TRIRIRING!.. TRIRIRING!
Suara dering telepon berbunyi di pagi hari, yang membuat Yigon terbangun dari tidurnya dengan terpaksa.
"Aku libur sekarang! Biarkan ku beristirahat sebentar Linnon!" Bentak Yigon kepada pria yang menelpon nya.
"Maaf menganggu istirahatmu itu Tuan Muda! Tapi sekarang ada hal yang lebih mendesak dibandingkan dengan beristirahat. Anda harus pergi ke rumah sakit, karena pak Presdir tiba-tiba jatuh pingsan!" Jelas pria yang bernama Linnon, yang merupakan bawahan pribadinya Yigon sekaligus sekretaris direktur di perusahaan nya.
Begitu mendengar kabar tersebut, Yigon terlihat sangat terkejut dan bergegas untuk mempersiapkan diri pergi ke rumah sakit kota. Dia sangat khawatir begitu mendengar kabar ayahnya yang tiba-tiba sakit, karena sebelumnya tidak pernah sakit sekalipun.
Dan kalaupun sakit, si ayah yang bernama Garon pasti cuma memanggil dokter ke rumahnya yang hanya meresepkan sebuah obat untuk penyakitnya.
Mendengar ayahnya sakit hingga masuk rumah sakit, Yigon tidak bisa tenang dan langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat ayahnya di rawat.
......................
Di sisi lain, Garon sedang di periksa oleh dokter di rumah sakit. Karena tadi darahnya sudah di ambil dan dilakukan pengecekan, ternyata Garon hanya mengalami demam tipes. Dia hanya butuh istirahat dan tidak terlalu stres memikirkan pekerjaan.
Tapi Garon memiliki rencana lain, dia berencana untuk melakukan prank kepada anaknya. Garon bekerja sama dengan si dokter untuk memberitahu anaknya, kalau dia sedang mengalami sakit yang sangat parah.
Pria paruh baya itu juga sudah bekerja sama dengan Linnon, sektretaris Yigon yang sangat di percaya. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Linnon berperan sebagai pembawa berita yang membuat Yigon terkejut.
Garon menjalankan rencana untuk membohongi anaknya karena sampai sekarang Yigon masih belum memiliki calon istri. Dia sangat ingin menggendong cucu dan berencana untuk pensiun setelah salah satu dari anaknya menikah.
Dan yang paling cukup umur untuk menikah hanyalah anak sulungnya, yaitu Yigon yang kini sudah berumur 28 tahun. Maka dari itu, Garon merencanakan hal itu untuk mendorong anaknya agar segera memikirkan pernikahan.
Setelah istrinya meninggal 8 tahun yang lalu, Garon selalu merasa kesepian tinggal di rumah sendirian. Kedua anak laki-lakinya semuanya sibuk dengan pekerjaannya, sehingga Garon berfikir jika dia memiliki seorang cucu, maka dia tidak akan merasakan kesepian lagi.
......................
Begitu sampai di rumah sakit yang dituju, dengan tergesa-gesa Yigon memasuki lobi rumah sakit dan menghampiri pekerja di resepsionis.
"Selamat pagi bapak, ada yang bisa kami bantu? Anda terlihat kebingungan dan tergesa-gesa." Sapa salah satu pegawai rumah sakit.
"Garon! Dimana Garon Moera di rawat?" Tanya Yigon masih tergesa-gesa.
"Tenang pak, pasien atas nama Garon Moera ada di kamar IIA ya pak. Tinggal lurus saja ke sana, kemudian belok kiri ya" jelas si pegawai dengan sangat ramah.
"Terimakasih" kata Yigon begitu selesai mendapatkan informasi. Tanpa banyak berbasa-basi, Yigon langsung bergegas mencari kamar ayahnya yang sudah ditunjukkan oleh si pegawai.
"Eh kau lihat? Gilaa! Ganteng banget cuy!" Kata pegawai yang baru saja berbicara dengan Yigon.
"Tauu, dia anaknya Garon Moera pemilik Car Company kan? Harga satu mobilnya saja sekitaran 2 miliaran, kalau beli rumah kayak rumahku itu, keknya dapet 3 rumah deh. Aku penasaran dengan kekayaan nya, seberapa kaya sih putra dari seorang Garon Moera?" Kata temannya.
"Rill astaga! Aku penasaran dengan calon istrinya di masa depan, siapa sih wanita yang beruntung mendapatkan cinta dari anak tajir seperti nya?" Sahut pegawai itu lagi.
Karena sedang sepi, mereka malah sibuk membicarakan Yigon yang merupakan putra sulung dari seorang pembisnis kaya raya.
......................
Kembali pada Yigon yang sudah sampai di depan kamar rawat ayahnya. Dia berpapasan dengan dokter yang baru saja memeriksa Garon di dalam.
"Permisi dok! Apa anda baru saja memeriksa pasien atas nama Garon Moera?" Tanya Yigon cemas.
"Benar, apa anda putra beliau?" Tanya si dokter meyakinkan.
"Iya saya Yigon, putra sulungnya. Bagaimana keadaan ayah saya dok? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Yigon kepada si dokter.
Si dokter yang sudah bekerja sama dengan Garon pun memulai aktingnya untuk ngeprank Yigon. Dengan wajah yang serius, sambil berdecak dokter itu berkata,
"Waduh, ini akibat dari penyakit yang selama ini tuan Garon abaikan, kini penyakit itu menumpuk dan bersatu untuk menyerang daya tahan tubuh Tuan Garon. Sakit kepala, demam, batuk, pilek, pusing-pusing yang sering beliau tahan kini telah tumbuh menjadi sebuah penyakit yang sangat ganas." Kata si dokter sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mendengar jika penyakit ayahnya sangat berat, Yigon pun tidak bisa menyembunyikan ekspresi cemasnya. Dia mendesak si dokter agar menyebutkan nama penyakit yang di derita ayahnya.
Namun si dokter tidak memberitahukannya kepada Yigon, dengan mengatakan jika Garon lah yang menyuruhnya merahasiakan hal itu. Merasa kecewa dengan si dokter, Yigon langsung masuk ke dalam ruang inap ayahnya.
Saat mendengar anaknya membuka pintu ruangan, dengan cepat Garon memejamkan matanya dan berpura-pura sedang tertidur lemas di atas kasur.
Melihat kabel infus di tangan ayahnya, Yigon langsung datang menghampiri dan menggenggam lembut tangan ayah kesayangannya itu. Dia sadar begitu melihat wajah ayahnya yang kian menua dan mulai berkeriput.
"Ayah, aku datang." Kata Yigon mencium kening ayahnya.
Pria baik dan lembut itu pun terus mengelus tangan ayahnya dan menatap sedih ke arah Garon yang masih pura-pura tertidur. Sambil menunggu ayahnya tersadar, Yigon mengupas apel yang tersedia di atas meja.
Menyadari Yigon sedang fokus mengupas apel, Garon pura-pura terbangun lemah kemudian memanggil lembut putra sulungnya itu.
"Nak..." Kata Garon dengan nada sedikit merintih-rintih ringan.
"Iya ayah? Ayah sudah bangun? Bagaimana? Apa ada yang sakit?" Yigon langsung memberikan pertanyaan beruntun kepada ayahnya.
"Nak... Uhuk-uhuk! Ada yang ingin ayah minta darimu.. Mungkin umur ayah sudah tak lama lagi..." Kata Garon lirih.
"Katakan! Aku akan mengabulkan apapun keinginanmu ayah, semasih itu bisa dilakukan olehku. Jangan khawatir ayah! Katakan saja aja apa yang ayah inginkan dariku?" Tanya Yigon serius.
"Nak, apa kau sudah makan?" Tanya Garon yang kini lancar.
"Belum, aku belum sempat sarapan karena terburu-buru untuk melihatmu. Apa ada makanan yang ayah inginkan? Ayah kan bisa menyuruh atau memesannya langsung dari- ah tidak, apa ayah ingin kita makan bersama? Sudah lama kita tidak makan sekeluarga, bagaimana jika aku memanggil Rimon untuk memasakkan makanan kesukaan ayah?" Tanya Yigon yang membuat Garon ingin segera memukulnya.
"Tidak bukan itu nak... Ayah hanya ingin melihat seorang cucu... Uhuk-uhuk! A-apa kau sudah memiliki pacar? Segeralah menikah nak! Uhuk-uhuk! Ayah hanya ingin satu hal itu darimu, ayah akan mati dengan tenang setelah melihatmu bahagia bersama keluarga kecilmu nanti." Kata Garon yang setiap berbicara selalu diiringi dengan batuk agar Yigon makin cemas akan keadaan nya.
Yigon pun tersentak diam begitu mendengar permintaan terakhir ayahnya itu. Dia bingung mau menikah dengan siapa karena selama ini dia selalu menolak kehadiran seorang wanita yang mencoba mendekatinya.
Sekarang, apa yang harus Yigon lakukan?
Sementara itu ditempat lain, seorang gadis SMA yang bernama Fairy sedang sibuk memilih-milih pakaian yang akan ia kenakan di hari itu.
Di hari liburnya itu, dia berencana menemui kakaknya yang bernama Hiden. Hiden merupakan seorang dokter bedah muda jenius yang kini bekerja di rumah sakit kota, tempat Garon di rawat.
"Bibikk!" Teriak Fairy begitu tidak menemukan pakaian yang disukainya.
"Iya Non? Ada apa?" Tanya si bibik Anna yang merupakan pembantu di rumah itu. Dengan membawa sapu bulu si bibik naik ke atas menghampiri Fairy yang selalu suka teriak-teriak.
"Mama papa, kapan pulangnya?" Tanya Fairy yang ternyata sudah cukup sering ditinggal pergi bekerja oleh kedua orang tuanya.
"Entahlah Non, waktu itu saya dengar kalau Tuan dan Nyonya akan pulang setelah toko cabang di kota S selesai di bangun." Sahut bibi Anna yang merasa iba melihat Nona nya merasa kesepian.
"Baiklah, kalau begitu sekarang aku akan pergi menemui Hiden ke rumah sakit, aku akan meminta ijin bermain ke rumah temanku hari ini." Kata Fairy yang bergegas pergi menuju rumah sakit kota, tempat kakaknya bekerja.
Pak supir sudah menunggu di depan rumah dan sudah siap untuk mengantar Fairy pergi menemui Hiden di rumah sakit.
"Tidak ada yang ketinggalan kan Non?" Tanya si bibik.
"Kayaknya sih ngga ada, aku berangkat ya bik. Dadah~" Kata Fairy sembari melambaikan tangannya masuk ke dalam mobil.
...
Kembali pada Yigon yang masih tertegun setelah mendapatkan permintaan mendadak dari si ayah. Dia tidak pernah menyangka ternyata ayahnya selama ini menginginkan dirinya menikah.
Yigon masih sibuk berfikir, jika dia menolak permintaan ayahnya yang terakhir itu, mungkin dia akan menyesalinya seumur hidup. Tapi jika dia mengiyakan permintaan mendadak ayahnya itu, dia tidak tau harus menikah dengan siapa.
"Haha itu permintaan yang sangat mendadak dan cukup mengejutkan ya yah. Ayah tau kalau aku sedang tidak memiliki pacar sekarang, dengan siapa aku harus menikah?" Yigon cengengesan dan terus mengeluhkan permintaan ayahnya itu.
"Iya.. ayah tidak akan memaksamu, setidaknya carilah perempuan yang bisa menjadi pasanganmu dimasa depan. Walau belum sampai menikah, ayah akan bahagia begitu melihatmu sudah ada kemajuan. Karena ayah curiga jika dirimu menyukai sesama pria." Kata Garon yang membuat Yigon terkejut lagi.
"Bagaimana bisa ayah berfikir seperti itu? Aku normal! Hanya saja... Itu sulit, aku-"
"Cukup! Ayah menyesal karena telah mengatakan permintaan yang tidak bisa kau penuhi. Ayah lelah, keluar!" Kata Garon berpura-pura ngambek. Dia menyuruh Yigon keluar dengan sebuah bentakan.
Yigon yang merasa bersalah pun hendak membujuk ayahnya yang merajuk. Tapi dia tidak mau menganggu ayahnya, dia keluar dari ruangan dan terduduk diam di kursi tunggu depan kamar inap ayahnya.
...----------------...
Di sisi lain, kini Fairy sudah sampai di rumah sakit kota. Dia segera masuk ke lobi dan bertemu dengan resepsionis, karena sudah sering kesana dia diijinkan langsung pergi ke ruangan kakaknya.
TOK! TOK! TOK!
Fairy mengetuk pintu depan ruangan kakaknya.
"Masuk!" Terdengar suara Hiden dari dalam.
Dengan perlahan Fairy membuka pintu, dan berjalan mendekati Hiden yang sedang sibuk membaca dokumen-dokumen penting tentang pasien yang akan ia tangani.
Tanpa melihat ke arah orang yang baru saja memasuki ruangannya, Hiden mengira kalau itu adalah perawat yang bertugas mendampinginya.
"Ada apa?" Tanya Hiden.
"Kakak!" Panggil Fairy yang membuat Hiden seketika melihat ke arahnya.
Hiden tidak terkejut begitu melihat Fairy sudah berada di ruangannya, karena Hiden sudah cukup sering dikunjungi oleh adik kesayangan nya itu.
"Sudah makan?" Tanya Hiden ketika pertama kali melihat wajah adik perempuannya.
"Sudah. Hari ini aku bakal pergi ke rumah temen, boleh ya?" Rayu Fairy memperlihatkan wajah imutnya yang manis. Tapi sedikitpun Hiden tidak menanggapi permintaan itu.
"Kemarilah! Nih makan dulu!" Kata Hiden.
Dia menarik tangan adiknya dan membuat gadis itu duduk di pangkuannya. Dia mengeluarkan sekotak sushi yang dia ambil dari dalam laci meja nya. Hiden memaksa adiknya untuk memakan sushi itu terlebih dahulu, sebelum pergi bermain.
"Ga mau! Aku sudah kenyang!" Rengek Fairy yang terus di paksa oleh Hiden.
"Makan atau ku cepu-in ke ayah?" Ancam Hiden kepada adiknya.
Mendengar ancaman itu, Fairy langsung buru-buru menelan sushi yang telah ia makan. Fairy sangat takut kalau Hiden mulai buka suara di depan ayah mereka. Karena Hiden suka melebih-lebihkan cerita tentangnya, dan yang mengesalkan adalah, ayahnya lebih mempercayai Hiden daripada dirinya.
...----------------...
Di depan rumah sakit, seorang lelaki yang merupakan putra kedua Garon Moera datang menjenguk ayahnya. Laki-laki itu bernama Rimon Moera.
Sama halnya dengan Yigon, Rimon merasa sangat terkejut begitu mendengar kabar ayahnya masuk rumah sakit. Sampai-sampai tangannya hampir terluka ketika memotong daging di restoran.
Dengan tergesa-gesa dia pergi menuju kamar inap yang di tunjukkan oleh resepsionis rumah sakit. Begitu sampai, dia makin terkejut begitu melihat Yigon yang duduk termenung di depan kamar inap ayahnya. Rimon semakin gundah dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya.
"Yigon! Sebenarnya apa yang terjadi? Sakit apa yang ayah derita? Kenapa selama ini aku tidak mengetahuinya?" Tanya Rimon kepada kakaknya.
"Kau kira, hanya dirimu yang tidak mengetahuinya? Ayah selalu menyembunyikannya selama ini, bahkan dia memintaku untuk segera menikah sebelum ajal menjemputnya." Kata Yigon tertekan.
"Ayah sampai bilang begitu? Apa perlu ku menutup resto agar bisa menemani ayah beberapa hari? Ah tidak! Aku harus mengetahuinya langsung dari ayah!" Rimon dengan cepat berniat memasuki kamar inap ayahnya, namun segera dihentikan oleh Yigon.
GREP!
"Biarkan ayah beristirahat! D-dia lelah..." Kata Yigon mencegah Rimon masuk. Rimon tidak habis pikir dengan apa yang telah terjadi sebenarnya.
Kenapa ayahnya tiba-tiba sakit keras dan meminta Yigon untuk menikah? Itu terdengar sangat mencurigakan bagi Rimon, tapi apa yang bisa dia buat, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kakaknya yang malang itu.
"Sudah makan?" Tanya Rimon kepada kakaknya yang terlihat lemas.
"Belum." Jawab Yigon singkat. Merasa kasihan dengan keadaan kakaknya yang seperti itu, Rimon mengajak kakaknya makan bersama di resto nya.
Saat berjalan keluar rumah sakit, Yigon dan Rimon melihat gadis kecil yang terlihat bersusah payah melepaskan genggaman tangan seorang dokter cabul.
...----------------...
"Ga mau! Kenapa ga boleh?" Tanya Fairy sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan kakaknya, karena dia berusaha kabur dari sana.
"Jangan kemana-mana! Tunggu di rumah sampai aku pulang kerja, dengar?" Kata Hiden yang tidak mengijinkan Fairy pergi ke rumah temannya.
"Aku tidak libur setiap hari! Biarkan aku pergi! Lepaskan aku! Huhu" Fairy merengek.
Saat itu kebetulan Yigon dan Rimon lewat di depan mereka. Karena tidak tahan melihat seorang gadis kecil di paksa-paksa, Yigon langsung menyelamatkan Fairy dari cengkraman Hiden.
Rimon, Hiden, dan pastinya Fairy sangat terkejut begitu Yigon tiba-tiba menarik Fairy lalu memeluknya. Rimon sangat tercengang melihat tindakan kakaknya yang sangat tak terduga.
"Apa-apaan anda? Kenapa anda bersikap-"
"Anda yang apa-apaan! Apa begini kinerja dokter di rumah sakit ini! Suka memaksa dan cabul! Ini namanya pelecehan! Adik kecil, kau baik-baik saja?" Kata Yigon membentak dokter Hiden.
Rimon dan pengunjung rumah sakit lainnya terheran-heran sambil terus menatap mereka bertiga. Mereka semua sedang salah paham, Yigon mengira Hiden seorang dokter cabul, padahal dia masih belum tau apa hubungan dokter itu dengan si gadis yang sedang ia coba selamatkan.
Setelah mendapatkan laporan, para petugas keamanan rumah sakit pun datang melerai pertengkaran dokter Hiden dengan Yigon yang merupakan pengunjung rumah sakit.
Rumah sakit yang seharusnya tenang kini berubah menjadi riuh akibat kelakuan mereka berdua.
Fairy yang merasa sesak pun berusaha melepaskan diri dari pelukan Yigon yang sangat erat. Sedangkan Rimon masih tetap berdiri bingung dengan apa yang sedang dia lihat di depan matanya, ia tidak tau harus melakukan apa agar kakaknya berhenti adu mulut dengan dokter Hiden.
"Lepaskan dia! Dia adikku!" Teriak Hiden yang tidak suka melihat adiknya di peluk erat oleh Yigon yang merupakan orang asing di antara mereka.
"Huh kenapa aku harus percaya dengan dokter cabul seperti mu? Dia adikmu? Cuih! Jangan bercanda!" Sahut Yigon menimpali.
Hal itu membuat Hiden merasa semakin jengkel dan hendak segera mengeksekusi Yigon yang terlihat arogan.
Salah seorang petugas keamanan rumah sakit berusaha keras menahan dokter Hiden yang sudah mulai terpancing emosi.
"CUKUPP!! KALIAN SEMUA SEDANG SALAH PAHAM!" Fairy tiba-tiba berteriak kencang yang membuat seisi rumah sakit terdiam.
Yigon melepaskan pelukannya dan membiarkan Fairy berjalan dan berdiri di tengah-tengah. Dia menatap tajam kedua pria dewasa yang bertengkar gara-gara dia, tanpa tau masalah utamanya apa.
"Kakak! Sudah cukup! Aku akan pulang dan menunggumu, jadi berhentilah!" Kata Fairy memarahi kakaknya.
Saat Yigon mendengar gadis kecil yang dia selamatkan memanggil dokter yang dia kira cabul itu dengan panggilan 'kakak', Yigon langsung terdiam dan menyadari kesalahannya.
"Lalu anda, terimakasih! Walau tidak ada bahaya tapi anda adalah orang baik yang langsung mengambil tindakan begitu melihat orang lain merasa kesulitan. Nama saya Fairy Doori, kalau boleh tau siapa nama anda?" Tanya Fairy sangat sopan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, selain kakaknya.
Jantung Yigon seketika berdetak sangat cepat, matanya tidak mau teralihkan dari wajah manis gadis itu. Yigon jatuh cinta begitu mendengar ucapan lembut dari Fairy.
"Ti-tidak masalah! Aku yang salah disini! Maafkan aku teman!" Yigon menghampiri Hiden sembari memasukkan kartu namanya ke saku jas miliknya Hiden.
Hiden merasa sangat terkejut karena orang yang baru saja bertengkar dengan direktur Car Company, yang merupakan putra sulung keluarga Moera.
"Kita pergi makan Rimon!" Kata Yigon mengajak adiknya pergi, Rimon yang dari tadi hanya planga-plongo pun ikut pergi menyusul kakaknya.
Setelah Yigon dan Rimon pergi, situasi rumah sakit kembali normal. Hiden menyuruh Fairy agar kembali ke rumah dan menunggu nya pulang, sedangkan Hiden sendiri tentu saja langsung mendapatkan sebuah panggilan cinta dari atasannya akibat kejadian yang telah terjadi barusan.
...----------------...
Setelah selesai makan bersama dengan Rimon, Yigon langsung pulang ke rumahnya. Di tengah perjalan pulang, dia tidak bisa melupakan wajah Fairy yang terus menghantuinya.
Wajah Fairy yang cantik dan imut itu terus terbayang di dalam benaknya. Yigon menjadi tidak fokus menyetir, dia mencoba membuyarkan ingatannya mengenai Fairy tapi itu tidak mempan.
Rasa penasarannya kini makin menjadi-jadi, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, setelah sampai di rumahnya, Yigon langsung menghubungi Linnon.
"Cari tau tentang gadis yang bernama Fairy Doori! Dia selalu menganggu pikiranku..." Kata Yigon menyuruh Linnon mencaritahu tentang Fairy, gadis yang baru saja ia temui di rumah sakit tadi pagi.
"Hmm, sebelumnya maaf dulu nih tuanku, saya tidak-"
"Gaji bulan ini ku naikkan 30%." Yigon langsung memotong kalimat yang di ucapkan oleh Linnon.
"Tugas diterima!" Linnon yang awalnya menolak pun langsung menyetujui permintaan Yigon yang tiba-tiba menyuruhnya mencari informasi pribadi seseorang.
Setelah telepon di putus, Yigon kembali merenung menyesali apa yang telah ia perbuat di rumah sakit tadi pagi. Dia merasa sangat malu akan dirinya sendiri yang sudah mempermalukan diri di depan banyak orang.
...----------------...
Fairy yang kini sudah kembali berada di dalam rumah pun merasa bosan dan jenuh tanpa adanya kegiatan.
Dia sangat kesal dengan Hiden yang selalu suka mengurungnya seperti itu, tapi entah kenapa Fairy merasa tindakan kakaknya itu merupakan sebuah kasih sayang yang berlebihan kepadanya.
Untuk mengurangi rasa bosannya, Fairy memutuskan untuk menonton film kesukaan di aplikasi Netflus hingga akhirnya Hiden pulang dari rumah sakit.
Setelah mengetahui bahwa Yigon merupakan putra sulungnya Garon Moera, Hiden jadi terus-menerus memikirkan nya.
Apalagi dengan adanya kejadian yang seperti itu di pagi harinya, dan dia juga sudah mendapatkan teguran keras dari atasannya di rumah sakit.
Hiden bahkan diancam akan dipindahkan ke rumah sakit lain jika kejadian memalukan seperti tadi kembali terulang.
Padahal dia tidak melakukan apa-apa, hanya Fairy saja lah yang terlalu berlebihan menanggapi perkataannya yang tidak mengijinkan adiknya itu pergi ke rumah temannya.
"Riri, jangan dekat-dekat dengan pria tadi" kata Hiden menghampiri adiknya, setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya.
"Pria yang mana?" Tanya Fairy keheranan.
"Pria yang tadi pagi berlagak seperti seorang pahlawan kesiangan, yang terus-menerus memeluk dirimu dengan erat. Kakak tidak menyukainya, kalau bertemu dengannya dimanapun, tolong abaikan saja." Kata Hiden yang terlihat masih sangat geram begitu mengingat sosok Yigon yang menjengkelkan.
"Memangnya siapa pria itu? Dia terlihat baik kok" Tanya Fairy yang masih heran, kenapa kakaknya itu tiba-tiba membenci pria baik yang berusaha menyelamatkan dirinya.
"Dia adalah Yigon Moera direktur Car Company, dan merupakan putra sulung keluarga Moera. Jangan melihat buku dari sampulnya! Jangan banyak tanya, pokoknya dengarkan apa yang kakak bilang padamu!" Kata Hiden menatap lekat ke wajah adiknya yang masih terlihat keheranan.
Hiden kemudian pergi mengambil selimut dan juga beberapa camilan, kemudian dia datang lagi untuk menemani adiknya menonton film.
Dengan lembut Hiden menyelimuti tubuh adiknya yang kedinginan, Hiden memeluk Fairy yang duduk di pangkuannya. Dengan ekspresi gundah, Hiden terus mencium rambut adiknya dari belakang.
Dia tidak ingin memberikan adiknya kepada siapapun, atau kepemilikan atas adiknya di rebut oleh seseorang.
Saat melihat tatapan mata Yigon ke Fairy saat itu, Hiden sudah menyadari sesuatu. Dengan posisinya yang sangat sempurna, tidak ada yang tidak mungkin bagi Yigon untuk memiliki ketertarikan dengan siapapun.
Hiden pun membuat beberapa rencana agar Fairy tetap menjadi miliknya, dan menjauhkan nya dari pria yang mencoba memilikinya.
Semakin Hiden berusaha untuk melupakan nya, semakin ia kepikiran. Hingga, tidak terasa hari semakin larut dan Fairy sudah tertidur lelap di atas pahanya.
Dengan lembut Hiden merangkul tubuh ringan Fairy dan membawanya ke kamar. Dia membaringkan Fairy dan kemudian menyelimuti nya agar tetap hangat. Ciuman ringan mendarat di kening Fairy.
"Kakak mencintaimu Riri. Andai jika kau tidak lahir sebagai adikku..." Gumam Hiden sembari terus mengelus rambut adiknya dan menciumi tangannya dengan lembut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!