NovelToon NovelToon

Kembalinya Sang Pewaris

Bab 1 Perdebatan

"Lilian dengarkan aku! mau sampai kapan kamu berhubungan dengan anak orang miskin itu? kamu tahu? kalau sampai mama mengetahui hubunganmu dengan Briyan, lihat saja kamu pasti akan dibuang kembali kejalanan!"

Suara Daren, kakak Liliana sudah membuat Liliana langsung menutup kedua telinganya, dia sudah bosan mendengar celoteh kakak angkatnya yang selalu ikut campur tentang hubungannya dengan Briyan.

Menurut Liliana tidak ada yang salah dengan hubungan yang dia jalani bersama Briyan. Briyan baik dan juga tampan, tapi entah kenapa keluarganya yang kaya raya itu tidak suka sekali keluarganya berhubungan dengan orang miskin.

Liliana kecil tumbuh besar dengan diasuh oleh keluarga Adrian, bahkan Liliana tidak tahu siapa sebenarnya kedua orang tuanya, yang dia tahu ayahnya adalah Adrian dan Casandra.

Kedua orang tua angkatnya sangat menyayanginya, bahkan antara dirinya dan juga Daren terlihat ada perbedaan dalam perlakuan mereka, Casandra lebih peduli dan lebih sayang dengan Liliana dibanding Daren.

Daren kakak angkat Liliana sering kesal melihat perlakuan Casandra terhadap dirinya, tapi Daren sadar kalau dirinya hanyalah anak angkat yang dipungut dari jalanan saat usianya 5th, dan dia bertemu dengan Liliana kecil yang saat itu berumur 2 tahun.

Mereka sama-sama dibesarkan dikeluarga kaya raya, semua kebutuhan mereka selalu dipenuhi, apapun yang mereka minta pasti akan diberikan.

"Kakak dengarkan aku? Briyan itu laki-laki baik, walaupun dia miskin tapi dia sangat sayang dan baik padaku, tolong kakak rahasiakan hubunganku ini dari mama dan papa ya?" pinta Liliana pada kakak angkatnya.

"Aku tidak mau! urus saja urusanmu sendiri! bukankah kamu lebih di sayang papa dan mama? sana minta saja pada mereka agar kamu tidak dibuang dari keluarga ini?" Daren segera pergi meninggalkan Liliana yang masih menatap kearahnya.

Casandra yang baru saja pulang dari luar kota samar-samar mendengar perdebatan antara kedua anak angkatnya diruang tengah.

"Ada apa kalian ribut-ribut? mama dengar kalian bertengkar lagi? apa yang kalian ributkan?"

Liliana langsung terkejut mendengar suara mamanya yang ternyata sudah ada dibelakangnya, dia langsung menoleh kearah Casandra yang sedang berjalan mendekatinya, sedang Daren yang mau masuk kedalam kamarnya langsung mengurungkan niatnya.

"Mama? mama sudah pulang?" Liliana langsung menghambur kepelukan Casandra, sedang Daren masih terpaku menatap keduanya.

"Mama sudah pulang sayang, oya, mama bawa banyak oleh-oleh buat kamu!" dengan wajah sumringah Casandra sibuk membuka oleh-oleh untuk Liliana semua kantong tas yang Casandra bawa kebanyakan untuk Liliana.

"Ma? mama sudah pulang?" tanya Daren sambil mendekati mamanya.

"Sudah, kenapa dari tadi diam saja, apa kamu ga suka lihat mama pulang?"

"Mama bicara apa? aku sangat senang mama sudah kembali, oya? mana oleh-oleh untukku ma?" Ucap Daren sambil melirik kearah Liliana.

Mata Casandra langsung tertuju pada satu kantong tas berwarna hitam yang sengaja ia bawa untuk Daren.

"Ini buat kamu!"

"Satu saja? tapi Liliana banyak sekali?" protes Daren

"Kamu ga usah protes, harusnya kamu bersyukur mama bawakan oleh-oleh bukan malah membanding-bandingkan dengan yang lain."

Dengan perasaan kesal Daren akhirnya menerima kantong tas yang diberikan mamanya, dia langsung pergi begitu saja setelah mengucapkan terima kasih.

"Mama benar-benar tidak adil, liat saja Liliana, sebentar lagi kamu akan aku singkirkan!" batin Daren pada Liliana.

**

Sementara itu Adrian dikantornya masih berdiskusi dengan rekan bisnisnya, Adrian adalah pengusaha kaya raya yang namanya sudah di kenal dikalangan pembisnis.

Tapi sayang setelah pernikahannya dengan Casandra dia tidak diberikan kesempatan untuk memiliki keturunan, dia terpaksa memungut anak dari jalanan atas keinginan Casandra.

Pernikahan yang tak kunjung diberikan momongan membuat Adrian teringat pada anak kandungnya dengan Saraswati, saat itu Adrian sangat mencintai Saraswati dan ingin segera menikahinya.

Tapi sayang, Ayahnya langsung menjodohkannya dengan anak dari rekan bisnisnya yaitu Casandra, Adrian menikahi Casandra karena terpaksa, sementara Saraswati yang ia nikahi secara siri entah dimana keberadaannya.

"Bagaimana pak? apa kita akan memperluas jaringan usaha kita?" Adrian tidak menyadari kalau rekan bisnisnya sedang berbicara kepadanya.

"Pak? apa bapak mendengar saya?"

"Iiii....iya, saya mendengarnya."

"Apa ada sesuatu yang sedang bapak pikirkan?"

"Tidak, saya hanya terlalu lelah saja, bagaimana? apa bisa kita lanjutkan?"

"Tentu saja."

**

Ditempat lain nampak Briyan sedang sibuk didepan layar kerjanya, semenjak Briyan lulus kuliah dia langsung diterima bekerja di perusahaan tempatnya kini bekerja, kebetulan pemilik perusahaan itu adalah majikan dari Ibunya.

Saraswati selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga terhormat, semenjak Adrian tiba-tiba saja meninggalkan dirinya saat hamil besar, Saraswati hidup serba kekurangan, keluarganya semua menjauhinya saat mereka tahu Adrian anak orang kaya itu meninggalkan Saraswati begitu saja.

Saraswati datang ke keluarga Gunawan dengan membawa Briyan kecil dia diterima bekerja di keluarga itu sebagai pembantu rumah tangga, hanya itu yang bisa Saraswati lakukan untuk bertahan hidup.

Kini setelah berpuluh tahun bekerja di rumah itu, Pak Gunawan memberi kesempatan Briyan anak Saraswati untuk bekerja di perusahaannya.

Briyan dijadikan asisten pribadi oleh pak Gunawan, Briyan dikenal pintar dalam menyelesaikan masalah, disanalah pak Gunawan kagum dengan kepintaran Briyan hingga dirinya menjadikan Briyan asisten pribadi.

"Briyan, istirahatlah nanti kamu bisa kembali bekerja." ucap pak Gunawan yang sedari tadi melihat ke arah Briyan yang masih sibuk didepan layar monitor.

"Baik pak, sebentar lagi setelah saya menyelesaikan tugas saya."

Briyan memang dikenal tekun dalam bekerja, dia selalu mengutamakan pekerjaannya dibanding memperhatikan dirinya sendiri, ditempatnya bekerjalah Briyan bertemu dengan Liliana.

Liliana walaupun orang tua angkatnya memiliki banyak perusahaan tapi pak Adrian memberi kesempatan pada Liliana untuk mencari pengalaman kerja sendiri di perusahaan lain sebelum nantinya dia bisa memegang perusahaannya sendiri.

Pak Gunawan menerima Liliana sebagai sekertarisnya, disitulah Liliana dan Briyan sering bertemu dan berinteraksi, lama kelamaan mereka saling punya rasa dan akhirnya mereka mulai menjalin hubungan secara diam-diam.

"Oya, Briyan kapan Liliana mulai bekerja kembali?" tanya pak Gunawan sambil menyeruput secangkit kopi miliknya di atas meja.

"Kemungkinan besok pak, Liliana mengambil cuti hanya dua hari saja."

"Baiklah, suruh dia segera menyelesaikan tugas yang saya berikan."

"Baik pak."

**

Di kamarnya Liliana masih sibuk melihat barang-barang yang tadi sudah mamanya berikan untuknya, disana terlihat Daren masuk kekamarnya dengan wajah yang kesal ia tunjukkan pada adik angkat nya Liliana.

"Apa kamu bangga dengan semuanya?"

"Maksud kakak?"

"Apa kamu tidak bisa lihat, bagaimana mama begitu tidak adil denganku!" Liliana langsung menoleh ke arah Daren.

"Aku tahu kak, tapi kalau kakak mau kakak bisa ambil semua milikku kak, aku ikhlas."

"Apa kamu sedang meledek ku? Kamu pikir aku perempuan yang bisa pakai tas, dan sepatu mu?" disana terlihat Liliana tertawa geli mendengar kakaknya berbicara.

"Ya sudah, nanti aku bilang ke mama ya?"

"Tidak perlu, aku bisa beli sendiri!" Daren nampak kesal dengan Liliana, dia merasa Liliana semakin besar kepala atas apa yang sudah orang tua angkat nya berikan untuknya, sementara dirinya harus bekerja keras untuk mendapatkan semuanya.

"Lihat saja setelah aku mendapatkan perusahaan dari papa, aku pastikan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa Lilian!"

Bersambung.....

Happy reading....

Bab 2 Berhenti Bekerja

"Lilian apa kamu sudah makan siang?" sebuah pesan dari Briyan yang terlihat di layar ponsel milik Lilian, disana Lilian tersenyum membaca isi pesan dari kekasihnya.

"Belum?" jawaban singkat dari Lilian.

"Kenapa? apa kamu sedang sakit?" nampak Briyan mengkhawatirkan keadaan Liliana.

"Aku tidak sakit, nanti aku pasti makan, apa kamu sudah makan?" balas Liliana.

"Aku baru saja makan siang bersama pak Gunawan, oya, jangan lupa segera selesaikan pekerjaanmu ya?"

Belum sempat Lilian membalas pesan dari Briyan tiba-tiba saja tangan mamanya sudah langsung mengambil ponsel miliknya.

"Mama?" Liliana sangat terkejut setelah tahu tiba-tiba saja Casandra langsung mengambil ponsel miliknya.

"Lilian? Kenapa kamu masih berhubungan dengan anak miskin itu? bukankah mama sudah melarang mu?" nada keras terdengar dari mulut Casandra yang mulai geram setelah membaca pesan dari ponsel Lilian.

"Maafkan Lilian ma, Lilian benar-benar mencintai Briyan?" suara pelan Lilian mencoba memberanikan diri menjawab pertanyaan mamanya.

"Apa? cinta? apa kamu tahu keluarga kita keluarga terhormat, siapa Briyan? dia hanya karyawan biasa. Dengar Lilian minimal kamu harus bisa menikah dengan seorang bos kaya raya agar keluarga kita semakin terpandang, bukan malah dengan anak miskin itu !" Casandra mulai kesal.

"Tapi ma?" Casandra langsung menatap tajam kearah lilian, lilian tak bisa berkutik lagi, dia tahu semakin dia melawan sudah dipastikan Casandra akan murka.

"Dengar! mulai sekarang sudahi hubungan mu dengan laki-laki itu! kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!" Casandra segera melempar ponsel milik Liliana keatas tempat tidur dan segera keluar dari kamar itu.

Setelah kepergian mamanya Lilian segera mengambil ponsel miliknya yang sudah tergeletak di atas tempat tidur, dia segera melihat ke layar ponselnya, benar saja Briyan pasti mengkhawatirkan nya.

"Lilian? apa kamu baik-baik saja?" terlihat sebuah pesan dari ponsel miliknya, Lilian segera membalas pesan dari Briyan.

"Maafkan aku Briyan, mungkin kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita." sebuah pesan mengejutkan untuk Briyan yang baru saja membacanya.

"Putus? ada apa dengan Lilian? kenapa tiba-tiba saja dia memutuskan hubungan ini?" Briyan langsung mencoba menghubungi Lilian, dia ingin menanyakan soal keputusan sepihak nya.

Sudah berapa kali Briyan mencoba menghubungi Lilian tapi sayang, ponsel milik Lilian sudah tidak aktif lagi, Briyan mulai mengkhawatirkan keadaan kekasihnya, dia masih mencoba berfikir positif atas keputusan Lilian.

"Mungkin Lilian sedang tidak mau di ganggu, ya sudah besok aku tanyakan langsung padanya." Briyan segera memasukkan ponselnya kedalam laci mejanya.

**

Di tempat lain..

Casandra baru saja sampai di kantor milik suaminya, tapi sayang suaminya ternyata sedang ada rapat bersama rekan bisnisnya, dia terpaksa harus menunggu beberapa jam untuk bertemu dengan suaminya.

Satu jam berlalu akhirnya terlihat wajah Adrian muncul di balik pintu, dengan cepat Casandra segera berdiri menunggu suaminya masuk keruangan itu.

"Sayang, kenapa kamu kesini?" ucap Adrian datar.

"Apa kamu tidak suka aku kekantormu?"

"Bukan begitu, bukankah biasanya kamu paling malas kesini? sekarang tiba-tiba saja kamu sudah ada disini, apa ada sesuatu?"  Adrian segera duduk di kursi kerjanya, sementara Casandra masih berdiri menatap kearahnya.

"Mas, apa kamu tahu, ternyata putri kita masih berhubungan dengan Briyan?" Adrian langsung menoleh kearah istrinya.

"Bukankah sudah aku larang?"

"Itu dia, tadi aku sudah memarahinya, apa tidak sebaiknya kamu tarik saja Lilian untuk bekerja di kantor ini saja?"

"Apa itu demi Lilian tidak bertemu dengan Briyan?"

"Tentu saja, kalau Lilian terus bertemu dengan Briyan, aku pastikan kalau kita akan punya besan miskin, apa kamu tidak malu?"

Casandra paling mudah membuat Adrian langsung berpihak kepadanya, dia langsung mencerca berbagai alasan kalau sampai Lilian masih berhubungan dengan Briyan.

"Ya sudah, atur saja mulai besok Lilian akan bekerja bersamaku." jawaban suaminya langsung membuat Casandra tersenyum bahagia.

Adrian tidak tahu kalau ternyata selama ini Casandra sudah menyembunyikan sesuatu tentang jati diri Lilian yang sebenarnya pada dirinya.

**

Pagi hari pun tiba...

Lilian sudah bersiap dengan pakaian kerjanya, ijin cutinya sudah selesai hari ini, sejak semalam dia menunggu datangnya pagi untuk segera menemui Briyan untuk menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Lilian, dengar papa, mulai hari ini kamu sudah tidak bekerja di kantor Gunawan lagi, papa sudah membuatkan surat pengunduran diri untukmu." Lilian yang baru saja turun dari kamarnya langsung terkejut mendengar ucapan papanya.

"Maksud papa? aku?"

"Maksud papa, mulai hari ini kamu akan bekerja di kantor papa." Suara Casandra yang baru saja datang membuat Liliana semakin bingung.

Sementara itu Daren yang sedari tadi duduk di meja makan langsung mulai kesal mendengar tawaran papa angkatnya pada Lilian.

Padahal selama ini dirinya sudah meminta ijin untuk bisa bekerja di perusahaan milik papanya tapi nyatanya selalu di abaikan begitu saja, tapi tidak dengan Lilian.

"Buat apa selama ini papa mengangkatku sebagai anak angkatnya kalau ternyata hanya Lilian lah yang mereka utamakan." kesal Daren.

"Tapi pa, papa tidak bisa begitu saja menyuruhku keluar dari pekerjaanku pa, masih banyak yang harus Lilian selesaikan sebelum Lilian keluar."

"Masalah itu mudah bagi papa untuk menyelesaikannya sayang, ikuti saja mau papa kamu ya?" Casandra selalu saja menimpali jawaban pada putrinya.

"Sekarang kita makan, dan kamu harus bersiap-siap berangkat bersama papa!" perintah Casandra pada Lilian.

Sementara itu Daren bertambah tidak suka melihat Lilian yang mulai diperlakukan bak seorang ratu dirumah itu.

Mau tak mau Lilian hanya bisa mengikuti perintah orang tuanya, dia tidak punya kuasa untuk melawan semua yang di perintahkan untuknya.

**

Di depan lobi perusahaan tempatnya bekerja, terlihat Briyan sedang mondar mandir menunggu kedatangan Lilian, dia sudah tidak sabar ingin menanyakan tentang keputusan Lilian yang begitu cepat memutuskan hubungan mereka.

"Lilian apa kamu lupa kalau hari ini cutimu sudah habis? kenapa kamu belum juga datang?" Briyan terus saja melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan.

"Pak Briyan? bapak menunggu siapa?" tanya teman kerjanya.

"Itu? apa kamu sudah melihat Lilian datang? hari ini cutinya sudah berakhir seharusnya dia sudah datang."

"Lilian? apa bapak tidak tahu kalau Lilian hari ini sudah keluar dari perusahaan ini?"

"Apa? keluar? jangan bercanda kamu?" Briyan tidak begitu saja langsung percaya ucapan temannya.

"Apa bapak hari ini belum melihat email? disana sudah ada pengumuman kalau Lilian sudah resmi keluar."

"Apa?"

Dengan cepat Briyan langsung berlari menuju keruangannya, dia ingin segera melihat pengumuman yang menyatakan kalau Lilian benar keluar dari pekerjaannya di layar monitor miliknya.

"Ada apa Briyan? apa terjadi sesuatu?" tanya pak Gunawan yang baru saja datang.

"Pak, apa benar Lilian mengundurkan diri?"

"Kamu benar, semalam Ayah Lilian menghubungi saya, dia meminta ijin untuk meminta Lilian keluar dari perusahaan ini."

"Bapak langsung menyetujuinya?"

"Sebenarnya saya juga berat melepas Lilian, tapi apa kamu tahu? ternyata selama ini Lilian adalah putri dari pak Adrian pemilik perusahaan ternama itu."

"Apa? jadi Lilian itu anak seorang pengusaha kaya raya itu?" pak Gunawan sedikit heran pada Briyan, kenapa Briyan begitu terkejut mendengar ucapannya.

"Ya begitulah, tapi kenapa kamu begitu terkejut mendengar Lilian anak orang kaya?" Briyan hanya mampu menelan ludah tanpa bisa menjawab pertanyaan pak Gunawan.

"Selama ini Lilian membohongiku, dia bilang dia adalah anak guru honorer di kota ini, dia tidak pernah bercerita kalau dia anak orang kaya, tapi untuk apa dia menutupi semuanya kalau akhirnya dia memutuskan hubungan denganku dan juga pekerjaannya?"

"Briyan? kenapa kamu diam? sekarang lanjutkan pekerjaanmu hari ini kita ada rapat bukan?" Briyan langsung tersadar dari lamunannya dia segera mengalihkan urusannya dengan Lilian dengan memulai pekerjaannya.

Bersambung....

Bab 3 Menemui Briyan

Disepanjang perjalanan menuju ke kantor papanya Lilian hanya bisa terdiam di dalam mobil, pikirannya masih tertuju pada Briyan yang kemarin baru saja ia putuskan.

"Maafkan aku Briyan, aku tahu pasti kamu bingung dengan keputusanku kemarin, aku harus bagaimana Briyan?"

Tak terasa air mata Lilian mulai berjatuhan, rasa cintanya pada Briyan sebenarnya sangatlah besar, tapi dia tahu apa yang akan terjadi kalau orang tuanya sudah mengetahui hubungannya dengan Briyan.

Disampingnya diam-diam Adrian terus memperhatikannya putri angkatnya dari depan kaca mobil.

"Lilian, apa sebenarnya kamu terpaksa mengikuti kemauan papa?" teguran pak Adrian langsung membuat Lilian segera menghapus air matanya.

"Ti-tidak pa, aku tidak terpaksa, semua keputusan mama dan papa itu yang terbaik." suara Lilian seakan tercekik di tenggorokan saat mengatakan itu semua.

"Benarkah?" Pak Adrian tersenyum kecil.

"Iya pa, benar."

"Bukankah kamu menangis karena kamu sudah tidak bisa bertemu lagi dengan Briyan?" Lilian langsung menoleh kearah papanya.

"Papa?" benar dugaan Lilian papa nya pasti sudah mengetahui tentang hubungannya bersama Briyan.

"Sudahlah, papa tahu semua. Mulai sekarang lupakan Briyan kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih dari Briyan."

"Tapi pa, aku sangat mencintai Briyan, dia baik dan juga sayang sama aku."

"Bukankah papa sudah berulang kali melarang kamu dan juga Daren untuk tidak berhubungan dengan orang miskin!"

"Tapi pa, apa alasan papa selalu melarang itu semua?"

"Kamu ingin tahu alasan papa?" Lilian langsung menganggukkan kepalanya.

"Karena orang miskin tidak bisa mencintaimu dengan tulus, mereka hanya mengincar harta kita saja." Lilian langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak semua orang begitu pa. Briyan tidak seperti itu, dia tulus mencintaiku, bahkan dia tidak tahu kalau aku adalah anak papa."

"Oya, tapi bagaimana kalau dia sudah tahu? dan dia diam-diam sudah mencari tahu terlebih dahulu tentang siapa kamu sebenarnya? Sudahlah! papa tidak mau memperpanjang urusan ini, bagi papa ini semua tidak penting!" terlihat kekecewaan di wajah Lilian setelah mendengar papanya berbicara.

Mobil yang membawa mereka akhirnya sudah sampai di depan lobi perusahaan, Adrian segera turun dari mobilnya dengan Lilian yang langsung mengikuti dibelakangnya.

Semua mata langsung mulai tertuju pada kedatangan Direktur utama pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. kedatangan Lilian diperusahaan itu membuat semua karyawan mulai bertanya-tanya.

"Bukankah itu putri dari pak Adrian? apa dia akan mulai bekerja di perusahaan ini?" bisik-bisik dari mereka.

"Entahlah, putri pak Adrian ternyata cantik sekali, dia seperti bidadari." ucap teman disampingnya.

"Hus, jangan sembarangan kamu! kalau kamu ketahuan memuji kecantikannya bisa-bisa kamu langsung dipecat pak Adrian." mereka langsung terdiam saat Lilian melintas di depan mereka.

Didepan semua karyawan Lilian selalu memberikan senyumannya, dia tidak menunjukan ke angkuhan sama sekali, Lilian ramah dan baik hati.

"Selamat pagi pak?"

"Pagi, Arka tolong siapkan ruangan kerja untuk putri saya!" perintah Adrian pada asisten pribadinya.

"Baik pak!" dengan cekatan dan sedikit melirik kearah Lilian, Arka sang asisten langsung menjalankan perintah atasannya, dan tanpa sepengetahuan yang lain diam-diam didalam hati, Arka mulai mengagumi kecantikan Lilian anak dari bos besarnya itu.

**

Sementara itu di ruang kerjanya Briyan masih saja memikirkan Lilian, dia belum bisa mengalihkan pikirannya pada sosok Liliana yang ia cintai, dia belum bisa terima atas keputusan Lilian yang sudah mengakhiri hubungan mereka.

"Lilian kamu dimana? kenapa nomor ponselmu tidak bisa di hubungi?" Briyan mulai kesal karena sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Lilian tapi selalu tidak bisa.

Ponsel miliknya terus saja ia pandangi, dia berharap Lilian mau menghubunginya, tapi nyatanya semua itu tidak pernah terjadi seharian ini tidak ada kabar dari kekasih nya sama sekali.

Di kantor milik papanya Liliana mulai terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaan barunya, sama seperti Briyan hatinya terus saja memikirkan Briyan.

"Apa yang harus aku lakukan, nyatanya memutuskan hubungan ini semakin membuat hatiku sakit, tidak bisa, aku harus menemui Briyan."

Dengan cepat Lilian langsung mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan ruangannya. Papanya tak terlihat disana dia merasa aman kali ini.

Dengan cepat Lilian langsung memesan sebuah taksi dan langsung pergi meninggalkan perusahaan milik papanya. Tujuan Lilian kali ini hanya ingin segera menemui Briyan di kantornya.

Hanya butuh dua puluh menit Lilian akhirnya sudah sampai didepan perusahaan tempat dulunya dia bekerja disana seorang satpam langsung berjalan menghampirinya.

"Bu Lilian? bukankah ibu sudah keluar dari perusahaan ini? tanya seorang satpam disana.

"Benar pak, oya apa boleh saya minta tolong?"

"Silahkan bu."

"Bisa saya minta tolong bapak panggilkan Briyan? katakan padanya saya menunggunya di luar."

"Siap bu, sebentar." satpam itu segera berlari menuju pos tempatnya bekerja, disana dia langsung menghubungi seseorang.

Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit akhirnya Briyan sudah terlihat keluar dari dalam lobi, matanya mulai mencari keberadaan Lilian.

Kali ini matanya langsung tertuju pada perempuan yang sedang melambaikan tangan kearahnya, dengan sedikit gemetar Briyan langsung tersenyum ke arah Lilian dan mulai berjalan mendekatinya.

Entah apa yang terjadi pada hati mereka berdua, disana nampak kegugupan terlihat saat mereka saling beradu pandang, sehari tanpa kabar mereka sama-sama saling merindukan.

"Lilian? kamu datang?" kenapa dengan ponselmu kenapa susah sekali aku hubungi?" Briyan terus saja memberi pertanyaan pada Lilian.

"Maafkan aku Briyan, ponselku tiba-tiba saja mati setelah aku membalas pesan untukmu kemarin."

"Tidak apa-apa, tapi kamu baik-baik saja bukan?"

"Aku baik-baik saja, tapi Briyan?" terlihat mata Lilian mulai berkaca-kaca, Briyan tidak suka melihat kekasihnya menangis didepannya, dia benar-benar mengkhawatirkan Lilian saat ini.

"Ada apa Lilian? jangan buat aku khawatir, katakan apa yang sebenarnya terjadi?" kenapa kamu sampai memutuskan hubungan kita?"

"Itu karena?"

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!