pekerjaan bisa selesai saat jam menunjukkan pukul satu siang, dengan cepat Aya pun langsung pulang dengan naik angkutan umum.
Sepulang dari pabrik, Aya sudah ditunggu oleh teman temannya yang ingin mengambil barang pesanan nya.
"Ayah,bantuin aku dulu yah, aku kerepotan disini, setidaknya bantu aku lah sedikit."
Ucap Aya yang baru pulang dan harus bekerja kembali.
Sebenarnya Jaka tidak mau membantu Aya, hanya saja, jaka Kasihan saat melihat wajah Aya yang sudah pucat pasi, pasti karena dia kelelahan, karena merasa kasihan, Jaka pun langsung menbantu Aya.
Tak terasa, pelanggan Aya semakin banyak, membuat mereka harus selesai dipukul sepuluh malam, sedangkan sisanya baru akan datang besok pagi.
"Akhirnya selesai juga ayah."
Ucap Aya pada Jaka suaminya.
"Ya iyalah, coba kalau ngga di bantu, sudah pasti tidak akan selesai jam segini, yang ada kita ditegur warga karena ada banyak kumpulan orang tanpa izin usaha."
Jawab Jaka yang terkesan menakuti Aya.
"Ya elah, usaha kecil begini masih dimintain pajak, ngga cukup apa pendapatan gaji aku sebulan yang selalu dipotong."
Ujar Aya yang terlihat sedang menggendong Nunu anak nya yang paling kecil.
Seperti biasa, tengah malam, Jaka pun harus bergiliran untuk bekerja.
Sepintas Aya rasakan,uang yang sudah terkumpul banyak tak bisa dia nikmati sepenuhnya.
Tentu saja, jika setiap hari harus bekerja dan terus bekerja, kapan mereka bisa menikmati kehidupan, yang sudah mereka rintis sebegitu padat nya.
Aya pun sempat berpikir, untuk apa sebenarnya, jika kehidupan rumah tangga nya yang harus jadi korban nya.
Lantas, apa kelanjutan kehidupan mereka, Apakah akan berakhir bahagia, atau kah akan berakhir bencana.
Hari Minggu, Aya baru selesai menyiapkan semua kebutuhan yang sudah dipesan oleh teman temannya, Walaupun saat ini, jaka lebih memilih untuk tidur, dari pada harus memaksa untuk membantu Aya.
"Mah, kamu sendiri bisa kan?, ayah ngantuk banget,dari kemarin kurang tidur,."
Ujar jaka suami Aya.
"Bisa ayah, lagian Nunu sedang bermain dengan kakak nya Nana."
Jawab Aya yang sedang membereskan pesanan teman temannya.
Teman nya pun satu persatu datang, Aya tidak keteteran seperti hari kemarin, justru Aya masih bisa bermain dengan kedua anak anak nya.
"Nana, mandi dulu yuk, udah mau siang."
Ucap Aya pada Nana anak pertama nya.
"Na, ngga mau sama mamah, na mau mandi sama ayah."
Jawab Nana yang tidak mau dimandikan oleh Aya ibunya sendiri.
"Ayah sedang tidur, mungkin ayah ngantuk, sebaiknya mandi dengan mamah, lagian apa bedanya mamah dan ayah."
Ucap Aya yang langsung mengajak Nana ikut ke kamar mandi.
"Ngga mau, Nana mau sama ayah, teriak Nana yang membuat adiknya Nunu terbangun dari tidurnya."
Suara kedua tangisan bocah ini, membuat Jaka, terbangun dari tidurnya.
"Mah, kamu apakan anak anak?."
Tanya jaka yang langsung marah pada Aya.
"Aku hanya suruh Nana mandi yah, tapi Nana justru menangis, makannya Nunu jadi bangun."
Ucap Aya yang sedang menggendong Nunu.
"Begitu doang kamu ngga bisa, ayo Nana, mandi sama ayah."
Ajak jaka pada Nana anak perempuan nya.
Dengan senang nya Nana mengikuti ayahnya ke dalam kamar mandi, tak seperti saat Aya menyuruh Nana, hal ini membuat Aya sedikit kesal dengan anaknya Nana.
Begitu juga dengan Nunu, Nunu menangis saat dimandikan oleh Aya ibunya sendiri, melihat Aya kerepotan.
Jaka pun langsung mengambil alih Nunu, benar saja, Nunu justru terlihat bahagia saat ayahnya yang memandikan tubuh nya.
"Na, ini baju kamu, sini mamah pakaikan."
Ujar Aya pada anaknya Aya.
Dengan masih terbalut handuk, Nana justru menolak saat hendak dipakai kan bajunya.
"Aku mau sama ayah, ngga mau sama mamah."
Jawab Nana yang menolak Aya kedua kalinya.
"Terserah kamu saja, kamu mau tidak sama mamah, itu bukan urusan mamah, Awas saja kalau kamu minta sesuatu pada mamah, minta saja sama ayah Kamu."
Ujar Aya yang terlihat sangat marah pada anak sekecil Nana.
Mendengar ucapan dari mulut ibu nya, Nana pun langsung menangis, membuat ayah nya harus terburu buru saat masuk ke dalam kamar.
"Kenapa lagi kamu mah, terus saja membuat anak anak menangis, seharusnya kamu bisa memahami apa keinginan anak anak."
Ucap Jaka yang langsung memakai kan baju Nana dan Nunu.
"Anak anak saja yang tidak mau dengan aku, apa bedanya coba aku sama kamu, wajar jika saat ini anak-anak dekat dengan kamu, setiap hari mereka dengan kamu, sedangkan aku hanya hari Minggu Ayah."
Jawab Aya yang langsung pergi meninggalkan suami dan anak anak nya.
Melihat Aya yang sangat marah, Jaka pun langsung menasehati Nana, tidak boleh menolak perintah ibunya, Jaka pun menyuruh Nana untuk meminta maaf pada ibunya, yang sedang berada di kamar tidur nya.
"Mamah, Nana boleh masuk tidak?."
Tanya Nana yang berdiri di depan pintu kamar Aya.
"Boleh, buka saja, kan kamu bisa sendiri."
Jawab Aya yang sedang menulis laporan untuk besok.
Nana pun langsung masuk ke dalam kamar ibunya, dan tangan nya langsung Memeluk tubuh ibunya yang sedang bekerja.
"Mamah, maafin Nana, Nana yang salah."
Ucap Nana anak kecil yang berumur tiga tahun ini.
"Iyah, mamah juga salah, ngga pernah ada waktu buat kamu, wajar kalau kamu lebih dekat dengan ayah kamu."
Jawab Aya yang masih memeluk tubuh mungil Nana.
Tak lama kemudian, Jaka menyuruh Nana untuk bermain dengan Nunu yang masih berumur empat bulan.
"Nana, tolong jagain dede bayi,ayah mau bicara berdua dengan mamah."
Ucap Jaka pada Nana anaknya.
"Iya ayah, nanti kalau nangis Nana teriak panggil ayah."
Jawab Nana yang langsung lari ke kamar adiknya.
"Apa sudah selesai Aya."
Tanya Jaka yang melihat Aya menutup laporan nya.
"Sudah, aku sudah beres, jadi malam tak perlu lagi begadang."
Jawab Aya yang langsung memeluk tubuh Jaka.
"Apa kamu sudah kasih modal ke Rena teman kamu?."
Tanya Jaka pada Aya yang kini dia peluk kembali.
"Sudah yah, Rena minta Lima puluh juta." Jawab Aya tanpa ada perhitungan sebelum nya.
"Apa!, sebanyak itu Aya !!!, apa kamu sudah gila."
Ujar Jaka yang langsung marah pada Aya.
"Karena memang dua pabrik dengan suami nya, awal nya juga aku tidak mau, tapi setelah diberi tahu, ya sudah aku kasih deh."
Jawab Aya yang benar benar tanpa perhitungan yang matang dengan Jaka suaminya.
"Perasaan ayah tidak enak Aya, aku takut nanti malah kita yang harus nombok, buat nutupin hutang mereka."
Ujar Jaka yang melihat wajah Aya.
"Tenang ayah, aku kenal Rena, dia tidak mungkin seperti itu."
Jawab Aya meyakinkan Jaka suaminya.
"Ya sudah lah, lagi pula uang nya juga sudah kamu berikan, tapi ingat Aya, jangan terlalu besar nominal yang kamu berikan pada Rena."
Ucap Jaka yang mengingat kan Aya
"Iya, tenang saja, jangan terlalu takut ayah, aku tahu siapa Rena."
Ucap Aya yang langsung keluar dari kamar nya.
Tentu saja karena suara Nana berteriak kencang memanggil ayah nya.
"Ayah, apa aku harus pulang kampung dulu, da telepon dari ibu, agar aku bisa bisa pulang sebentar."
Ucap Aya yang meminta izin pada Jaka.
"Terus kerjaan kamu gimana Aya, pa lagi kamu tidak akan cukup satu hari atu dua hari disana, bisa memakan waktu satu Minggu atau dua Minggu lamanya."
Jawab Jaka yang keberatan dengan Aya.
"Terus, kapan kita akan mengurus semua surat surat kita."
Tanya Aya yang tidak mau kehilangan pekerjaan nya.
"Gampang aya, dengan uang semuanya bisa beres, lihat saja, orang tua kita tidak ribut lagi, selama ada uang, kita pasti bisa."
Jawab Jaka pada Aya yang sedang terlihat kebingungan.
Aya pun mengikuti saran dari suaminya, surat surat bisa dilakukan nanti, terpaksa Aya dan Jaka membiarkan KTP nya mati, ditambah kartu akta kelahiran anak anak nya pun belum sempat mereka buat.
Tentu saja, karena kesibukan mereka, hal sepenting itu pun sampai kalah karena mereka sedang berburu cuan.
Hari berganti bulan, bulan pun berganti tahun, Aya masih lupakan surat surat nya, masih merasa ada dizona aman, Hingga membuat mereka lupakan kewajibannya sebagai warganegara.
"Ayah, apa KTP aku tidak akan bermasalah di perusahaan."
Tanya Aya pada jaka.
",Tenang, semua itu berubah kalau kamu keluar dari pabrik kamu yang lama."
Jawab Jaka yang langsung memeluk tubuh Aya.
"Terus anak anak gimana, mereka pun harus sekolah yah."
Ujar Aya yang masih bertanya pada Jaka.
"Sudah lah Aya, jangan terus membahas masalah itu, kamu terlalu takut dengan keadaan yang belum benar terjadi kedepan nya."
Ujar Jaka yang merasa rindu dengan Aya.
***Masalah lain***
Rena yang bertahun tahun ikut dengan Aya pun, mulai terlihat aneh, kadang suka menghindar saat Aya ajak bertemu, setoran per bulan nya pun sering kurang, mau u tidak mau, Aya harus memakai uang pribadi nya tanpa sepengetahuan Jaka suaminya.
Apa lagi, jumlah modal yang diberikan pada Rena, hampir tembus diangka empat ratus juta, tentu saja, gaji perbulan Aya tidak akan mampu menutupi kekurangan Rena.
"Aya, kenapa kamu sering melamun."
Tanya jaka yang mulai melihat perbedaan pada Aya."
"Aku tidak kenapa napa, hanya saja, banyak masalah dipabrik, mau tidak mau, aku harus berpikir ulang."
Jawab Aya yang memilih membicarakan masalah yang lainnya.
"Kenapa lagi memang nya, bos besar kamu marah lagi?."
Tanya Jaka yang sudah terbiasa dengan curhatan Aya.
"Iya ayah, masalah nya, ini barang bukan dari Indonesia,barang ini langsung dari Amerika, pabrik Aya terpilih sebagai supplier untuk ajang Miss universe tahun ini Ayah."
Jawab Aya yang terlihat sangat kebingungan.
"Hebat juga pabrik kamu Aya, terus apa kata bos besar Kamu."
Tanya jaka yang terlihat ikut bingung juga.
"Habis aku yah, dimaki maki didepan ribuan karyawan, rasanya aku ingin berteriak saat itu, hanya saja aku tidak bisa berkata apa apa."
Jawab Aya yang mengingat kembali kejadian itu.
"Pasti kamu cuma bisa nahan tangis, iyakan, itu sih sudah kebiasaan kamu,dari dulu, sampai sekarang, mana ada kamu berubah."
Jawab jaka yang mencoba menghibur Aya.
"Ya iyalah, masa ngga, coba kamu disisi aku," Tanya Aya berbalik bertanya pada Jaka.
"Terus apa kata bos besar Kamu."
Tanya Jaka kembali.
"Gaji seumur hidup aku juga tidak akan bisa melunasi nya ayah."
Jawab Aya yang langsung memeluk tubuh Jaka suaminya.
Mendengar ucapan dari mulut Aya, Jaka pun langsung terdiam.
Apakah Aya bisa membayar hutang nya pada barang yang disebut hilang? Apakah Rena bisa membayar hutang nya pada Aya?
Kita lanjutkan di bab berikutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!