NovelToon NovelToon

CEO Tampan Itu, Suamiku

Ingin tau

Udara yang segar di pedesaan membuat seorang gadis merentangkan kedua tangan nya di jendela rumah nya. Ia menghirup udara segar, di iringi suara burung yang merdu.

"Leyaaa!" panggil seorang wanita tua yang sedang membawa baju di sebuah bakul.

"Iyaa Buu."

"Kamu mau ikut Ibu ke sungai?" tanya sang ibu sembari melihat kan baju kotor yang ia bawa. Hal itu membuat Leya mengangguk kepalanya mau.

"Buu, di kota bagaimana ya? apa seindah di desa?" tanya Leya penasaran.

Mira adalah mama Leya, wanita tua itu tersenyum ramah."Pasti, tapi kota itu keras Leya."

"Kenapa?"

"Gakpapa, Leya udah cukup bahagia kan di desa?" tanya Mira

"Bahagia bangeeet." ucap Leya antusias, sekarang umur Leya sudah mencapai 18 tahun, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik.

Setelah sampai di sungai, air yang jernih menampakkan batu batu di dalam nya. Mereka berdua mulai mencuci baju, Sesekali Leya membantu namun lebih banyak bermain sabun.

"Hai Bu Mira, Leya." sapa ramah seseorang yang juga sedang mencuci baju.

"Haii Bu Dila, Ibu sudah selesai mencuci ya?" tanya Mira melihat Bu Dila sudah membereskan sabun sabun nya.

"Iya nih Bu, saya duluan ya Buu." pamit Bu Dilla

Di pedesaan mereka semua memang ramah, hal itu membuat Leya merasa bangga berasal dari desa. Walaupun terkadang Leya merasa berniat ke kota, namun dia tidak tega meninggalkan ibu nya sendiri

Setelah beberapa waktu akhir nya aksi cuci mencuci selesai, Leya dan ibu nya kembali ke rumah. Di jalan Leya melihat seorang anak perempuan yang sangat akrab dengan ayah nya, saat itu juga hati Leya tersentuh.

"Bu, apa kah Leya harus hidup tanpa ayah?" lirih nya.

Mira menghembuskan nafas nya gusar."Sudah berapa kali ibu bilang jangan tanyakan dia pada ibu, Leyaa!" geram Mira namun berusaha sadar.

Leya hanya mengangguk paham, diaa hanya penasaran siapa ayah nya dan di mana ayah nya. Leya merasa penasaran, dia akan menanyakan semua pada nenek nya di rumah.

Setiba di rumah Leya langsung menemui nenek nya, dia mulai menanyakan sesuatu dengan pelan agar tidak di dengar oleh ibu nya.

"Nenek, Dimana ayah Leyaa?" tanya Leya menatap sang nenek.

"Leya jangan menanyakan hal seperti itu."

"Kenapa? Leya iri sama perempuan lain yang deket dengan ayah nya!" tekan Leyaa tak sadar air matanya menetes.

Merasa tidak tega akhirnya nenek berdiri mengambil sebuah album dan melihat kan nya pada Leya."Ini ayah dan ibu mu saat menikah dulu, mereka menikah di sini."

"Lalu kemana ayah?" tanya Leya

"Saat ibu mu hamil 8 bulan, ayah mu pamit kembali ke kota karna dia memang berasal dari kota. Namun, hingga kamu lahir dia tidak kunjung kembali, saat kamu umur 2 tahun, dia mengirim kan uang dan surat pisah untuk ibu mu."

Hati Leya tertohok mendengar itu, apakah ayah nya tidak menginginkan kelahiran nya?

"Jadi ayah di kota?" beo Leya lirih, pantas saja ibu nya tidak mengizinkan dia pergi ke kota.

"Itu alasan ibu mu selalu melarang kamu, Leya. Jangan pernah kecewakan ibu mu. Dia sudah mulai melupakan semua nya, jangan buat dia ingat akan hal pahit yang pernah ia lalui."

Setelah itu nenek mengambil album itu dan menyimpan nya kembali."Nenek mau ke kebun sebentar ya." pamit nya.

Leya melihat itu hanya mengangguk kepalanya paham, dia mencari album tadi dan mengambil foto ayah nya. Leya langsung pergi menemui ibu nya.

"Bu, Leya mauu pergi ke kota sama Nia."

"Tidak!" tekan Mira, walaupun Mira percaya sama Nia karna teman deket Leya tetap saja ia tidak mengizinkan Leya ke kota.

Leya menatap ibu nya."Kenapa? Leya sudah besar dan Leya harus mencari kehidupan Leya yang sebenarnya."

"Apa kamu tidak puas di sini, Leya?!" geram sang ibu membuat Leya menangis.

"Leya juga punya pilihan bu!" bentak Leya,ia langsung berlari pergi, seperti biasa jika merasa sedih Leya pergi ke danau.

Leya menatap pantulan wajah nya dari air danau. Tiba tiba suatu ide muncul di pikiran nya. Leya tersenyum lalu kembali pulang ke rumah.

"Bu, Nia minta tolong sama Leya buat temani berobat ke kota."

"Jangan cari alasan, Leya."

"Buu, Leya pengen ngerasain hidup di kota." alibi Leya.

Mira menghembuskan nafas nya gusar, ia tidak boleh menjadi ibu yang egois buat Leya. Mira tersenyum lembut."Baiklah, tapi kamu janji sama ibu kalau kamu harus selalu kabarin ibu apa pun yang terjadi."

"Jangan terus terusan cari ayah mu, Leya. Pria itu sudah memiliki keluarga baru." ucap sang nenek yang baru datang.

Leya tersenyum kecut."Leya bakal cari ayah, namun kalau ternyata ayah sudah dengan keluarga barunya-" Leya menarik nafas dalam-dalam karna tidak kuat mengucapkan kalimat terakhir."Leya bukan lagi anak nya, dan Leya tidak akan mencarinya lagi,"

"Kapan kamu berangkat, sayang?" tanya Mira pada anaknya.

"Besok, Nia juga mau ke kota besok."

"Nia kuliah ya?"

"Iya Bu."

Tahun ini Leya naik ke kelas 12, berbeda dengan Nia yang sudah menjadi Maba di universitas Jakarta. Leya dan Nia berteman sejak kecil karena mereka tetanggaan.

"Leya." panggil Nia yang baru datang.

"Iya?"

"Besok aku ke jakarta, kita jalan dulu yuu? cari momen." ajak Nia.

"Aku mau ikut kamu ke Jakarta, mau lanjut sekolah di sana. Kamu bisa kan bantu aku ngurusin nya?"

"Kamu serius?" tanya Nia kegirangan yang mendapatkan anggukan kepala setuju dari Leya.

"Aku gak bisa, tapi ada kenalan aku di jakarta yang pasti bisa bantuin surat pindah sekolah kamu."

Leya tersenyum gembira."Asikkk, jadi hari ini aku akan bersiap siap kan?" ucap Leya langsung sibuk sendiri.

Melihat itu, ibu dan neneknya menjadi tersentuh. Mungkin mereka terlalu mengekang Leya, dan mereka percaya pada Leya untuk sekarang.

"Nia, jagain Leya ya,"

"Oke nek, Nia bakal jagain Leya terus."

Mira beranjak membantu Leya mengemasi baju nya."Leya kamu jaga diri baik baik ga di sana."

"Ibu gak perlu khawatir, Leya pasti akan jaga diri baik baik. ibu juga dk sini jangan terlalu mikirin Leya, nanti sakit."

Setelah beberapa saat mengemasi barang nya, Nia pulang untuk beristirahat dan Leya juga beristirahat.

Waktu berlalu, pagi ini Leya langsung mandi untuk bersiap-siap. Setelah itu Leya berpamitan dengan ibu dan neneknya.

"Leya, ini ibu ada pegangan buat kamu."

"Makasih bu, nanti di sana Leya mau coba sekol

ah sambil kerja."

"Jangan capek capek ya, sayang." ucap Mira sedih melihat anaknya akan pergi ke kota.

"Leya, ayo!"

Pergi ke kota

Setelahnya sampai di terminal bus, Leya turun dengan susah karena orang-orang berdesakan untuk turun hingga Leya hampir saja terjatuh jika tidak ada tangan yang memegang pinggangnya.

"Hati-hati"kata orang asing itu dan langsung keluar dari bus itu.

"Terimakasih" ntah orang itu mendengar suaranya apa tidak yang penting Leya sudah mengucapkan terima kasih.

Di kota sangat berbeda dengan tempat tinggalnya, jika di desa banyak kebun-kebun tetapi suasananya masih sangat bersih dan asri, cuacanya juga cerah berbeda dengan kota yang banyak orang-orang sibuk

uiiuiiuiiiuuiiiiuiiiiiiiiiiiiiuyuyuggugugu wakesana-kemari, kendaraan yang berlalu lalang membuat banyaknya tercemar oleh polusi udara seger dan bangunan bertingkat tingkat yang menjulang tinggi.

"Ayo cepat jalan, kita cari taksi dekat sana"ajak Nia

"Tungguin Nia!" Leya berjalan setengah berlari untuk tidak ketinggalan dengan Nia.

Sepanjang jalan Leya tidak henti-hentinya mendecak kagum melihat bangunan-bangunan di pinggir jalan, terkadang ia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan itu juga berkali-kali Nia harus menegurnya karena itu sangatlah berbahaya.

"Nia"panggil Leya

"Hem" Nia hanya berdehem membalasnya sembari melihat ponselnya

"Kenapa banyak sekali rumah rumah besar dipinggir jalan?"tanyanya

"Itu bukan rumah, tapi gedung" bukan Nia yang menjawab, tapi supir taksi itu.

"Gedung?"tanyanya bingung

"Iya."

"Mbak nih dari mana toh, masa nggak tahu gedung"ucap supir itu lagi.

"Leya tau kok pak, tapi kok bisa ya setinggi itu?"

"Ya bisalah, namanya juga tempat orang kerja kantor."balas Nia yang sedari tadi diam.

"Kerja kantor? Apakah sangat menyenangkan seperti kerja di kebun pakde Karwo?"tanya Leya lagi.

"Ya beda dong Leya, kalo kerja di kebun pakde Karwo kan cuman menggarap tanah setelahnya di tanami sayuran, beda dengan kantor yang kerjanya didepan laptop, ntar kamu di suruh ini itulah sama manager nya" jelas Nia panjang lebar

Leya hanya menanggapi dengan "oh" saja.

"Tapi Nia.."

"Sudah Leya diam deh, jangan banyak tanya lagi. Aku capek tau!"

Melihat Nia yang sudah kesal begitu mau tidak mau Leya diam, walaupun banyak yang dia ingin tanyakan.

Fokusnya sekarang hanya disampingnya yang masih melewatin gedung-gedung tinggi.

Hingga tidak lama taksi pun berhenti di depan sebuah perumahan putih yang terlihat rapi di kelilingi pagar-pagar.

"Terimakasih pak"ucap Leya kepada supir taksi itu, taksi itu langsung meninggalkan perumahan itu setelah menurunkan barang barang Leya dan Nia.

"Wah besar banget rumah kamu Nia"ucap Leya kagum.

"Iya, ayo masuk di luar panas!"ajaknya

"Eh itu barang kamu jangan lupa dibawa juga."sambungnya

"Iya" Leya buru buru mengambil tas dan kopernya langsung menyusul Nia.

Di dalam rumah itu Leya tidak berhenti hentinya berdecak kamu dengan dekorasi rumahnya Nia yang begitu tersusun rapi di tempatnya.

Leya mengamati banyaknya bingkai di pasang tiap dinding, di bingkai itu terlihat foto-foto Nia yang begitu ceria di kelilingi orang-orang dan ada juga foto bersama keluarganya.

"Nah sini kamar kamu"kata Nia

"Kamar aku?"jawab Leya bingung

"Iya, pokoknya Leya jangan ngekos dulu sebelum Leya tahu tempat tempat di kota ini!"jelas Nia

Leya tersenyum lebar berkata Nia, ternyata Nia sangat baik kepadanya walaupun tidak bertemu beberapa tahun kebelakang.

"Terimakasih Nia"sembari memeluk Nia dengan tulus.

"Iya ya, sekarang Leya masuk aja istirahat pasti Leya capek kan sehari nggak ada istirahatnya"

"Iya."

Tok tok tok

"Leyaa!"

Leya mengucek matanya saat ia mendengar suara panggilan dari luar kamar.

"Leya, bangun!"

Terdengar suara dari luar lagi bersamaan dengan suara ketukan pintu.

Leya berjalan kearah pintu dan membukanya, terpampang lah wajah tidurnya dihadapan Nia.

"Susah banget kamu dibangunin, ayo turun kita makan"ajak Nia.

"Tapi aku masih ngantuk Niaa~hoamm"

"Ih ayok turun Leyaa, emangnya kamu nggak laper apa?"tanyanya

"Laper sih, tapi ngantuk juga"dengan wajah polosnya ia menjawab Nia

"Nanti aja disambung tidurnya, sekarang kita makan dulu" Nia langsung menarik tangan Leya menuju ke meja makan.

"Wahh ini Nia yang masak semua?" yang tadi mata mengantuk langsung cerah kembali setelah melihat banyaknya makanan dimeja, beragam jenis masakan hampir ada semua di atas meja.

"Iya dong, siapa lagi coba"ucap Nia sembari menepuk dadanya dengan bangga.

"Aku baru tahu ternyata Nia pandai masak"kagumnya

"Ckck udah udah jangan muji terus ntar aku terbang lagi, yuk makan!"

"Hum" dengan senang Leya duduk di samping Nia, dia sampai bingung harus makan dari mana. Biasanya di desa ia hanya makan ikan dengan nasi, terkadang jika sedang musim panas ia hanya makan nasi dengan sayur saja.

"Udah makan aja semua, ntar kalo nggak dimakan sayangnya besok pagi basi"

"Nia, jangan khawatir Leya akan makan semuanya hehe"

"Bagus dong, ini!" Nia langsung meletakkan semua lauk pauk di atas di piring Leya.

Leya yang melihat itu melongo, habisnya piringnya hampir menggunung penuh dengan daging.

"Nah makan ya, habisin"

"Apa nggak kebanyakan Nia?"tanya Leya ragu

Nia menatap ke piring Leya, "hum, tidak tuh. Apa Leya masih kurang"

"Aaa tidak tidak, ini udah cukup kok hehe"

"Yaudah di makan dong, bismillah."

Sepertinya perut Leya akan meledek setelah makan nanti,pikir Leya.

Setelah acara makan malam mereka, kini Nia dan Leya sedang bersantai di ruang tamu dengan Leya yang menonton televisi sedangkan Nia sedang bergulat dengan laptop.

"Nia"panggil Leya

"Hm?" Nia menjawab dengan deheman tanpa menoleh ke arah Leya.

"Kuliah itu gimana sih? Seru gak?"

"Seru lah, apalagi kita mendapatkan ilmu yang nggak pernah kita dapat semasa di desa"ucap Nia yang masih fokus dengan laptopnya.

"Hum gitu ya"

"Nia"panggil Leya lagi

"Apalagi"

"Kalo nanti Nia pergi kuliah, Leya gimana?"

Mendengar pertanyaan Leya yang ini, Nia diam sejenak dengan laptopnya, pikiran Nia tidak sampai disana. Bagaimana dengan Leya jika nantinya Nia pergi kuliah?, Tidak mungkinkan dia ditinggal sendiri dirumah ini yang ada dia akan mati kebosanan.

"Nia!"

"Eh apaa?"

"Kenapa diam sih, nggak denger ya apa yang aku bilang?"

"Dengar kok,"

"Terus kenapa nggak jawab?"ucap Leya cemberut

"Aku juga bingung sih, kalo ntar aku bawa kamu juga nggak mungkinkan"

"Nggak mungkin gimana?"tanya Leya bingung

"Kan disana kamu belum pada kenal semua dengan orang-orang kota, yang ada ntar kamu malah nggak nyaman lagi"jelas Nia.

"Iya tapikan, aku bisa kenalan sama mereka juga Nia"

Nia sampai berpindah tempat duduk dekat dengan Leya.

"Leya sayang, dengar ya! Dikota itu nggak seindah apa yang kamu bayangkan, ntar kalo kamu sudah nyaman dengan kota ini kami nggak bakalan bisa lepas" jelas Nia

"Apa maksudnya nggak bisa lepas?"tanya Leya yang tidak paham

"Ah, bukan apa-apa. Jangan tanya lagi ya, aku mau ngerjain tugas kuliah dulu"

Nia langsung duduk ke tempat semulanya, meninggalkan setitik rahasia yang tidak dapat Leya pahami.

Bertemu dengan nya

Hari ini adalah hari yang paling membuat Leya bosan, dia tidak memiliki teman di sini karna Nia pergi ke kampus.

"Apa Leya keluar aja ya jalan jalan." ucap Leya pada dirinya sendiri.

Merasa tidak nyaman di rumah akhirnya Leya pergi berjalan jalan menelusuri jalanan, dia sedikit gugup karna banyak kendaraan berlalu lalang.

"Awhss" ringis Leya saat menabrak seseorang.

"Hm" kesal orang itu membersihkan jas nya bekas kepala Leya yang menabrak bidang dada nya.

"Dihhh, gitu doang sampe di kebas kebas." nyinyir Leya kesal. Padahal dirinya baru saja ingin meminta maaf, namun melihat perilaku pria itu membuat nya malas untuk meminta maaf.

Pria itu pergi meninggalkan Leya sendiri, membuat Leya semakin kesal. Menurut nya orang orang di kota sangat sombong.

Tanpa sadar Leya sudah berjalan sangat jauh, dia sampai di sebuah taman. Namun dia ketakutan karna tidak tau jalan pulang, dia tidak membawa handphone untuk menelpon Nia.

Saat ini taman sepi karna masih pagi, Leya bingung meminta tolong pada siapa.

Leya melihat orang yang dia tabrak tadi di tepi taman, entah apa yang pria itu cari. Leya langsung menghampiri nya.

"Permisi."

"Hm?" pria itu hanya berdehem menjawab ucapan Leya.

"Kenalin aku Leya." ucap Leya ramah tersenyum manis, membuat pria itu menoleh ke arah nya.

Deg!

Tiba tiba saja jantung pria itu berdetak sangat kencang."Cantik" ucap nya tampa sadar.

"Hah?" beo Leya.

"Gak" Jawab pria itu singkat

"Oh ya, soal tadi Leya minta maap ya." tulus Leya.

Pria itu terdiam mendengar bahasa gadis di hadapannya ini, sangat polos. Lalu dia mengerutkan dahinya bingung."Buat?"

"Tadi Leya nabrak kamu." jari telunjuk Leya menunjuk ke arah bidang dada pria itu yang dia tabrak tadi.

"Ternyata ini orang yang menabrak saya tadi"

"Emm, maap." Leya gelagapan saat pria itu menggunakan bahasa yang terlalu formal menurut Leya.

"Ada apa?" tanya Pria itu

"Leya boleh minta tolong gak? Eee kamu tau jalan Indrasari blok E, no 15?" tanya Leya.

"Ya"

"Boleh antarin?"

"Merepotkan." ketus pria itu.

"Emm gak boleh ya?" Leya menatap pria itu dengan raut wajah sedih, namun terlihat lucu oleh pria itu.

Pria itu berjalan memasuki mobilnya lalu menyuruh Leya masuk, dengan senang hati Leya langsung memasuki mobil mewah tersebut.

"Mobil kamu bagus banget." kagum Leya.

"Mau?"

"Ehhh gak gitu." ucap Leya cepet.

"Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Leya penasaran.

"Damian Aarav Niell."

"Namanya bagus." puji Leya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai. Leya tersenyum manis pada Damian, dia melambaikan tangan pada pria itu.

"SEMOGA KITA KETEMU LAGI YAA." teriak Leya tersenyum gembira.

Setelah itu Damian langsung pergi menuju kantor nya, di kantor beberapa karyawan menyapa dirinya namun dia hanya cuek.

"Remon!" teriak Damian

"Iya tuan?"

"Cari tau tentang seorang gadis bernama Leya." ucap Damian langsung berfokus kepada laptop nya.

Remon hanya tersenyum kikuk, Damian memang seperti itu. Dia hanya memberi tahu nama dan ingin langsung dapat identitas yang di cari.

Di sisi lain Leya benar benar bosan, rasanya dia ingin pulang ke kampung.

"Assalamualaikum."

Leya tersenyum, akhirnya yang di tunggu tunggu datang juga. Dia berlari dengan cepat membuka pintu dan memperlihatkan Nia yang baru datang.

"Leya, kenalin nih Maxwel. Dia temen aku, dia yang akan bantu ngurusin pindahan sekolah kamu."

'Ya tuhan, ganteng banget' batin Leya, matanya berbinar binar melihat Maxwel.

"Boleh gue masuk?" tanya Maxwel pada Nia dan Leya.

"Ehh boleh kok." ucap Leya karna menghadang di pintu.

"Kenalin aku Leya." sapa Leya tersenyum manis.

"Okee, gue Maxwell."

Setelah berbincang cukup lama, Maxwell pamit untuk pulang, dua hari lagi dia akan ke sini lagi untuk membawa Leya ke sekolah baru nya.

Setelah Maxwell pulang, Leya mendekati Nia dengan tersenyum gembira."Leya, kak Maxwell ada pacar ya?"

"Dihh, kenapa kamu nanyain itu?"

"Gakpapa, dia ganteng banget tauuu."

"Belom tuh, kalau mau pepet aja."

"Nia gak suka sama kak Maxwell?" bingung Leya.

"Gak, aku suka sama temen nya. Namanya Saka hehe." cengingir Nia.

"Lohh, Nia ada pacar?"

"Belom jadi sih, aihss aku aja bingung gimana dapetin itu cowo." ucap Nia merebahkan tubuhnya lemes

"Gampang, nanti Leya bantu."

Tidak lama kemudian mereka berdua langsung menuju dapur untuk masak, mereka akan menyiapkan makan malam. Namun, Nia hanya membantu saja karna dia akan makan malam di luar

"Niaa kok gak ajak Leya sih?" tanya Leya.

"Ini sama temen temen, gak enak kalau soalnya kita bahas tugas. Nanti kamu di sana ngapain?"

"Emm iya sih, Leya takut ganggu. Yaudah Leya di rumah aja, palingan Leya keluar bentar cari angin."

Nia hanya tersenyum."Jangan jauh jauh, nanti kesasar."

"Oh yaa, dulu pas di kampung Nia bilang ada perpustakaan yah, yang kita bebas baca baca di sana. Bahkan Nia bilang ada taman juga? Nia bilang kalau banyak novel juga."

"Oh iya, kebetulan deket dari sini."

"Nia anterin Leya ke sana ya? nanti pulang sendiri kok."

"Boleh, abis makan malam langsung aja siap siap, aku mau pergi cepet."

"Oke Nia!" ucap Leya langsung berlari menuju kamar mandi, dia akan mandi dan setelah itu makan malam.

"Kamu cakep banget Leya." puji Nia setelah Leya selesai mandi.

"Makasih Nia, makasi juga udah beliin Leya baju baru. Kalau Leya ada duit pas kerja, Leya ganti kok."

"Santaii, kek sama siapa aja.".

Setelah makan malam Leya langsung pergi di antar oleh Nia, dia mengingat jalan untuk pulang nanti.

"Nanti langsung pulang kerumah ya, bahaya malam malam di luar. Jangan maleman juga pulang nya." peringat Nia yang di anggukan kepala oleh Leya.

Singkat cerita Nia langsung pamit meninggalkan Leya di perpustakaan, banyak sekali macam buku di sana, Leya membaca beberapa buku pelajaran dan novel. Tidak sadar jam sudah menunjukan pukul 22:40.

"Lohh udah mau jam 11 malam." kaget Leya melihat jam di dinding itu.

Leya langsung keluar dan mengingat jalan menuju rumah. Dia melewati jalan yang lumayan sepi, karna dk daerah ini lumayan jauh dari perumahan.

"Aduhh, Leya kok tiba tiba takut ya." ucap Leya gemetar, tiba tiba saja Leya kaget melihat seseorang yang tidurr di jalanan. Leya langsung menghampiri orang itu.

"Lohhh? Damian?" kaget Leya.

Pria itu menghembuskan nafasnya gusar, seperti nya dia sedang mabuk. Leya sangat bingung sekarang, dia tidak mungkin meninggalkan pria ini sendiri di jalan, dan dia juga tidak mungkin membawa nya kerumah.

"Damian,

ini aku Leya." panggil Leya.

"Hm" pria itu berdehem namun mencengkram tangan Leya kuat.

"Lepasin."

"Tuan!" panggil seseorang berlari menuju mereka berdua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!