NovelToon NovelToon

ISTRI KESAYANGAN KING

Lamaran

Kriiiiiiinnnnggggggg

Krrriiiiiiiiiinnnnnggggggg

Bunyi alarm pagi terdengar begitu nyaring dari sebuah kamar dengan nuansa keindahan bawah laut dan langit biru yang cerah. Kamar dengan ranjang besar berbentuk kerang di bagian tengah kamar. Dinding bercat perpaduan warna biru gelap dan pink terang, dengan grafiti keindahan bawah laut.

Lantai yang berbahan dari marmer dengan warna biru gelap, begitu selaras dengan bagian langit-langit kamar yang memiliki corak biru terang dengan awan-awan putih. Kamar dengan tema keindahan laut langit ini di desain langsung oleh si pemilik kamar. Wanita cantik yang merupakan primadona dari keluarga Vogt. Veroya Eiko Vogt.

" Eughhhh.... Berisik sekali sih.. " Veroya merenggangkan ototnya yang kaku setelah tidur panjangnya semalaman. Dia sendiri yang memasang alarm, dia juga yang protes karena harus terbangun di saat dirinya masih mengantuk.

Brak...

Dalam sekali gerakan, Veroya yang biasa disapa Ve ini sudah melemparkan jam wekernya hingga terdengar bunyi nyaring menandakan jika jam weker itu telah hancur.

" Hoooaaaammm... Jam berapa semalam aku tidur? Kok sudah jam segini masih saja mengantuk.. " Gumamnya sembari berusaha untuk mengumpulkan semua nyawanya yang tercecer di alam mimpi.

Veroya duduk di ranjang, mengucek kedua matanya, mencoba mengusir kantuk yang masih betah hinggap di matanya. Susah sekali untuknya membuka kedua matanya lebar. Andai kata dirinya tidak memiliki jadwal yang sangat penting pagi ini, sungguh Veroya berani bersumpah jika dirinya lebih senang untuk kembali tidur dan merajut mimpi bersama dengan pria pujaan hatinya.

" Aku benci hari senin.. " Veroya tak hentinya menggerutu sembari menyeret kakinya untuk masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam walk in closet miliknya. Rasanya memang dirinya butuh sebuah kesegaran untuk bisa menghilangkan kantuk.

Tiga puluh menit mandi dan berendam dengan air hangat yang dicampur dengan aroma therapy, Veroya keluar dari kamar mandinya dan masih mengenakan bathroop berwarna ungu tua. Berjalan sembari melihat ke kanan dan ke kiri, ke bagian lemari pakaian miliknya. Veroya bingung akan mengenakan pakaian seperti apa untuk acara hari ini. Dirinya lupa bertanya pada sang manager apakah ada dreecode khusus dari panitia penyelenggara acara.

" Pakai apa ya?? Perasaan cuma acara untuk bertemu dengan beberapa pengurus panti asuhan. Pastinya nggak perlu pakai dresscode lah. " Gumamnya sembari kedua tangannya sibuk memilah pakaian miliknya.

" Ck.. Kenapa sampai nanya sama Adea sih? " Jadi kesal sendiri kan. Salah siapa juga semalam main nyelonong pulang begitu saja, padahal acara pesta yang diadakan oleh salah satu pengusaha di Jerman, belum usai.

" Bodoh amat lah. Pakai yang ini saja. " Pilihan Veroya jatuh pada sebuah setelah kerja kemeja dan celana panjang.

Kemeja putih dengan model panjang di belakang dengan motif salur berwarna hijau, berlengan panjang dengan kancing di bagian pergelangan tangannya. Dipadukan dengan celana panjang berwarna coklat muda dari bahan sifon yang lembut. Jangan ketinggalan sebuah scarf yang dililitkan oleh Veroya di bagian lehernya. Menambah kesan elegan tapi sederhana, sangat cocok dipakai untuk acara pertemuan dengan beberapa pengurus panti asuhan.

Sekedar Info saja, Veroya ini bekerja sebagai aktivis pembela hal anak-anak dan perempuan, setelah berhasil memperoleh gelar sebagai Miss Germany setahun yang lalu. Awal mulanya Veroya yang merupakan model internasional, mencoba peruntungan mengikuti ajang Miss Germany hingga akhirnya dirinya terpilih.

Setelah masa jabatannya berakhir, Veroya mendapatkan tawaran dari sebuah lembaga masyarakat sebagai aktivis yang memperjuangkan hak anak-anak dan perempuan, mengingat sangat getolnya Veroya menyuarakan hal tersebut saat pemilihan sebagai miss Germany. Kesehatan, pendidikan dan juga program kesetaraan anak serta perlindungan terhadap anak-anak dan perempuan yang masih kurang diperhatikan dalam masyarakat menjadi fokus Veroya.

Memang sangat tidak cocok sekali, untuk seorang putri manja yang ceroboh dan keras kepala seperti dirinya. Tapi Veroya yang memiliki hati selembut sutra, menjadikannya mampu melakoni tugasnya sebagai aktivis untuk anak-anak dan perempuan. Menurutnya, masih banyak anak-anak dan perempuan yang haknya belum mereka dapatkan.

" Guten Morgen Fraulein... Selamat pagi, nona.. " Sapa kepala pelayan yang menyambut turunnya Veroya dari lantai dua.

" Guten Morgen, Claus... Selamat pagi, Claus. " Balas Veroya tak lupa senyum cantiknya.

" Kok sepi? Dimana daddy dan lainnya? " Tanya Veroya yang menjadi orang pertama datang ke meja makan. Padahal biasanya dirinya yang paling akhir turun dari lantai dua, entah kenapa hari ini menjadi yang pertama.

" Tuan dan nyonya memiliki tamu, nona. " Jawab Claus.

Alis Veroya berkerut, merasa aneh di jam sepagi ini kedua orang tuanya sudah mendapatkan tamu, " Memang siapa tamunya? Sampai daddy dan mommy menunda sarapan. "

" Seseorang yang mengatakan dirinya sebagai utusan dari keluarga kerajaan Belgia, nona. " Mulut Veroya menganga.

Ada apa gerangan sampai keluarganya mendapatkan tamu kehormatan dari keluarga kerajaan Belgia. Memang betul sih, keluarga Vogt memang keluarga dari bangsawan Jerman dan termasuk dalam sepuluh anggota Old Money. Tapi untuk mendapatkan kunjungan dari perwakilan keluarga kerajaan kok rasanya aneh sekali.

Veroya menggaruk alisnya, merasa bingung dengan situasi saat ini. Ingin ikut nimbrung menyusul kedua orang tuanya, tapi dirinya sendiri memiliki jadwal penting yang tidak bisa ditunda. Dirinya sudah hampir terlambat, jadi Veroya pun memutuskan sarapan sendiri meninggalkan kedua orang tuanya.

" Dimana Furuya, Claus? " Veroya baru sadar jika kakak kembarnya juga tidak menampakkan batang hidungnya.

" Tuan muda juga ikut bersama tuan dan nyonya besar untuk menemui perwakilan dari keluarga kerajaan Belgia, nona. " Veroya mangut-mangut.

Tanpa menunggu anggota keluarga Vogt lainnya, Veroya memulai acara sarapan dimana menu sarapan pagi ini adalah Pumpernickle atau roti tawar hitam khas Jerman yang ditemani secangkir coklat panas. Rasa gurih dengan sedikit manis yang merupakan rasa dari Pumpernickle ini, menjadi sesuatu yang sedap ketika lidah mencecapnya.

" Ve.. Daddy dan mommy memanggil mu. " Kedatangan Furuya yang tiba-tiba, merusak acara sarapan Veroya.

" Nanti aja lah, aku sarapan dulu. " Veroya menolak secara halus.

" Urgent ini.. Ayo, cepat.. " Furuya mengabaikan ucapan Veroya tadi dan langsung menyeret adik kembarnya itu untuk ikut dengannya menemui kedua orang tua mereka.

" Eh.. Eh.. Eh.. Ini apa-apaan ya.. Lepas nggak. " Pekik Veroya kesal sekali. Tapi beberapa saat kemudian, Veroya langsung mengunci rapat bibirnya ketika melihat tamu yang dibicarakan oleh Claus tadi.

" Sini, sayang.. Duduk dulu. " Hanabi, mommy dari Veroya menepuk pelan sisi sampingnya.

" Ada apa, mom? " Veroya berbisik lirih, agar tidak didengar oleh tamu yang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.

" Beliau ini perwakilan dari kerajaan Belgia, Ve.. " Earnest memperkenalkan tamunya.

" Saya Dietrich, nona Veroya.. Saya merupakan perwakilan dari keluarga kerajaan Belgia yang mana pada kesempatan kali ini, tujuan saya datang kemari adalah untuk mengantarkan sebuah tawaran pernikahan dari pangeran Delmian untuk anda, nona Veroya. " Ujar pria bernama Dietrich.

Veroya tidak berkomentar apapun. Dirinya terkejut bukan main karena mendapatkan lamaran dari seorang pangeran dari kerajaan Belgia. Mata Veroya berkedip-kedip lucu sekali, hampir saja Furuya tertawa melihat tingkah adiknya itu, untung saja masih bisa ditahan karena mengingat nilai kesopanan.

" Tawaran pernikahan? Untuk saya? Dengan siapa tadi? " Tanya Veroya beruntun.

" Benar sekali, nona.. Anda adalah gadis yang beruntung karena telah mendapatkan perhatian khusus dari Yang Mulia pangeran Delmian. " Tutur Dietrich terlihat sangat bangga.

" Beruntung kata anda?? Beruntung apanya? Pangeran dengan banyak skandal itu melamar ku dan anda mengatakan aku beruntung. Oh God, lebih baik aku menjadi perawan tua saja daripada bersama dengan pangeran siapa itu tadi namanya.. " Mulut Earnest, Hanabi, Furuya dan Dietrich langsung menganga mendengar ucapan Veroya yang terkesan berani itu.

" Jangan mengada-ada ya, sampaikan pada pangeran siapa itu tadi.. Bahwa Veroya menolak lamarannya. " Setelah Veroya mengatakan hal itu, dirinya langsung berlalu pergi begitu saja.

Berada di sana lebih lama lagi bisa membuat dirinya menjadi tidak waras. Makanya dirinya memilih pergi saja, karena dirasa Adea sudah menjemput dirinya. Sudah tidak lagi mood jika Veroya melanjutkan sarapan nya yang tertunda karena tamu aneh keluarganya pagi ini.

" Mimpi apa aku semalam, dilamar pangeran?? " Veroya geleng kepala.

Sudah ku duga

Earnest hanya bisa nyengir saja, melihat tingkah putri kesayangannya itu. Cukup merasa tidak enak pada Dietrich karena tingkah Veroya bisa dianggap tidak sopan. Tapi jika benar ucapan Veroya tentang kepribadian dari pangeran Delmian, mana sebagai daddy Veroya, Earnest patut untuk kembali pikirkan tentang tawaran pernikahan dari Kerajaan Belgia ini.

Kesibukan di kantor dan sebagai kepala keluarga Vogt, membuat Earnest jarang sekali mengikuti perkembangan gosip-gosip diluar sana. Jadi ketika putri nya berucap seperti itu, patut untuk Earnest selidiki. Jangan sampai dirinya salah memulihkan jodoh untuk putri kesayangannya dan berakibat masa depan putrinya menjadi hancur.

" Tuan Dietrich, saya mohon maaf atas nama putri saya. " Earnest tersenyum canggung.

" Tidak menjadi soal, tuan Vogt. Mungkin karena minimnya interaksi antara yang mulia pangeran dengan nona Vogt, hingga akhirnya timbul kesalahpahaman seperti ini. " Dietrich tersenyum kecut.

" Begini saja, bagaimana jika antara keluarga Vogt dan juga yang mulia pangeran Delmian bertemu dan melakukan makan malam bersama. Mungkin dengan begitu, nona Vogt dan yang mulia pangeran bisa saling bertemu dan berbincang-bincang. Siapa tahu saja nona Vogt bisa merubah stigma yang terlanjur dia tanamkan di kepala mengenai pribadi yang mulia. " Dietrich mencoba memberi penawaran. Pulang dengan tangan kosong juga bukan pilihan yang baik untuknya.

" Kalau memang harus seperti itu, anda atur saja kapan bisa direalisasikan maksud anda tersebut. Tapi disini perlu saya tekankan, jika semua keputusan berada di tangan putri saya. Apapun keputusan putri saya nanti, saya harap pihak anda bisa menerimanya dengan lapang dada. " Tutur Earnest yang secara tidak tersirat tidak begitu setuju dengan penawaran dari pihak keluarga kerajaan Belgia ini.

" Tentu saja, tuan Vogt.. Anda tidak perlu khawatir. "

Earnest dan Hanabi mengantarkan tamu mereka hingga pintu utama mansion, sebagai bentuk kesopanan. Bagaimana pun juga, tamu mereka ini adalah perwakilan dari keluarga kerajaan. Sebisa mungkin Earnest ingin nama baik keluarga mereka terjaga.

" Pokonya daddy tidak boleh memaksakan masalah ini pada Ve.. Apapun keputusan putri kita, harus daddy dukung. " Hanabi sudah langsung mengultimatum sang suami.

" Iya, mom.. daddy juga tidak ingin putri kesayangan daddy hidup menderita. " Earnest memahami maksud dari sang istri.

" Fu.. Coba kau selidiki tentang pangeran Delmian itu. " pinta Earnest pada sang putra.

" Kenapa? Daddy tidak percaya ucapan Ve? " tanya Furuya.

" Bukan tidak percaya. Daddy hanya ingin berjaga-jaga andai kata pihak mereka memaksakan kehendak pada Ve. Daddy harus memiliki senjata untuk melawan mereka, bukan. " Furuya mengangguk paham.

*

*

*

Semua kegiatan Veroya sebagai seorang aktivis telah usai setelah jam makan malam. Memang melelahkan, tapi Veroya senang melakoni perannya ini. Baginya, bisa melihat anak-anak dan perempuan bisa memperoleh hak mereka, merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa untuk seorang Veroya.

Karena moodnya masih belum kunjung membaik pasca datangnya tawaran pernikahan dari kerajaan Belgia tadi, Veroya memilih membelokkan mobilnya menuju ke sebuah club malam yang paling bergengsi di Berlin. Veroya butuh hiburan untuk mengembalikan moodnya. Satu-satunya cara yang paling ampuh untuk mengembalikan moodnya adalah menikmati dunia malam.

Suara bising di club malam dan juga sebotol champagne, adalah perpaduan yang sempurna sebagai mood boosterVeroya agar kembali membaik. Butuh mood yang sempurna untuk menyelesaikan pekerjaannya karena Veroya cukup kurang pandai menutupi isi hatinya. Hari ini saja sudah beberapa kali terlihat dirinya menampilkan wajah kesal dan cemberut. Untung masih bisa diantisipasi oleh Adea, selaku managernya.

" Berikan pada ku champagne yang kadar alkoholnya rendah, ya. " pinta Veroya pada seorang bartender yang sudah cukup dia kenal saking seringnya dirinya berada di club ini.

" Sedang badmood, ya? " bartender bernama Nick itu meletakan sebotol champagne pesanan Veroya dan juga gelas kecil tepat di depan pelanggan VVIP nya itu.

" Begitulah.. " Veroya langsung menuang Champagne ke dalam gelasnya dan meminum langsung dalam sekali teguk.

" Aaahhhh... Rasanya nikmat sekali. "

" Kau hanya akan kemari jika sedang badmood saja. " ucap Nick sembari terkekeh kecil melihat Veroya.

" Hm.. " Veroya hanya berdehem menanggapi obrolan dari Nick.

" Baiklah.. Selamat menikmati. Aku masih harus melayani yang lain. " Veroya mengangguk.

Niatnya memang tidak ingin mabuk, karena itu dia memesan champagne dengan kadar alkohol yang rendah. Veroya hanya ingin mengembalikan moodnya saja. Sebotol champagne dan hingar bingar suara musik di club ini, membuat dirinya lupa sejenak akan apa yang membuat moodnya berantakan seharian ini.

Settt..

" Hei.. Apa yang kau laku....? " protes yang hendak Veroya lancarkan, langsung terhenti begitu matanya melihat sosok yang telah merampas gelas minumnya.

" Kau sudah mabuk, jadi hentikan. " Veroya memutar bola matanya malas.

" Aku masih sangat sadar ya. Baru juga setengah botol yang aku habiskan." protesnya.

" Kenapa malam-malam begini kau masih berkeliaran disini? "

" Dih, bahasanya.. Berkeliaran.. Memangnya aku kucing liar. "

" Lalu? Apa namanya jika bukan berkeliaran? Sudah hampir tengah malam, kau yang seorang perempuan malah menyambangi club malam seperti ini."

Bibir Veroya komat kamit menirukan ucapan dari sosok yang telah mengganggu dirinya itu. Sosok yang sangat menyebalkan, sekaligus sosok yang selama belasan tahun ini menjadi pemilik hatinya. Sayang seribu sayang, perasaannya untuk sosok ini tidak pernah berbalas.

" Ck.. Jangan mengganggu ku, King. Pergilah sana, selesaikan urusan mu. Aku sedang dalam mood yang buruk saat ini. " Veroya terlihat kesal. Hal yang sangat jarang terjadi pada saat dirinya bertemu dengan King.

Alis Griffin terangkat sebelah, menurutnya Veroya saat ini terlihat lain dari biasanya, " Apa yang membuat mood mu jelek? " tanya Griffin penasaran.

" Pagi ini aku mendapatkan lamaran dari seorang pangeran dari kerajaan Belgia. " Veroya mulai bercerita.

" Lalu? Bukankah bagus. Mimpi mu untuk menjadi seorang princess akan segera terwujud kan. " Veroya menggeleng tak setuju.

" Aku tidak ingin menjadi seorang princess, King. Aku ingin menjadi mermaid. " ralat Veroya.

" Yang kemudian menjadi buih demi berkorban untuk pangeran yang tidak mengingatnya? Kau bodoh ya. " ejek Griffin kesal sendiri.

Veroye memberengut, selalu dan selalu dirinya dikatakan bodoh oleh pria satu ini. Padahal berulang kali Veroya mengatakan bahwa dirinya itu sebenarnya pintar, hanya saja memang berpikirnya yang lama karena kecepatan otaknya dalam mengolah informasi tak lebih cepat dari cara jalannya siput.

" Jika kau hanya ingin mengatai ku dan mengejek ku, lebih baik pergi saja sana. Aku malas meladeni mu. "

Tumben...

Begitulah kiranya yang terlintas dalam benak Griffin. Sepertinya permasalahan yang dihadapi Veroya saat ini tidak sesederhana kelihatannya.

" Jika kau tidak mau kan bisa ditolak saja. Apa susahnya coba? " Veroya melirik malas. Hendak kembali menenggak Champagne miliknya, tapi sudah keburu diminum Griffin bahkan langsung dari botolnya.

" Hei.. Kau itu... " Veroya kehabisan kata-kata.

" Tidak semudah yang kau pikir. Mereka keluarga kerajaan. Andai saja aku menolak, aku harus memiliki alasan yang kuat dimana mereka bisa menerima alasan ku tanpa mendebat. " Benar juga. Tidak Griffin sangka jika Veroya cukup pintar membaca situasi.

" Katakan saja kau sudah punya calon sendiri. " Celetuk Griffin.

" Tapi aku tidak punya, King.. Bagaimana kalau mereka menanyakan siapa calon ku? "

" Eh.. Tunggu dulu.. "

" Apa? " Perasaan Griffin tidak enak saat ini. Haruskah dirinya kabur saja, meninggalkan Veroya. Kenapa juga dia tadi menghampiri wanita aneh teman baik saudari kembarnya ini.

" Hehe.. " Dari gelagatnya, bisa dibaca jika saat ini Veroya nampak merencanakan sesuatu yang buruk untuk Griffin.

" Apa? Jangan aneh-aneh, Ve. " Griffin memperingatkan.

" Tidak aneh-aneh kok.. Hanya... Ehmmm, bagaimana jika aku mengatakan kau adalah calon ku. Dengan begitu, pangeran penuh skandal itu akan mundur teratur.. Bagaimana? " Veroya menaik turunkan alisnya.

' Sudah kuduga.. ' batin Griffin.

Sepertinya aku sudah gila

Griffin menatap aneh veroya yang duduk di sampingnya. Perasaan tak enaknya itu terbukti dengan keinginan Veroya yang menjadikannya kambing hitam untuk melarikan diri dari tawaran pernikahan dari keluarga kerajaan Belgia yang datang padanya.

Untuk ukuran Veroya yang tidak bisa dikatakan pandai, idenya ini cerdik juga. Secara Griffin memiliki semua syarat-syarat untuk disandingkan dengan pangeran dari kerajaan Belgia itu. Dan barang pasti, kedua orang tua Veroya akan langsung setuju mengingat hubungan kedua keluarga yang memang sudah dekat sejak dahulu kala.

" Kau mabuk, ya? " Veroya memutar bola matanya.

" Aku hanya meminum setengah botol saja, sisanya kau yang menghabiskan jadi bagaimana bisa kau bertanya apakah aku mabuk? Jangan-jangan disini kau lah yang mabuk. " ujar Veroya sewot.

" Lalu kenapa kau bicara omong kosong seperti itu. Jelas kau tahu kita berdua sangat tidak cocok. " Veroya berdecak.

Yang membuat keduanya terlihat tidak cocok sebenarnya hanya karena perlakuan Griffin yang terlihat anti sekali di dekat Veroya. Alasan Griffin karena Veroya itu tidak pandai, padahal tidak begitu juga. Buktinya saat ini mereka berdua bisa duduk bersama tanpa adanya perdebatan seperti sebelum-sebelumnya.

Padahal tanpa Veroya ketahui, sebenarnya Griffin sejak tadi sudah menahan dirinya sekuat tenaga untuk tidak mengatai Veroya seperti kebiasaannya. Melihat Veroya yang sedang dilema, membuat Griffin iba. Bagaimana pun juga, Veroya itu adalah adik dari sahabat baiknya sekaligus sahabat dari Fayre, kakak kembarnya.

Griffin jelas tidak mau jika nanti, Fayre menyalahkan dirinya jika mendapati Griffin yang abai ketika melihat Veroya yang berada di club malam dan tengah mabuk. Bahaya jika ada pria mesum yang mengganggu Veroya. Meski minus di bagian otaknya, tapi Griffin akui jika Veroya ini memiliki paras yang cantik dan juga memiliki bentuk tubuh yang menggoda.

" Ini bukan omong kosong, King.. " Veroya membantah.

" Aku dengar-dengar, kau berencana untuk kembali membesarkan nama Cassano. Bukankah dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku, jalan mu untuk mewujudkan hal itu akan semakin mudah. " tidak Griffin sangka jika Veroya bisa berpikir ke arah sana. Dia jadi sedikit tertarik dengan pembahasan ini.

" Aku memiliki bibit, bebet dan bobot yang baik. Latar belakang keluarga ku juga bagus, Vogt adalah keluarga bangsawan Jerman dan termasuk dalam keluarga Old Money. Paras ku cantik dan image ku di masyarakat sangat positif.. Apa kurangnya coba? " ujar Veroya membanggakan dirinya.

" Minus di otak, Ve.. " Veroya melirik sinis.

" Sudah aku katakan berulang kali, aku itu pintar, King. Hanya saja sedikit lambat jika berpikir. " Griffin gantian memutar bola matanya malas. Mana ada pintar tapi lambat dalam berpikir.

" Cari saja orang lain. Aku sama sekali tidak tertarik dengan usulan mu itu. Bagi ku sebuah pernikahan itu sakral. Jadi aku tidak membenarkan tujuan pernikahan yang didasari sebuah bisnis. " Griffin menolak dengan tegas, membuat Veroya kecewa.

" Aku antar kau pulang sekarang !! "

Meski kesal dengan keputusan Griffin, tapi Veroya tidak menolak saat Griffin menawarinya tumpangan. Kapan lagi dirinya bisa berada satu mobil dengan Griffin. Jika ada kesempatan seperti ini, tentu saja Veroya tidak akan menolak. Meski sikap Griffin terkesan dingin padanya dan mulutnya itu sangat tajam, tapi Veroya tetap mencintai pria ini.

Ya...

Sebuah perasaan cinta yang bertepuk sebelah tangan dan Veroya telah menjalaninya selama hampir seumur hidupnya. Cinta pada pandangan pertama, cinta monyetnya, nyatanya bertahan meski waktu telah berlalu dan jarak yang terbentang di antara mereka.

*

*

*

Waktu yang ditentukan untuk acara makan malam dengan keluarga kerajaan Belgia yang disini diwakili oleh pangeran Delmian sudah semakin dekat. Tak terasa, acara akan berlangsung besok dan Veroya masih belum mendapatkan jalan keluar untuk menolak tawaran pernikahan ini.

Jika hanya menolak dengan alasan belum siap menikah, Veroya yakin jika nanti keluarga kerajaan Belgia akan menyarankan jika dirinya dan pangeran Delmian bertunangan terlebih dahulu. Apabila itu terjadi, sama saja dengan Veroya yang tidak akan bisa menolak karena sudah terikat dengan pangeran Theodore.

Bukan tanpa sebab veroya menolak tawaran yang menggiurkan ini sedangkan jika wanita lain yang mendapatkan tawaran ini pastilah langsung mereka terima. Veroya pernah memiliki teman sesama model yang pernah terlibat skandal dengan pangeran Delmian. Dari temannya inilah, Veroya tahu jika pangeran Delmian adalah seorang cassanova.

Pangeran Delmian tidak bisa hidup dan bertahan dengan satu wanita saja. Tidak juga menyukai sebuah hubungan yang rumit dan mengikat seperti pernikahan. Lalu seorang pria yang memiliki kelakuan dan pola pikir seperti itu melamar dirinya, pantas saja kan jika Veroya menolak.

Dia tidak ingin mengadaikan kebahagiaannya pada seorang pria yang jelas-jelas hanya akan menjadi sumber rasa sakit untuknya. Veroya anti memiliki atau terlibat dengan hubungan toxic seperti itu. Terlalu sayang jika dirinya berakhir menjadi wanita yang tersakiti.

" Jika tidak ada yang bisa aku mintai tolong, terpaksa aku akan meminta tolong pada orang itu saja. Aku yakin dia pasti mau menolong ku. " gumam Veroya sembari memainkan ponsel di tangannya hendak menghubungi seseorang yang pastinya mampu membawanya keluar dari situasi ini.

" Ck... Lagian kenapa King itu sok jual mahal sekali sih. Pakai acara menolak lagi, padahal aku sudah membuang harga diri ku untuk mengajaknya saat itu. " gerutu Veroya kesal ketika mengingat penolakan Griffin.

" Mengaku jenius, tapi tidak bisa membaca peluang yang ada.. Jenius darimananya coba? "

Akhirnya jalan alternatif terakhir dipilih oleh Veroya. Dia langsung menghubungi seseorang yang pastinya akan dengan senang hati membantunya. Toh selama ini memang orang inilah yang selalu menjadi penyelamatnya.

Andai kata Veroya bertemu orang ini terlebih dahulu dibanding Griffin, sudah barang pasti Veroya akan jatuh cinta pada orang ini alih-alih pada Griffin yang menyebalkan itu. Orang ini tak kalah tampan dan kaya, bahkan kepribadiannya yang lembut selalu membuat Veroya merasa jika dia begitu disayangi.

*

*

*

Setelah pertemuannya dengan Veroya malam itu di club malam, keesokan harinya Griffin langsung kembali terbang ke Milan. Urusannya memang sudah selesai, dan malam itu dirinya sengaja pergi ke club untuk melepaskan penat dan lelah karena pekerjaannya. Siapa sangka dirinya bertemu dengan Veroya dan obrolan mereka malam itu terus terngiang di kepalanya.

Bohong jika Griffin tidak tertarik usulan gila dari Veroya. Usulan itu memang sangat menggiurkan apalagi jika berhubungan dengan niatnya untuk mengembalikan nama besar keluarga Cassano. dari semua wanita pilihan, Veroya berada di posisi tertinggi. Tapi yang menjadi kendalanya disini adalah bayangan Griffin tentang bagaimana pernikahannya dengan Veroya nanti.

Veroya itu gadis yang manja, ceroboh, susah diatur dan menyebalkan. Belum lagi cerewet dan tidak tahu malu. Selama ini jika keduanya bertemu, selalu saja terjadi perdebatan yang berujung pada pertengkaran. Jika keduanya menikah, hal ini akan dialami oleh Griffin sepanjang hari. Membayangkannya saja, Griffin ngeri sendiri.

" Hiiiii... Bisa cepat mati aku kalau bersamanya. " gumam Griffin bergidik ngeri.

" Siapa yang cepat mati? " Griffin terkejut mendapatkan kunjungan mendadak dari salah satu sepupunya.

" Kapan kau datang? " tanya Griffin basa basi.

" Sejak kau bergumam sendiri. Apa ada masalah? " Griffin menggeleng. Malas membahas apa yang tengah dia pikirkan.

" Ada apa kau tiba-tiba datang kemari? Tidak biasanya. " Griffin membetulkan posisi duduknya siap mendengarkan maksud kedatangan sepupunya ini

" Apa kau tahu kalau Ve mendapatkan lamaran dari salah satu keluarga kerajaan? " Griffin terkejut, tapi sedetik kemudian dia mengangguk.

" Jika kau mengetahuinya, lalu kenapa dia meminta tolong pada ku untuk datang dan mengaku sebagai kekasihnya untuk menggagalkan lamaran itu? " tanya sepupu Griffin heran.

Griffin mengendikkan bahunya, " Entahlah. " jawabnya malas.

" Kau atau aku yang datang? Karena jika aku yang datang pastinya untuk kelanjutannya paman dan bibi pasti meminta aku segera menikahi Ve.. Kau sungguh tidak apa tentang hal itu? "

Degh....

Jantung Griffin terasa perih seperti tertusuk sebuah pisau. Entah kenapa ucapan sepupunya tentang pernikahan yang bisa saja terjadi antara sepupunya itu dengan Veroya, membuat dirinya merasakan sakit yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Griffin tidak suka mendengar hal itu, tapi apa alasan ketidaksukaannya, sama sekali dirinya tidak menemukan alasan untuk hal itu.

' Kenapa dengan diri ku? Sepertinya aku sudah gila..' batinnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!