NovelToon NovelToon

Dear, Jodohku!!

Hay, Aku Salwa..

"Hay, Aku Salwa.. Alumni SMPN 2 Mamuju, salam kenal teman-teman"

"Hay Salwaaa...."

Ya, itulah awal mula aku memperkenalkan diri di sini, di sekolah baruku di hari pertama aku menjalani hari Orientasi Siswa dimana aku tidak menyadari saat itu bahwa ada sepasang mata yang memperhatikanku dengan tatapan yang berbeda dari pasangan mata yang lainnya. Ah, andai saja aku tahu bahwa takdir membawaku menjadi pasangan halalnya dikemudian hari, aku pasti memperkenalkan diri dengan lemah lembut nan anggun didepannya, hohoho... Tapi ya sudahlah, aku dengan kecerobohanku, dengan keceriaanku, dengan tingkahku yang super aktif, tidak akan mengubah kenyataan bahwa akulah yang menggenapi tulang rusuknya yang Ganjil 😊

Pagi menunjukkan pukul 06:45, air menggenang di beberapa sudut jalan menandakan derasnya guyuran hujan semalam. Katanya hal romantis dari hujan adalah dimana ketika ia terjatuh berkali-berkali kedasar bumi, terjatuh lagi dan lagi tapi tetap saja akan rela terjatuh lagi tanpa menyalahkan awan yang mulanya siap menampungnya tapi dengan mudahnya menyerah. Sesekali aku berpikir "Ah, itu bukan romantis namanya, yang ada juga itu bego mau aja tetap jatuh.. makanya jangan berharap banyak sama awan, nyesek kan kamunya ketika udah percaya sama si awan tapi malah dijatuhin" ya sekilas aku pernah berpikir begitu, tapi seiring berjalannya waktu aku mulai menyadari. Bukan keinginan hujan untuk selalu terjatuh, bukan kemauan awan untuk tidak lagi membendungnya, tapi inilah fitrahnya hujan yang harus jatuh dan fitrahnya awan yang tidak memiliki kemampuan lebih menanggungnya, toh hujan jatuh bukanlah sia-sia, ada ribuan Rahmat Tuhan dikirim bersama tiap tetesan hujan..

Kukayuh sepedaku sekencang mungkin melintasi jalan dan menghindari beberapa genangan air dibeberapa sudut jalan, mengingat aku berangkat sudah hampir jam 7 maka aku harus mengeluarkan segenap tenaga mengayuh sepeda agar laju lebih cepat dan bisa tiba disekolah tepat waktu, aku tidak ingin lagi seperti minggu kemarin harus terlambat kesekolah dan tidak sempat mengikuti upacara bendera yang berakhir dengan aku yang tidak mengikuti pelajaran pertama diakibatkan harus menyelesaikan hukuman membersihkan toilet sekolah karena terlambat.

Selamat Hari senin. Semoga nasib kita tidak seperti bendera yang ditarik ulur, dipuja, lalu ditinggalkan begitu saja.. hikss nyesek amat kan yaakk..

Yaps hari ini aku berhasil melewati jarak tempuh perjalanan dan waktu untuk tiba di sekolah tanpa kata terlambat, andai saja aku ini lelaki mungkin saja aku bisa menjadi saingan Rossi dimasa yang akan datang.. ~hoho tidak semudah itu Ferguso, Rossi bukan pembalap kelas kakap yang bisa kau sandingkan dengan dirimu Salwa~

Ada yang bilang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah untuk remaja, aku tidak menyangkal hal itu kurasa tidak ada yang salah dari pernyataan itu. Aku sebagai Siswa SMA benar merasakan betapa indahnya masa Putih Abu-abu itu, apalagi aku yang tidak Jomblo.. hoho aku kurang tau lah ya dengan masa putih abu-abunya siswa siswi yang jomblo, apakah semenyenangkan aku 😅 upss eh maapkeun..

Seperti yang aku perkenalkan sebelumnya, aku adalah anak dengan tinggi 160cm dan berat badan 45kg adalah anak yang ceria dan superaktif, ya benar itu adalah saat perkenalanku ketika Orientasi siswa dulu, dan itu sudah berlalu setahun yang lalu karena sekarang aku adalah siswi kelas 2 SMA jurusan IPA di SMAN 1 Mamuju. Aku anak yang aktif disekolah, walau kadang-kadang temanku lebih memilih kata pecicilan dari pada aktif untuk menggambarkan watakku. Aku menduduki Wakil ketua Osis dan Ketua Rohis (Rohani Islam) di sekolah, hanya karena aku ketua Rohis bukan berarti penampilanku terlihat agamis. Benar, saat berada disekolah aku menggunakan jilbab, selain karena aturan sekolah juga karena teman-teman muslim yang lainnya menggunakan jilbab ke sekolah, dan aku sedikit risih jika berbeda sendiri tidak menggunakan ketika teman yang lainnya menggunakannya. Tapi Jilbabku ini hanya berlaku ketika aku disekolah, saat diluar sekolah rambutku akan terurai berkibar-kibar seperti sang merah putih ditiangnya. Terkadang juga ketika aku menyadari, kenapa aku terpilih menjadi ketua Rohis dengan karakter dan sifatku yang seperti ini, apa karena ketua Rohis sebelumnya adalah Ozi pacarku saat ini? atau karena aku ini memang cantik dan menarik, haha aku tertawa geli dengan pikiranku sendiri..

Selain aktif dalam organisasi, aku juga aktif dalam eskul sekolah, terutama dibidang seni dan musik. Dalam bidang musik, sepertinya itu adalah bakat yang diturunkan untukku dari ibu. Ibu sangat pandai dalam bermain musik dan menciptakan lagu, aku jadi ingat kata ayah alasan dia mencintai ibu karena Ibu seketika menjadi sangat cantik ketika memainkan alat musik gitar sambil bernyanyi. Berbeda dengan musik, eskul seni yang aku ikuti yang untuk bagian tari sebenarnya bukan sesuatu yang aku bisa. Tarianku sangat monoton, terkadang pelatihku mengatakan bahwa jauh lebih baik untuk tubuhku jika tidak menari, aku kaku seperti robot. Tapi karena kemauanku dan usahaku membuat pelatihku tetap bersabar mengajarkanku, toh aku sangat rajin dalam latihan, jika bukan karena sakit aku selalu datang saat latihan dengan semangat pantang menyerah seperti para pahlawan yang telah gugur untuk memerdekakan negara +62 kita yang tercinta ini.. ~Alfatihah untuk para Pahlawan yang telah gugur~

Jam istarahat pertama, seperti biasa karena hari in adalah jadwalku di eskul tari aku akan segera menuju ruang latihan. Tapi sebelumnya aku akan mampir ke kelas 3 IPA 1 untuk menjenguk Zahran Fauzi yang sering kupanggil Ozi kekasihku, dengan langkah sedikit berlari kecil penuh semangat. Tapi seketika langkahku terhenti, belum tiba aku didepan kelasnya kulihat Ozi keluar dari kelas bersama dengan teman sekelasnya berjalan entah menuju kemana.

"Ozi.." Panggilku..

Ia menghentikan langkahnya dan menoleh kearahku seiring dengan teman disampingnya.

"Oh kak Farhan" gumamku kecil.

"Oh, Salwa" Jawabnya dengan tersenyum

Aku sedikit canggung menuju Ozi melihat sekarang ada Farhan disampingnya.

Farhan, kakak Kelasku mantan Ketua Osis. Pemain basket yang handal satu team dengan Ozi. Dia adalah kakak kelas pertama yang mengungkapkan perasaannya padaku dengan cepat bahkan saat baru satu semester berlalu. Bukan karena apa sehingga aku merasa canggung terhadapnya tapi karena ia masih berlaku baik padaku, masih ramah dan seolah tidak memiliki rasa kesal padaku bahkan setelah aku menolaknya dan berbalik jadian dengan Ozi, sahabatnya sendiri. Tentang perasaan Farhan kepadaku, jelas saja aku tidak memberi tahu itu pada Fauzi, aku tidak ingin Fauzi menjadi canggung atau menjadi merasa tak enak hati pada sahabatnya terkait atas apa yg terjadi antara aku dan Farhan. Aku memilih diam, toh tidak ada juga untungnya Fauzi mengetahui itu karena itu hanya bagian dari masa yang telah lewat.

"Hay Salwa" sapa Farhan kepadaku dengan senyumnya yg membuat matanya yang kecil semakin mengecil.

"Hay kak Farhan" Jawabku sambil balas tersenyum.

"Kenapa sayang?" Tanya Ozi.

"Ah enggak, mau kemana?" Tanyaku.

"Bro, gue duluan ya, gue tunggu lu disana" Kata Farhan berlalu dan tak lupa kembali menengok kepadaku tersenyum dengan ramah.

"Oh Oke, bentar gue nyusul" balas Ozi.

"Mau kemana sih?"

"Mau ke club Basket, kan aku udah kelas 3 jadi team dan Leader basket yang baru harus dibentuk"

"Oh gitu? yaudah "

"Yaudah??"

"Iya yaudah"

"Aduh Salwa, seriusan deh kalo ada dijual kamus bahasa perempuan, aku pasti beli dan ngapalin semua kata beserta maksudnya. Ini kata Yaudahnya kamu aku tahu maksudnya bukan itu, ya tapi aku juga gak ngerti maksudnya apa"

"Yaudah doang kok, gada maksud yang lain. Udah itu aja aku balik kelas dulu" kataku sambil berbalik menuju kelas.

"Salwa.." Ozi menahanku dengan mengambil pergelangan tanganku "Sayang, aku mana tahu sih kalo kamu gak bilang "

"Ya kamu memang gak pernah tau, kamu gak mau cari tahu, dan gak pengen cari tahu"

"Iya aku emang gatau Yaudah itu apaan, yang aku tahu pacarku sekarang lagi ngambek dan minta dibujuk "

"Itu tau.."

"Yaudah, kamu kenapa sayang? "

Aku diam saja

"Yaudah klo gak mau cerita aku nanya dulu ya ke temen sekelas, arti dari kata yaudahnya cewek itu apa, biar aku paham " kata Fauzi sambil mencoba melangkah masuk kembali ke kelasnya...

"Eh eh.. ish apaan sih.." cegatku..

Fauzi hanya menatapku dengan menaikkan kedua alisnya.

"Ish.. gini ya, kamu itu sepagian ini ngapain? habis upacara kemana? sibuk banget ya sampe gak sempet nemuin aku dulu gitu?"

"Oh, jadi karena itu?"

"Karena itu katamu? yaudah, aku mah apa atuh cuman anak buntet yang gada penting-pentingnya yekaann?"

"Aduhh, pacarku kalo ngambek kok lucu ya?" godanya "Ozi nih memang, nyebelin banget jadi cowok, Salwa pasti kesel kan punya cowok kayak Ozi kan? iya kan?"

"Apaan sih, gajelas banget deh" timpalku kesal

"Maaf sayang, hari ini aku beneran sibuk.. maafkan karena membuat prioritas utamaku ini jadi kesal.. aku janji, kalo udah gak sibuk aku gak bakal ngabaikan kamu lagi sayang "

"Beneran? "

"Ada istilah ratusan rius? itu sudah? "

"Iya deh, aku ke tempat latihan dulu "

"Loh katanya, mau kekelas "

"Ya terserah aku dong.. udah sana ke keruangan basket "

"Kamu duluan sana, aku ngeliat kamu duluan perginya "

"Bye.. "

"Hei.. bye doang? "

"Lalu? "

"Sayangnya mana? "

"Bye Ozi gak pke sayang, udah ya aku duluan "

kataku berlalu..

Fauzi dan Farhan

Perjalanan dari sekolah hingga ke rumah tidaklah jauh, untukku sebagai anak yang aktif meskipun bersepeda harusnya aku tidak terlalu merasa lelah, tapi entah kenapa hari ini rasanya lelah sekali mungkin karena hari ini matahari sedang pamer akan kekuatan terik dan cahayanya.

Kurebahkan tubuhku "Ah, tempat tidur memang sesuatu yang paling mengerti ketika aku lelah, pengertiannya membuatku jadi mencintainya" gumamku yang tidak jelas sambil menggosok-gosokkan telapak tanganku pada permukaan bedcover bermotif kupu-kupu biru bercampur dusty pink.

" Ah iya.. Hampir lupa, hari ini kan ada janji sama Ozi ke pameran seni, hoho hitung-hitung cuci mata kan sama karyanya orang, mataku rasanya sudah lama tidak dapat asupan gizi yang cantik-cantik "

Kuraih telfon genggamku dalam saku baju sekolah.

"Halo Ozi" Sahutku ketika telfonku terhubung.

"Iya, kenapa sayang?" Jawab Fauzi dari seberang telfon

Hemm... Aku menghela nafas panjang.

"Sudah kuduga, beneran deh kalo aku terlahir lagi didunia yang akan datang, aku mau request sama Tuhan buat ngejadiin aku Ibu kamu"

"Lah kok ngomongnya gitu"

"Kok kamu ngomongnya gitu?" ulangku dengan nada sedikit meledek..

"Kamu tu ya, umur juga belum masuk range tua, pikunnya sudah tak tertolongkan" sambungku..

"Oh astaga, iya aku lupa" Mendengar nadanya, seperti Ozi sudah mengingat janji yang sudah sempat ia lupakan.

"Iya aku lupa" Kataku mengulang perkataannya dengan ketus. "Kamu mah kalo tanganmu lepas-lepas, mungkin juga suatu hari nanti itu tangan juga lupa ditaro dimana" gerutuku.

"yah, gimana dong sayang?"

"Gimana apanya? Ini juga masih jam 2 kan, janjiannya kan jam 4. Aku nelpon cuman mau ngingetin kamu doang"

"Bukan gitu sayang"

"Apanya yang bukan gitu?"

"Anuu..." Ozi seperti ragu, membuatku curiga bercampur kesal.

"Anu apaan?" tanyaku ketus.

"Itu sayang, aku udah terlanjur ngeiyain Farhan hari ini " katanya dengan sedikit menurunkan nada suaranya.

"Ngeiyain apa?" Tanyaku tetap dengan ketusnya

"Farhan tadi ngajak aku nemenin dia keperkumpulan gitu, ya karena aku pikir hari ini gak ada rencana ya udah aku iyain"

"Yaudah, pacaran aja sana sama kak Farhan.. Belum puas apa seharian maennya dikelas sama kak Farhan"

"Jadi kamu mau aku selingkuhin kamu sama Farhan?"

"Udah ya, aku lagi serius.. Lagi gak mood sama candaanmu yang unfaedah itu"

"Yah sayang maaf..."

"Ah kok jadi kesal ya, mau marah tapi sayang"

"Aku juga kok, nyesel tapi tetap sayang"

"Konteksnya kita ini beda Saripudding.. Ya Allah punya pacar berasa kayak punya piaraan yang gak bisa jinak-jinak ya"

"Serius sayang, maaf.. Janji deh, besok-besok kalo kita mau keluar aku pasang alarm biar tidak lupa, kalo perlu aku masang note di jidatku"

"Yaudah, karena hari ini aku lagi baik jadi aku ngalah sama kak Farhan, kebetulan Ayah juga pulang hari ini"

"Maaf ya sayang"

"Tapi cuman untuk kali ini loh ya"

"Iya, iyaa sayang"

"Eh tapi, tadi katanya perkumpulan.. Perkumpulan apa memangnya? Bukan perkumpulan yang aneh-aneh kan? Bukan perkumpulan penjualan organ tubuh kan? Jangan mentang-mentang ginjal lagi mahal-mahalnya jadi mau ngecobain"

"Eh busett dah pikiranmu Yang, imajinasimu ngalahin imajinasinya Spongebob sama Patrick tau gak"

"Ya terus perkumpulan apa?"

"Tinggal nanya, diperkumpulan itu ada cewek atau gak? Gitu aja susah amat kayaknya buat nanya, sampe-sampe nyelenehnya sampe ke penjualan organ tubuh"

"Lah itu tau" timpalku singkat, jutek dan sok jual mahal. ~emang mahal sih, secara kan yaa aku itu anak tunggal tercintahnya Ibu sama Ayah~

"Gak sayang, kata Farhan tadi gada ceweknya semuanya cowok. Lagian kamu tahu kan, kalo akhir-akhir ini Farhan lagi laju-lajunya belajar ilmu agama. Level solehnya Farhan udah dinaikin satu tingkat"

"iya juga sih, yaudah entar kamu berangkatnya hati-hati dan jangan kelamaan"

"Iya sayang"

"Yaudah aku tutup telponnya"

"Eh, bentaran"

"Heem??"

"Yang aku gak mau jadi Sangkuriang loh"

"Lah, sangkuriang apaan?" tanyaku kebingungan

"Tadi katamu kalau kamu kepengennya jadi mamaku dikehidupan selanjutnya, aku gak mau loh kalo mencintai Ibuku sendiri nantinya"

"Ishh apaan sih?" tanyaku tersipu-sipu menahan teriakku yang rasanya ingin meledak.

"Lah kalo kamunya jadi ibuku, jodohku entar siapa sayang?"

"Mak lampir sayang, kamu tau kan kalo sampe sekarang mak lampir masih jomblo"

"Jadi kamu kepengen punya mantu mak lampir? Biar ada yang nemenin kamu ketawa terus gitu?"

"Yah, bolehlah bolehlah jadi bahan pertimbangan"

"Aminin gak nih?"

"Ya enggaklah, Aamiinnya itu kalo aku yang jadi jodohnya kamu"

"Jiah, belajar gombal dari mana kamu?"

"Haha rahasia, udah ya.. Pokoknya hati-hati nanti dijalan.. Bye"

"Bye.. I Love You sayang"

"Mee to Ozi"

Percakapan kami pun selesai..

Ya sepertilah itulah Ozi, mungkin itu juga bagian dari dia yang aku sukai. Ozi sangat humoris, dia hangat dan penuh tawa, aku bahkan tidak memiliki kesempatan untuk marah bahkan ketika dia melakukan kesalahan yang tidak sekali duakali. Ozi selalu bisa meredam rasa kesal dan amarahku, ia selalu bisa membuat tertawa terpingkal-pingkal bahkan saat airmataku belum kering seketika ia membuatku menangis karena kesal. Sifat dan wataknya sangat berbeda dengan Farhan, aku tidak bermaksud membanding-bandingkan Fauzi dengan Farhan loh ya..

Farhan itu pembawaannya lebih dewasa, dia ramah, lembut dan hangat, bukan berarti Farhan itu dingin dan membosankan. Sesekali aku melirik Farhan ketika sedang menonton perlombaan basket Fauzi, alih-alih memberi semangat buat Fauzi aku malah melirik temannya. Ah tidak, bukan maksud lain kok, bola mataku hanya tidak sengaja terarah ke Farhan. Farhan juga bisa tertawa terpingkal-pingkal jika bersama temannya, juga bisa bercanda dan sesekali usil, meskipun tidak seusil Ozi. Farhan hanya membedakan perilakunya terhadap teman laki-lakinya dan teman perempuannya, Farhan memperlihatkan sikap yang sangat menghargai perempuan, tidak jarang dari temanku yang mengetahui tentang aku dan Farhan menggerutu, mereka cukup menyayangkan aku menolak Farhan melihat sifat Farhan yang cukup bisa membuat hati wanita meleleh seperti Es cream yang diterpa sinar matahari. Belum lagi jika kita melihat dari sudut pandang latar belakang keluarga, Farhan adalah anak tunggal dan Ayahnya adalah pemegang saham tertinggi pada pabrik sawit satu-satunya dikotaku. Tapi etss.. Ayah Fauzi tidak kalah loh ya, meski ia tidak tahu menahu tentang pabrik dan sebagainya tapi ayah Fauzi memiliki ratusan kapling perkebunan sawit yang tidak akan habis terpakai sampai cucu dari cucunya fauzi kelak. Ah, kenapa kesannya aku seperti wanita yang memperhitungkan keuangan keluarga oranglain. Sungguh, tidak ada maksud lain selain untuk membanggakan kekasihku 😅

Yah, sehebat dan sebaik apapun Farhan tidak akan membuatku menyesal karena tidak memilihnya dan malah memilih Fauzi. Aku tahu, setiap orang punya kelebihannya masing-masing. Mungkin dimata oranglain jika membandingkan Fauzi dan Farhan jelas Farhan terlihat lebih dari Fauzi. Yah, aku hanya bisa berkata dalam hati, mereka tidak melihat apa yang aku lihat dari Fauzi, aku punya penilaian istimewa tersendiri untuknya dan punya rasa tersendiri untuknya, kekasihku.

Aku hanya berharap suatu hari nanti, hubungan yang kumiliki saat ini dengan Fauzi tidak akan memiliki akhir selain dari akhir yang bahagia. Seperti pasangan lainnya, aku memilki mimpi yang besar kedepannya. Yah, umur kami memang masih sangat muda, tapi bukan berarti kami tidak memiliki rencana yang matang untuk kedepannya.

Pengakuan !!

Kuraba meja lampu tidur dimana kuletakkan telfon genggamku yang sedari tadi berdering.

"Heemm??" Jawabku dengan mata masih menutup.

"Yah, kamu masih tiduran Yang?" kudengar suara Fauzi dari seberang telfon.

"Eemhhh" Sahutku..

"Bangun Yang, ini udah jam 8 loh.."

"Ini hari minggu Zi, udah biarin aku tidur lagi. Udah yaa.." kataku dengan setengah sadar.

"Enak ya jadi Salwa" katanya dengan nada mengeluh

"Apanya?"

"Kalau mau tidur tetap tidur, lah coba kalo aku yang masih tidur? Bakalan ada tuh yang ngeluarin Undang-undang baru tanpa diamandemen tanpa di revisi"

"Oh jadi gak suka nih klo aku tegur"

"Loh aku gak bilang gitu loh Yang"

"Lagian kamu pikir siapa yang ngebuat aku susah bangun gini"

"Lah siapa? Masa aku?"

"Lah emang kamu.. Aku nungguin kamu ngabarin aku semalam, sampe aku ketiduran tau gak"

"ah, maafin aku sayang 🙁"

"Yaudah.. Aku tidur lagi, beneran masih ngantuk banget"

"Yah, aku ngebangunin kamu itu karena mau ngajakin kamu jalan"

"Kemana?"

"Semalam selepas pertemuan itu Farhan ngajakin aku jalan.. Ya katanya itung-itung ngerefresh otak sebelum ujian semester nanti"

"Jalannya kemana?"

"Pantai katanya"

"Bertiga doang?"

"Gak lah Yang, temen-temen dari perkumpulan semalam juga pada ngikut"

"Ya berarti aku cewek sendiri gitu?"

"Gak Yang, mereka pada bawa temen yang cewek juga kok"

"Yaudah deh, aku siap-siap dulu"

"Jangan dandan yang cantik"

"Lah aku gak dandan juga cantik sayang"

"Yaudah sana siap-siap, sejam lagi aku jemput"

"Okey, Bye.." Telfon pun terputus.

Sudah berlalu sekitar 5 menit aku menunggu Fauzi. Outfit Jeans navy dipadupadankan dengan kaos abu-abu muda dengan blazer panjang selutut senada dengan warna jeansku dilengkapi dengan sepatu kets berwarna putih membuatku nyaman. Yah karena kurasa hari ini akan kepantai sebaiknya aku berpenampilan casual saja, toh Fauzi tidak terlalu senang jika aku berpenampilan berlebihan. Bukan karena Fauzi mengatur penampilanku, tapi karena Fauzi tidak ingin aku menggunakan pakaian yang membuatku tidak nyaman hanya untuk menjaga penampilanku. Fauzi selalu berkata, apa yang kita gunakan jika membuat kita nyaman itu jauh lebih baik dari pada apa yang membuat mata oranglain nyaman melihat sedang kita dalam kesusahan dalam menggunakannya.

Fauzi tiba menjemputku, kami berangkat menuju pantai setelah menjemput Farhan dan satu lagi temannya.

Deru ombak yang saling berkejaran membuat riuh suasana alam yang Tuhan ciptakan dengan segala keAgungan-Nya.

"Salwa.." Aku menoleh, mendengar seseorang memanggil.

"Kak Farhan?" Sahutku.

"Sendiri saja? Fauzi kemana?"

"Ah, tadi ada teman yang meminta tolong untuk difotoin, jadi Fauzi kesana"

"Gimana kabar kamu?" Katanya sambil duduk disampingku bersama menatap ombak yang berkejaran.

"Lah kok nanya itu? Perasaan kak Farhan juga setiap hari ngeliatin aku wara-wiri di sekolah"

"Ahahaha.. Iya yah, aku nanyanya gak berbobot banget perasaan" katanya sambil tertawa kecil sambil menunduk. "Yah, lagian aku bingung mau buat pembahasan apa bicara sama kamu" sambungnya.

"Haha, kayak aku oranglain aja kak, biasanya juga kalau ada Fauzi kakak ributnya gak ketulungan"

"yah itu kalau Fauzinya ada, kan lumayan Fauzi bisa dijadikan umpan bullyan haha" katanya sambil terus tersenyum memperlihatkan matanya yang semakin kecil.

"Fauzi menyenangkan ya?" Lanjutnya bertanya dengan nada datar yang membuatku sedikit terkejut.

"Maksud kakak?" Tanyaku bingung. "Ah, haha iya, Fauzi emang ricuh makanya kesannya jadi menyenangkan gitu, padahal aslinya mah lebih banyak nyebelinnya" Sambungku mencoba mencairkan suasana yang sepertinya memulai alur rada mendingin.

"Haha, pertanyaanku ngebuat Salwa bingung ya" Tanyanya menoleh ke arahku.

"Haha sedikit.." Jawabku canggung.

"Maaf" katanya dengan mengalihkan pandangannya dariku.

"Ah? haha gak papa kok kak" Jawabku dengan masih mencoba mencairkan suasana.

"Salwa, maaf karena mengucapkan ini.. Tapi gak tau juga kenapa terkadang aku memiliki rasa iri sama Fauzi tentang kepemilikanmu" katanya menunduk.

"Yah.. aku tau dan aku sadar, aku gak punya hak untuk ngebahas ini sama kamu" Sambungnya.

Aku hanya terdiam, entah usahaku yang sedari tadi mau mencairkan suasana kabur kemana.

"Iya, aku tahu.. Aku gak banyak lebihnya kalau mau dibanding-bandingin sama Fauzi. Fauzi itu seru, gak ngebosanin kayak aku kan?" Sejenak Ia terdiam

"Ah, apaan sih aku, gak jelas banget ngomong kayak gini" sambungnya sambil tertawa kecil menutupi matanya.

"Kakak, gak baik ngomong kayak gitu. Tiap-tiap orang punya kelebihannya sendiri kok, apa yang kakak liat dari Fauzi mungkin hanya bagian-bagian dari yang menyenangkan saja dari Fauzi" jelasku.

"Fauzi juga kadang-kadang nyebelin kok, bukan kadang-kadang malah tapi sering, hehehe" Sambungku.

"Salwa, apa aku kecepatan?" tanyanya menatap kearahku

"Hah??" Jawabku spontan menaikkan alisku

"Apa Salwa kurang cukup waktu buat nyiapin hati?" tanyanya masih tetap menatapku.

"Maaf, maksudku apa aku terlalu kecepatan ngungkapin perasaan ke Salwa sampai ngebuat Salwa kebingunan?" Lanjutnya tanpa mengalihkan pandangannya dariku.

Aku mencoba menghindari kontak mata, kuarahkan pandanganku kembali ke pantai..

"Aku bingung Salwa, entah bagaimana aku harus terus berpura-pura baik-baik saja ngeliat kamu sama Fauzi. Aku tahu, ini adalah sesuatu yang jahat" lanjutnya sambil mengalihakan pandangannya dariku dan ikut memandang ombak dilautan.

"Maafin aku kak, aku gak bermaksud..."

"Gak Salwa, jangan minta maaf... Itu kesannya ngebuat aku seperti pemeran antagonis dalam hidupmu, ya meskipun sebenarnya aku memang pemeran antagonis dalam kisah ini. Tapi ini bukan salah kamu, perasaanmu dan hak pilihmu itu adalah milikmu yang tidak boleh menjadi kacau hanya karena aku"

"Meskipun begitu, aku minta maaf karena tidak mempertimbangkan perasaan kakak dan dengan cepat mengambil keputusan" aku terdiam sejenak "Bukan kakak yang tidak memiliki kelebihan atau sesuatu yang menarik, tapi aku yang tidak bisa melihat sesuatu yang baik dari kakak" Sambungku.. "Ah tidak, bukan aku tidak bisa, tapi aku yang tidak mencoba untuk melihatnya"

Farhan hanya terdiam.

"Kak, mungkin kata-kata ini terlalu klise, tapi aku yakin kakak akan ngedapatin perempuan yang lebih baik dari aku" kataku menolehnya.

"Apa kamu pikir aku masih sendiri seandainya aku sudah menemukannya?" tanyanya menatapku.

Dengan cepat kualihkan pandanganku.

"Aku selalu sadar untuk kesalahanku ini Salwa, menyimpan sesuatu dalam hati untuk seseorang yang tidak seharusnya. Setiap melihatmu, aku selalu menyadarkan diriku tentang siapa kamu, tentang kamu dengan Fauzi dan tentang aku dengan Fauzi juga tentang apa yang tidak boleh hancur hanya karena perasaanku ini" jelasnya. "Aku bukannya senang dengan keadaan ini, sesekali juga aku mengutuk diriku dengan perasaanku yang buruk ini" Lanjutnya.

Kembali kulihat Farhan, sepertinya dia sedikit terbawa emosinya dengan perasaannya yang mulai kalut. Aku tidak lagi tahu harus berkata apa-apa.

"Saat ini, aku ngemulai sesuatu yang baik dengan niat yang tidak baik"

"Sesuatu yang baik dengan niat yang tidak baik?" kuperjelas kata-katanya yang membuatku tidak mengerti.

"Meskipun berlalu setahun.. Kamu tahu? Gak mudah buat aku ngelupain kamu Salwa, gak mudah buat aku ngebuang perasaanku. Terlebih lagi, aku harus menerima kenyataan dan keadaan dimana aku memiliki banyak waktu sama kamu karena Fauzi"

Aku hanya terdiam

"Aku ngemulai belajar Agama biar lepas dari perasaan buat kamu. Hahaha gak baik banget kan aku?" Katanya tertawa kecil dengan mimik memperlihatkan kekecewaannya terhadap dirinya sendiri.

Sejenak aku mulai merasakan emosi Farhan, namun aku tidak bisa mengutarakannya

~

~

Terimakasih untuk para pembaca sekalian.

Saya Author dengan sangat berterimakasih kepada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita saya yang masih sangat kurang..

Kritik dan sarannya sangat saya butuhkan..

Juga maaf, karena telat Up..

Salam Manis 😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!