Pagi yang cerah, waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB.
"Sarapan dulu mas." Ajak Karina ketika melihat suaminya berjalan menuruni tangga dengan pakain kerja yang sudah rapih.
Bram duduk di meja makan bersebrangan dengan Karina
"Wahh wangi sekali nasi goreng seafoodnya, pasti enak rasanya." Ucap Bram sambil menarik kursi meja makan.
Mereka sarapan dengan lahapnya, diiringi canda tawa dan obrolan ringan.
Bram dan Karina sepasang suami istri yang sudah menikah selama 14 tahun, dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang duduk di kelas 1 SMP di sebuah sekolah berbasic pesantren di kota Bandung. Jarak dari rumah Karina ke tempat sekolah putranya sekitar 2 jam, hampir satu minggu sekali mereka menengok putranya di pesantren.
"Sayang, mas berangkat dulu ya, hati-hati di rumah!"
"Baru jam 7 mas, biasanya.juga berangkat jam setengah 8?", tanya Karina
"Ada janji bertemu orang jam 7, barusan orangnya hubungi mas katanya sudah tiba di parkiran kantor."
"Ya sudah hati-hati mas," ucap Karin sambil mencium takzim punggung tangan suaminya dan Bram membalasnya dengan mencium pucuk kepala istrinya
Karina mengantarkan suaminya sampe teras rumah.
"Hari ini aku mau beres-beres kamar, agak siang sedikit mau kontrol rumah makan," bathin Karina sambil masuk ke dalam kamar tidurnya.
Karina sebenarnya memiliki seorang ART yang datang 1 minggu 3 kali hanya untuk membereskan rumah, menyetrika dan merawat taman di depan rumah dan di halaman belakang.
Karina juga memiliki usaha rumah makan sunda yang jaraknya sekitar 5 km dari rumahnya. Usaha yang dirintis semenjak selesai kuliah sekarang mempekerjakan 15 orang karyawan.
Bram adalah kakak tingkat Karina pada saat mereka kuliah di salah satu Universitas di kota Bandung, mereka berpacaran selama 3 tahun.
Bram merupakan anak tunggal asli berasal dari salah satu kota di Jawa tengah, sedangkan Karina berasal dari kota Bandung.
Mereka tinggal di kota ini karena pekerjaan Bram, dan secara kebetulan dulu Karina merintis usaha rumah makan di kota ini bersama saudaranya, karena saudaranya pindah keluar negeri setelah menikah, Karina mengembalikan modal usaha saudaranya sehingga rumah makan itu sekarang milik Karina seutuhnya.
Bram bekerja sebagai seorang polisi, Bram lulus menjadi polisi lewat jalur sarjana. Sekarang Bram berdinas di Polres kota ini sebagai Kasat Intelkam.
Bram sebagai sosok laki-laki yang family man, cool dan gak nakal walaupun pekerjaannya sangat rentan untuk bersinggungan dengan hal-hal negatif.
Dengan tinggi badan sekitar 170 cm dan berat badan yang ideal, kulit hitam manis khas lelaki jawa, Bram terlihat sangat good looking di usianya yang menginjak 40 tahun.
Sementara Karina, seorang wanita yang mempunyai perawakan ideal, tinggi badan 160 cm, berat badan yang sangat ideal dengan kulit sawo matang, hidung mancung terlihat masih muda walaupun sudah menginjak usia 38 tahun.
Itulah kenapa Bram sangat bucin kepada istrinya.
Di usia pernikahan 14 tahun, mereka sudah memiliki segalanya, seorang anak laki-laki yang ganteng dan sholeh, rumah yang besar dan nyaman, karir yang bagus dan usaha yang mapan.
Di Kampungnya, Bram juga memiliki beberpa hektar sawah sebagai peninggalan dari orang tuanya yang sudah meninggal dunia, kemudian sawah itu diurus oleh orang kepercayaannya.
Sementara Karina mempunyai satu orang adik laki-laki yang sudah berkeluarga juga dan tinggal di kota Bandung menemani Ayahnya yang hidup sendiri karena sudah ditinggal ibunya Karina semenjak 5 tahun yang lalu.
______ooo_______
Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Bram dan Karina sedang berada di ruang TV, setelah menyelesaikan sholat isya dan makan malam.
"Sayang, lusa mas ada dinas keluar kota, mau ikut gak ?" tanya Bram kepada Karina
"Kemana Mas?" Karina balik bertanya
"Ke Yogyakarta, ada rapat kerja para kasat Intelkam."
Boleh bawa keluarga ya? berapa hari?" tanya Karina lagi.
Boleh, tapi kalau bawa keluaga chek in hotel biayanya tidak ditanggung dinas, paling kalau siang selama Mas raker kamu bisa jalan-jalan sendiri kemana aja yang kamu mau, malemnya baru bisa ditemani sama Mas....3 hari aja kegiatan rakernya."
"Yang lain bawa keluarga Mas?"
"Dulu, 3 tahun yang lalu waktu Mas dinas di Polres kabupaten sebelah ada raker juga di Surabaya, ada yang bawa anak dan istri. Waktu itu kamu diajak gak mau karena Dito sekolah."
"Iya Mas, waktu itu Dito mau ujian, di tinggal sama mbak yang mengasuh kasihan gak ada yang nemenin belajar.
"Ya sudah sekarang ikut, Dito kan di pesantren jadi kamu gak kepikiran macem-macem." Ucap Bram sambil mengusap lembut kepala istrinya yang rebahan di atas pahanya di sofa ruang keluarga."
"Kasihan Dito, Ayah dan ibunya liburan sementara dia di pondok." Lirih Karina.
"Kita kan gak sengaja liburan sayang, nemenin mas dinas luar sekalian liburan tipis-tipis, kita lebihkan satu hari disana hunting oleh-oleh buat tetangga dan karyawan rumah makan," ajak Bram lagi.
"Nanti aja Mas, 1 bulan lagi Dito liburan semester, kita liburan bertiga."
"Beneran gak mau ikut?" tanya Bram lagi.
"Beneran, mas ajukan cuti dari sekarang untuk bulan depan!" perintah Diana.
"Baik tuan putri." Canda Bram sambil menundukkan kepalanya mencuri ciuman dibibir merah Karina.
"Mas ihhh, apaan sih."
"Mau di kamar atau di sini?" goda Bram sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Di kamar tapi tidur gak ada jatah malam ini !" Ujar Karina sambil bangun dari rebahannya dan duduk disamping suaminya.
"Rin...Mas capek loh !" rengek Bram.
"Pasti capeklah, udah sholat subuh ngajakin berkeringat. Kalau capek ya istirahat, tidur!" ucap Karina sambil mencepol rambutnya.
"Kalau capek obatnya kamulah!"
"Gak ahh, mau tidur capek tadi di restaurant rame banget!"
"Kamu diem aja, mas yang kerja!" rengek Bram tidak putus asa sambil mengedipkan mata kirinya.
Bram memeluk pinggang Karina, membawanya dalam pelukan.
"Di sofa aja ya sayang, sebentar aja." Bisik Bram di telinga istrinya.
"Mas ihhh, sana ahh!"
Karina mendorong tubuh suaminya, tapi sia-sia karena tenaga Bram lebih besar darinya. Tidak ada jarak lagi diantara keduanya, Bram memagut bibir Karina dengan lembut, kemudian berubah menjadi sangat dalam dan menuntut.
"mmmhhhh, Mas...." Lenguhan keluar dari mulut Karina ketika bibir Bram beralih ke leher jenjang Karina, membuat Bram semakin bersemangat.
Malam panas akhirnya mereka lalui di atas sofa ruang keluarga.
Karina menggunakan pakaiannya kembali yang berserakan di lantai, kemudian bangkit dari sofa berjalan menuju kamar mandi yang berada dekat ruang makan.
"Mas, bangun ayo masuk kamar," ajak Karina setelah selesai membersihkan diri.
"Hhhmmmm...." jawab Bram sambil merubah posisi tubuhnya.
"Mas...ihhh ayo bangun!"
"Iya sayang, sebentar 5 menit lagi, masih capek!" ucap Bram dengan mata yang masih tertutup.
"Ya udah aku masuk kamar duluan!"
"Iya ya...mas bangun!"
Bram bangun dari tidurnya, setengah berlari menyusul Karina yang sudah menaiki tangga menuju kamar tidur mereka dilantai 2.
"Bersih-bersih dulu Mas, jangan langsung tidur, lengket tuh badannya!" perintah Karina kepada suaminya setelah mereka berada di dalam kamar.
"Iya sayang, mas tahu!" jawab Bram sambil berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar.
Karina duduk di depan meja rias, melakukan serangkain ritual perawatan wajah dan tubuhnya menjelang tidur
____happy reading_____
Pagi yang indah, sinar matahari bersinar dengan cerahnya. Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB. Bram dan Karin berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Hari ini ada kegiatan apa sayang?" tanya Bram kepada istrinya setelah selesai sarapan.
"Di rumah saja!" jawab Karin singkat dan datar.
"Heii..kenapa kok cemberut ada masalah?, hhmmm...apa mas membuat kesalahan?" tanya Bram sambil berdiri kemudian memeluk istrinya dari belakang yg sedang berdiri hendak mengangkat piring kotor.
"Gak Mas...cepetan berangkat kerja, sudah jam 8!" ucap Karin mengurai pelukan suaminya.
"Karina....kalau ada masalah bicara, jangan seperti ini!" lirih Bram yang masih bisa didengar Karin yang sedang berjalan ke arah dapur membawa piring-piring kotor.
Bram menunggu istrinya di ruang keluarga sambil menghisap sebatang rokok
"Mas, ayo berangkat sudah siang !"
"Mas gak mau berangkat kalau kamu masih marah."
"Aku gak marah, cuma lagi kesel saja!" ucap Karin sambil duduk di sofa di samping suaminya.
"Kesel kenapa?" tanya Bram lembut sambil mematikan rokoknya di asbak yang berada di meja.
"Ini lihat...banyak banget, aku kan sudah sering bilang jangan di sini !" ucap Karin sambil menunjuk leher jenjangnya dengan jari telunjuk.
Leher jenjang yang asalnya putih mulus sekarang penuh dengan kiss mark dimana-mana. Semalam Karin belum begitu memperhatikan karena capek dan mengantuk.
"Ha ha ha...Sayang, mas pikir kenapa cemberut terus dari tadi!" Bram tertawa sambil mengelus pucuk kepala istrinya yang duduk disebelahnya.
"Apaan sih Mas, malah tertawa gitu!" rajuk Karin
"Iya lucu saja....kenapa harus marah, kenapa harus kesal? toh kalau kamu keluar rumah juga kan pakai kerudung, jadi gak akan ada yang lihat kan?"
"Iya, tapi kan kalau di rumah ada bi Siti, malu tahu mas kalau bi Siti nanti lihat!"
"Karin..Karin...kenapa harus malu, Bi Siti juga tahu kalau kita ini suami istri."
"Iya Mas, tapi tetep saja aku malu."
"Tapi semalem gak protes tuh waktu mas bikin kiss mark di sana!" ucap Bram sambil mengerlingkan sebelah matanya menggoda Karin.
"Mas ihh...apaan sihhh, udah ah sana berangkat kerja!" ucap Karin sambil berdiri kemudian menarik tangan suaminya untuk berdiri juga.
Bram mengambil kesempatan mengecup singkat bibir ranum Karin yang selalu menggoda dan menjadi candu untuknya.
Kemudian Bram berjalan cepat ke arah pintu depan menghindari cubitan dari istrinya.
"Mas Bram...ngeselin banget, pokoknya 1 bulan libur tidak ada jatah!" ujar Karin sambil berjalan ke depan mengikuti suaminya.
"Emang nya kamu kuat 1 bulan puasa?"
"Ya kuat lah..!"
"Yakin...?"
"Yakin banget.." jawab Karin sambil keduanya berjalan beriringan menuruni 3 anak tangga menuju garasi.
"Ok, kalau ada yang memulai duluan selama 1 bulan ini, denda 1 juta ya?" ucap Bram sambil membuka pintu mobil.
"Ya udah jelas Mas pasti memilih bayar denda 1 juta!" ucap Karin mendengus kesal
"Hahaha....ya sudah Mas berangkat ya, jangan kesal terus, siap-siap ya nanti malam 3 ronde!" teriak Bram kemudian menginjak gas mobilnya perlahan berjalan keluar dari garasi.
"Bener-bener ngeselin Mas Bram!" rutuk hati Karin.
Di dalam kamar Karin sedang bersiap-siap mengganti baju dan merias tipis wajahnya.
Hari ini Karin akan mengunjungi restaurantnya karena ada beberapa hal yang harus di urus.
"Mas, aku mau jalan ke restaurant ya sebentar lagi...maaf tadi belum sempat ijin, abisnya kesal banget!!" pesan terkirim kepada suaminya.
"Ok sayang..hati-hati ya jangan terlalu lama di restaurant, nanti istirahat tidur siang, supaya malam kuat untuk 3 rondenya" balas Bram dengan stiker hati yang banyak banget.
"Gak ada jatah selama 1 bulan....inget baik-baik ya masku sayang...!"
"hhhhmmm...." jawaban singkat dari Bram
Karin bergegas keluar dari kamar menuju garasi, sebelummya menemui dulu Bi Siti di dapur untuk berpamitan.
\_\_\_\_\_\_\_o\_\_\_\_\_\_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!