Prolog
*
Namanya Nurul Ifah, anak rantau di Kota Palopo yang berasal dari Desa Ranoteta di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Nama panggilannya Ifah, dia kuliah di IAIN Palopo melanjutkan study jenjang Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam. Saat ini sedang kuliah semester 3 saatnya menyusun Tesis, sibuk²nya belajar, cari referensi, dan persiapan penelitian. Ifah anak pertama dari 3 bersudara, memiliki 2 adik perempuan yang bernama Nayla Marmut dan juga Annisa Tomboy, itu nama gaul mereka hehehe. Lanjut ke Ifah, dia anaknya keras kepala, rajin, pintar, pemalu tapi pekerja keras. Orang tuanya di Kolaka, maksudnya ayah Ifah karena ibunya telah wafat.
**
"Sudah sore nih, mandi deh kemudian shalat ashar biar lebih segar, jenuh juga depan laptop terus", gumam Ifah seraya mematikan laptopnya setelah mengerjakan tugas kampusnya. Seraya berdiri mengambil handuk lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan ternyata di kamar mandi penuh telah berpenghuni. Di kos tersebut ada 6 kamar, dalam 1 kamar ada 2 orang, nah untuk dapur miliki bersama dengan teman kos, sedangkan kamar mandi ada 2. Tetapi ada juga tempat mencuci di lantai bawah pas dibelakang rumah ibu kos. Jadi kosnya di lantai 2 yaa silahkan dibayangkan saja tapi ini nyata karena kisah nyata ini dituangkan dalam novel.
"mandi di bawah saja deh sekalian mencuci," gumam Ifah dalam hati seraya melangkah pergi menuruni anak tangga di kos tersebut. Tidak lupa membawa pakaian ganti karena kalau hanya memakai handuk maka akan terlihat sangat seksi.
Mandi, mencuci, menjemur, berganti pakaian telah dilalui, kini saatnya naik dilantai 2. Menjemur pakaian bisa di lantai 2, tetapi ada juga tempat menjemur di lantai 1 tepatnya samping kamar mandi tersebut. Baru tiba dalam kamar hpnya berdering.
"tumben bunda Amma nelfon" gumamnya kecil seraya mengambil hp di atas meja. Digesernya icon hijau untuk menjawab panggilannya.
"Assalamu'alaikum bun, apa kabar?" cecarnya setelah salam. Sambil menunggu jawaban dari sebrang Ifah berdiri di depan jendela seraya melihat lalu lalang orang lewat baik pejalan laki mau pun naik motor.
"Waalaikumsalam Ifah, saya kabar baik de, dimana ki? Tidak pernah miki jalan² ke rumah?". Cecarnya balik seraya kerawa ringan.
"Alhamdulillah bun, saya di Kos bun, iye lumayan sibuk bun kuliah dan menyusun Tesis". Jawab Ifah sambil tersenyum ramah meski tidak nampak oleh bunda Amma.
"Lagi ngapain ki de?"
"Baru selesai mandi bun, ada apa bun?"
"Adakah pacar ta de?"
"Eh, ada apa bun tumben tanya pacarku hehehe?" jawabnya tersenyum kikuk.
"Betulah tidak ada pacar ta?"
"Ada sih dikasih kenal² k bun, tapi tidak pacaran hanya kenalan lalu berteman saja".
"Kalau mau ki ada mau ku kasih kenal ki de, tapi saya juga belum tau sih bagaimana orangnya he", Jawab bunda Amma sambil tersenyum malu karena mau memperkenalkan Ifah dengan lelaki tapi belum pernah juga dia lihat.
"Atau kesini ki saja de, kalau tidak sibuk. Ada k di RS Mujaisyah temani mama kontrol". Ucapnya lagi sambil mengajar Ifah untuk bertemu langsung.
"Boleh bun, tapi shalat k dulu sebelum kesana bun".
"Iya de, shalat miki dulu, masih mengantri juga disini". Ucapnya terakhir sambil menutup telfon dan mengucapkan salam.
Setelah ditutup telfonnya bunda Amma, Ifah masih terbengong menatap layar hpnya yang telah berwarna hitam dengan menjawab salam.
"Waduh bunda Amma ada² saja, shalat dulu deh, tidak apapa kenalan dulu, kalau tidak jodoh kan masih bisa berteman", gumamnya kecil sambil bersiap mengambil alat shalat hingga siap.
Shalat beberapa menit...
Alhamdulillah selesai shalat dan berdoa, Ifah bersiap² menuju RS Mujaisyah untuk menemui bunda Amma. Ifah berangkat dengan membawa tas yang berisi hp dan dompet lalu melangkahkan kaki keluar kos, menuruni anak tangga hingga ke pinggir jalan raya untuk menunggu mobil angkutan umum. Ifah kos dan kampungnya jauh makanya dia tidak memiliki kendaraan pribadi, kosnya juga masuk lorong jadi harus jalan kaki untuk keluar lorong mencari angkutan umum dipinggir jalan raya.
Ifah ketika di rumah maupun bepergian selalu menggunakan hijabnya, meski tidak memakai cadar namun dia berpakaian sopan. Ifah bukanlah wanita yang religius tetap masih belajar supaya menjadi manusia yang religius. Dia suka memiliki banyak teman, mudah bergaul meski keras kepala, dengan keteguhannya dia menjadi wanita kuat. Awal mulanya Ifah berada di Palopo niatnya mau bekerja ternyata dia berminat untuk kuliah di kampus islami.
***
Selamat membaca, ini karya kedua author, kritik dan sarannya para readers.
...****************...
Ifah turun dari mobil angkutan umum lalu melangkahkan kakinya di RS Mujaisyah. Sampai di depan RS tersebut Ifah mengambil ponselnya untuk menghubungi Bunda Amma, dibagian mana mereka akan bertemu. Sambil menunggu Ifah mengedarkan pandangan seperti melihat temannya lewat.
"Itu seperti Ida, dari mana ya dia? Mungkin aku salah orang", gumamnya pelan. Setelah beberapa menit menunggu diangkatlah telfonnya oleh bunda.
"Halo Ifah, dimana ki de?"
"Di depan RS Mujaisyah bunda, kita dibagian mana ki?"
"Masuk ke dalam de, saya dibagian Poli, sebelah kanan, sama k mamaku disini de".
"Iye bun saya kesitu cariki", jawab Ifah sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam RS tersebut.
"Bismillah, mana ya bunda... Owh itu, hay bun?" sapanya seraya menghampiri.
"Hay, duduk siniki de, ini mamaku, ma ini Ifah teman kelasku dulu di S1 PAI," seraya memperkenalkan Ifah pada mamanya bunda Amma bernama Rahma.
Ifah mengulurkan tangannya seraya bersalaman dengan bunda Amma dan mama Rahma. Lalu duduk disamping bunda Amma sambil menunggu antrian mereka bercerita.
"Betulkah tidak ada pacar ta de?"
"Iye bun, ada apakah bun? Bikin penasaran ki," jawabnya sambil menggerutu.
"Begini de, ada itu temanku namanya bunda Mita nah beliau itu diamanahkan sama temannya supaya mencarikan perempuan shalehah karena mau dikenalkan ke anak temannya laki², sudah kerja mi tapi saya juga belum jelas bagaimana itu orangnya, bagus kalau ketemu ki bunda Mita de". Ucapnya sambil tersenyum ramah serta antusias yang ditunjukkan.
"Hah.... Owh maksudnya saya mau dikenalkan sama laki² anak teman ta bun?" bertanya dengan sedikit syok dan berusaha menetralkan kekagetan yang Ifah miliki.
"Iya. Kenalan saja dulu nanti kalau cocok ya lanjut tapi kalau tidak cocok kan bisa berteman saja". Ucapnya sambil memberi semangat.
"Iya boleh juga bun".
"Sebentar saya telfon dulu bunda Mita katanya mau kesini juga cek up". Tut tut tut.....
"Halo Assalamu'alaikum bunda Mita".
"Waalaikumsalam Amma, iye kenapa ki de?"
"Dimana ki bun, saya di RS Mujaisyah ini bersama Ifah itu teman saya yang pernah saya ceritakan". tanya bunda Amma semangat.
"Iye saya di depan RS karena baru tiba ini, baru mau masuk. Dimana ki? Kita ketemu saja di dalam de."
"Iye bun, saya di bagian Poli sebelah kanan".
"Iya de. Assalamu'alaikum".
"Waalaikumsalam".
***
...****************...
Pertemuan bunda Amma dan bunda Mita sebelum bertemu Ifah, tepatnya tanggan 11 Oktober 2017.
"Amma, adakah temanmu masih cewek de, yang belum menikah?" tanyanya semangat.
"Banyak bun, tapi rata² di kampungnya bun, ada apa bun?"
"Ada ini temanku anaknya mau dikasih kenal sama cewek shalehah kalau cocok mau dijadikan isteri. Tolong carikan ya de kalau ada, saya juga sudah shalat malam ini untuk mencarikan jodohnya, kalau jodoh ya AlhamduLillah. Hehehe". Serius cerita tapi dibarengi candaan ringan. Mereka bertemu di pengajian Akbar tepatnya di Masjis Agung Palopo.
"Iya bun nanti saya carikan, saya tanya dulu temanku kalau belum ada pacarnya".
"iya de, kabari saja nah".
"iye bun". Mereka tutup percakapannya karena acara akan dimulai.
...****************...
"Assalamu'alaikum Amma, inikah yang mau dikenalkan ke saya? Wah Masya Allah... Semoga cocok ya". Seraya mengulurkan tangan lantas duduk disamping Ifah yang kosong dengan penuh semangat.
"Waalaikumsalam bunda," jawab Ifah, bunda Amma, dan Mama Rahma bersamaan.
"Kenalkan saya Mita teman guru sama Amma meski beda sekolah," ucap bunda Mita seraya mengulurkan tangannya sambil berkenalan.
"Bagaimana Amma sudah cerita sama kita nak kalau saya mau kenal kan ki dengan anak teman saya, teman pengajian saya disana perumahan, beda lorong saja", penuh semangat bunda Mita bertanya pada Ifah. Bunda Mita panggil Ifah nak karena perkiraan usianya sama dengan anaknya bahkan mungkin Ifah lebih muda, bunda Mita orangnya ramah, baik, humble, dan penyayang.
"Alhamdulillah bun, bunda Amma sudah cerita ke saya, insya Allah saya berkenan diperkenalkan dengan anak teman bunda," menjawab seraya tersenyum manis.
"Kasih dulu no wa nya, ini ponsel bunda".
"08x xxx xxx x07, tabe bun, ini no saya". Ifah berkata sambil menyodorkan hp milik bunda Mita.
"Siapa nama ta?"
"Nurul Ifah bun".
"Baiklah akan bunda simpan, nanti bunda chat ya kalau ada waktu senggang untuk ketemuan lagi". Ucapnya sambil menyimpan hp dalam tasnya.
"Iya bun terima kasih".
"Kalau begitu saya kesana dulu, disana saja saya menunggu untuk cek up". Sambil pamitan, bersalaman dan beri salam perpisahan.
"Silahkan bun".
Setelah kepergian bunda Mita, bunda Amma menemani mama Rahma cek up, karena nomor antrian telah dipanggil giliran untuk menghadap dokter. Ifah menunggu di tempat yang semula karena bunda Amma mengajaknya ke rumahnya untuk mengambil buah sambil cerita².
Beberapa menit kemudian keluar bunda Amma dan mama Rahma dari ruangan dokter, setelah menyelesaikan urusan kami pulang ke rumah bunda Amma naik angkutan umum.
"Sebenarnya saya belum ketemu sama itu anak temannya bunda Mita de, tapi insya Allah baik itu, karena tidak mungkin bunda Mita asal²an mau na kenalkan ki de,".
"Iye bun," menjawab sambil tersenyum kikuk.
"Tidak apa² kenalan dulu toh, kalau jodoh ya AlhamduLillah, kalau bukan tidak apa² juga, banyak teman jadi banyak rezeki," penuh semangat berasa muda kembali.
"Iya bun," hanya itu yang Ifah katakan seraya malu² seolah dirinya tidak laku padahal banyak yang antri. Wkwkwkwk
*
Sebelum kejadian ini, sudah ada beberapa yang memperkenalkan Ifah dengan laki² baik itu temannya teman, saudara teman, keluarga atau bahkan adik kelasnya di kampus juga ada yang mendekatinya. Hanya belum ada yang berjodoh sehingga semua hanya teman. Bisa dikata Teman ya teman, Mantan ya mantan, Calon suami ya orang baru.
"Ntahlah, tapi unik juga karena kebanyakan orang teman bisa jadi jodoh, mantan jadi jodoh karena kembali menjalin cinta, kakak kelas, adik kelas, guru, dosen, dan lainnya orang yang berada di sekitarnya, tapi jodohku aku belum tau". Gumam Ifah dalam hati.
**
Kembali pada cerita bersama bunda Amma, itu terjadi pada 1 November 2017. Ifah menjadi mahasiswi Pascasarjana di Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Palopo, angkatan 2016, jadi saat itu berarti Ifah sudah semester 3. Ifah mahasiswi yang rajin, giat belajar, fokus karena tidak bekerja selain belajar, mudah akrab dengan dosen, meski dia hanya anggota dalam kelas tetapi perannya sangat penting. Selama menjadi mahasiswi Pasca, Ifah menjadi narahubung antara mahasiswa ke dosen untuk menanyakan jadwal kuliah maupun lain hal yang berurusan dengan kampus. Meski bukan ketua tingkat tapi Ifah yang aktif dalam hal² yang berbau kampus, bahkan jadi bendahara, jadi penulis makalah, dan masih banyak lagi.
***
Tiba di rumah bunda Amma bersama mama Rahma yang langsung istirahat di dalam kamar, maklum karena mama Rahma sudah usia senja harus banyak istirahat.
"Masuk ki de, sini istirahat sambil minum² air dingin dulu".
"Iye bun, disini saja di teras sejuk", menjawab sambil duduk di kursa teras. Sebenarnya rumah bunda Amma dengan Kos Ifah itu berlawanan kalau dari arah RS Mujaisyah, bukan singgah tapi terus ke rumah bunda Amma. Sambil menikmati waktu sore tidak masalah jalan² dulu. Hehehe
"Sini masuk, Ini diminum dulu sirupnya de, ada kue kering ini mama yang bikin", berjalan menuju meja ruang tamu sambil mengajak Ifah untuk masuk dan menikmati hidangan luar biasa buat anak kos.
"Terima kasih bun, wah repot² saja tapi boleh juga karena haus nih," selorohnya sambil mengambil gelas lalu meminumnya hingga setengah gelas habis airnya. Sirup ABC rasa jeruk segar melegakan tenggorokan.
"Santai saja, jadi bagaimana, mau jiki dikasih kenal sama anaknya temannya bunda Mita kan? Nanti kabari k saja kalau mau diajak ketemuan de supaya sama² ki pergi".
"Oh gitu bun, iya saya tunggu kabar saja bun dari kita atau dari bunda Mita".
"Iya de. Minum miki dan cicipi kuenya".
"Iye bun". Sambil menikmati minum dan kue, Ifah berpikir bahwa hari sudah semakin sore, kalau makin larut nanti akan susah mencari angkutan umum.
"Iye pale bun, makasih banyak nah, mau maka pamit pulang ini sudah sore". Berpamitan sambil berdiri untuk melangkahkan kaki keluar rumah.
"Ok de hati² nah". Sambil melambaikan tangan.
"Assalamu'alaikum bun".
"Waalaikumsalam wr wb".
***
Perjalanan pulang dapat mobil angkutan umum meski sudah mulai jarang karena waktu sudah sore mulai petang. Syukurnya masih ada penumpang yang ditemani, parno juga kalau hanya sendiri, meski dekat was² karena banyak kejahatan dimana² menakutkan.
Setibanya di kos langsung istirahat di kamar baring² kasih lurus badan sambil berpikir. "Jalani saja, Allah tau apa yang terbaik" gumamnya dalam hati.
****
Keesokan harinya waktunya ke kampus mencari referensi, melanjutkan penyusunan Tesis lebih tepatnya memperkuat kualitas penelitian karena Ifah sementara meneliti di Masamba Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Cukup jauh lokasi dari Palopo sekitar 1 jam lebih 15 menit, minimal 1 jam sudah sampai kalau berkendara secara ugal²an.
Ifah meneliti di Masamba karena temannya yang mengajaknya bernama Imha, alasannya karena di Masamba ada teman yang menjadi kepala sekolah disana bernama pak Arif. Jadi kenapa Imha mengajak meneliti disana karena kepala sekolah temannya, disana ada rumah keluarganya, sambil jalan² supaya tidak jenuh, dan supaya mudah ketika mengambil data penelitian. Kalau bagi Ifah ya tidak masalah karena kesana bisa bersamaan Imha. Tapi ternyata judulnya Imha belum diajukan apalagi di setujui ketua Prodi? Nah jadi Ifah jalan duluan deh untuk menyelesaikan Tesis penelitiannya. Terkadang Ifah kesana dengan Imha, kadang sendiri dan bermalam di rumah temannya, bahkan bermalam di rumah junior hingga seniornya saat kuliah S1 dulu.
Lanjut ke Kampus mencari referensi di perpustakaan, sendirian melangkahkan kaki dengan gontai, karena kalau mau ajak teman harus tunggu menunggu dan harus berjadwal, kalau berangkat sendiri kapan pun mau pergi tidak ada yang larang. Sampai di dalam perpustakaan ternyata bertemu teman kelas, ada Jihan, dan Nima. Mereka kan gank nya Ifah hehehe. Di dalamnya ada Ifah, Imha, Jihan, Nima, Reski, dan Ana, jadi digabung menjadi JAN2R. Namun, selama semester 3 Reski sudah jarang hadir karena belum membayar biaya semester sehingga tidak melanjutkan pendidikan.
...----------------...
...----------------...
Apa saja percakapan Ifah dan teman²nya saat diperpus? Penasaran, yuk ikuti terus tulisan author.
Happy reading♡♡♡
Maaf ya readers kalau alur ceritanya maju mundur, semoga kalian paham!
Silahkan tulis dikolom komentar kritik dan sarannya, karena ini karya kedua author. Eits jangan lupa like juga. Makasih ♤♡
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ifah, kamu disini juga? Sama siapa saudari?" tanya Jihan seraya melirik sekilas lalu menghadap pada buku bacaannya di atas meja.
"Iyalah, emang ada larangan? Hmm... Sendirilah, siapa lagi mau temani orang suka jalan tetiba kesana tetiba kesini, iya kan?" jawabnya sambil bercanda.
"Iyalah, bener tuh, pura² amnesia Jihan na padahal begitu memang itu teman ta 1 ee", sahut Nima seraya terkekeh.
"Sssttt apa ini ribut² di perpustakaan, kalau mau ngobrol sana di luar," kak Brian penjaga perpustakaan mengomel mi memberikan ultimatum pada mereka bertiga, wajahnya serius kalau lagi bertugas padahal suka bercanda dia.
Kak Brian ini alumni di IAIN Palopo juga, dia salah satu cowok yang naksir Ifah sejak lama, sempat deket, deket banget malah sama Ifah tapi dianggap kakak tidak lebih, kalau kak Brian maunya memperistri Ifah tapi bukan saat itu, nanti kalau kak Brian sudah selesai S2 juga. Kak Brian baik, humoris, cakep lah karena laki², tingginya 160 cm lah, kulitnya sawo matang, lucu deh orangnya.
"Hehehe maaf kak, keasyikan ketemu gank jadi lupa tempat", jawab Ifah lalu beranjak menuju rak buku yang dicarinya.
"Itu yang suka² sama Ifah, bagaimana menurutmu?" tanya Jihan kepada Nima.
"Tidak apa² ji kalau sama² suka," dengan suara lirih ala bisik² supaya tidak berisik.
"Iya juga mereka yang jalani".
Semua fokus pada buku yang dicari, mengutip, menyalin, menulis, memfoto materi, bahkan bersiap meminjam buku asalkan memiliki kartu identitas mahasiswa peminjam buku. Yang mereka kunjungi adalah perpustakaan besar IAIN Palopo, kalau di pascasarjana juga ada perpustakaannya juga berbeda gedung. Selesai dengan kesibukannya masing² mereka keluar bersama mencari tempat nongkrong, untuk bergosip, bercerita dan bercengkrama melepas rindu dengan teman.
"Disitu ki saja di bawah pohon sejuk", usul Jihan membuka percakapan.
"Ayok lah" kompak Ifah dan Nima.
"Kalian tadi emang janjian ya? Kok sama² di Perpustakaan tidak kabar²". Tanya Ifah seraya mendudukkan bokongnya ke lantai di bawah pohon sejuk.
"Iya kami janjian, mau ku ajak ki jangan sampai sibuk, ku ajak juga Risma tapi di kampung ii bede", jawab Nima menjelaskan.
"Tidak mu kabari k dulu sempat free k toh".
"Iya juga sih, tapi biar mi na ketemu miki nah".
"Iya juga yah," ucap Ifah, diselingi tawa yang lain. "hahaha".
"Bagaimana mi Tesismu Ifah, sudah selesai mi kah? Ketinggalan jauh miki kodong?" tanya Nima seraya meredup wajahnya lesu.
"Masih penelitian belum selesai, semangat beb pasti bisa jiki juga".
"Judul saja belum pi ACC, antar k kalau ajukan judulku nah, karena anaknya ki ayah dosen Prodi".
"Sip, kabari saja". Jawab Ifah seolah tidak enak dengan Nima karena belum ACC judulnya, tapi memang beda sih karena dia juga sibuk mengajar jadi Ifah ji yang bisa fokus penyelesaian study.
Semua terdiam dengan pikiran masing², sesekali Jihan lihat hpnya, entah apa yang dilihat, sms atau menunggu telfon dia hanya diam.
"Jihan, adakah lowongan ngajar di sekolah ta?" sok mau ngajar nih Ifah, padahal masih dipusingi dengan Tesis.
"Nanti ku tanya dulu guru² disana, siapa mau mengajar? Kamu kah Fah?" tanyanya memastikan.
"Hehehe pengen sih, bisa gak ya?"
"Bisalah masak kamu tidak bisa, kamu kan serba bisa Fah", puji Jihan.
"Tanyakan pale dulu sempat ada, mau k cari tambahan uang bah, hahaha". Jawabnya sambil bercanda.
"Wuih... Ada mi pemasukanmu dari pembuatan makalah nah, kurang kah?" Ledek Jihan seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Alhamdulillah cukup buat sehari², mau cari tambahan untuk ditabung".
"Kalau disana itu sedikit ji Fah, keikhlasannya dicari,".
Terkatup lah bibir Ifah bingung mau jawab apa, "Pengen cari pengalaman sambil cari uang buat persiapan Tesis Han, lumayan kalau ada tambahan". Ucapnya lirih.
"Nantilah kalau ada ku kabari ki Fah".
"Thanks Han".
"Kantin yuk lapar nih", kata Nima mengalihkan pembicaraan.
"Ayok lah". Seraya melangkahkan kaki meninggalkan pohon yang sejuk menuju kantin untuk mengisi perut kosong yang keroncongan.
*
Nima adalah anak pertama dari 8 bersaudara, dulu dia S1 di Makassar ikut bersama tantenya dan dibantu biaya. Dia anak yatim, ibunya bekerja menjual makanan di sekolah dekat rumahnya. Nima gadis yang pendiam, pemalu, anggun, ramah, baik, pengertian, dan mereka cocok sebagai teman untuk saling melengkapi. Kampungnya di Lanipa, kalau ke kampus naik mobil angkutan umum dan terkadang naik motor jika tidak ada adik²nya yang menggunakan motor.
Sedangkan Jihan adalah gadis dewasa, kalem, berwibawa, pengertian, bijaksana. Jihan juga anak pertama dari 9 bersaudara, ayahnya pelaut, dulu guru meski honorer namun sangat berjasa bagi siswanya hingga Jihan dapat beasiswa dari Direktur Pascasarjana karena ayahnya yang telah menolong Direktur saat kecil dahulu. Ibunya bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga, meski begitu Jihan sukses dididik menjadi gadis tangguh. Jihan berasal dari Lauwo, dia di Palopo tinggal di Panti asuhan tempatnya mengajar.
**
Setibanya di kantin mereka duduk di tempat ternyaman di pojok. Ternyata disana ada teman juga bernama bunda Wardah sedang membeli minum.
"Eh kalian ngapain rame² kesini? Mau demo ya?" tanyanya dengan nada bercanda.
"Kami mau ngamen bun", jawab Ifah bercanda juga.
"Mau makan bun, lapar nih. Makan bareng yum bun, enak kalau ramai²". Tawar Nima seraya duduk dengan membawa menu untuk dipilihnya.
"Boleh banget ngamen sambil numpang makan, gratis buat Ifah".
"Wah mantap bun, dapat traktiran donk.!! Yuhui". Gembiranya dapat anugerah gratisan.
"Makan miki nanti saya bayar, tapi kerja makalahku nah".
"Wah minta imbalan juga bun, sama aja donk kalau gitu dengan bayar sendiri", jawabnya dengan memasang wajah sok sedihnya.
"Mau pesan apa?" tanya waiternya. Kami semua diam untuk fokus pada menu yang akan dipesan.
"Ifah Bakso saja", "Aku mie ayam bakso", ucap Nima. "Saya gado²nya Mb", kata bunda Wardah, "Jihan ya?" tanya Bunda Wardah.
"Saya bakso saja bun".
"Iya, tunggu sebentar ya, minumnya?"
"Air mineral saja nanti ambil sendiri", kata Nima seraya bangkit mengambil air mineral dingin di lemari pendingin.
Menunggu makanan tiba mereka mengobrol banyak hal hingga ketawa ketiwi. Kadang serius kadang juga sambil bercanda seru!
"Silahkan dinikmati", ucap waiter setelah meletakkan pesanan pengunjung.
"Terima kasih Mb", ucapnya serempak meski ada yang suaranya lirih.
"Sama²", hingga waiternya melangkah pergi melanjutkan pekerjaannya.
Semua terdiam menikmati makanan yang dipesan. Bunda Wardah itu teman kelas di semester 1 Pascasarjana karena kelas bersama dari beberapa prodi digabung menjadi satu kelas. Bunda Wardah berpenampilan muslimah tertutup hingga menggunakan cadar atau niqab, tetapi beliau gaul, karena dapat berbaur dengan gank lucu seperti mereka. Orangnya humble, royal, baik, meski sedikit keras kepala. Hehehe
Sudah waktunya pulang ke rumah masing² setelah beraktivitas di kampus. Ifah melangkahkan kaki pulang dengan berjalan karena kampus cukup dekat dari kos. Nima pulang ke kampungnya menggunakan motor berboncengan dengan Jihan sekalian diantar ke panti asuhan tempat Jihan tinggal, sedangkan bunda Wardah naik motor pulang ke Walenrang setelah ada urusan di kampus.
...****************...
Nantikan cerita selanjutnya
Happy reading♡♡♡
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!