Ferlian Pov
Setelah melewati babak panjang penuh rintangan, dengan dua kali penolakan akhirnya saat ini dia resmi menjadi pacarku. Gadis dingin yang sangat irit senyuman itu, sekarang sudah menjadi pacarku.
Pacaran semasa sekolah? Duh bahagianya, apalagi kalau pacar kalian adalah teman sekelas. Sungguh menjadi penyemangat tersendiri bukan. Begitu juga dengan aku. Aku sangat bahagia, sampai-sampai list panjang tentang apa yang akan aku lakukan saat berpacaran dengan dia sudah kubuat.
Seperti belajar berdua, antar jemput sekolah, makan berdua dikantin, nonton pas weekend. Pokoknya banyak hal sudah kumasukan dalam list.
Namun semua harapanku tentang list itu harus pupus. Avrilya pacarku itu beda dari yang lain. Dia sangat istimewa. Jangankan untuk makan bersama dikantin. Dia selalu menolakku untuk diantar jemput olehku ke sekolah.
Status kami memang pacaran, tetapi aku sama sekali belum pernah mengantarkannya pulang. Jangankan itu makan bersama dikantinpun dia tak mau. Katanya dia risih menjadi perhatian banyak orang.
Jadinya kami hanya menghabiskan waktu berbicara saat jam istirahat. Jangan tanya jam lain, sebab Avrilya masih tak mau aku umumkan status kita. Dia bilang biarkan saja berjalan seiring dengan waktu.
Beginilah nasibku berpacaran dengan ratu es yang bernama Avrilya. Harus ekstra sabar.
***
Avrilya POV
"Makan yuk Ve, kamu gak laper apa?" aku mendongkak menatap cowok didepanku. Entah sudah berapa puluh kali dia mengajakku makan.
"Gue gak laper kok Lian," jawabku seadanya.
Sebenarnya aku sudah mulai kesal, karena sedari tadi dia memaksaku untuk pergi kekantin. Tapi apa daya, menatap wajahnya saja sudah membuat jantungku berpacu dua kali. Bagaimana aku bisa marah kalau dia terlihat sangat tampan begitu.
Kugoyangkan kepalaku, menyadarkan diri dari lamunan tentang pacarku itu. Kalau terus ditatap olehnya seperti itu maka mungkin aku bisa kehabisan nafas, karena dadaku sesak. Untunglah tadi pagi aku sempat mengambil kotak bekal yang disiapkan oleh mama.
Jadinya dapat kugunakan sebagai alasan untuk menghindari ajakan makan bersamanya itu.
"Ve, aku laper nih. Kamu gak kasihan apa sama pacar kamu ini?" ucap Ferlian tanpa malu. Aku langsung memelototkan mata seraya merapatkan bibir.
Sudah berulang kali aku katakan padanya untuk menjaga 'rahasia' kami. Tapi dia selalu saja keceplosan. Untunglah tidak ada banyak orang didalam kelas. Hanya aku, Lian, dan beberapa teman-temanku yang sedang asyik dengan urusan mereka masing-masing.
"Maaf Ve, aku keceplosan lagi," ujarnya dengan senyuman tipis. Aku langsung memberikan kotak bekal tadi padanya.
"Lo laper kan? Ini buat lo makan aja,"
"Kalau aku makan ini, trus kamu makan apa dong? Aku gak mau kamu sakit Ve." Ferlian menolak kotak bekalku.
"Sungguh pacarku ini sangat merepotkan! Untung saja aku sayang, kalau tidak mungkin sudah kujitak kepalanya." Teriakku dalam hati.
Kuputuskan untuk membuka kotak bekal itu. Menghentikan sementara kegiatan belajarku, lalu memberikannya pada Ferlian. Dengan tatapan tajamku pastinya. Ya, hanya itu satu-satunya cara agar pacarku itu mau menurut dan tak lagi mengganggu kegiatan belajarku.
"Gak ada penolakan, habisin cepet Lian!" Titahku dengan mata melotot.
Biasanya dia akan langsung menurut. Namun kali ini, dia langsung menolak dengan cepat.
"Gak mau Ve," ujarnya sambil menggelengkan kepala padaku.
"Katanya tadi laper, ini gue kasih makanan kok gak mau makan sih?" tanyaku karena sudah mulai kehabisan kesabaran.
Kulihat dia agak terkejut, tetapi gerakan berikutnya sukses membuatku diam seribu bahasa. Bagaimana tidak, sesendok nasi goreng sudah mendarat didalam mulutku.
Dia menguapiku! Dasar pacar tak tahu malu!
"Kalau kamu makan aku juga makan Ve," ujarnya santai kemudian tersenyum padaku.
Ya sudah dari pada panjang nanti urusannya, kuputuskan untuk makan bersama dengannya. Lagipula kelasku sudah tak ada orangnya lagi, hanya aku dan dia. Kulihat dia tersenyum penuh kebahagiaan. Hingga tanpa sadar aku sampai ikut tersenyum juga.
***
AUTHOR POV
Kring,,,, kring,,,,, kring,,,,
Bel untuk pelajaran berikutnya telah berbunyi. Semua murid yang sedang berkeliaran diluar kelas langsung berlari masuk kekelas mereka masing-masing.
Sedangkan Avrilya dan Ferlian langsung buru-buru menghabiskan makanan mereka. Ferlian tersenyum setelah itu menutup kembali kotak bekal milik pacarnya.
"Makasih Ve, aku sampe kenyang banget," ucap Ferlian dengan senyuman tulusnya.
Avrilya tidak merespon sama sekali. Gadis itu langsung mengalihkan pandangam menatap kerumunan murid-murid XI IPS-1 yang sedang terburu-buru masuk kedalam kelas. Ferlian yang sudah mengerti mengapa pacarnya seperti itu langsung kembali ketempat duduknya.
Setelah itu pelajaran pun dimulai seperti biasanya. Avrilya serius mengerjakan soal yang diberikan oleh gurunya, sedangkan Ferlian mengerjakan soal-soal dengan santai sembari sesekali melirik pacarnya.
***
Waktu sudah menunjukan pukul satu siang. Bel tanda jam pelajaran terakhir selesai pun telah berbunyi. Seperti biasa suara kebahagiaan para siswa SMA XY akan terdengar.
Avrilya langsung membereskan perlengkapan sekolahnya hendak pulang. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Gadis itu langsung mengambil ponsel lalu mengecek.
Avrilya tersenyum sedikit ketika melihat ad pesan masuk dari pacarnya.
"Tungguin aku diparkiran yah Ve, aku harus keruang guru dulu." Pacar rese.
Avrilya menamai kontak Ferlian pacarnya itu dengan nama 'pacar rese'. Avrilya langsung menatap pacarnya itu yang juga sedang menatapnya. Dengan anggukan Avrilya menjawab pesan Ferlian.
Gadis itu memang seperti itu, dia hanya akan membalas pesan dari pacarnya kalau Ferlian terus mengiriminya pesan spam. Hingga dia jenuh, barulah dia akan membalas pesan pacarnya.
***
Seperti yang diminta oleh Ferlian, saat ini Avrilya sedang menunggu pacarnya itu diparkiran sekolah. Bersama Feby dan Pandu tentunya. Tidak mungkin Feby dan Pandu akan membiarkan gadis itu menunggu sendirian. Lagi pula Avrilya juga akan pulang diantar oleh sepupunya itu.
Setelah hampir lima belas menit menunggu, akhirnya Ferlian muncul juga. Dengan senyum sumringah setara 1000 watt, cowok itu menghampiri pacarnya.
"Kamu nunggu lama yah Ve. Maaf yah," ucap Ferlian lalu mengacak-acak unjung kepala pacarnya itu.
Avrilya mendengus kesal tapi hatinya juga ikut berbunga-bunga mendapat perlakuan seperti ini. Bagaimana menggambarkannya yah, kalian kesal sekaligus bahagia diwaktu yang sama. Yang pasti saat itu jantung kalian akan bergegup dengan begitu cepat.
"Gue bilang apa Lian, kita backstreet," ujar Avrilya seraya menurunkan tangan Ferlian dari unjung kepalanya.
"Gak ada orang lain kan disini, cuma ada aku, kamu, Feby, sama Pandu." Ferlian membuat alasan lagi.
"Tetep aja kalo dilihat orang lain gimana?" tanya Avrilya.
"Bagus dong kalo dilihat orang lain, kita gak perlu bacstreet lagi." Ferlian menekankan kata 'backstreet'. Wajahnya terlihat begitu murung.
Cowok itu masih kesal ketika mengingat lagi kejadian seminggu yang lalu. Saat dirinya dan Avrilya baru saja berpacaran.
Saat itu Avrilya memang menerima dia sebagai pacar, namun dengan sebuah syarat yang membuat Ferlian harus menahan diri untuk tidak mengakui Avrilya sebagai pacarnya disekolah.
"Kita pacarannya backstreet yah Lian, gue gak mau orang lain sampai tahu. Kecuali orang-orang terdekat kita." Syarat seorang Avrilya, tentu saja disetujui oleh Ferlian karena kalau tidak gadis itu mungkin akan berubah pikiran.
Bersambung,,,
Hola Readers :)
Kangen gak sama pasangan ini? Kalau sama aku?
Kalo gak kangen aku gak lanjut ah, wkwkwk
Readers: Sama LianLia kangen, sama author enggak lah. Preett
Kim: Yaudah sih, lo kangen sama LianLia aja gue udah seneng. Hehehehe
Readers: Bagus kalau tahu diri,
Kim: Ya ampun, iya gue sadar! PUAS!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Salam Sayang
Kim Hye Seol
^-^
:"))
Ferlian memasang wajah cemberut dengan wajah yang ditekuk, cowok itu memelas sambil memohon pada pacarnya.
"Kali ini aja Ve, plis biarin aku anterin kamu pulang," ujar Ferlian.
"Gak bisa Lian, sesuai kesepakatan kita berdua kan backstreet." Avrilya menolak lagi permintaan Ferlian untuk mengantarnya pulang.
Sungguh perdebatan yang aneh hanya karena masalah sepele. Si cowok ingin mengantar pulang si cewek, sedangkan si cewek sama sekali tak mau diantar oleh si cowok. Feby dan Pandu yang berada disitu pun bak nyamuk yang sedang memperhatikan keduanya beradu pendapat.
"Gak bakal ada yang lihat kok Ve, ini sekolah udah sepi. Mereka udah pada pulang." Ferlian masih membujuk pacarnya.
Kali ini cowok itu memasang wajah sedih, terlihat begitu dramatis ketika ditambah dengan cebikan bibir olehnya.
Namun bukan Avrilya namanya kalau tidak keras kepala. Gadis itu mencari alasan lain agar Ferlian tak bisa mengantarkannya pulang.
"Udah ah, gue gak mau titik." Avrilya hendak berlalu. Gadis itu sungguh sangat kesal menghadapi pacar rese seperti seorang Ferlian.
Namun Pandu langsung mencegat sepupunya itu, dengan menarik tangan Avrilya untuk kembali.
"Apaan sih Du!" ketus Avrilya, gadis itu tak suka ditarik-tarik seperti itu.
"Lian lo anterin dia pulang, gue gak mau anterin ini makhluk rese pulang." Pandu langsung menyerahkan Avrilya pada Ferlian. Setelah itu cowok itu langsung mengajak Feby pulang bersama.
"Feby naik, gue anterin lo pulang," ujar Pandu memerintah Feby. Gadis itu pun langsung menurut.
Akhirnya Feby dan Pandu pulang berdua meninggalkan Avrilya yang saat ini sedang digenggam oleh Ferlian.
***
"Ayok kita juga balik Ve," ajak Ferlian, menyadarkan Avrilya yang sedari tadi bingung sendiri.
"Dasar sepupu aneh, gak becus banget sih!" gerutu Avrilya sambil menendang, tanpa sadar gadis itu justru menendang kaki pacarnya, dan tepat menganai tulang kering Ferlian.
Alhasil sang pacar langsung meringis kesakitan. Sambil melompat memegangi tulang keringnya, Ferlian berteriak.
"Kamu kok KDRT sih Ve, masih pacaran kita lho." Avrilya jadi malu sendiri mendengar ucapan absurd pacar resenya ini. Terlebih pada saat Ferlian mengucapkan kata 'KDRT'. Ingin sekali gadis itu mencari lubang untuk menyembunyikan dirinya dan wajahnya yang sudah merah padam, agar tak kelihatan oleh Ferlian.
"Tau ah," ujar Avrilya seolah tak peduli pada penderitaan pacarnya. Padahal gadis itu juga khawatir.
Dan karena melompat-lompat seperti itu, Ferlian hampir saja jatuh. Untung saja Avrilya memegangnya. Gadis itu langsung membantu Ferlian duduk sebentar diatas motornya.
"Sakit banget yah?" tanya Avrilya setelah melihat Ferlian masih menggosok-gosong tulang keringnya. Ferlian hanya mengangguk lemah sambil tersenyum kecut.
"Sini gue lihat," Avrilya hendak berjongkok, namun Ferlian langsung memegang kedua tangan gadis itu. Memintanya untuk tetap berdiri.
Apa yang akan orang lain pikirkan jika melihat adegan ini, pasti mereka akan berpikir yang aneh-aneh, begitu pikir Ferlian. Itu sebabnya dia dengan cepat meminta pacarnya itu untuk berdiri.
"Gak papa kok Ve, udah agak mendingan," ujar Ferlian kemudian tersenyum lagi. Kali ini bukan senyuman kecut, namun senyuman tulus seperti biasanya.
"Beneran gak papa kan? Awas nanti lo gak bisa jalan lagi." Avrilya masih cemas, sedangkan Ferlian sangat bahagia mendapat perlakuan seperti itu.
"Gak papa kok, cukup kamu gosok-gosok gini aja pasti sembuh kok." Ferlian mengosok lagi tulang keringnya sambil mengedipkan sebelah mata, cowok itu sedang menjahili pacarnya. Avrilya sontak memukul lengan pacaranya itu.
"Awww,,,, makin parah entar kalo kamu kaya gini." Ferlian memasang wajah cemberut.
"Masih mending gue pukul disini, kalo gue tendang lagi gimana?" Avrilya menatap lagi tulang kering Ferlian.
"Ya TUHAN, punya pacar kok gini amat yah." Ferlian mendengus.
***
Setelah perdebatan panjang dengan sedikit bumbu 'KDRT', akhirnya Avrilya mau juga diantar pulang oleh Ferlian.
Dengan syarat tentunya, tidak mungkin bukan seorang Avrilya mau tuduk begitu saja. Pasti ada saja syarat yang diajukan oleh gadis itu.
"Okay lo anterin gue pulang, tapi dengan dua syarat." Ferlian jadi bingung sendiri, terlebih pada saat mendengar pacarnya menyebut dua syarat sekaligus.
"Syarat aja terus Ve, aku cuman bisanya nurut," lirih Ferlian dalam hati.
"Pertama, ini buat pertama dan terakhir kalinya lo anterin gue pulang. Kedua, cukup anterin sampe didepan kompleks aja."
"Okay, tapi aju juga ada syarat." Ferlian lalu berdiri sambil memegang bahu pacarnya. "Kamu harus angkat telepon aku pas dering pertama, dan harus bales chat aku cepet." Ferlian tersenyum sambil menatap kedua netra pacarnya itu.
"Gak ah Lian, syaratnya berat banget."
Avrilya mendengus sebal, sementara Ferlian tersenyum jail.
Cowok itu sebenarnya tahu pasti kalau syarat yang ia berikan akan ditolak mentah-mentah oleh pacarnya. Sebab pacarnya itu sangat tidak suka gaya berpacaran seperti itu.
Bagi Avrilya gaya berpacaran seperti itu terlalu alay. Apa harus memberi kabar setiap waktu? Sudah makan atau belum? Sudah sampai rumah atau belum? Apa saja yang dilakukan pasangan seharian? Semuanya itu pertanyaan klise yang dangat dibenci Avrilya.
Bukan hanya itu, bagi Avrilya sebuah hubungan tidak perlu diumar pada siapapun. Cukup saling menjaga hati saja sudah lebih dari cukup.
Tidak perlu memberitahu semua orang tentang sebuah status.
Hal inilah yang bertolak belakang dari seorang Ferlian, gaya berpacarannya bisa dikatakan masuk dalam kategori alay versi Avrilya. Bagaimana tidak, cowok itu tidak pernah absen menanyakan kabar pujaan hatinya.
Avrilya kadang kesal sendiri, jika tingkat kealayan Ferlian bertambah satu level. Dengan memanggilnya dengan sebutan sayang.
Bagi orang lain mungkin akan sangat senang tapi tidak dengan gadis dingin ini. Dia sangat anti dengan kata sayang.
Kembali pada kedua insan yang masih saling memberi syarat, Avrilya akhirnya setuju juga. Setelah penuh pertimbangan, gadis itu pikir tidak mungkin Ferlian akan membuatnya susah nanti.
Toh Ferlian adalah pacarnya, seharusnya dia juga sedikit memberikan kesempatan untuk Ferlian melakukan hal-hal umum seperti itu. Jadi tidak masalah baginya jika ia harus mengangakat telepon Ferlian ataupun harus membalas dengan cepat chat dari Ferlian.
Mungkin ini cara yang tepat biar dia bisa memperlakukan Ferlian layaknya seorang pacar, begitu pikirnya.
Namun tidak dengan Ferlian, cowok itu sudah punya rencana lain untuk membuat masa-masa pacarannya akan terasa lebih indah. Meskipun pacarnya seorang gadis dingin.
"Tapi kalo kamu gak tepatin janji gimana Ve?" Tanya Ferlian lagi, mengingatkan Avrilya kembali pada konsekuensi yang harus ia tanggung jika sekali saja gadis itu tak mengangkat telepon Ferlian pada dering pertama, ataupun membalas lama chat darinya.
"Iya gue kan udah janji. Gue gak bakal ingkar janji kok Lian." Ujar Avrilya.
"Gue pastiin gak bakal ingkar janji. Gue gak mau orang lain tahu status kita, sebelum temuin pelaku teror itu. Gue tahu kok orang itu gak suka liat kebersamaan kita Lian." Tekat Avrilya dalam hati.
"Gue tahu kok Ve, lo bukan tipe orang yang suka ingkar janji. Tapi kali ini aja gue mau lo ingkar janji. Biar kita gak usah backstreet kaya gini." Lirih Ferlian dalam hati.
Bersambung,,,
Hai semua, maaf baru bisa up.
Berapa banyak yang kangen nih sama LianLia? Absen dulu lah dikomentar.
Sekedar komen next atau semangat, biar aku tahu ada yang mau baca ini karya.
Wkwkwk, tapi aku gak maksa yah. Seikhlasnya aja, Yang ikhlas aku tunggu di komentar :)
.
.
.
Salam Sayang
Kim Hye Seol
^-^
:"))
Ferlian kembali cemberut tatkala Avrilya turun dari motornya. Baru saja dirinya serasa terbang kelangit ketika Avrilya memeluknya waktu dibonceng. Saat ini, ia bagai dihempas kepalung lautan terdalam. Ketika gadis itu memintanya untuk segera pulang. Bukannya apa, tetapi hayi kecilnya hanya ingin memastikan pacarnya itu sampai dirumah dengan selamat.
"Kenapa mukanya ditekuk gitu?" Tanya Avrilya heran dengan ekspresi Ferlian.
"Yakin kamu jalan sendiri kedalam?" Ferlian menatap pacarnya itu penuh harap. Semoga saja gadis itu berubah pikiran dan membiarkan mengantar sampai kerumah.
"Mikir apa?" Ferlian terkejut ketika tangan gadis itu melambai-lambai tepat didepan wajahnya.
Cowok itu langsung tersenyum kecut.
"Aku anter sampe rumah yah Ve," Ujar Ferlian pada akhrinya.
"Sesuai kesepakatan tadi anternya sampai sini aja kan! Jadi sekarang balik gih." Nada bicara Avrilya seperti sedang mengusir pacarnya itu.
"Tapi kan Ve-"
"Gak ada tapi-tapian cepat balik sana," Avrilya memeotong ucapan Ferlian begitu cepat. Ferlian langsung menyalakan kembali mesin motornya.
"Kamu yakin Ve?" Ferlian kembali bertanya, cowok itu masih berharap lebih. Namun Avrilya dengan wajah tak kalah yakin mengusirnya pergi.
Dengan ekor mata gadis itu menunjukan jalan pada Ferlian. Jika kalian menjadi Ferlian apa yang akan kalian lakukan saat menghadapi pacar super dingin seperti seorang Avrilya. Apapun itu bersikap baiklah pada pacar kalian.
Sebab batu karang yang begitu teguh saja bisa perlahan terkikis ombak, dan Bongkahan es dikutub saja bisa meleleh.
Jadi suatu saat pasti gadis dingin itu akan berubah. Begitulah Ferlian mensugesti dirinya sendiri.
***
Avrilya berjalan sendirian masuk ke dalam kompleks rumahnya. Suasana memang agak sepi. Tak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya beberapa anak-anak kecil yang sedang asyik mengayuh sepeda mereka. Dengan beberapa mobil yang sesekali juga lewat, membuat gadis itu semakin berjalan hati-hati.
Tiba-tiba saja Avrilya berhenti berjalan. Gadis itu mengeluarkan sebuah benda pipih dari dalam sakunya. Dengan wajah kesal gadis itu meletakan benda itu didekat telinga.
"Halo," Sapa Avrilya dengan wajah yang masih kesal.
Terdengar suara kekehan dari sipenelepon yang membuat Avrilya semakin jengkel.
"Ferlian, kenapa telepon sih!" Avrilya langsung menghajar Ferlian dengan kata-kata ketusnya.
Jika cowok itu ada didekatnya sekarang, maka mungkin Avrilya akan mencubit habis perut serta lengan cowok itu.
"Cuman mau ngetes aja, kamu bakal angkat telepon aku pas dering pertama atau enggak." Jawab Ferlian dengan tawa kecilnya. Bisa dibayangkan cowok itu saat ini pasti sedang tersenyum jail.
"Kan bisa gue sampe rumah dulu baru lo telepon." Avrilya kembali menghardik Ferlian. Gadis itu tak terima alasan konyol yang dibuat oleh Ferlian.
"Rumah kamu masih jauh kedalam emang yah Ve? Tahu gitu tadi aku anter aja sampai kedalam." Ujar Ferlian, Avrilya langsung curiga.
Gadis itu langsung menatap kesekeliling mencari keberadaan pacar resenya itu.
"Pasti dia ada disini nih," Ujar Avrilya dalam hati.
Dan tepat sekali. Seperti dugaan Avrilya, Ferlian sudah berada tepat dibelakangnya. Meskipun memakai topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya, Avrilya masih bisa mengenali pacar resenya itu.
"Ngapain ikutin gue sih Lian!" Teriak Avrilya, dengan wajah kesalnya gadis itu langsung mematikan sambungan telepon lalu menunjuk pada seorang cowok yang nampak tersenyum.
"Wah kamu luar biasa Ve, bisa-bisanya kamu tahu kalau ini aku." Ferlian berjalan menghampiri pacarnya.
Satu pukulan sukses mendarat dilengan cowok itu, ketika dia sampai tepat didepan Avrilya.
Pukulan kedua hampir mendarat, namun Ferlian memegang tangan gadis itu.
"Lian! Lo tuh batu banget yah, udah gue bilangin pulang juga. Masih aja ngotot nganterin gue!" Avrilya langsung menyemprot Ferlian dengan kata-kata pedasnya.
"Gimana aku mau pulang Ve, aku tuh gak tahu kamu udah sampe rumah dengan selamat apa belum. Kamu kan sekarang tanggung jawab aku."
"Tapi kan kesepakatan kita apa tadi? Lo udah ingkar janji tahu gak!"
"Kok ingkar janji sih Ve, tadi kan janjinya aku anter sampe depan kompleks naik motor. Dan sekarang aku nganternya jalan kaki lho." Avrilya langsung menepuk jidat.
Bagaimana bisa cowok rese didepannya ini adalah pacarnya. Bagaimana bisa cowok ini mencuri hatinya. Dia lupa Ferlian pacarnya ini kelewat jenius, sampai tak mengerti maksudnya mengantar sampai didepan kompleks.
"Gue gak tahu mesti bilang gimana lagi sama lo Lian. Kenapa sih lo batu banget jadi orang?"
"Aku kan cuman takut kamu kenapa-napa Ve,"
"Emang lo pikir gue bakal kenapa? Coba jawab!" Avrilya menatap tajam pacarnya.
Ferlian merasa begitu terpojok dengan tatapan sang kekasih. Cowok itu sedang berusaha mencari alasan, sebab dilihat dari ekspresi Avrilya yang seperti itu, mungkin saja dia akan kena pukulan lagi.
"Takutnya kamu keserempet tuh anak-anak naik sepedanya aja gak bener." Jawab Ferlian asal-asalan yang sukses dihadiahi cubitan oleh kekasihnya.
"Awww,,," Pekik Ferlian, sedetik kemudian cowok itu mengelus-elus lengannya.
"Stop disini jangan ikutin gue lagi!" Ancam Avrilya kali ini dengan ekspresi marahnya.
"Tapi kan Ve,"
"Gak ada tapi-tapian. Kalo lo ingker janji lagi, gue gak bakal mau angkat telepon lo lagi." Ferlian mendengus sebal mendengar ancaman Avrilya.
"Yaudah deh," Lirih Ferlian dengan suara terdengar cukup sedih.
"Yaudah sana balik," Usir Avrilya.
"Bentar Ve, aku punya satu permintaan."
"Apa?"
"Aku kan gak anterin kamu sampai rumah, tapi boleh kan. Aku temenin kamu jalan lewat telepon?"
Avrilya mengeryitkan dahi, dia bingung dengan maksud ucapan pacarnya.
"Jalan lewat telepon, kaya gimana?" Ucap Avrilya penasaran.
"Kamu tinggal jalan aja pulang, tapi sambil teleponan sama aku Ve. Jadi aku bisa denger langkah kaki kamu." Ujar Ferlian menjelaskan dengan sedikit senyuman tentunya.
"Yaudah," Jawab Avrilya singkat.
Ferlian sontak mengepalkan tinju diudara melakukan celebration karena pacarnya itu mau mengiyakan permintaannya.
Sederhana memang, tapi Ferlian sangat bahagia. Mengingat kembali karakter pacarnya yang begitu dingin bak ratu es dari benua antartica, perlakuan sederhana seperti ini sangatlah membuatnya bahagia.
Ya, bahagia memang sederhana. Sesederhana ucapan 'iya' yang keluar dari mulut Avrilya.
***
"Kamu udah nyampe Ve?" Tanya Ferlian diseberang sana. Cowok itu sedang menatap jam tangan yang melingakari tangan kirinya itu.
Lebih tepatnya Ferlian sedang menghitung jarak dan waktu tempuh pacarnya berjalan kaki hingga sampai kerumah.
"Iya ini udah nyakpe kok," Jawab Avrilya seadanya. Memang gadis itu baru saja membuka pintu gerbang.
"Oh berarti jaraknya 473 meter dari tempat kita terakhir dong." Ujar Ferlian setelah selesai mengitung.
Entah bagaimana caranya, cowok itu memang kelewat jenius. Pantas saja sahabat-sahabatnya menyebutnya 'Einstein kedua'.
"Yaudah gue tutup yah, kan udah sampe rumah." Ucap Avrilya, seperti sedang meminta ijin dari Ferlian.
Lucu memang jika mengingat lagi apa yang terjadi sebelumnya. Akhirnya Avrilya baru memutus sambungan teleponnya ketika Ferlian mengiyakan.
Dengan senyuman tipis, Avrilya kembali memasukan ponselnya ke saku. Kemudian memasuki rumahnya itu.
Gadis dingin itu tersenyum, memang cuman sedikit. Tetapi senyum itu mampu membuat kedua orang tuanya heran sekaligus bahagia diwaktu yang sama.
Bersambung,,,
Sekedar INFO
Aku ada kegiatan lomba nih reders jadi aku bakal slow update sampe tgl 31/08 mungkin cuman bisa up beberapa chapter.
Aku bakal usahain buat up. Sebisa mungkin kalo ada waktu senggang yah.
Jadi mohon pengertiannya.
Kim: Like, komen, rate 5 sama vote dong readers.
Readers: Apaan, update aja gak rutin, gimana kita mau rutin like komen.
Kim: Iya-iya maaf. Diusahain deh :)
Readers: Ya kita juga bakal usahain. Preeett...
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Salam Sayang
Kim Hye Seol
^-^
:"))
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!