"Ijinkan putraku untuk bisa menikahi nafisah,Raharjo!Aku mohon." ucap pak Darmawan yang sukses membuat pak Raharjo dibuat kaget dengan permintaan dan juga maksud kedatangan sahabat karibnya ke kediamannya.
Pak Darmawan seorang pengusaha furniture paling sukses di kota Jakarta saat ini tidak merasa malu untuk menyampaikan keinginannya untuk melamar putri sahabat karibnya itu untuk dinikahkan dengan putranya Ibrahim Al Kahfi.
Sebelumnya sudah banyak kediaman sahabat,kolega dan juga rekan bisnisnya yang pak Darmawan datangi untuk meminang putri dari kenalannya itu untuk dinikahkan dengan putranya Ibrahim,namun tak ada satupun dari kenalan pak Darmawan yang mau menikahkan putrinya dengan putra pak Darmawan akibat kondisinya yang penyakitan.
Seperti yang diketahui oleh semua orang,putra pak Darmawan yang bernama Ibrahim memang dikenal sebagai anak yang penyakitan,bahkan dokter yang menangani penyakit Ibrahim sudah memberitahu pak Darmawan bahwa putranya itu hanya memiliki sisa waktu hidup selama satu tahun.
Karena kondisi Ibrahim inilah yang membuat banyak wanita dari kenalan pak Darmawan manapun yang tidak mau untuk dinikahkan dengan putranya itu.Namun pak Darmawan tidak pernah merasa putus asa untuk bisa mencarikan seorang istri yang cantik untuk dinikahkan dengan putranya itu,selama ia masih bisa berusaha untuk mencarikan seorang istri bagi putranya itu,pak Darmawan akan rela melakukan apa saja agar bisa mendapatkan seorang wanita untuk dinikahkan dengan putranya, Ibrahim.
Pak Darmawan percaya jika ia bisa mendapatkan seorang wanita untuk dinikahkan dengan putranya itu,hal baik akan datang kepada putranya dan membuat putranya itu mau bersemangat untuk sembuh dari penyakitnya tersebut.
Dan usaha itulah yang coba dilakukan oleh pak Darmawan saat ini,ia mencoba melamar putri sahabat karibnya,pak Raharjo untuk dinikahkan dengan putranya Ibrahim.
"Bukannya aku menolak niat baikmu kepada putriku,pak Darmawan.Akan tetapi aku merasa keberatan dengan permintaan mu itu.Aku tidak mungkin membiarkan putriku menikah dengan Ibrahim,di saat kondisi putramu itu tidak terlalu cocok untuk bisa menikah dengan wanita manapun saat ini." ucap pak Raharjo
"Aku tahu apa yang kau pikirkan pak Raharjo,putraku itu memang laki laki yang penyakitan dan tidak memiliki harapan untuk bisa hidup lebih lama.Akan tetapi aku percaya jika putraku bisa mendapatkan seorang wanita untuk ia nikahi, mungkin putraku akan bisa mempunyai semangat yang tinggi untuk menghadapi penyakitnya saat ini.Dan mungkin dengan dukungan dari calon istrinya itu,putraku Ibrahim akan mau untuk mencoba agar bisa sembuh dari penyakitnya saat ini.Aku mohon tolong pertimbangkan permintaan ku ini pak Raharjo, sungguh hanya kaulah yang bisa mengakhiri pencarian ku ini dalam menemukan wanita untuk menjadi istri putraku itu." ucap pak Darmawan dengan setengah memohon kepada pak Raharjo.
Mendengar permohonan yang terus dilontarkan oleh pak Darmawan,membuat pak Raharjo dilanda rasa kebimbangan.Di satu sisi ia tidak tega melihat sahabatnya itu merasa kesusahan dalam mencari calon istri untuk putranya,dan di satu sisi pak Raharjo tidak ingin mengorbankan putri satu satunya untuk menikah dengan laki laki yang telah divonis tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.
"Pak Raharjo tolong terimalah permohonan ku ini,bukankah selama ini aku lah yang sudah membantumu dan juga keluargamu terlepas dari kebangkrutan usahamu hingga tidak memiliki apa apa sampai kau bisa mendapatkan semua kekayaan mu kembali?Anggap saja apa yang kuinginkan darimu ini adalah bentuk balas budimu kepadaku atas pertolongan yang selama ini aku berikan kepadamu.Aku mohon tolong ijinkan putrimu Nafisah untuk menikah dengan anakku Ibrahim." ucap pak Darmawan.
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa memang benar karena bantuan keuangan yang diberikan oleh pak Darmawan,pak Raharjo bisa terlepas dari kebangkrutan yang sempat menjerat usahanya.Namun permintaan yang diinginkan oleh sahabatnya itu benar benar sangat sulit untuk bisa dilakukan oleh pak Raharjo.
Akhirnya setelah beberapa saat yang lama berpikir,pak Raharjo pun akhirnya bersedia untuk menyetujui anak pak Darmawan yakni Ibrahim untuk menikahi nafisah.
"Baiklah pak Darmawan,aku akan memberikan ijinku agar anakmu Ibrahim bisa menikah dengan putriku Ibrahim.Selama ini aku telah terlalu banyak berhutang Budi kepadamu,semoga saja dengan menyerahkan putriku kepada putramu bisa melunasi semua hutang Budiku kepadamu." ucap pak Raharjo dengan pasrah akhirnya bersedia memberikan putrinya untuk dipersunting oleh putra pak Darmawan.
"Tentu saja pak Raharjo!Dengan kau memberikan putrimu kepada putraku,kau sudah melunasi semua hutang budimu kepadaku.Terima kasih karena kau sudah mau menyerahkan Nafisah untuk menjadi istri dari anakku.Selamanya aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu pak Raharjo." ucap pak Darmawan yang tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya dari pak Raharjo.
"Dengan kondisi Ibrahim saat ini,apakah memungkinkan jika kita melakukan acara pernikahan pada umumnya?" tanya pak Raharjo
"Untuk masalah ini kau tidak perlu merasa cemas pak Raharjo,acara pernikahan Ibrahim dan Nafisah akan aku urus sendiri yang tentunya hanya akan dihadiri oleh kedua keluarga kita saja.Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya kau bisa memberitahu putrimu Nafisah kalau dia saat ini akan menjadi calon istri dari anakku Ibrahim." ucap pak Darmawan
"Ya aku rasa kau benar pak Darmawan." ucap pak Raharjo
"Cepat beritahukan kepada putrimu itu mengenai perjodohan ini,dan aku akan segera melakukan persiapan acara pernikahan untuk anak kita berdua.Jika tidak ada sesuatu yang menghalangi,aku ingin anak anak kita bisa menikah dalam waktu tiga hari lagi." ucap pak Darmawan yang kembali mengejutkan pak Raharjo.
"Tiga hari lagi,pak Darmawan? Apakah itu tidak terlalu cepat dan mendadak?" tanya pak Raharjo
"Tentu saja tidak, bukankah hal yang baik lebih baik disegerakan daripada ditunda lebih lama?Lagipula aku sudah tahu siapa putrimu,putrimu adalah wanita yang tepat untuk anakku Ibrahim." ucap pak Darmawan.
"Jika itu memang keputusan mu maka aku hanya bisa mengikutinya." ucap pak Raharjo.
Seusainya menerima kedatangan dan niat dari pak Darmawan,malam harinya akhirnya pak Raharjo pun mengumpulkan istri dan juga putrinya di ruang tamu untuk memberitahu mengenai perjodohan ini.
"Ada apa sih pak?Kok tumben banget bapak minta ibuk dan juga Nafisah untuk kumpul disini?Ada masalah apa?" tanya bertha selaku istri pak Raharjo.
"Ibuk,Nafisah...begini tadi pagi bapak kedatangan tamu." ucap pak Raharjo yang memulai pembicaraan.
"Tamu siapa pak?Kok ibuk nggak tahu kalau ada tamu?" tanya bertha.
"Dari pak Darmawan Buk,tadi pagi dia kesini sewaktu ibuk lagi pergi ke pasar buat belanja.Pak Darmawan kemari untuk meminta Nafisah menikah dengan anaknya yang bernama Ibrahim." ucap pak Raharjo yang membuat Bertha dan juga Nafisah terkejut saat mendengarnya.
"Apa pak?Pak Darmawan meminta Nafisah untuk menikah dengan anaknya yang bernama Ibrahim?Ibrahim yang penyakitan itu?" tanya bertha dengan nada yang sedikit tidak senang dengan kabar itu.
"Iya buk" ucap pak Raharjo dengan singkat
"Enggak bisa!!!Ibuk nggak terima jika anak kita Nafisah menikah dengan laki laki penyakitan itu.Ibuk nggak mau putri semata wayang ibuk menikah dengan laki laki yang hampir sekarat!!!Apa bapak nggak mikir bagaimana masa depan Nafisah jika dia menikah dengan laki laki penyakitan itu?Bapak nggak peduli ya dengan masa depan anak bapak sendiri?" protes Bertha kepada suaminya, Raharjo.
"Jangan ngomong seperti itu buk,kata siapa bapak nggak peduli dengan masa depan anak kita?Bapak benar benar peduli kok!Hanya saja kali ini bapak tidak memiliki cara lain untuk bisa menolak permintaan dari pak Darmawan.Keluarga kita sudah banyak berhutang Budi kepada pak Darmawan,buk!!!Ibuk seharusnya ingat ketika keluarga kita mau bangkrut dan jatuh miskin,pak Darmawan lah yang menolong keluarga kita sampai memiliki segalanya seperti ini.Jadi sudah waktunya bagi kita untuk membalas hutang Budi kita." ucap pak Raharjo
"Tapi nggak begini juga pak cara kita untuk membalas hutang Budi pak Darmawan,ibuk nggak rela jika Nafisah anak kita menikah laki laki penyakitan itu." protes Bertha dengan kecewa.
"Ibuk,Nafisah,tolong mengertilah situasi bapak saat ini.Bapak benar benar tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui pernikahan Ibrahim dan Nafisah.Pokoknya Nafisah harus mau menikah dengan Ibrahim,titik!!! Pernikahan ini akan diadakan tiga hari lagi,jadi Nafisah tolong persiapkan diri kamu dengan baik untuk pernikahan kamu." ucap pak Raharjo dengan tegas yang membuat Bertha dan Nafisah tidak mampu membantah keputusan pak Raharjo.
"Nafisah maafkan ibu ya nak,demi membalas hutang Budi keluarga kita kepada pak Darmawan,kami berdua terpaksa menyulitkan mu." ucap Bertha yang meminta maaf kepada putrinya itu.
"Aku akan menikah,jangankan tuan Ibrahim yang penyakitan meskipun laki laki itu orang yang sudah mati aku juga akan tetap menikahinya." ucap Nafisah dengan penuh keikhlasan dan membuat ibunya tak kuasa menitikkan air mata kesedihannya melihat putri satu satunya itu mempunyai nasib yang yang sangat menyedihkan.
Setelah mengetahui keputusan putrinya yang menyetujui pernikahan tersebut,pak Raharjo pun segera memberitahu kabar tersebut kepada pak Darmawan dan membuat seluruh keluarga konglomerat itu segera menyiapkan acara pernikahan untuk putranya Ibrahim dan juga Nafisah.
Mengingat kondisi Ibrahim,pak Darmawan mengadakan pernikahan putranya di kediamannya sendiri.Sehingga hal itu menandakan bahwa acara akad nikah itu hanya akan dihadiri oleh keluarga inti yang mempelai perempuannya akan datang ke rumah calon suaminya setelah ijab kabul selesai dilakukan.
Satu hari sebelum hari pernikahan,pak Darmawan mengirimkan satu set perhiasan dan juga gaun pengantin untuk dikenakan oleh Nafisah di hari pernikahannya besok.
Keesokan harinya Nafisah sudah terlihat siap untuk menghadapi hari pernikahannya dengan Ibrahim,dengan mengenakan gaun pengantin berwarna putih serta ronce bunga melati yang menghiasi kepalanya,Nafisah benar benar terlihat sangat cantik sebagai seorang pengantin.
Dengan perasaan sedih,Nafisah menatap dirinya sendiri di depan cermin meja riasnya.Pernikahan yang seharusnya membawa kebahagiaan justru membawa duka bagi Nafisah.Ia tidak tahu hal apa yang sudah menunggunya di depan sana ketika ia telah resmi menjadi istri Ibrahim.Nafisah hanya berharap agar dirinya bisa menjadi sumber kekuatan dan harapan baru bagi suaminya itu.
Tak lama kemudian Nafisah dihampiri oleh ibunya Bertha yang datang untuk menguatkan perasaan Nafisah,ayah Nafisah sendiri sudah terlebih dahulu berangkat ke kediaman pak Darmawan untuk acara ijab kabul dan bertindak sebagai wali nikah Nafisah dan Ibrahim.
"Nafisah, apakah kamu sudah siap untuk pergi ke rumah calon suami kamu nak?" tanya ibunya sembari berdiri di samping putrinya,Nafisah.
"Nafisah sudah siap ibu." ucap Nafisah dengan pasrah.
"Nafisah,biar ibu beritahu padamu dengan kau menikahi tuan Ibrahim kau secara tidak sengaja telah mendatangkan keberuntungan bagi calon suamimu itu nak.Mungkin setelah kau menikah dengan tuan Ibrahim,tuan Ibrahim akan sembuh dari penyakitnya saat ini.Pak Darmawan juga berjanji kepada ayahmu,jika terjadi sesuatu yang tidak baik kepada anaknya Ibrahim dia akan mengirim kau kembali pada kami." ucap Bertha ibunya
"Barusan yang ibu katakan itu apakah memang benar?Apakah aku bisa kembali kemari jika terjadi sesuatu kepada calon suamiku?" tanya Nafisah yang merasa ada sedikit harapan untuknya bisa pulang ke rumah kedua orang tuanya.
"Tentu saja nak,namun tetap saja kita berdua tidak akan tahu akan hal apa yang akan terjadi di depan sana.Namun yang terpenting sekarang adalah tak peduli bagaimana takdir membawa kehidupan mu dan juga tuan Ibrahim,kau harus bisa menjadi seorang istri yang baik untuk suamimu nak.Tolong jangan permalukan kami di hadapan keluarga suamimu." ucap Bertha.
"Nafisah berjanji kepadamu ibu,Nafisah akan menjalankan tugas Nafisah sebagai seorang istri yang baik untuk tuan Ibrahim.Meskipun itu harus mengorbankan kebahagiaan Nafisah sendiri." ucap Nafisah
"Terima kasih nak,ibu berdoa semoga tuhan memberikan takdir yang baik bagi kalian berdua." ucap Bertha.
Tak lama setelah perbincangan itu,pelayan rumah pak Raharjo memberitahu Bu Bertha jika di akad nikah kediaman pak Darmawan telah selesai untuk dilakukan.Sehingga hal itu pun langsung membuat Bu bertha segera membawa Nafisah menuju ke mobil pengantin yang telah terparkir di halaman rumah pak Raharjo untuk berangkat ke kediaman pak Darmawan.
Di sepanjang perjalanan menuju ke kediaman calon suaminya,Nafisah tidak henti hentinya berdoa kepada sang pencipta untuk kehidupan barunya bersama suaminya.
"Ya tuhan tolong kuatkan hatiku agar aku bisa menjalankan kehidupan pernikahan ini dengan sebaik baiknya,Bantulah aku agar aku bisa menjadi istri yang baik untuk suami dan keluarganya." ucap Nafisah di dalam hatinya.
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam penuh, akhirnya mobil pengantin yang membawa Nafisah dan ibunya tiba di kediaman mewah pak Darmawan.Kembang api segera dinyalakan begitu Nafisah dan juga ibunya tiba di kediaman pak Darmawan.Seluruh keluarga pak Darmawan terlihat berkumpul menjadi satu di depan halaman rumah mereka untuk menyambut kedatangan Nafisah dan juga ibunya di kediaman mereka.
Sembari dibantu keluar dari dalam mobil oleh ayahnya,Nafisah pun segera bisa melihat kediaman pak Darmawan yang akan ditinggalinya bersama suaminya.Nafisah juga bisa melihat bagaimana seluruh keluarga pak Darmawan yang terlihat sangat senang menyambut kehadirannya di rumahnya.Dari tatapan mereka semua,Nafisah bisa menyimpulkan bahwa seluruh keluarga suaminya itu menerima kedatangannya dengan tangan terbuka.
Nafisah telah melihat seluruh keluarga suaminya namun sampai saat ini Nafisah belum juga melihat keberadaan suaminya yang datang untuk menyambut kedatangannya.Pak Darmawan yang merasa tahu dengan apa yang sedang dicari oleh Nafisah saat ini,segera memberitahu Nafisah jika suaminya saat ini tengah beristirahat di dalam kamarnya dikarenakan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk menyambut kedatangan Nafisah.
Mendengar pernyataan itu hanya bisa membuat Nafisah tersenyum datar dan tidak mau repot repot membuat dirinya berpikir sakit apa yang sedang suaminya alami saat ini sehingga ia tidak bisa menyempatkan waktunya sebentar untuk menyambut kedatangan istrinya.
Setelah Nafisah diperkenalkan oleh seluruh keluarga pak Darmawan,pak Darmawan pun segera memerintahkan kepada pelayan kediamannya untuk membawa Nafisah ke kamar pengantin,tempat dimana suaminya berada saat ini.
"Cepat antarkan menantuku ke dalam kamarnya." ucap pak Darmawan kepada para pelayannya.
"Baik tuan" ucap pelayan pelayan itu.
Ketika para pelayan sedang mengantar Nafisah ke kamar pengantinnya,masih diluar halamannya_Pak Darmawan lagi lagi mengucapkan terima kasih kepada pak Raharjo dan istrinya Bertha karena sudah mau menyetujui Nafisah untuk menikah dengan putranya.
"Sekali lagi terima kasih pak Raharjo,karena kamu sudah menyetujui Nafisah untuk menikah dengan anakku Ibrahim." ucap pak Darmawan.
"Sama sama pak Darmawan,aku hanya memiliki satu putri di kehidupan ini.Tolong gantikan tugasku untuk menjaga putriku Nafisah,pak Darmawan.Sebagai seorang ayah aku telah gagal menjadi seorang ayah untuk putriku itu.Aku mohon perlakukan putriku dengan baik di rumah ini." ucap pak Raharjo.
"Tentu saja pak Raharjo,aku akan memperlakukan putrimu dengan baik.Kedatangan Nafisah di rumah ini adalah hal yang paling aku inginkan untuk Ibrahim,aku berjanji akan menjaga putrimu dengan baik.Kau tidak perlu khawatir dengan keadaan putrimu Nafisah." ucap pak Darmawan.
"Terima kasih pak Darmawan, kalau begitu aku dan istriku pamit dulu." ucap pak Raharjo yang bersiap untuk pulang meninggalkan kediaman pak Darmawan.
Malam ini bulan mengintip di balik awan bersama dedaunan yang ikut menari mengikuti alunan musik malam,di dalam kamar pengantinnya yang di dekorasi sangat indah dengan hiasan lilin dan juga bunga mawar merah terlihat Nafisah tengah duduk di sofa yang ada di samping ranjang pengantinnya.
Sudah sejak tadi Nafisah terlihat duduk di sofa itu sembari memperhatikan sosok suaminya yang sampai saat ini masih beristirahat dengan nyenyak di ranjang pengantinnya dan masih menggunakan setelan jas resmi pernikahannya.
Melihat suaminya yang masih asyik beristirahat tanpa tahu kalau saat ini istrinya sudah berada di dalam kamar yang sama,membuat Nafisah sedikit mengeluh dengan situasinya saat ini.Sejak pernikahannya telah diputuskan,ia masih belum mengetahui seperti apa wajah laki laki yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya itu.
Nafisah yang dilanda rasa penasaran pun akhirnya memberanikan dirinya untuk menghampiri ranjang pengantinnya untuk melihat wajah suaminya dengan baik.
Dengan duduk di samping suaminya itu,Nafisah pun membungkukkan badannya untuk melihat wajah suaminya.Dan setelah Nafisah mengetahui seperti apa wajah laki laki yang telah menjadi suaminya itu, alangkah tercengangnya diri Nafisah saat ia melihat seorang pria tampan beralis tegas dan berhidung mancung tengah tertidur dengan damai di ranjang pengantinnya.
Ternyata ayahnya telah menjodohkannya dengan laki laki yang sangat tampan dan terlihat baik untuknya,hal itu diam diam membuat Nafisah tersenyum sendiri.Di saat Nafisah tengah asyik memandangi wajah Ibrahim,alangkah terkejutnya Nafisah ketika melihat suaminya itu tiba tiba membuka kedua matanya sehingga hal itu sontak membuat Nafisah buru buru menjauh dari jangkauan suaminya untuk kembali duduk di sofa yang sedari tadi Nafisah duduki.
"Bukankah saat ini kau sedang tidur?Kau mengejutkanku!" ucap Nafisah dengan gelagapan dan membuat Ibrahim sadar bahwa ia sudah membuat istrinya terkejut.
Ibrahim yang sadar dengan perbuatannya akhirnya memutuskan bangun dari ranjang pengantinnya untuk menghampiri istri yang baru dinikahinya itu.
Nafisah yang sadar bahwa suaminya saat ini tengah menuju ke arahnya hanya bisa menanti dengan cemas,di satu sisi Ibrahim tampak tersenyum ketika ia melihat istrinya untuk yang pertama kalinya.Dengan kedua matanya yang meneduhkan,Ibrahim memandang wajah Nafisah dengan penuh kekaguman dan membuat Nafisah sempat dilanda rasa berdebar debar ketika dirinya ditatap seperti itu oleh suaminya.
Nafisah yang tidak ingin debaran jantungnya yang saat ini tengah berdegup kencang dapat didengar oleh suaminya,buru buru langsung memalingkan wajahnya dari wajah suaminya.
"Untuk apa kau melihatku seperti itu?" tanya Nafisah dengan wajah yang cemberut.
"Ada apa? Apakah hanya istriku yang bisa melihatku dengan diam diam sementara aku tidak boleh melihat wajah istriku sendiri?Apakah seperti ini sikap seorang istri kepada suaminya?" tanya Ibrahim kepada Nafisah.
"Kau jangan salah paham denganku,tadi aku melihatmu untuk memastikan seperti apa wajah laki laki yang telah dijodohkan denganku.Aku takut jika ternyata wajah suamiku tidak tampan." ucap Nafisah dengan asal asalan.
"Apakah benar begitu?Kalau begitu kau harus melihat dengan mata kepala sendiri sebelum memastikan aku ini laki laki yang tampan atau tidak.Tadi kau sudah melihatku dari atas ke bawah,menurutmu apakah aku mempunyai wajah yang tampan atau tidak?Menurut pendapatmu apakah suamimu ini terlihat seperti seorang yang penyakitan?" tanya Ibrahim yang bermaksud untuk mengetahui penilaian istrinya terhadap dirinya.
"Dia memang terlihat cukup tampan,aku akui itu." batin Nafisah di dalam hatinya.
"Kenapa kau diam saja?Ayo jawab pertanyaan ku?" tanya Ibrahim dengan tidak sabar.
"Menurutku kau terlihat lumayan,lumayan tampan dan masih mempunyai mata dan juga hidung yang lengkap." ucap Nafisah yang membuat Ibrahim tertawa mendengar penilaian istrinya terhadap dirinya.
"Ucapan istriku memang benar,aku memang masih mempunyai mata dan hidung yang lengkap.Penilaian istriku memang bagus sekali." ucap Ibrahim dengan tersenyum dan membuat Nafisah dibuat bodoh dengan perkataannya sendiri.
Setelah beberapa saat bercengkrama sekaligus mengenal istrinya,Ibrahim pun segera duduk di samping istrinya untuk menikmati beberapa kue kering yang tersaji di meja kecil depan sofa kamarnya.
Melihat cara makan suaminya yang lahap dan begitu menikmati kue kue kering itu membuat Nafisah sedikit merasa heran dengan perilaku suaminya yang sama sekali tidak menunjukkan gelagat orang penyakitan.
Nafisah terlihat menepuk pundaknya beberapa kali saat ia merasakan pegal pegal di bagian tubuhnya itu.
"Tidak ku sangka ternyata menikah itu cukup melelahkan juga.Kenapa mereka mendandaniku dengan begitu banyak bunga melati? Apakah mereka tidak berpikir jika kepalaku ini kecil dan merasa pegal dengan semua hiasan ini?" ucap Nafisah sembari menepuk pundaknya yang terasa pegal pegal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!