"Loly, kamu bisa bantuin kakak nggak?" teriak Bella yang bersiap-siap untuk pergi.
"Bantuin apa kak?" jawab Loly yang terpaksa harus tinggal bareng Bella kakak perempuannya yang sudah menikah, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
"Kamu tolong setrikain baju kerjanya mas Vadel ya, soalnya kakak sudah ngak sempat. " teriak Bella buru-buru pergi meninggalkan rumah.
"Baik kak."
Setelah kepergian sang kakak, Loly mulai mengambil stelan pakaian kantor Vadel, yang sudah disiapkan Bella sebelumnya.
"Lagi apain Ly?"
"Aaaaaaw.., Mas Vadel bikin kaget aja." ucap Loly yang sempat terlonjak kaget begitu Vadel muncul tiba-tiba dibelakangnya dengan jarak yang begitu dekat, bahkan Loly tidak berani membalikkan posisi tubuhnya, agar tidak bersentuhan.
"Apa Bella sudah berangkat ke kantornya?"
"Sudah mas, sepertinya buru-buru banget. Makannya Loly yang bantuin nyetrika dan nyiapin baju kerjanya mas Vadel."
"Terimakasih Ly, kamu memang adik iparku yang begitu pengertian."
"Ini bajunya sudah siap mas."
"Aaahhhggg!"
Saat hendak berbalik dan menyerahkan pakaian Vadel, Loly kembali dibuat kaget dan refleks berteriak.
"Kamu kenapa sih Loly, suka banget berteriak. Malu kedengaran tetangga tau!" ucap Vadel berkacak pinggang, dengan penampilannya yang hanya
"Abisnya mas ngapain ngak pakai baju, malu tau?" Loly memonyongkan bibirnya cemberut dan menatap kearah lain dengan wajah memerah karena malu, tidak ingin tergoda dengan bentuk tubuh Vadel yang begitu mempesona.
Gadis itu masih gemetaran hanya mengenakan handuk kecil untuk menutupi bagian tertentu tubuh atletis nya.
“Aduuuuuh, mataku yang polos. Jantungku yang selama ini berdetak normal, kenapa kalian sekarang sudah tidak seperti biasa lagi, mataku sadarlah, jangan terpesona pada laki-laki ini, dia itu kakak iparmu Lolly. Jantung sadarlah jangan engkau terus berdebar tidak menentu seperti ini.” Gumam Lolly berusaha menetralkan perasaannya.
"Santai aja kali..., lagian bagaimana mau pakai baju. Kan masih disetrika sama kamu?" jawab Vadel tersenyum puas melihat wajah Loly merah merona seperti kepiting rebus. Lalu Vadel mengenakan kemeja, bahkan dia terlihat cuek dan mengabaikan keberadaan Lolly yang masih mematung.
"Sekali lagi makasih ya Loly cantik." ucap Vadel mengerlingkan sebelah mata Sedangkan Loly masih melongo melihat perubahan sikap Vadel semenjak dia tinggal disana.
***
"Sebaik aku segera mandi, bersiap-siap untuk pergi kekampus." gumam Loly membuka pakaiannya, sehingga tinggal dalaman saja yang membalut tubuh indahnya.
"Rasanya sangat segar dan menenangkan." Loly bersenandung kecil seraya memejamkan matanya untuk beberapa saat, menikmati suasana tenang dan aroma wangi bunga mawar sabun kesukaannya. begitu membuka matanya Loly tiba-tiba melihat seekor kecoa didinding kamar mandi seolah-olah berjalan kearahnya.
"Aaaa.... tolong!!!."
Loly menjerit keras karena ketakutan, dia berusaha kabur keluar kamar, namun naas Loly malah terpeleset di lantai kamar mandi. sehingga dia hanya bisa menangis menahan bokongnya yang pegal dan kakinya yang ikutan perih tidak bisa berdiri lagi, bahkan untuk sekedar menarik handuk yang tergantung di dinding.
Teriakan nyaring suara Loly barusan, membuat langkah Vadel yang hendak berangkat ke kantor terhenti seketika. refleks dia berlari menuju asal suara barusan.
Sedangkan kedua tangan Loly berusaha memeluk tubuh polosnya, begitu mendengar suara langkah kaki mendekat.
Tok!tok!tok!
"Loly apa kamu baik-baik saja dek!" terdengar nada panik suara Vadel dari balik pintu kamar mandi.
"Aaa..aku tidak apa-apa mas, hick...hick.." Loly berusaha untuk berbohong, antara membutuhkan bantuan Vadel, namun belum rela jika tubuh polosnya terlihat, sehingga dia menahan sebisa mungkin rasa sakit dan suara isak tangisnya.
"Ayo Vadel, ini kesempatan emas bagimu untuk melihat kemolekan tubuh adik ipar mu, bukankah selama ini kamu menyukainya. dobrak saja pintunya. berpura-pura jadi dewa penolong!" batin Vadel mendengar bisikan dari telinga sebelah kirinya.
Sedangkan disisi kanan juga terdengar bisikan. "Jangan Vadel! memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan itu tidak boleh. kasihan Loly, dia masih gadis belia yang polos dan lugu."
Vadel menjadi dilema dengan pikirannya, sehingga dia menuruti kata hatinya yang begitu tergoda dengan bentuk tubuh Loly yang masih segar dan montok. sehingga dia nekat mendorong kuat pintu kamar mandi.
"Bruuuaaak!!!"
"Wuuuaaa...mas Vadel!!!" Loly kembali berteriak panik dan kaget tidak menyangka jika Vadel akan senekat ini masuk kedalam kamar mandinya, kedua tangan Loly berusaha memeluk tubuhnya sendiri, gadis itu benar-benar malu.
"Aduuh!! Kenapa harus pakai adengan jatuh segala lagi, sial!!" umpat Loly merasa malu.
Mata Vadel terbelalak melihat pemandangan dihadapannya, sama persis dengan apa yang sedang dipikirkannya selama ini. Deru nafasnya mulai memberat. Loly begitu cantik, kata-kata bidadari surga sangat cocok disematkan untuk dirinya. meskipun dia terlihat pucat, berlinang air mata, dan rambutnya yang basah. namun semua itu tidak mengurangi pesona ayu wajahnya yang putih mulus bagaikan susu.
"Jangan dekat, mas Vadel tolong cepatan tutup matanya!" teriak Loly nyaring.
Meskipun tidak rela, Vadel mengikuti saja meskipun dia tidak benar-benar menutup mata seutuhnya, rugi jika pemandangan yang begitu menggairahkan ini terlewatkan begitu saja.
Susah payah Loly menggapai benda apapun untuk menutupi tubuhnya, Vadel yang baru sadar dari keterpanaanya segera meraih jubah mandi, melemparkannya pada Loly yang langsung cepat-cepat dikenakannya, sedangkan detak jantung Vadel jangan ditanya lagi, seakan ingin meledak saat itu juga. Setelah berhasil menguasai keadaan kembali, Vadel langsung memanfaatkan kesempatan berjalan mendekati Loly yang masih menundukkan kepalanya.
"Apa aku pura-pura pingsan aja ya? Wah ide menarik." Loly langsung terkulai lemas, namun harapannya tidak sesuai keinginan, begitu tubuhnya ditangkap oleh tangan kokoh dan langsung digendong berjalan keluar dari dalam kamar mandi. gadis itu terlihat berusaha untuk menahan segala rasa, sedih, malu dan nyeri akibat jatuh barusan. meskipun Vadel terlihat masih menutup matanya.
"Loly, kamu kenapa bisa jatuh hingga seperti ini?" tanya Vadel lembut, tidak seperti sikap yang biasanya dia tunjukkan pada bawahannya.
"Aku terpeleset mas, karena kecoak berlari menuju ke arahku!" menunjuk kearah dinding, sedangkan kecoa yang ditunjuk Loly, segera bersembunyi menyelamatkan diri dan berpura-pura tidak tahu akan nasib sial yang sudah menimpa Loly karena ulahnya.
"Ha...ha...dasar manja, cengeng kamu Loly."
Vadel tertawa renyah, tanpa basa-basi lagi dia langsung mengangkat tubuh gadis itu berjalan keluar dari kamar mandi.
"Mas, tutup matamu. Jangan pandangi aku terus-terusan!" protes Loly, karena jalan Vadel mulai tidak benar, bahkan kepala Loly beberapa kali hampir terbentur pintu dan dinding kamar mandi.
"Diamlah Loly, seharusnya kamu berterimakasih karena sudah mas tolongin."
Secara diam-diam Loly tersenyum menatap wajah pria yang sudah menjadi kakak iparnya itu, Pandangan Loly seakan tidak bisa lepas, rahang yang kokoh dan terlihat jantan. kedua alis tebalnya seakan menambah pesona ketampanannya. Begitu juga dengan postur tubuhnya yang sangat mendukung. Sehingga wanita manapun akan langsung tergila-gila jika melihatnya.
"Mas Vadel sangat tampan, jika dilihat dengan jarak yang begitu dekat seperti ini, astaga apa yang sudah aku pikirkan, sadarlah Loly...dia suami kakakmu." batin Loly berusaha menahan gejolak yang terus berkecamuk di benaknya.
"Puas kamu mencuri-curi pandang pada wajah tampanku, Loly?" ucap Vadel tersenyum membuat Loly bersemu merah karena malu ketahuan.
"Aku tidak menatapmu mas, jadi jangan kegeeran." Loly ketus.
Vadel menidurkan Loly di atas ranjangnya, lalu menarik sebelah kaki gadis itu yang keseleo barusan.
"Mas Vadel, mau apa dengan kakiku?"
"Aku akan memijidnya, agar tidak keseleo lagi. apa kamu keberatan jika kakimu aku sentuh."
"Tid...tidak mas."
Loly akhirnya pasrah, bukannya dia menolak tapi selama ini Loly tidak pernah disentuh oleh lawan jenis, hanya Vadel laki-laki pertama yang menyentuhnya.
"Aduuh...! pelan-pelan mas, ini sakit sekali."
"Tahanlah, agar kamu bisa berjalan normal kembali." bujuk Vadel terus memijit lembut, berusaha menahan desiran dalam hatinya.
"Bagaimana rasanya?"
"Syukurlah, kakiku tidak begitu perih lagi. bahkan sudah ringan saat di langkah kan kembali. begitu juga dengan pinggangku."
"Istirahat, mas akan menjagamu." ucap Vadel tersenyum manis dan tulus sekali.
"Apa mas nggak kerja, lagian aku nggak papa kok di tinggal sendirian dirumah." tolak Loly halus dan mulai merasa tidak nyaman begitu Vadel semakin mendekat, mengingat hanya mereka berdua saja berada didalam rumah. Sedangkan asisten rumah tangga mereka bibi Ijah masih cuti pulang kampung.
"Masalah pekerjaan bisa diatur adik kecilku, kan ada asisten mas yang bisa menghandle dulu." balas Vadel sebelah tangannya terangkat hendak membelai wajah Loly, namun kembali di urungkan nya lalu melangkah keluar kamar untuk membuatkan segelas teh hangat untuk Loly.
"Kenapa jantungku kembali berdebar-debar seperti pertama kali jatuh cinta? oh... jantung apa kamu baik-baik saja didalam sana?" bathin Vadel.
***
"Bagaimana dengan kakimu, apa sudah sembuh?" tanya Bella begitu duduk bersebelahan dengan Loly menikmati sarapan mereka masing-masing, beruntung tidak ada Vadel, sehingga Loly merasa lebih nyaman dan bisa ngobrol leluasa.
"Sudah mendingan kak." jawab Loly.
"Kenapa kalian sarapan berdua saja, tanpa membangunkan aku?" Ucap Vadel tiba-tiba muncul, lalu memilih duduk bersebelahan dan berdekatan dengan Loly yang terlihat panik takut jika kakaknya Bella akan salah sangka.
"Habisnya kamu tidur kayak kebo', susah dibangunin nya." ledek Bella asal.
"Mas, pagi ini aku harus pergi keluar kota ada urusan pekerjaan yang mendesak sekali yang harus aku selesaikan, aku titip adikku Lolly ya." ucap Bella sambil menikmati sarapannya.
"Tentu, aku akan menjaga Lolly dengan baik, berapa lama rencananya kamu disana?"
"Satu atau dua harian lah, mas."
"Apa? Dua hari? kenapa kakak harus nginap. Trus aku dirumahnya sama siapa?" protes Loly, Membuatnya benar-benar tidak mengerti dengan sikap pasangan suami-isteri di depannya yang terlihat santai jika berjauhan.
"Kamu tidak sendirian, kan ada mas Vadel. Jangan manja Loly, kamu itu harus mandiri dan tidak boleh manja kayak dulu lagi." ucap Bella tanpa ada rasa curiga sedikitpun jika adiknya mulai tidak nyaman dengan suaminya.
"Kenapa duduknya digeser, apa kamu keberatan duduk bersebelahan denganku?" bisik Vadel menaiki sebelah alisnya ke atas.
"Bu... bukan begitu mas, tapi akan lebih baik jika mas dekat kak Bella, istri sah mas Vadel sendiri."
"Aku tidak bisa lama-lama, mobil jemputan dari perusahaan sudah datang, aku pergi dulu." Ucap Bella menyambar tas kerja dan koper yang sudah disiapkan sebelumnya.
Loly menatap sedih punggung kakaknya, dia merasa akan sangat kesepian tanpa Bella dirumah ini.
"Sekarang tinggal kita berdua saja, apa kamu mau berangkat bareng mas saja ke kampus?"
"Ngak usah mas, aku juga terburu-buru karena hari ini ada tugas mata kuliah." Loly segera menyambar tasnya, pamit tidak ingin berduaan lebih lama lagi dengan Vadel.
***
Malamnya Vadel, sama sekali tidak bisa memejamkan mata. gairah liarnya membuat pria dewasa itu mulai berfantasi liar, pikirannya kembali membayangkan tubuh polos Lolly yang dilihatnya kemaren.
Dikamar Lolly sudah menutup rapat pintu, menenggelamkan tubuh dalam balutan selimut tebalnya.
Tiba-tiba suara petir yang diikuti hujan lebat, membuat mata Lolly semakin susah untuk dipejamkan. dia menarik guling kedalam pelukannya untuk mengusir rasa takut.
"Klik."
Semua terlihat gelap, sudah sering terjadi jika sedang hujan lebat dan petir seperti ini. listrik sering mati tiba-tiba.
Lolly mengunakan penerangan pakai ponselnya namun sial baterai nya ikutan lowbat, diluar terdengar pintu kamar yang terus digedor-gedor dari arah luar.
"Dek....dek Lolly, buka pintunya." teriak Vadel dari luar kamar, namun Lolly tetap mengabaikannya takut beranjak dan turun dari ranjangnya. hingga pintu dibuka dengan kunci cadangan.
"Dek, dari tadi mas panggil-panggil kok ngak nyahut. ini mas bawain lilin sebagai penerangan." balas Vadel berjalan semakin mendekat.
"Terimakasih mas."
"Kamu takut ya dek dengan suara petir, apa boleh malam ini mas temani kamu tidur. mas janji ngak bakal macam-macam kok." ujar Vadel duduk di sisi ranjang.
"Tidak usah mas, lagian kita tidak boleh berada dalam kamar yang sama. dan satu lagi, mas tidak bisa main masuk gitu aja kedalam kamar ini, aku tidak suka." ucap Loly dengan suara bergetar.
"Baiklah dek, mas minta maaf."
Vadel berdiri namun baru beberapa langkah, hembusan angin membuat lilin yang dibawanya barusan padam diikuti kembali dengan suara petir yang menyambar lebih keras dari sebelumnya, Lolly yang ketakutan refleks menghambur memeluk tubuh Vadel.
"Loly takuuut mas."
"Sudah.... sudah, mas akan temani Lolly." bujuk Vadel kembali menyalakan lilin, pandangan mereka bertemu meskipun dalam pencahayaan yang temaram.
Bak kata pepatah, saat dua insan berlainan jenis berada dalam ruangan yang sama maka akan muncul pihak ketiga. Begitulah yang mulai dirasakan pasangan terlarang ini, entah setan apa yang merasukinya tiba-tiba Vadel mencium bibir Lolly.
Melihat tidak ada penolakan dari Lolly, membuat Vadel semakin bersemangat dan terbakar gairah, yang tentunya lebih handal dalam hal bercinta. Hingga membuat Lolly terbang melayang terbawa suasana. Bahkan dia tidak sadar jika sebagian kancing bajunya sudah terbuka, perlahan namun pasti tangan Vadel menyusup masuk kedalam, yang tentunya belum pernah disentuh oleh pria manapun.
Hati dan pikiran Vadel sudah dipenuhi oleh gairah dan hasrat menggebu, sehingga dia tidak bisa untuk berfikir secara jernih. Tangan Vadel tidak bisa dikondisikan lagi.
"He... hentikan mas Jangan mas...! jangan lakukan ini pada Lolly." Tolak Lolly, gadis itu berusaha mengembalikan kesadarannya. Vadel dengan tatapan mesum penuh gairah mendekatkan wajahnya kearah Lolly. lalu mengunci pergerakan gadis itu dari atas. Menatap wajah cantik Lolly dari dekat merupakan kesenangan tersendiri bagi Vadel, sedangkan Lolly semakin ketakutan bahkan untuk bernafas pun dia seakan tidak mampu mengingat jarak mereka yang begitu dekat, bahkan hembusan nafas Vadel terasa hangat menyentuh kulit wajahnya.
DEGH....!!! DEGH!!!
Detak jantung Lolly semakin tak menentu, berbagai pertanyaan tentang sikap sang kakak iparnya padanya selama ini berkecamuk dihatinya.
Vadel mengulum senyum melihat mata Lolly yang bergerak-gerak meskipun tertutup, dia menikmati wajah cantik dan tingkah Lolly yang seketika ampuh membuat beban pikirannya dan rasa lelah pada pekerjaannya seketika hilang.
Jari-jari Vadel menelusuri lekukan wajah Lolly dengan sangat lembut, kembali mencium bibir yang membuatnya kecanduan dan tergoda selama beberapa hari ini.
"Mas Vadel, apa-apaan ini, bukankah kita sudah seperti saudara kandung. Bahkan kedua orang tuaku menitipkan aku pada mas dan kak Bella."
DEGH....!!! DEGH!!!
Detak jantung Lolly semakin tak menentu, berbagai pertanyaan tentang sikap sang kakak iparnya padanya selama ini berkecamuk dihatinya.
Vadel mengulum senyum melihat mata Lolly yang bergerak-gerak meskipun tertutup, dia menikmati wajah cantik dan tingkah Lolly yang seketika ampuh membuat beban pikirannya dan rasa lelah pada pekerjaannya seketika hilang.
Jari-jari Vadel menelusuri lekukan wajah Lolly dengan sangat lembut, kembali mencium bibir yang membuatnya kecanduan dan tergoda selama beberapa hari ini. Bibir manis yang belum pernah disentuh oleh pria manapun.
"Mas Vadel, apa-apaan ini, bukankah kita sudah seperti saudara kandung. Bahkan kedua orang tuaku menitipkan aku pada mas dan kak Bella."
"Selama ini aku tidak pernah menganggap mu sebagai saudara, jadi jangan kegeer'an adik manis."
"Tapi kenapa mas mau menampungku disini, tolong izinkan aku kembali pulang ke kampung saja." Pinta Loly yang sudah tidak merasa nyaman lagi untuk tinggal bareng saudara perempuan dan kakak iparnya tersebut.
"Tidak! Disini aku yang menentukan, kamu tidak diberi kuasa untuk menolak. Mulai sekarang kamu menjadi wanita ku, menggantikan posisi kakakmu yang tidak pernah memperhatikan dan memenuhi kebutuhan ku selaku suaminya. dengar itu ... gadis kecilku yang imut.. "
"Apa? kenapa harus aku yang mengantikan tugas kak Bella? tadi dia ngomong apa? Gadis kecil yang imut? Panggilan yang sangat jelek." Gumam Loly mengepalkan tangannya kesal karena sikap Vadel yang sesuka hati.
"Oke terserah, tapi mas Vadel minggir dulu dari atas tubuhku... berat tau." Loly berusaha mendorong tubuh Vadel, namun tenaganya kalah banyak. pria itu malah merenggangkan kedua kalinya, meraba paha putih mulus Loly, membuat nafas Loly kembang kempis tak berdaya merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya selama ini.
"Kamu menikmatinya baby?"
"Tidak! Tolong hen... hentikan kak."
"Kak Vad....!"
Loly tidak bisa berkata-kata lagi, ketika bibirnya kembali dilumat oleh pria itu, meskipun dia bukan gadis yang polos dan tidak tahu apa-apa. Loly dan sahabat dekatnya Nadin, pernah iseng-iseng nonton film dewasa. Meskipun begitu dia sangat menjaga dirinya dari lawan jenis yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya.
"Kamu sangat cantik Lolly."
Vadel semakin menggila, seakan ingin menumpahkan fantasi liarnya setiap melihat Loly selama ini. Semakin tertantang dengan penolakan Loly yang hanya setengah-setengah mendorong tubuhnya.
Bisikan suara lembut Vadel yang penuh gairah, membuat tubuh Loly gemetaran, gadis itu semakin ketakutan. Ingin rasanya dia mendorong tubuh Vadel lalu mencakar- cakar wajahnya dengan jurus kucing ngamuk, tapi tidak bisa dia lakukan.
Wangi tubuh Loly membuat Vadel memperdalam ciumannya, Loly semakin pucat keringat dingin membasahi tubuh gadis itu, kata hati terdalamnya ingin berteriak memaki-maki perbuatan athan, yang bertolak belakang dengan bahasa tubuhnya yang seakan ikut menikmati.
Vadel menghentikan sejenak ciumannya, dia menatap Loly sambil mengusap bibir gadis itu dengan ibu jarinya.
"Lumayan cantik, tinggi dan kulit putih bersih, Loly benar-benar tipe idamanku dari dulu." Gumamnya.
"Ini first Kiss, mas Vadel sudah merebutnya dariku."
"Loly, jujurlah. apa benar kamu belum pernah disentuh pria lain?"
"Tidak! Cuma mas Vadel yang berani melecehkan aku seperti ini." Jawab Loly kesal.
"Berarti kamu juga belum pernah tidur dengan Pria manapun?"
"Bussyaet, pertanyaan macam apa ini? Sabarr...aku harus mengikuti saja pertanyaan kakak ipar gilaku ini... demi mendapatkan kebebasan untuk kembali pulang kerumah orang tuaku lagi." Umpat Loly dalam hatinya.
"Jawab?"
"Tentu saja belum, Aku masih perawan mas."
"Angkat bajumu begitu juga dengan rok yang kamu kenakan! aku ingin mematikan jika kamu benar-benar masih perawan."
"Tidak mau, mas Vadel sudah keterlaluan."
"Kalau begitu aku terpaksa melaporkan dirimu pada Bella, karena sudah menggodaku seperti ini."
"Tidak! Mas yang sudah masuk duluan ke dalam kamar ini." Ucap Loly protes.
"Bella akan lebih percaya aku dibandingkan kamu, Loly."
Loly tertunduk pasrah, selama ini kakaknya Bella memang lebih mempercayai suaminya dibandingkan dirinya. refleks Loly mengangkat beberapa centi roknya keatas setelah itu baru bajunya. Vadel menganggukkan kepalanya tanda dia sudah puas memandangi bagian tubuh Loly yang indah sambil tersenyum culas.
"Dasar kakak ipar otak mesum, jika tidak ingin mendapatkan masalah dengan kak Bella, dan pesan kedua orang tuaku agar patuh karena hanya merekalah keluarga yang aku miliki sekarang. Tidak sudi rasanya menjatuhkan harga diriku dan bertahan tinggal disini." Gumam Loly.
Mata elang Vadel terus memperhatikan Loly, seolah-olah paham apa yang sedang dipikirkan gadis yang tengah berkeringat dingin tersebut.
"Aku bisa menuruti semua keinginanmu, tapi dengan satu syarat."
"Apa syaratnya mas?" Tanya Loly dengan mata berbinar-binar penuh harap.
"Buka juga celana dalammu...." Bisik Vadel tersenyum nakal.
"What's."
Loly hampir pingsan saat mendengarnya, belum sempat tersadar dari keterkejutannya, sebelah tangan Vadel menyusup masuk meremas ke-dua gundukan milik Lolly, membuat Lolly tanpa sadar mendesah tertahan.
"He...hennn... hentikan mas."
Vadel kembali mencium bibir Loly dengan begitu lembut, sehingga detak jantung Loly seperti genderang mau pecah melompat ke sana kemari. Dia ikut terbawa suasana dan terlupa akan ucapan Vadel barusan yang begitu menyinggung perasaannya.
"Bernafaslah dengan benar."
Untuk pertama kalinya Loly merasakan sensasi luar biasa, sesuatu yang sulit untuk diungkapkan rasanya keluar dari bagian tubuhnya. Vadel menatap wajah Loly yang masih bersemu merah sehabis pelepasan pertamanya. Susah payah Loly berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya.
"Mas Vadel telah melecehkan aku..hick.hick.." Loly mendorong keras tubuh Vadel berlari keluar kamar menuju kamarnya sendiri dilantai dasar.
"Aku memang pria brengsek Loly, tapi hanya padamu." gumam Vadel menatap punggung Loly yang sudah menjauh.
***
Pagi-pagi sekali Loly sudah bangun, dia tidak ingin bermalas-malasan. Meskipun hati kecilnya ingin sekali menghindari sang kakak iparnya yang kelewatan mesum.
Loly mulai sibuk menumis sayuran, telur ceplok kesukaannya, termasuk kopi hitam untuk Vadel. Mengingat Bella selama ini hampir tidak pernah mengurus segala sesuatunya, termasuk sarapan untuk suaminya sendiri. Yang sekarang dia serahkan sepenuhnya pada sang adik mengingat Vadel yang mulai keberatan untuk memperkerjakan art di rumah mereka semenjak kedatangan Lolly.
"Hhhmm'mm..!"
Loly yang tengah sibuk segera menoleh melalui pantulan kaca, dia baru tersadar jika pergerakannya sibuk didapur tidak pernah terlepas dari perhatian Vadel.
"Loly, aroma kopi hitam buatan mu benar-benar nikmat." ucap Vadel berjalan mendekat.
"Iya, mas Vadel silahkan minum. Kopinya sudah Loly siapkan."
"Loly, kamu mau ke mana? Duduklah temani mas sarapan." tanya Vadel begitu Loly hendak pergi.
"Mas, soal kejadian semalam. Aku tidak ingin terulang lagi. Anggap saja semua tidak pernah terjadi diantara kita." ucap Lolly menundukkan wajahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!