"Zav! Loh harus bantu gue pokoknya?", ucap seorang gadis cantik berkulit coklat berambut ikal, pada gadis yang memiliki wajah dan paras yang 90% mirip dengannya.
Sedang kan Zavina yang mendengar suara cempreng sang kakak hanya bisa menghela nafas dia yakin kali ini sang kakak pasti menerima sebuah missi.
"Tatapan mu biasa aja kali Zav! Missi kali ini gue cuma di suruh ngambil jam tangan dari tangan pria namanya ARGA DEWANGGA, hadiahnya fantastis tau gak sih Zev", ucap Zahra lagi sambil menyerah kan biodata calon targetnya.
"Kebiasaan! Kita gak semiskin itu ya Zah!", sahut Zavina sambil membaca kertas di hadapanya.
"Tau gue, tapi kan lumayan buat hepi-hepi, lagian mumpung ayah lagi di Bali jadi gue terima itu missi", ucap Zahra sambil memakan cemilan milik sang adik.
"Malam ini pria itu bakal ngumpul sama para sahabatnya di CLUB BINTANG", ucap Zavina sambil mengotak atik komputer miliknya.
"Waahhhhtttt!!!?", teriak keduanya setelah mereka menyadari sesuatu.
"Gilakkk.... Ini mah cari perkara namanya?", teriak Zavina sambil ngomel kearah Zahra.
"Cihhh..... Terus mau gimana lagi, gue terlajur terima DP", sahut Zahra dengan lesu.
"Kita minta bantuan mbak Amira aja?", ucap Zahra saat dia mengingat kakak sepupu mereka.
"Ide bagus👏👏👏👏", ucap Zavina sambil bertos ria.
******
Sedang kan di sebuah gedung tanpak 3 orang pemuda yang sedang berdiskusi entah apa lah yang mereka bahas tapi melihat situasi di ruangan itu membuat siapa saja akan merasa tertekan.
"Cihhh... Sungguh siall!!! Bisa-bisanya wanita itu masuk ke sini", ucap Arga penuh emosi.
"Gilakkk... Emang! Itu perempuan nekat banget", jawab Fadli yang berperan sebagai dokter pribadi ketua mafia RED EYE'S itu.
Sedangkan Daren yang berperan sebagai asisten ples sahabat sang ketua mafia itu hanya bisa menghela nafas, sebab kejadian tadi di luar ekspetasi mereka.
Flasback 5 menit yang lalu.
Hari ini Arga Dewangga putra sulung keluarga Dewangga itu baru saja kembali ke tanah air, selama ini Arga tinggal di luar negri bersama sang nenek tapi seminggu yang lalu sang nenek meninggal oleh sebab itu dia di minta kembali ke Indonesia untuk membantu sang ayah karna sang adik lebih memilih fokus ke usaha pada bengkelnya.
Saat tiba di pintu keluar entah dari mana datangnya seorang wanita yang sangat Arga hindari, tiba-tiba wanita itu memeluk Arga dengan erat, karna kejadian itu membuat Arga harus mendapat kan penangan darurat, sehingga disini lah mereka saat ini, di hotel Bintang milik keluarga Wijaya.
Flasback off.
"Gue heran, bukannya kepulangan kita ke Indonesia gak ada yang tau ya🤔🤔🤔🤔🤔?", ucap Daren saat melihat amarah sang bos sudah menurun.
"Dan aku yakin, wanita tua itu yang memberi tau Selena kalau aku kembali", sahut Arga sambil menyesap rokok di tangannya.
"Maksud loe! Nyokap loe gitu?", ucap Fadli menimpali.
"Siapa lagi? Loe kan tau Selena itu anak tiri kesayangannya", jawab Arga sinis.
Saat ke tiganya sedang asik mengobrol tiba-tiba ponsel Fadli bergetar dan tertera nama Amira di sana.
"Hallo", jawab Fadli dengan cepat sebab dia gak mau di omeli oleh sang kakak sepupu walau pun sepupu jauh tapi mereka semua cukup dekat.
"Fad, buruan kerumah loe udah sampek Jakarta kan?", teriak Aira dari sebrang telfon.
"Astagfirullah, mbak bis gak sih gak usah teriak gitu?", Sahut Fadli sambil mengusap telinganya yang berdengung.
"Sory... Sory...? Buruan deh kesini kita buat acara barbeque sama Zahra, Zavina dan Zero juga", ucap Aira sambil nonton tv.
"Ok", jawab Fadli lalu saat dia akan mematikan sambungan telfon terdengar lagi suara Aira yang menyebut nama Arga dan juga Daren.
"Eh... Tunggu!!!?? Jangan lupa si Fobia wanita sama kanebo kering ajak juga", ucap Aira lalu dengan cepat dia lngsung memutuskan sambungan.
Setelah sambungan terputus Fadli kembali meletakan ponselnya, tapi dia terkejut saat melihat kedua tatapan mata sahabatnya.
"Kenapa?", ucap Fadli sambil mengerutkan kening, sedangkan keduanya hanya mendengus malas.
Setekah merasa semuanya sudah aman ke tiganya memutuskan kembali ke kediaman masing-masing.
********
Sementara itu si kembar yang di beri kabar bawah abg sepupu mereka yang berprofesi sebagai dokter telah kembali ke Jakarta membuat keduanya betek sebab akan bertambah lah Bodyguard mereka dengan malas keduanya turun sambil memanyunkan bibir dan berwajah masam, sontak nyonya Gepi dan tuan Andi menatap penuh tanya.
"Loh... Loh... Cucu-cucu oma kenapa mukanya betek gitu?", tanya nyonya Gepi saat melihat kedua cucu perempuannya cemberut.
"Oma tanya aja sama opa dan paman besar", jawab keduanya lalu duduk di samping sang Oma.
Sontak nyonya Gepi menatap keduanya, guna meminta jawaban.
"Fadli kembali ke Jakarta", jawab Zaidan sambil menyesap teh yang berada di meja.
"Terus? Kalok Fadli pulang kenapa kalian bete? Kan seharusnya kalian senang dong?", ucap sang oma lagi sambil melihat kearah sang cucu.
"Mana mungkin mereka senang Bun! Bunda lupa di keluarga ini cuma mereka berdua princesnya, eh... Ada satu lagi deh si Aira anaknya Renita", sahut tuan Andi sambil terkekeh.
" Tapi jadi mbak Aira enak tau dia itu gak pernah di kawal, dia juga bisa sebebas itu", jawab Zahra dengan nada melasnya.
"Opa, paman boleh gak kalok kami kos atau tinggal di apartemen gitu?", ucap Zavina menimpali.
"Nooooo! Oma gak setuju! Kalok kalian tinggal di apartemen oma sama siapa dong?", sahut nyonya Gepita dengan wajah sedih.
"Lagian paman yakin papa kalian gak akan beri izin kalian tinggal sendiri, papa kalian itu oper protektif sejak ke pergian mama kalian", sahut Zaidan.
"Loh! Tumben kalian berdua masih di rumah", ucap Angle yang baru saja turun dengan sang putra Arya Wijaya yqng berusia 20 tahun, dia berbeda 3 tahun dari si kembar.
"Mas Arya dari mana?", bukanya menjawab mereka malah balik bertanya pada sang kakak yang mereka pikir sudah pergi keluar bersama teman-temannya.
"Ckkk, kalian berdua itu ke biasaan kalok di tanya bukannya jawab malah balik nanya", ucap Arya pada sang adik.
"Maaf Ma", ucap ke duanya pada Angle.
"Ya! Udah ayok kita makan siang! Keburu dingin nanti lauknya?", jawab Angle lalu mengajak semua orang untuk makan.
Saat mereka akan memulai makan terdengar suara bel di barengi dengan ucapan salam sontak mereka langsung menatap ke arah sumber suara.
Ting nong ting nong
"Assalamualaikum", ucap Jacob, Areta dan sang putra Fadli.
"Waalaikumsalam", jawab mereka serentak.
Jacob dan Areta menyalami nyonya Gepi dan tuan Andi bagitu pula juga Fadli melakukan hal yang sama.
"Nanti aja ngobrolnya sekarang kita makan dulu", ucap tuan Andi penuh perintah.
Akhirnya mereka makan dengan hening tanpa ada obrolan, karna memang itu kebiasaan keluarga Wijaya.
Selesai makan mereka pun berkumpul di ruang tamu sedang kan ke 4 anak muda itu memilih duduk di halaman belakang sambil nyantai di dekat kolam renang.
"Mas Fadli kok balik si ke sini?", ucap Zahra setelah mereka mengambil tempat duduk masing-masing.
Fadli yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan kening, dia merasa bingung dengan ucapan Zahra adik sepupunya.
"Mas gak usah masang tampang bingung gitu? Mereka berdua itu merasa bertambah lagi Bodyguard meraka setelah mas Fad pulang", sahut Arya menimpali.
"Jadi kalian gak seneng Mas pulang?", ucap Fadli pada ke duanya.
"Bukan gak seneng sih!! Tapi?? Isss..... Entahlah", jawab Keduanya sambil memanyunkan bibir.
"Mas Arya nanti sore ikut gak ke rumah Mami?", tanya Zavina pada Arya.
"Gak, Mas ada tugas kelompok sama anak-anak", jawab Arya sambil bernain ponsel.
"Kalian berdua pergi ke rumah Mami bareng Mas Fadli aja? Toh nanti malam juga Mas Fad pulangnya kesini", ucap Mama Reta menimpali.
"Loh!! Emang Mas Fad gak tinggal di apartemen Mam", ucap Zahra sambil menatap sang tante yang biasa di panggil Mama Reta.
"Mas mu kan punya rumah ngapain tinggal di apartemen", jawab Jacob sambil menimpali dan ikut ngobrol dengan para anak muda.
"Isss... Enak banget tau jadi Mas Fad sama mbak Ai, mereka bisa mandiri", jawab ke dua twins.
" Kalian berdua mau tinggal mandiri buat apa? Jangan bilang kalian", belum sempat Fadli menyelesaikan kata-kata ke dua gadis itu sontak menginjak kaki serta mencubit lengan Fadli.
Fadli yang mendapat serangan tiba_tiba sontak meringis karna merasakan sakit di kaki dan juga tangannya, sedangkan kedua gadis itu membuang muka seolah tak berbuat apa pun.
*******
Sore harinya Zahra dan Zavina pergi ke rumah Aira bersama Fadli karna perintah dari sang opa mau tidak mau akhirnya keduanya menurut, hampir 30 menit mereka mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan selama perjalanan kedua gadis itu asik pada ponsel masing-masing, sedang kan Fadli meresa bagaikan supir bagi kedua princes Wijaya itu, tak terasa akhirnya mereka tiba di ke diaman Parta dimana kediaman ini hanya di huni oleh Aira dan Zero serta nyonya Salma dan juga tuan Davit sedang kan Renita dan Leo menetap di Singapore.
"Assalamualaikum, Eyang, Kakung!", teriak kedua gadis berusia 23 tahun itu.
"Waalaikumsalam, dek jangan teriak-teriak ini bukan hutan", ucap wanita bercadar yang tak lagi muda itu.
Keduanya hanya menampilkan senyum unjuk gigi dan hal itu jelas membuat nyonya Salma menghela nafas.
Sungguh tingkah kedua anak ini persis seperti Safa dan Reni dulu, gumam nyonya Salama sambil bergeleng kepala serta beristigfar melihat kelakuan kedua cucu perempuannya.
"Assalamualaikum! Eyang putri", ucap Fadli dari arah belakang.
"Waalaikumsalam, Fadli? Loh kamu kapan kembali nak?", tanya nyonya Salma pada lelaki berusia 28 tahun itu.
"Semalam Eyang", jawab Fadli lalu duduk di sebelah si kembar.
"Everybody...." teriak Aira dari lantai atas dan hal itu sontak mendapat tatapan tajam dari sang oma.
"Maaf ✌✌✌✌, oma", teriak gadis itu sambil menunjukan dua jari.
Lalu dengan langkah seribu dia segera turun untuk menemui para sepupunya.
"Pelan-pelan Ai, mereka juga gak akan kemana-mana", ucap Nyonya Salma memperingati sang cucu.
" Apa kabar loh pada?", tanya Aira dengan nada coolnya.
"Cihh... Si mbak Ai! kayak udah gak ketemu berbulan-bulan aja", Jawab Zahra sewot.
"Padahal kemaren kita baru hangout bareng", sahut Zavina.
"Gimana mbak semua udah oke belum?", tanya Fadli mengalihkan pembicaraan, sebab dia tau jika ke tiga wanita itu bercerita maka tak akan ada habisnya.
"Beres, udah di siapin sama bibik dan mamang, kita tinggal eksekusi aja", jawab Aira. Tak lama datanglah tuan Davit dan juga Zero, keduanya menatap heran sebab di ruang tamu tanpak sangat ramai.
"Loh! Mas Fadli? Kok disini?", tanya Zero setelah dia ikut bergabung.
"Kami gak di tanyak Mas?", sahut keduanya saat melihat Zero hanya menyapa Fadli tapi tidak dengan keduanya.
"Kalian mah, gak perlu mas tanya, soalnya kalian udah kayak jalangkung", jawab Zero dengan suara kekehan dan hal itu membuat kedua gadis itu mendengus malas.
Tuan Davit dan nyonya Salma hanya mengelengkan kepala melihat tingkah laku para anak muda itu.
"Kalian baik-baik di rumah! Oma dan Opa akan pergi menghadiri acara salah satu rekan Opa", ucap Tuan Davit sebelum beranjak pergi.
"Siap Komandan", teriak ketiga gadis itu. Sedangkan Fadli dan Zero hanya menghela nafas.
" Yok lah kita kehalaman belakang aja!", ucap Aira pada twins.
"Kalian berdua juga harus ikut?", ucap Zahra pada kedua sepupu cowoknya.
"Fad? Arga dan Daren jadi di ajak kan?", ucap Aira pada Fadli.
"Jadi! Mungki nanti habis magrib mereka otw kesini", jawab Fadli, lalu mendahului ketiga gadis itu.
"Emang masik ada tamu yang lain mbak?", ucap Zavina.
Aira hanya menjawab dengan mengangguk kan kepala.
"Kirain cuma kita-kita doang?", sahut Zahra sambil merangkul Aira.
"Mana asik kalok cuma berlima", jawab Aira sambil menampol bahu Zahra.
Akhirnya ke lima muda mudi itu mulai melakukan tugas masing-masing, Zahra yang membuat bumbu, Zivana dan Aira yang membersih kan ikan dan teman-temannya, sedangkan Fadli dan Zero menyiapkan keperluan lainnya. Ketika waktu magrib tiba mereka bergegas melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim terlebih dahulu, sebelum melanjutkan acara inti mereka.
Setelah mereka selesai sholat baru lah mereka kembali ke halaman belakang sambil menunggu kedua tamu mereka mereka pun mulai memasak dan membakar menu barbeque.
Tak lama terdengar suara mobil yang sangat Fadli kenal, dia sejenak meninggalkan tugasnya di gantikan oleh Zero.
"Akhirnya dateng juga kalian! Udah di tungguin tu sama Aira!", ucap Fadli sambil bertos ala cowok bila bertemu.
"Cihhh... Kami masih sayang telinga! Ya kan Bos?".
"Bisa pecah gendang telinga kami kalau kami gak datang".
Fadli yang mendengar itu mengerutkan kening, mersa bingung dengan jawaban Arga dan Daren, belum sempat Arga menjawab ponselnya kembali berdering.
Tanpa menjawab Arga langsung menyerah kan ponselnya pada Fadli begitu dia menekan tombol ikon berwarna hijau.
"Hal", suara Fadli terpotong saat mendengar suara bak petasan milik Aira.
Sedang kan Daren hanya terkekeh dan Arga berjalan tanpa memperdulikan raut wajah Fadli yang sudah masam.
Pantesan mukanya betek ternyata sedari tadi dia sudah di teror sama mbak Aira, gumam Fadli lalu ikut menyusul langkah keduanya.
Saat mereka sampai di halaman belakang, keadaan sepi hanya tanpak Zero dan Zavina, sedangkan Aira ternyata mengantar Zahra ke
kamar.
"Loh!! Ai dan Zahra kemana?", tanya Fadli pada Zavina yang sedang memarinasi bahan-bahan barbeque.
"Nah mas Fad udah nongol? Buruan ke kamar Zahra mas, biasa anak itu lambungnya kumat ?", sahut Zavina tanpa menoleh, sebab dia sudah mulai memanggang daging dan ikan.
Tanpa basa basi Fadli langsung menuju kamar Zahra tak lupa dia juga membawa perlengkapan medis pribadi miliknya.
"Kalian disini dulu entar Zero kesini, gue mau keatas dulu, darurat soalnya"
Fadli berucap sambil melangkah pergi menuju kamar Zahra di lantai atas.
Braakkkk
"Astaga!!!"... Teriak Aira kaget karna pintu kamar Zahra di buka dengan kencang.
Buggg...
Sambil ngomel Aira tak lupa melempari Fadli dengan bantal, untungnya Fadli jeli sehingga dia bisa menghindar.
" Sory... Mbak!! Mbak di bawah uda ada Daren dan Arga, susuli gih tadi cuma ada Zavina di sana", ucap Fadli pada Aira, sedang kan dia mulai menyiapkan perlengkapan medis dan mulai memeriksa kondisi Zahra.
Melihat Zahra yang masih memengang perutnya Fadli hanya bisa menghela nafas mau tidak mau Zahra harus di infus.
"Titip ini bocah Fad! Bisa-bisanya gak makan malam dulu cuma karna mau nungguin barbeque"
Setelah mengatakan itu Aira memilih kembali ke halaman belakang untuk menemui kedua tamunya. Begitu sampai dia menatap heran sebab hanya Zavina yang berada di situ.
"Zav? Zero, Arga dan Daren kemana?", tanya Aira pada Zavina yang sedang sibuk memanggang, Zavina hanya mengangkat kedua bahunya bertanda bahwa dia tak tau.
Sedangkan ke tiga pria itu berada di ruang kerja milik Zero, sebagai salah satu teman di dunia mafia Zero selalu membantu para rekannya.
"Bang kayaknya ada yang mencuri datamu?", ucap Zero pada Arga.
"Siapa kira-kira? Perasaan aku juga baru aja sampai di sini", jawab Arga dengan santai.
"Gak tau! Hackernya lumayan jago susah di lacak!", ucap Zero sambil memperhatikan gelombang huruf dan angka yang menjadi kode di layar komputer.
"Kayaknya kita harus mulai waspada bos! Janga-jangan ada musuh yang juga sudah berada di sini", sahut Daren.
"Besok malam jadi ke club buat transaksi! Sekalian misi untuk para tim protector?", Zero bertanya tapi matanya masih tetap fokus pada layar komputernya.
"Seperti biasa ruang belakang tempat pertemuannya", ucap Arga pada Zero.
"Beres! Semua udah di siapkan".
Obrolan ke tiganya terputus karna pintu ruang kerja Zero di buka paksa oleh seseorang.
"Bagus ya! Bukannya bantuin kalian malah ngobrol di sini?", teriak Aira murka.
Dan sontak Zero buru-buru keluar menuju halaman belakang, sedangkan Arga dan Daren hanya bisa mengelengkan kepala. Sifat bar-bar Aira terkadang membuat mereka pusing tapi biar pun begitu mereka tak pernah marah. Saat Zero sampai di halaman belakang dia celingukan karna suasana di sana sepi, Zero hanya menemukan makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja.
Mampus dahhh, ucap Zero sambil menepuk jidatnya. Tak lama Aira datang bersama Arga dan juga Daren.
"Kok loe sendiri Zer?" tanya Aira yang sudah sampai dia celinguk kan ke kanan kari tapi tak menemukan orang lain disana.
"Mbak cari apa? Kayaknya itu anak merajuk makanya gak ada di sini!", jawab Zero sambil menunjuk semua hasil masakan sang adik sepupu.
"Kalian sih 😤😤", ucap Aira sambil memukul lengan Arga.
Sontak Arga langsung mengeser badannya alhasil Daren lah yang terkena pukulan maut dari Aira, mereka tau betul watak Aira kalau sudah kesal pasti lah mereka menjadi pelampiasan.
"Kalian mulai lah lebih dulu! Aku keatas dulu untuk melihat mereka sekalian aku panggil Fadli turun", ucapnya lagi lalu pergi meninggalkan ke tiga pria itu.
"Siapa emang Zer yang di maksud Aira?", tanya Daren penasaran.
"Adik sepupu kami dari mami Reni", jawab Zero singkat.
Sedangkan Zavina bukan merajuk tapi selesai memanggang dia bergegas menyiapkan untuk sang kakak, sehingga dia pergi ke lantai atas tepatnya kamar Zahra.
Flasback 15 menit sebelumnya.
Saat Zavina sedang asik memanggang tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan suara alaram yang mendakan bahwa ada yang mencoba mecuri data dirinya sontak Zavina kaget sehingga dia melihat ke kiri dan kanan ternyata di situ hanya ada dirinya seorang dia cukup lega tapi juga merasa jengkel.
Isss... Kok tinggal aku sendiri disini?, gumam Zavina sambil menghentak kan kaki merasa kesal.
Karna yang di panggang tinggal satu ronde dia memutuskan mempercepat perkerjaannya, hingga dia teringat bahwa sang kakak yang sedang sakit sehingga dia berniat membawa makanan untuk Zahra dan juga untuknya dia berencana akan makan di kamar Zahra nanti.
Tak sampai satu menit dia selesai, lalu menyusun semuanya di atas meja lalu dia bergegas menuju lantai atas.
Tok tok
"Masuk", teriak Fadli karna Zahra yang tengah tertidur.
"Loh, Zav kok kesini?", ucap Fadli setelah melihat siapa yang mengetuk pintu kamar Zahra.
" Jadi mas gak suka kalok aku kesini?", jawab Zavina sewot.
"Ehh... Bukan gitu", sahut Fadli kelabakan.
Zavina lalu duduk di sofa yang menghadap ke arah halaman belakang dia melihat Zero yang datang sambil berlari dan tak lama datang Aira dan 2 orang pria yang Zavina belum tau siapa mereka. Mungkin mereka tamu mbak Ai yang tadi mereka tunggu, gumam Zavina dalam hati. Saat dia sedang melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba Zavina melihat Aira yang kesal sambil memukul salah satu dari teman prianya.
SYUKURINNN..., gumam Zavina saat melihat Zero dan pria di sebelahnya yang di pukul oleh Aira.
"Kok loe malah kesini? Gak gabung sama mereka!", tanya Fadli setelah dia melihat kearah pandang Zavina.
"Cihhh... Mas gak tau aja, aku tadi sendirian disana mereka entah kemana", jawab Zavina sambil memanyunkan bibirnya.
"Lah emang mereka berempat kemana?", tanya Fadli lagi, sebab dia memang tidak tau situasi di bawah tadi.
"Mana aku tau", jawab Zavina sambil mengidikan bahu, lalu dia bermain posel untuk menghilangkan rasa kesalnya. Di tengah-tengah kegiatannya dia masih sempat menanyakan kondisi Zahra.
"Mas, keadaan Kak Zah gimana?", tanya Zavina pada sang abang.
"Udah mendingan! Emang tadi Zahra gak ikut makan malam bareng kamu sama mbak Ai?".
"Gak ada sih! Lagian dia makan kan cuma tadi siang bareng kita", sahut Zavina sambil mulai memakan hasil masakkannya.
Tok tok
Ceklek... "Fad? Ada Zavina gak disin_____iiiii?", pertanyaan Aira terpotong saat melihat Zavina yang sedang asik mengunyah makanan.
O"Dah lah mbak sama mas Zero turun aja kebawa, kasian nanti temen kalian", sahut Zavina di sela-sela rasa kaget Aira.
"Lah kau gak ikut gitu?", ucap Fadli sambil menatap sang adik.
"Gak aku mau di sini aja sama kak Zah", jawab Zavina sambil melihat ke duanya.
"Padahal mbak mau kenalin kalian sama kedua teman kami", sahut Aira.
"Lain kali aja lah mbak, lagian aku mau tidur CAPEEKKK", jawab Zavina penuh tekanan.
Sontak Aira sadar dengan sindiran sang adik sepupu, "Ya maaf Zav!", sahut Aira sambil mengedipkan mata bertanda dia bersalah kali ini.
"Dah lah gak usah di bahas, buruan turun kasian nanti mereka pada kelaparan lagi", ucap Zavina sambil mengusir keluar kedua kakaknya.
Setelah keduanya keluar Zavina bergegas membagunkan Zahra yang masih tertidur.
"Zahhhhh.... Gawaaatttt?", ucap Zavina sambil mengoyang badan Zahra.
"Aduhhhh.... Aduhhhh... Sakit tau Zav! Gak lihat apa tangan aku lagi di infus", jawab Zahra sambil menahan sakit di telapak tangannya.
"Ehhh... Soriii", ucap Zavina.
"Lagian ada gawat apa sihhh, sampek heboh gitu?", tanya Zahra pada sang adik.
"Ahhhh... Iya, hampir lupa!", ucap Zavina sambil menepuk jidatnya.
Pada akhirnya Zavina menceritakan soal pembobolan data diri mereka, juga dia menceritakan kejadian yang membuat dia bad mood sampai sekarang.
"Intinya besok kita harus waspada jangan sampi lengah", ucap Zavina pada Zahra.
"Okeee, pokoknya kau harus stand by di mobil, sekalian mantau keadaan, jangan lupa mbak Ai juga sekalian di kabarin", jawab Zahra.
Merasa pembahasan mereka telah usai keduanya memutuskan untuk tidur," Bak kata perut kenyang hati pun senang", jadi kedua gadis itu sudah terlelap setelah menghabiskan makanan yang di bawak oleh Zavina tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!