"Yang, kamu gak ngasih selamat? " Kata seorang pemuda berseragam Abu-abu pada wanita yang masih duduk di atas kuda.
"Ya, Selamat, aku baru tau kalau kamu pengumuman hari ini." Kata Wanita itu lalu turun dari kudanya.
Wajah putih merona berlumur keringat itu nampak mempesona di pandangan pemuda yang masih memakai seragam sekolah bercoret warna-warni itu.
"Ckkk lalu bagaimana? aku boleh melamar kamu? " Kata Pemuda berseragam Abu-abu itu menghampiri Wanita yang berjalan menuntun kuda menuju kandangnya.
"Dasar! Kamu tak bosan bertanya begitu setiap saat? Al, ayolah kamu masih muda, langkahmu masih panjang, Jangan buang waktu dengan mengejar ku yang tak mungkin bisa jatuh cinta. " Kata Wanita itu.
"Zeaaa, Ini sudah enam bulan berlalu sejak aku kenal kamu loh." Kata Al Jovano merasa kesal karena masih sama jawaban dari pujaan hatinya itu.
"Al,Udah gak usah bahas itu, kita berteman saja. Ayo aku traktir atas kelulusan kamu. " Kata Zea lalu melepas sepatu berkudanya.
Al Jovano mengikuti Zea, "Jangan ikuti aku! Aku mandi dulu dan berganti baju!" Kata Zea masuk ke ruangannya.
"Ckkk" Al Jovano duduk menanti di depan ruangan Zea.
Zea adalah pemilik stable kuda ini, Zea seperti wanita ambisius yang tak ingin memikirkan jodoh. Zea habiskan waktunya di karir dan hobi yang dia tekuninya, hingga Al Jovano merasa lelah mengejar tanpa di anggap.
Zea keluar dengan wajah yang jauh lebih segar dan cantik, Al Jovano bisa menghirup aroma segar yang kas dari tubuh Zea meski jarak keduanya berjauhan.
"Kamu mau makan apa? Kita ke kafe stable aja. " Kata Zea berjalan mendahului Al Jovano.
"Aku ingin makan kamu, boleh? " Jawab Asal Al Jovano mengimbangi langkah wanita 26 tahun di hadapannya.
Zea menatap Al Jovano kesal, "Kamu masih di bawah umur Al. Aku lebih pantas sebagai kakak untukmu." Kata Zea selalu menginginkan perbedaan usia antara Al Jovano dengan dirinya.
Yah, Zea wanita karir berusia 26 tahun, Zea lelah menanggapi pemuda atau lebih tepatnya remaja di sebelahnya itu, konyol bagi dirinya jika sampai menerima cinta atau lamaran dari pemuda berseragam Abu-abu itu.
***
Di kafe.
Zea mentraktir semua makanan kesukaan Al Jovano, 6 bulan pemuda itu selalu merecoki dirinya setiap hari tanpa bosan sehingga nyaris dirinya hafal semua kesukaan Al Jovano begitupun sebaliknya.
Hubungan tidak jelas antara mereka, bukan teman, bukan sepasang kekasih namun sering berada bersama, seperti saat ini makan bersama dan berbagi makanan bersama, mendengar cerita satu sama lain membuat mereka nyaman.
"Zea." Kata Al Jovano setelah selesai makan.
"Kakak!" Kata Zea tak suka di panggil nama saja, bagaimana pun usianya beda 7 tahun lebih tua dari pada pemuda itu.
"Yang. " Jawab Al Jovano memanggil Zea layaknya kekasih.
"Ckkk. Jangan buat orang lain salah paham tentang kita! " Tegur Zea, setiap kali di panggil sayang oleh Al Jovano.
"Biarin. Apa sih kurang ku?" Tanya Al Jovano menatap Zea yang masih memakan makanannya.
"Banyak." Jawab Asal Zea tanpa memandang pemuda yang menatap dirinya penuh damba itu.
"Contohnya? " Tanya Al Jovano meminta penjelasan.
"Kamu masih muda." Jelas Zea malas tanpa menoleh pada Al Jovano.
"Aku sudah besar Zea, Aku sudah lulus." Kesal Al Jovano.
"Lulus bukan berarti dewasa Al, perbedaan kita itu amat jauh. Aku kelak akan keriput sedangkan engkau baru mulai gagah-gagahnya." Terang Zea dia tak mau suatu saat Al Jovano minder jika menikah dengan dirinya yang jauh berbeda usianya.
"Rasulullah menikahi Khadijah dengan perbedaan usia 15 tahun, kita hanya 7 tahun." Kekeuh Al Jovano.
"Hmmm, kamu bukan Rasulullah. Aku tau perasaan anak muda mudah berubah. Ok, stop bahas ini! Aku juga tidak akan pernah menikah. Ok? " Kata Zea kemudian bangkit lalu mengambil paper bag berisi kado kelulusan Al Jovano yang di belikan karyawannya tadi.
"Selamat kau hebat. lanjutkan langkahmu!" Kata Zea.
"Aku akan ke Korea, Aku kuliah di sana."Kata Al Jovano membuat Zea terkejut namun dia tutupi raut itu.
"Bagus. Kamu akan sukses." Kata Zea tersenyum kemudian.
Al Jovano diam jujur dirinya berat mengambil biasiswa ke Korea itu, dirinya tak yakin mampu berpisah terlalu lama dengan Zea.
"Aku mencintaimu, sangat, aku akan merindukan kamu Zea." Ucap Al Jovano berkaca-kaca.
"Aku tidak merindukan kamu Al, jadi pergilah dengan tenang untuk kuliah. " Ucap Zea mengalihkan pandangan, ada yang sesak saat mengatakannya.
"Aku Mau pergi jika kamu mau menikah setelah aku kembali dari sana. " Ucap Al Jovano memohon.
"Terserah kamu." Jawab Zea menundukkan kepalanya.
"Aku anggap itu kesepakatan setuju. " Kata Al Jovano lalu bangkit dan pergi dari hadapan Zea yang masih setia menundukkan kepalanya.
"Hati kamu akan berubah." Ucap Zea setelah Al Jovano pergi, lalu entah kenapa luruh lah air mata di pipi Zea, setelah punggung pemuda itu hilang dari pandangannya.
Zea tak tau perasaan apa yang ada pada dirinya namun keberadaan Al Jovano dalam hidupnya mampu memberi warna yang indah di hari-harinya.
Zea bangkit lalu terdengar notif dari ponselnya, pesan dari pemuda yang barusan pergi dari pandangannya.
✉️ "Aku tak apa merindu sendiri"
✉️ "Aku tak apa jatuh cinta sendiri, asal hatimu masih terkunci, aku masih percaya jika Tuhan akan membukanya. "
✉️ "Jika batu saja bisa berlubang karena tetesan air, maka aku yakin hatimu pun bisa terbuka untukku. 🌷🌷🌷❤❤❤😘"
Zea usap air matanya, lalu tersenyum membaca pesan Al Jovano untuk dirinya itu, "Dasar Bodoh." Ucap Zea lalu berjalan keluar kafe.
Di luar Zea terkejut saat dari jauh ada mobil Al Jovano, lalu pemuda itu membuka kaca mobilnya dan membuat simbol hati dengan kedua tangannya.
Zea geleng kepala namun pipinya memerah, karena semua orang menatap kearahnya. "Astaghfirullah bocah itu." Kata Zea lalu menutup wajahnya malu.
"Dada masa depan. Assalamualaikum sayang? " Teriak Al Jovano konyol dari kejauhan.
"Walaikumsalam. " Jawab Zea lirih dan berlari menjauh dari pandangan orang-orang padanya.
***
Hay, Assalamualaikum para pembaca.
Di tunggu like, komen dan subscribe nya ya.
Yang mau tau siapa Zea bisa lihat di novel aku yang sebelumnya ya.
Judulnya:
Air mata yang kering
Kesepakatan di atas buku nikah
Ketulusan hati Zia
Ini semua runtutan kisah keluarga Zea ya.
Yuk yang belum jangan lupa kesana ya.
Yang sudah terima kasih banyak-bayak sekali karena sudah selalu membaca karya receh author.
Semoga kita semua selalu sehat, banyak rejeki dan berkah kehidupannya.
Salam hangat para pembaca semua...
🙏🙏🙏🙏❤❤❤
"Astagfirullah. Allll, Bisa gak sih salam dulu? Jangan asal masuk! " Zea terkejut bukan kepalang saat keluar dari kolam renang belakang rumahnya, dirinya di kejutkan oleh kehadiran Al Jovano di rumahnya.
Zea memakai baju renang hijab, namun tetap saja baju yang basah membuat semua tercetak jelas, Zea buru-buru masuk kembali ke dalam kolam renang.
"Tunggu dulu di ruang tamu sana!" Kata Zea kesal.
"Ckkk apa sih, siapa suruh gak jawab, aku kan jadi kesini, bibi kemana juga sih? aku kan khawatir, tau gak aku capek memanggil berkali-kali, tapi tak ada orang sama sekali yang jawab. " Protes Al Jovano.
"Bu Asih pulang kampung sama Pak amad, udah sana dulu! malu ih! Dasar Bocah!" Teriak Zea semakin kesal.
"Ikut renang ya? boleh?" Tanya Al Jovano sambil nyengir.
"Kagak! Awas kolam ku tercemar nanti! " Teriak Zea mengusir Al Jovano dengan wajah malunya.
Al Jovano tergelak rasanya baru kali ini dirinya melihat wajah Zea se merona ini, Al Jovano bukanya pergi namun justru menatap wajah Zea dengan dalam.
"Zea" Ucap Al Jovano memanggil nama Zea yang masih bersembunyi di dalam air.
"Andai aku menolak beasiswa itu bagaimana?" Kata Al Jovano sendu.
"Kenapa lagi?" Tanya Zea, jujur mendapatkan beasiswa seperti itu tidak mudah mengapa Al Jovano ingin mundur pikirnya.
"Tidak melihatmu sehari rasanya aku tak bisa bernafas. " Kata Al Jovano parau.
"Ckkk, Kamu bisa aja tuh tidak melihat orang tuamu dalam beberapa hari, lalu kenapa aku yang bukan siapa-siapa kau risau kan?" Terang Zea mencoba membuka pikiran Al Jovano.
"Yakin deh. Seminggu di sana kamu akan lupa bagaimana perasaanmu padaku, di sana banyak wanita cantik." Kata Zea kemudian.
"Itu prasangkamu. Aku yakin aku akan sakit menahan rindu. " Kata Al Jovano menyanggah Zea, selalu Zea menganggap perasaan pada dirinya sebuah rasa yang semu.
Zea terdiam lalu masuk kedalam air dan berenang menjauh dari hadapan Al Jovano, Zea lelah jika harus berpikir tentang perasaan, meski saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja, namun Zea tak ingin semakin bodoh jika meyakini perasaan yang hadir tanpa inginnya itu.
Byurrrrr
"Allll! " Zea berteriak terkejut saat Al Jovano sudah melepas semua bajunya dan menyisakan celana pendek saja untuk masuk kedalam kolam renang Zea.
"Iiih, kamu ngapain masuk mana gak pakai baju. Kalau keluargaku datang lihat kita berdua di sini, mereka bisa salah paham tau!" Tegur Zea pada Al Jovano namun bukannya mendengar Al Jovano justru menikmati renangnya tanpa beban.
Andai di salah pahami saat ini dirinya justru bersyukur, Al Jovano justru berharap hal itu terjadi dan dirinya bisa seperti novel-novel yang dia baca dan cerita lain di film-film, bisa di paksa menikah karena di kira mesum.
Zea keluar dari kolam namun Al meraih kakinya hingga dirinya tercebur lagi, "Astaghfirullah. Al, Ckkk, jangan sentuh-sentuh! Haram pegang-pegang!" Tegur Zea pada Al Jovano.
Al Jovano menatap dalam wajah Zea lalu mengikis jarak membuat Zea semakin mundur, mendadak bulu kuduknya merinding saat melihat tatapan Al Jovano.
"Istighfar Al. Kamu jangan macem-macem! " Tegur Zea sambil mundur perlahan menghindari Al Jovano.
"Ayo kita halalkan biar ini tidak salah, Zee. Kamu anggap aku apa selama ini? " Tatap Al Jovano dalam.
Zea membeku jika di tanya dirinya juga tak tau, Zea tak pernah membalas perasaan Al Jovano, Zea juga tak pernah berkata iya saat Al mengajaknya berpacaran ataupun menikah.
"Cukup! Kamu sudah lepas kendali, pulanglah!" Zea mendorong Al Jovano lalu keluar dari kolam renang dan berlari meninggal Al Jovano, Zea menuju kamarnya.
***
✉️"Aku pulang. 🌷❤"
Pesan dari Al Jovano, Zea hanya membaca tanpa membalas, hatinya masih kesal pada bocah itu karena sudah mulai lancang terhadap dirinya.
✉️"Maaf. Aku lelah kau acuh kan."
Pesan dari Al Jovano lagi, Zea menarik nafas dalam dan membalas pesan Al Jovano, berharap bocah itu tidak berharap lagi padanya.
✉️"Kau ku anggap Adik, tolong jaga sikapmu. Maaf tak sesuai harapan. " Balas Zea.
✉️"Aku masih berharap." Balas Al Jovano lagi.
✉️"Besok aku berangkat, pukul 08.00 pagi. " Pesan Al Jovano lagi.
✉️"Pergi lah! hati-hati, Aku tak akan datang, jangan menunggu. " Balas Zea.
Zea mengintip dari kamarnya mobil Al Jovano masih di halaman rumahnya, Zea masih tak habis pikir dengan jalan cerita hidupnya. Bagaimana dirinya bisa begitu di cintai oleh brondong seperti Al Jovano.
Di mobil Al Jovano meraup wajahnya kesal dengan sikap Zea yang tak pernah berubah, wanita keras kepala yang begitu tega mengacuhkan perasaanya namun tak pernah menghindar dari dirinya dan perhatiannya.
Al Jovano memutar lagu yang sialnya justru mirip kisahnya saat ini, Al Jovano melaju meninggalkan rumah Zea dengan sejuta perasaan sedih dan kecewa.
Lelah ku mengharapmu.
Karena sampai saat ini
Kau tak juga menolehku
Jenuh ku mimpikanmu.
Karna kau hanya membisu
Bagaimana aku, bisa lewat
Jika keteduhan hatimu, menarik langkahku untuk selalu dan selalu di dekatmu
Bagaimana rasaku bisa berpindah, jika memandangmu hilanglah resah
Kini senja itu pergi
Ku terpejam dalam lelap lamunan yang kian hari merajai diri ini
Dan rasa ini tak dapat terbendung lagi
Ouw..... kembali ke Apakah kau rasa,
Ku Fikirkan ku dambakan
Kembali ke Kau yang aku fikirkan
Kau yang aku dambakan
Kau yang aku impikan
Kau yang aku impikan
Jika memandangmu hilanglah resah
Al Jovano mematikan musik itu, hatinya justru semakin tak karuan setelah mendengarkan lagu itu.
Sementara di kamar Zea menatap mobil yang melaju meninggalkan rumahnya dengan perasaan yang sesak, Zea bingung perasaan apa yang ada pada hatinya itu.
Zea tutup jendelanya lalu melangkah ke ranjang dan memeluk gulingnya, hatinya resah ada yang hilang dan sunyi di hatinya setelah Al Jovano pergi.
Zea bangkit lalu mengambil kunci mobilnya, tak ingin larut dalam perasaan yang tak karuan dirinya memilih menaiki Sanja kuda kesayangannya di Stable kuda miliknya.
Zea mengunci pintu rumah dan keluar dengan mobilnya, sampai di gerbang dirinya mengunci gerbang itu, kemudian kembali ke mobil dan melaju ke Zee Horse Stable, rumah belajar kuda yang dia kelola sendiri karena hobinya.
Sampai di sana Zea buang perasaanya dengan menunggangi Sanja, berlari dan melompat indah bersama Sanja kemudian Bang Iyan memberikan panah pesanannya saat Zea sudah berhenti.
Zea berjalan lagi bersama Sanja dan memanah kan panah pada papan yang tersedia, jika panah ini adalah perasaanya saat ini, Zea ingin rasa itu pergi hingga menyisakan lega tanpa sakit di hatinya.
***
Makasih yang sudah mampir di cerita Zea...
Jangan lupa like, komen dan Subscribe ya...
Semoga yang meninggalkan jejak selalu sehat dan di mudahkan semua urusannya... 🤲🤲🤗
Yang tidak meninggalkan jejak jangan lupa tetap harus meninggalkan jejaknya... 😁😁🙏🙏🙏
✉️"Yang,kamu beneran gak nganterin aku?"
✉️"Zee."
✉️"Aku satu jam lagi berangkat."
✉️"Aku gak akan berangkat kalau kamu gak datang."
✉️"Zee. Aku beneran gak akan ambil beasiswa ini kalau kamu gak datang!"
Pesan beruntun dari Al Jovano pada ponsel Zea, Wanita itu menarik nafasnya dalam, jujur hatinya merasa berat melihat bocah konyol itu pergi.
Panggilan masuk karena Zea tak kunjung membalas pesan pemuda itu, Zea ragu untuk mengangkatnya, lidahnya terasa kelu untuk menjawab langsung permintaan pemuda itu.
Tangan Zea mengangkat panggilan itu dengan memandang dari jauh pemuda yang gelisah menantinya itu, bukan Zea tak datang, dia datang namun tak ingin terlihat oleh pemuda itu.
"Assalamualaikum?" Salam Zea sambil memandang pemuda tampan yang sedang kesal dari kejauhan itu.
"Walaikumsalam. Kamu tega!" Jawab Al Jovano terlihat menendang udara dari kejauhan.
"Hmmm, Berangkat lah! hati-hati!" Ucap Zea sambil menatap wajah tampan yang sedang marah itu.
"Kamu dimana?" Tanya Al Jovano kesal dengan Zea yang tak menghiraukan harapannya sama sekali.
"Bisnis." Jawab Zea asal masih menatap Al Jovano di tempat duduknya.
"Ok fiks aku batal pergi hari ini! terserah dengan beasiswa itu!" Ucap Al Jovano lalu mengambil Tas dan kopernya untuk berkemas.
"Bodoh! pergilah!" Ucap Zea.
"Tidak tanpa bertemu dirimu. Tidak tanpa jawaban pasti darimu!" Kata Al Jovano lagi.
Zea melangkah perlahan di belakang pemuda itu, lalu mematikan ponselnya. "Zeeee! Astaga, kenapa di matikan?" Marah pemuda yang berada di depannya dan berjalan membelakanginya.
"Hmmm, Aku disini." Kata Zea mengejutkan Al Jovano, pemuda itu berbalik dengan wajah terkejut sekaligus bahagia.
"Kamu datang?" Wajah Al Jovano terlihat cerah dari pada tadi.
"Terpaksa, karena ada bocah kecil merengek dan mogok sekolah. " Kata Zea menyindir Al Jovano.
Al Jovano masam menatap pujaan hati yang tak pernah menerima dan menganggapnya itu. Rasanya ingin memeluk tubuh di hadapannya itu dan melabuhkan ciuman hangatnya, namun Al Jovano sadar jika dia sampai melakukan maka Zea tak akan pernah menemuinya lagi.
"Aku mencintaimu Zea, sekarang, esok dan sampai nanti. Ku mohon tunggu aku sampai aku selesai kuliah dan sukses. " Kata Al Jovano kemudian sembari menatap dalam wajah yang setelah ini hanya mampu dia bayangkan tanpa bersua.
"Hmmm, Ya, semoga kau sukses." Jawab Zea bingung harus menjawab apa.
"Aku akan selalu merindukanmu. " Ungkap Al Jovano lagi.
"Jangan merindu. kau akan lupa bagaimana perasaanmu padaku. yakinlah." Kata Zea menolak Al Jovano.
"Tidak Aku yakin! Awas kalau kau menikah tapi bukan dengan aku." Ucap Al Jovano lalu menaruh dua jarinya di bibir Zea dan kemudian memindahkan dua jarinya tadi ke bibirnya.
Zea membeku di tempatnya, ini jadul tapi pipinya merona, malu dan entahlah ada perasaan yang susah dia lukisan di hatinya saat ini.
"Aku pergi, Dada?"
"Wajib balas pesan dan angkat telfon dariku... Love you. Emmmuuuuachhhh. Bye masa depan? Assalamualaikum?" Kata Al Jovano membuat Zea tersenyum tipis, seunik itu pemuda yang mencintainya, aneh tapi nyata, bagaimana pemuda itu bisa jatuh cinta pada dirinya yang beku.
"Waalaikum salam. " Jawab Zea lirih.
Pemuda itu benar-benar berlalu dari hadapannya setelah melambaikan tangannya, Zea menahan sesak di hatinya, ada yang hilang setelah pemuda konyol itu hilang dari pandanganya.
"Jadi, Kamu sudah mulai balas perasaanya? " Tanya Zia sambil menggendong Natan di sisinya ada Azzam yang juga menggendong Nala, di sebelah mereka berdua ada Nana.
"Entahlah. Aku yakin sudah gila bila menerima cinta brondong itu. " Ucap Zea yang di jawab gelak tawa Zia dan Azzam bersamaan.
Mereka melangkah keluar bandara menuju area parkir, Zea terus menunduk karena ada kaca-kaca yang ingin membobol pertahannya.
"Aku ke toilet dulu.Kalian duluan. " Ucap Zea setengah berlari menuju toilet.
***
Di toilet.
Entah kenapa rasanya dadanya seperti sesak, sedih dan kosong secara bersamaan. Air mata lemah itu keluar membasahi pipinya, Ini memalukan pikir Zea, bagaimana bisa dia merasa kehilangan pemuda bodoh yang mencintai dirinya dengan perbedaan usia yang begitu jauh.
Zea duduk dan menutup wajahnya malu karena isak tangisnya tiba-tiba tak bisa dia tahan, Zea tak suka sikap bodoh seperti ini, Zea tak suka sikap lemah dan rapuhnya saat ini, belum benar-benar menerima cinta Al Jovano tapi dirinya sudah mulai bodoh dan hilang arah.
Panggilan masuk di ponselnya dari Zia saudara kembarnya, Zea tak ingin mengangkat karena saat ini mungkin suaranya akan parau, Zea tak ingin ketauan jika sedang menangisi kepergian Al Jovano.
✉️" Zea?kamu dimana? kamu baik-baik saja kan? " Pesan dari Zia yang mengkhawatirkan dirinya.
✉️"Aku baik. Maaf belum tuntas. Malu kalau terdengar Azzam."Balas Zea ambigu.
Zea bangkit lalu membasuh wajahnya, kemudian mengeringkan dengan tisu lalu menutupi wajahnya yang sembab dengan bedak tipis.
Zea keluar dengan perlahan namun langkahnya terhenti saat di hadapannya ada pemuda konyol yang sudah membuat derai air matanya keluar.
Zea membeku kaca-kaca di matanya mulai mengembun, sepertinya halusinasi tentang pria konyol itu mulai terjadi pada dirinya, pikir Zea lalu mengusap air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.
Zea berjalan namun langkahnya terhenti oleh pemuda yang dia pikir halusinasinya itu, "Kamu menangisi Aku? " Tanya pemuda itu nyata dan jelas di telinganya.
Zea terkejut dan menajamkan lagi pandangannya, Zea berkedip dan wajah tampan tersenyum nyengir di depannya itu masih nyata, aroma tubuhnya juga semakin nyata.
"Kamu bisa menangis juga ya? Kamu tak relakan aku pergi? "Tanya Al Jovano percaya diri.
"Tunggu, kenapa kamu disini? pesawatnya harusnya sudah berangkat loh. " Tanya Zea terkejut.
"Hmmm. Aku tak pergi. Aku mendengar isak tangismu jadi aku batalkan." Jawab Al Jovano asal, nyatanya dirinya gagal berangkat karena semua penerbangan di pending hari ini, cuaca baru tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan.
"Cup Cup jangan sedih. Aku ada untukmu." Kata Al Jovano nyengir mengejek Zea yang justru semakin berkaca-kaca.
"Bocah menyebalkan! " Zea kesal lalu memukuli Al Jovano pelan dengan tasnya.
"Auuuh. Sakit. Kamu ingin aku mati terus bisa menikah dengan pria lain? jangan harap! jadi hantu pun aku akan memelukmu erat. " Kata Al Jovano bercanda namun beneran kesakitan.
"Jujur kenapa kamu kembali? " Tanya Zea kesal, sia-sia air matanya menangisi pemuda kocak dan menyebalkan seperti ini.
"Hahaha... Seperti Tuhan ingin menunjukkan padaku jika ada hati yang kehilangan diriku. Ada hati yang terluka atas kepergianku. Ada hati yang sedih membohongi perasaanya sendiri." Kata Al Jovano sambil tertawa.
Zea kesal lalu berjalan meninggalkan Al Jovano yang tertawa melihat kebodohan dan kebohongannya, Al Jovano menyusul dengan mensejajarkan langkahnya.
"Cuaca sedang buruk, penerbangan di tunda besok, jangan bersedih, hari ini kita bersama sepuasnya. " Kata Al Jovano sambil menahan lengan Zea.
"Bodo amat! " Kesal Zea tanpa menoleh, sejujurnya dirinya malu saat ini dalam keadaan seperti ini.
***
Yuhu... Jangan lupa biasakan like, komen dan subscribe ya...
Sementara Vote nya buat Zia dulu ya... 🤗
Yang punya banyak bisa di bagi dua... 😁🤭🤭
Sehat-sehat selalu semua... terima kasih sudah mampir ke rumah Zea... 🙏🙏🙏🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!