Hai readers, selamat datang di karya terbaru author, pilihan terbanyak dari kalian. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, klik like, subscribe dan komentar. Jika berkenan, silahkan kirim vote dan gift nya ya. Di setiap karya author bebas untuk berkomentar, namun mohon untuk tidak meninggalkan rating buruk, agar tidak membuat semangat author menjadi down.
...----------------...
Di dalam penjara yang gelap dan lembab, hanya suara rantai yang bergemerincing menemani kesunyian. Qin Ruyue tergeletak di lantai batu yang dingin, kulitnya pucat, dan tubuhnya lemah tak berdaya. Tangan dan kakinya dirantai erat, besi dingin menembus kulitnya, meninggalkan bekas luka merah yang perih.
Udara lembab dan pengap memenuhi ruangan, membuat setiap napas terasa berat. Cahaya redup dari obor yang berkedip-kedip hanya cukup untuk menampilkan bayangan samar sosok-sosok yang berdiri dengan dingin dan tak berperasaan, seperti patung.
Di sana, berdiri pria yang dulu ia cintai, Kaisar, dengan mata dingin tanpa emosi, tubuhnya dipeluk erat oleh wanita yang pernah Qin Ruyue sebut sebagai saudara. Selir baru Kaisar, adik tirinya, tersenyum tipis, mata mereka bersinar penuh kepuasan.
Cetar!
Cambuk pertama menghantam punggung Qin Ruyue, merobek kulitnya, meninggalkan guratan merah dan darah yang perlahan mengalir. Suara mencambuk menggema di ruangan, memecah kesunyian dengan nada yang mengiris.
Rasa perih itu menusuk jauh ke dalam, tapi bukan hanya rasa sakit fisik yang menghancurkannya, melainkan pengkhianatan yang terpampang jelas di depan matanya. Jeritan menyakitkan meluncur dari bibirnya, namun terdengar tak lebih dari gumaman yang tertiup angin.
Qin Ruyue menatap Kaisar di antara napas yang tersengal, mencari sedikit belas kasih, sedikit kehangatan yang pernah ia kenal dari pria itu. Namun yang ia lihat hanya kebekuan.
Selir itu mendekatkan tubuhnya ke Kaisar, tangan yang halus mengusap lembut dada Kaisar sambil tersenyum penuh kepuasan. Mereka menikmati setiap katanya, setiap luka yang terbuka. Jeritannya menjadi simfoni kegelapan bagi mereka.
Dengan nafas terengah-engah, darah yang mengalir membasahi lantai, Qin Ruyue tahu, cinta yang pernah ia peluk erat kini telah lenyap, berubah menjadi kehancuran yang tak terperi. Di tengah rasa sakit dan pengkhianatan, penjara itu tidak hanya menjadi tempat tubuhnya terkekang, tetapi juga kuburan bagi jantung yang hancur.
Tawa lembut keluar dari bibir yang merah ketika cambuk itu kembali mendarat di punggung Qin Ruyue, merobek kulit halusnya hingga darah mengalir deras. Suara derak cambuk yang menghantam kulit telanjang bercampur dengan teriakan kesakitannya mengisi ruangan yang sunyi, seolah menggema di udara.
Cetar!
Kaisar tidak berkata apa-apa, namun merendahkannya tajam, tanpa belas kasihan. Bibirnya melengkung kecil, menunjukkan senyuman tipis yang membuat Qin Ruyue merasa lebih terluka daripada cambukan itu sendiri.
Dia, yang dulu melindungi dan membisikkan kata cinta, kini menyaksikan penderitaannya tanpa sedikitpun rasa bersalah. Tangannya menopang punggung saudara tiri Qin Ruyue dengan lembut, seperti seorang pria yang penuh kasih.
Di setiap rasa sakit yang keluar dari mulut, kedua orang itu tampak semakin tenggelam dalam kepuasan. Bagi mereka, penderitaan Qin Ruyue adalah kebahagiaan yang telah lama diimpikannya.
"Kenapa?" tanya Qin Ruyue, suaranya terdengar parau dan sangat lemah, di iringi ringisan yang tiada henti.
Kaisar berjongkok, mencengkram dagu wanita yang pernah menemaninya selama 3 tahun itu, sambil menjawab dengan nada suara yang penuh kebencian. "Kenapa? Qin Ruyue, wanita yang paling aku cintai dalam hidup ini adalah Qin Yanran, adikmu. Tapi demi tahta ini, demi dukungan ini, aku bersedia untuk menahannya dan hidup denganmu selama 3 tahun. Lihatlah dirimu! Dengan wajah dan kemampuanmu yang tidak seberapa, mungkinkah ada pria yang menginginkanmu? Kau bahkan tidak lebih baik di bandingkan dengannya! Kau selalu bersikap seperti wanita kelas atas, menjaga kemurnian mu! Apakah menurutmu, aku menginginkan wanita seperti itu menjadi pendampingku?"
"Kau benar-benar kejam!" ucap Qin Ruyue, dengan nafas yang tersengal, suaranya terbata-bata.
"Kejam? Kakak, kau lah yang kejam! Aku dan yang mulia saling mencintai sejak lima tahun yang lalu, namun kami harus terpisah hanya karena aku anak dari seorang selir. Pernahkah kau memikirkan bagaimana sakitnya hatiku? Aku hanya bisa menggunakan pakaian yang sudah tidak kau inginkan, memakan makanan yang tidak kau sukai, bahkan tinggal di kamar yang sangat kecil. Kau adalah nona tertua, seluruh keluarga begitu menyayangimu, kau merebut pria yang paling aku cintai dalam hidup ini! Apakah menurutmu aku setidak beruntung itu? Jika kau tidak ada, aku pasti sangat bahagia menjadi putri di keluarga Adipati!" ucap Qin Yanran, suaranya terdengar melengking.
Kaisar berdiri, memeluk wanita itu dengan lembut, dia menggerakkan tangannya untuk mengusap air mata yang mengucur di pipi selirnya.
"Qin Ruyue! Ini adalah harga yang harus kau bayar karena telah memisahkan kami. Apa kau pikir aku senang mengangkatmu sebagai permaisuriku? Sejak awal, status itu bukan milikmu! Kau hanya seorang pengganti, dan kau harus disingkirkan ketika kekasihku memasuki istana. Dulu, aku tidak bisa memberikan dia status yang jelas, namun saat ini, calon permaisuri dari kekaisaran Dayan adalah Qin Yanran." ucap kaisar tanpa perasaan.
"Yang mulia, di saat kau masih menjadi seorang pangeran, akulah yang membantumu untuk naik tahta, dengan dukungan penuh dari keluarga Adipati. Aku tidak menyangka, kau akan membalas cintaku dengan penghianatan." ucap Qin Ruyue, air mata mengucur deras di pipinya.
"Qin Ruyue, jangan lupa bahwa adikmu juga merupakan putri dari keluarga Adipati. Perjuangan yang telah kau dan keluargamu lakukan untukku, aku akan membayarnya pada Qin Yanran." ucap kaisar sambil memamerkan kemesraan nya di depan Qin Ruyue.
"Kalian berdua benar-benar binatang! Aku membenci kalian!" ucap Qin Ruyue, matanya memancarkan kebencian yang sangat dalam.
"Qin Ruyue, kau seharusnya mati dengan patuh! Kenapa harus terus berjuang untuk hidup? Bahkan jika kau memiliki sepuluh nyawa, aku akan tetap membunuhmu lagi dan lagi." jawab kaisar sambil mengeratkan pelukannya pada Qin Yanran.
Dia melirik pada salah seorang prajurit, tangan kanannya mengambil pedang kemudian menikam Qin Ruyue tepat di jantungnya.
Jleb!
Mata Qin Ruyue melotot, tubuhnya terjatuh, namun dia bertekad di dalam hati.
'Jika ada kehidupan lain, aku tidak ingin bertemu dengan iblis seperti kalian! Aku membenci kalian dengan darah, tulang dan dagingku. Aku pasti akan kembali untuk membalas dendam!'
Sebuah kamar luas dipenuhi aroma kuat dari ramuan herbal yang mendominasi udara, seolah menggantikan oksigen yang biasa memenuhi ruangan. Tirai sutra berwarna gading yang tergantung di jendela-jendela besar berkibar pelan akibat angin sepoi-sepoi yang masuk, namun tak mampu membawa kesejukan bagi tubuh lemah gadis yang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur besar berkanopi.
Tubuhnya yang kecil dibalut selimut tebal, wajahnya pucat dengan bibir pecah-pecah, menggigil meski peluh dingin tak henti-hentinya membasahi dahinya. Napasnya pendek, terputus-putus, seakan setiap hembusan adalah perjuangan yang tak pernah usai.
Di samping tempat tidurnya, beberapa pelayan duduk berlutut dengan isak tangis yang tertahan. Mata mereka bengkak, wajah mereka kusut oleh keputusasaan dan kesedihan. Setiap kali mereka memanggil nama gadis itu dengan suara serak, berharap ia akan membuka matanya, hanya keheningan yang menjawab. Salah seorang pelayan menempelkan kain basah ke dahi gadis itu, namun tangannya gemetar, seolah menyadari bahwa usahanya tak membawa perubahan.
Di sudut ruangan, Adipati Zhenbai berdiri kaku, tangannya mengepal erat. Biasanya, sosoknya yang agung dan tegas menjadi panutan di wilayahnya, namun kini wajahnya tampak layu dan lelah, seolah segala kekuatannya terkuras melihat putri kesayangannya dalam keadaan sekarat.
Pandangannya terpaku pada tubuh putrinya yang tak bergerak, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa tak berdaya. Setiap kali ia mendengar suara isakan para pelayan, hatinya teriris lebih dalam, membayangkan masa-masa ketika gadis itu masih berlari-lari kecil di halaman istana, tertawa ceria di bawah sinar matahari.
Rasa cemas dan putus asa melingkupi seluruh ruangan, menjadikannya tempat yang penuh penderitaan. Bau pahit dari ramuan herbal semakin menusuk hidung, mengingatkan semua orang di dalam ruangan bahwa waktu terus berjalan, dan dengan setiap detiknya, harapan tampak semakin tipis. Gadis itu tak lagi merespon sentuhan atau suara.
Tiga hari telah berlalu sejak tubuhnya terjatuh ke dalam kolam yang dingin, namun demam yang merasuki tubuhnya seakan tak mau pergi. Kini, hanya doa dan harapan yang tersisa, terperangkap di antara aroma herbal, kesedihan yang mendalam, dan keputusasaan yang semakin pekat.
"Yue'er! Kau harus bangun! Lihatlah, ayahmu telah kembali. Apa kau tidak ingin bertemu ayah? Bukankah kau selalu bertanya kapan ayah pulang?" tanya Adipati Zhenbai sambil berjalan mendekat ke tempat tidur. Dia menarik kursi, kemudian duduk, tangannya yang kasar dan dipenuhi kapalan akibat terlalu sering berlatih pedang, menggenggam tangan halus milik Qin Ruyue.
"Yue'er! Apakah kamu tidak merindukan ayah?" tanya Adipati Zhenbai kembali, wajahnya dipenuhi dengan kesedihan.
"Nona! Anda harus bangun! Nona!" gadis pelayan di sebelahnya juga terus menangis, matanya terlihat merah dan bengkak.
Perlahan-lahan kelopak mata gadis yang tertidur itu bergerak, tak lama kemudian terbuka dan mendapati semua orang berada di dalam kamarnya.
'Apa yang terjadi? Bukankah aku telah mati karena di tikam oleh pedang badjingan itu? Kenapa situasi saat ini seolah sangat familiar? Mungkinkah jika aku kembali ke masa lalu?'
"Nona! Anda bangun? Syukurlah anda selamat, maafkan budak kecil yang tidak bisa menyelamatkan anda tepat waktu," ucap gadis pelayan itu dengan gembira, dia segera berlutut di depan tempat tidur.
Adipati Zhenbai langsung tersenyum, dia segera memeluk tubuh Qin Ruyue yang baru saja sadar. "Yue'er! Ayah sangat senang melihatmu terbangun, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa tenggelam? Bukankah ayah pernah mengatakan bahwa kolam yang ada di paviliun bulan itu sangat dalam? Kau tidak boleh mendekat ke sana!"
'Tenggelam? Kolam? Paviliun bulan? Bukankah ini kejadian 3 tahun yang lalu saat aku di dorong oleh seseorang? Sepertinya peristiwa ini juga berhubungan dengan kedua badjingan itu. Karena aku telah kembali ke masa lalu, aku akan mengubah seluruh ceritanya agar tidak berakhir menyedihkan. Qin Yanran! Mu Jingxuan! Tunggu saja! Aku akan membalas dendam atas perlakuan buruk dari kalian berdua, dalam kehidupanku di masa lalu!'
"Yue'er! Kenapa kamu melamun? Dimana yang sakit? Katakan pada ayah!" ucap Adipati Zhenbai setelah melihat putri kesayangannya tidak bereaksi.
Qin Ruyue tersenyum tipis, "Ayah, aku baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir. Aku hanya berpikir, mungkinkah ada seseorang yang menaruh dendam terhadapku, sehingga dia mendorongku sampai terjatuh di kolam itu?"
Adipati Zhenbai mengerutkan dahinya, "Apakah itu benar? Yue'er, kau tidak perlu khawatir, ayah akan menyuruh seseorang untuk menyelidiki masalah ini. Beristirahatlah! Ayah pasti akan memberikan penjelasan yang memuaskan!"
Setelah mengatakan hal itu, Adipati Zhenbai segera berdiri, dia berjalan keluar dari kamar dan memanggil beberapa orang terpercayanya.
"Cari tahu apa yang terjadi dengan Yue'er hari itu! Kejadian ini merupakan pembunuhan berencana, orang itu sepertinya sengaja ingin mendorong putriku hingga tenggelam dan mati!" ucap Adipati Zhenbai sambil berjalan menuju ruang kerjanya.
"Nona, apakah anda ingin memakan sesuatu? Atau mau mandi? Budak akan segera menyiapkannya untuk anda." ucap gadis pelayan di sampingnya sambil menatap wajah pucat Qin Ruyue.
"Lin Mei! Siapkan air, tubuhku terasa sangat lengket, aku juga ingin beberapa kelopak bunga mawar." ucap Qin Ruyue, gadis pelayan yang bernama Li Mei itu segera menganggukkan kepala, dia bergegas pergi untuk menyiapkan semua keperluan majikannya.
'Li Mei! Di kehidupan yang lalu, kau harus mati karena melindungiku, di kehidupan yang baru ini aku akan melindungimu!'
Qin Ruyue kembali menerawang kehidupan pertamanya, saat kaisar menuduh dia telah meracuni Qin Yanran, demi untuk menyelamatkan nyawanya, Li Mei mengakui kesalahan yang tidak pernah diperbuatnya, yang membuat gadis pelayan itu terkena hukuman penggal.
Kedua tangan Qin Ruyue lagi-lagi terkepal, ada dendam dan kebencian yang menyala di matanya. Dia tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menganiaya hidupnya di masa lalu dan akan memberikan keadilan untuk dirinya sendiri dengan cara apapun.
'Mu Jingxuan! Kali ini aku tidak akan pernah melakukan kebodohan yang sama, aku tidak akan memilih untuk menikahi pria badjingan sepertimu! Bukankah kau sangat mencintai Qin Yanran? Kali ini aku akan mewujudkan keinginan kalian berdua.'
Kriet...
Pintu terbuka, Li Mei berdiri sambil memegangi baskom yang berisi bunga mawar, "Nona, air panasnya sudah siap, budak akan membantu anda untuk membersihkan diri."
Qin Ruyue mengangguk, "Baiklah! Bantu aku berjalan!"
Li Mei mengangguk, dia meletakkan baskom di atas meja, kemudian berjalan mendekat ke tempat tidur dan membantu Qin Ruyue yang lemah untuk bangun.
"Berjalan perlahan nona, anda harus lebih berhati-hati," ucap Lin Mei sambil memapah Qin Ruyue menuju bak mandi, dia membantu gadis itu melepaskan pakaiannya, kemudian kembali memapahnya masuk ke dalam bak mandi.
Gadis pelayan itu segera mengambil baskom dan menaburkan kelopak bunga mawar merah di atas air. "Nona, budak akan membantu anda untuk menggosok punggung."
Qin Ruyue mengangguk, dia menikmati pijatan lembut dari jari Li Mei sambil memejamkan matanya. "Li Mei, apakah kamu betah tinggal di sini?"
"Nona, anda adalah majikan yang sangat baik, Li Mei bersedia untuk mempertaruhkan nyawanya demi kebahagiaan dan juga kedamaian hidup anda." jawab Li Mei.
"Bodoh! Sampai kapan kau akan menyebut dirimu sebagai budak? Li Mei, kita berdua tumbuh bersama di rumah ini, aku telah menganggapmu seperti saudaraku sendiri." ucap Qin Ruyue sambil melotot.
"Nona, budak tidak berani menerima berkah sebesar ini, anda telah banyak membantu budak dan membiayai pemakaman kedua orang tuaku. Li Mei selamanya akan patuh pada anda." jawabnya sambil menundukkan kepala.
"Apa yang terjadi dengan Qin Yanran? Kenapa aku tidak melihatnya hari ini?" tanya Qin Ruyue sambil menatap wajah Li Mei.
"Nona, budak tidak berani berbicara bohong, nona kedua itu-" Li Mei menghentikan kata-katanya, dia menatap wajah Qin Ruyue dengan serius.
"Ada apa dengan nona kedua?"
"Nona, sebenarnya budak pernah melihat pangeran ketiga bertemu secara diam-diam dengan nona kedua, mereka terlihat sangat akrab, bahkan nona kedua bersikap sangat manja padanya. Nona, anda jangan sedih, budak tidak bermaksud untuk menyakiti hati nona tertua." ucap Li Mei.
Qin Ruyue tersenyum lembut, "Aku tahu, Li Mei, kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah menikah dengan pria badjingan seperti Mu Jingxuan! Di perjamuan istana nanti, aku pasti akan membuat mereka berdua kehilangan wajah rubahnya."
...----------------...
Hai readers, mohon maaf sebelumnya, karena author menggunakan voice, jadi ada banyak sekali typo. Nama untuk nona kedua Adipati, author ganti dengan Qin Yanran agar tidak sulit ketika menyebut nama kecilnya ya. ☺️
Li Mei menganggukkan kepala, "Nona, budak akan lebih sering lagi mengawasi nona muda kedua, saat anda terjatuh ke kolam, budak tanpa sengaja melihat nona kedua berlari, sepertinya dia terlibat dalam musibah yang anda alami."
Qin Ruyue menggelengkan kepala, "Tidak perlu! Masalah ini aku akan memikirkannya sendiri. Li Mei, kau hanya harus berada di sisiku, hal yang lainnya, aku memiliki pengaturan sendiri."
Li Mei menjawab dengan semangat, "Baiklah nona, anda tidak perlu khawatir, Li Mei pasti akan mengurus semua keperluan anda dengan baik."
Setelah selesai berendam, Qin Ruyue berganti pakaian, dia menatap pantulan wajah cantiknya di cermin tembaga, sambil membenahi beberapa riasan yang tidak sempurna.
'Di kehidupan yang lalu, keluarga Feng mengalami kehancuran. Mereka di tuduh sebagai pemberontak sehingga mengakibatkan seluruh keluarganya di asingkan. Tuan tua dan tuan besar di eksekusi, nyonya mereka depresi hingga akhirnya bunuh diri, meninggalkan 4 orang anak yang memiliki kemampuan bela diri. Aku akan pergi ke kuil besok, jika perkiraanku tidak meleset, seharusnya akan ada penyergapan di sekitar jalan menuju kuil itu! Kali ini, aku akan menyelamatkan keempat orang Feng bersaudara itu dan menjadikan mereka sebagai orang-orangku!'
Qin Ruyue segera berdiri, setelah menikmati beberapa hidangan lezat, tubuhnya mulai pulih, dia memiliki kekuatan untuk berjalan kembali seperti biasanya.
"Li Mei! Ayo temui ayahku! Aku berencana untuk pergi ke kuil besok dan mempersembahkan dupa." ucap Qin Ruyue.
Li Mei mengikutinya dari belakang, "Nona, anda tidak boleh tergesa-gesa, agar tidak tersandung."
Qin Ruyue terkikik pelan, "Aku tahu, Li Mei. Apakah kau menganggapku seperti anak kecil?"
"Nona, Li Mei tidak berani." jawabnya sambil menunduk, keduanya akhirnya sampai di ruang kerja milik Adipati Zhenbai.
"Ayah! Apakah anda sangat sibuk? Bisakah putrimu datang dan berbicara sebentar?" ucap Qin Ruyue, meskipun dia seorang nona tertua, namun masih harus mengikuti etika, ketika ingin bertemu dengan yang lebih tua.
Adipati Zhenbai menjawab dari dalam ruangan. "Masuklah, Yue'er!"
Dua orang penjaga yang berdiri di depan segera mendorong pintu ruang kerja milik Adipati Zhenbai dan mempersilahkan Qin Ruyue masuk. "Nona!"
Qin Ruyue tersenyum tipis dia berjalan dengan sangat anggun kemudian membungkuk di depan Adipati Zhenbai. "Yue'er telah bertemu dengan ayah."
"Bangunlah! Yue'er, apakah anda membutuhkan sesuatu?" tanya Adipati Zhenbai.
Qin Ruyue menganggukkan kepala, "Ayah, Yue'er berniat untuk mengunjungi kuil besok pagi dan mempersembahkan dupa. Akhir-akhir ini banyak masalah buruk terjadi di dalam kediaman, Yue'er ingin berdoa dan meminta nasehat pada pendeta."
Adipati Zhenbai menganggukkan kepala, "Baiklah, ayah akan mempersiapkan beberapa orang prajurit untuk mengawal mu kesana. Yue'er, akhir-akhir ini ibukota sedikit tidak tenang, anda harus bisa menjaga diri lebih baik."
"Ayah, Yue'er mengerti, anda tidak perlu khawatir." jawab Qin Ruyue, dia tidak menolak tawaran yang di berikan oleh Adipati Zhenbai agar tidak mengundang kecurigaan.
"Yue'er, ada sesuatu yang ingin ayah bicarakan dengan mu!" ucap Adipati Zhenbai sambil menyerahkan sebuah buku kecil pada Qin Ruyue.
Qin Ruyue mengambilnya dengan senang hati, kemudian membaca tulisan yang ada di buku. Wajah cantik itu tiba-tiba saja berubah menjadi hitam, matanya di penuhi dengan aura membunuh yang sangat pekat.
"Ayah telah memerintahkan salah seorang bawahan untuk menyelidiki kecelakaan yang kau alami, orang itu adalah salah satu penjaga kediaman Ran'er. Setelah di tangkap dan di siksa, pria itu masih enggan untuk membuka mulut." ucap Adipati Zhenbai sambil menghela nafas lelah.
"Ayah, aku sudah mengetahuinya, kecelakaan itu berhubungan dengan adik perempuan ku, dia cemburu karena perjodohanku dengan yang mulia pangeran ketiga. Aku juga tahu bahwa mereka telah lama menjalin hubungan dan saling mencintai." ucap Qin Ruyue sambil menundukkan wajahnya.
"Yue'er, ayah telah memerintahkan bawahan untuk mengawasi Ran'er dan tidak membiarkan gadis itu untuk keluar satu langkah pun dari kediamannya. Meskipun ayah tidak menyukai ibunya, tapi Ran'er juga putri kandung ku. Ayah harus bersikap adil terhadap kalian berdua." ucap Adipati Zhenbai.
Qin Ruyue tersenyum tipis, "Tidak apa-apa ayah, aku mengerti kesulitan anda. Tidak perlu menghukum adik kedua, dia hanya bingung sesaat, hingga merencanakan pembunuhan terhadap ku."
"Yue'er!"
"Ayah, sejak ibu meninggal, anda belum mengangkat seorang istri, ada dua selir di rumah ini, anda bisa memilih salah seorang dari mereka." ucap Qin Ruyue.
Adipati Zhenbai mengerutkan dahinya, "Menurutmu, siapa yang lebih pantas?"
"Ayah, selir Hong memiliki temperamen yang sedikit keras, dia juga merupakan selir pertama di rumah ini, sayangnya dia tidak bisa mendidik putri kandungnya sendiri, sehingga memiliki pemikiran buruk terhadap saudaranya. Selir Zhi memiliki temperamen yang sangat lembut, dia juga pandai dalam mengelola keuangan dan sangat berdedikasi. Kedua putri yang di lahirkan nya sopan dan sangat penurut, memperlihatkan didikan yang sangat bagus. Menurut Yue'er, selir Zhi jauh lebih baik untuk dijadikan istri sah dibandingkan dengan selir Hong, dia tidak akan pernah mempermalukan keluarga kita."
Adipati Zhenbai menganggukan kepala, "Ayah telah lama meninggalkan rumah dan tinggal di perbatasan, sehingga kurang mengetahui bagaimana sikap dan sifat yang dimiliki oleh kedua orang wanita itu. Jika menurut Yue'er selir Zhi lebih baik, maka ayah akan mengangkatnya menjadi istri sah."
Qin Ruyue menganggukkan kepala, "Ayah, selir Zhi telah lama tertindas di kediaman ini, dia tidak pernah membalas apa pun yang di katakan oleh selir Hong. Sudah saatnya bagi keluarga kita untuk menebus semua ketidakadilan yang dialaminya selama ini."
"Baik, ayah menyetujuinya." ucap Adipati Zhenbai sambil tertawa.
"Yue'er adalah putri tertua, ayah berharap anda bisa membantu selir Zhi dalam mengelola rumah ini di masa depan."
"Ayah tidak perlu khawatir, Yue'er pasti akan melakukannya dengan baik. Ayah, bukankah anda seharusnya segera memindahkan selir Zhi ke kamar utama? Paviliun yang di tempatinya terlalu kecil dan bobrok, untuk menjadi nyonya Adipati, dia harus memiliki perawatan yang terbaik.''
Adipati Zhenbai menganggukan kepala, dia segera memanggil pelayan untuk membersihkan paviliun mawar dan menjemput selir Zhi untuk pindah. "Berikan sepuluh kain terbaik, tambahkan perhiasan dan juga 10.000 tael perak."
Dalam sekejap, berita itu sampai di telinga selir Hong, dia terlihat sangat marah setelah mengetahuinya. Apalagi alasan Adipati Zhenbai mengangkat selir Zhi sebagai istri sahnya adalah karena permintaan dari Qin Ruyue.
"Jalang kecil itu benar-benar berani menentang ku, lihat saja, aku pasti akan membalasnya.'' ucap selir Hong sambil mengepalkan tangan.
Salah seorang pelayannya berjalan mendekat, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat wajah selir Hong semakin marah. "Apaaa?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!