"Ci, kenalin teman mu yang jomblo dong" Juan meminta Cia untuk dikenalkan pada teman nya.
Juan kenal dengan Cia karena Kemal. Kemal adalah pacar Cia. Mereka sering nongkrong bareng bersama teman-teman Juan yang lain nya.
"iya Ci, kasian Juan, jok motor belakang nya kosong terus" ledek teman-teman yang lain.
"aku ngga punya teman jomblo, temanku punya pacar semua" jawab Cia
"masa teman-teman sekolah mu ngga ada yang jomblo Ci?" tanya Juan ngga percaya. Mereka tidak lah satu sekolah.
"nanti kalau ada yang jomblo aku kenalin, untuk sementara biar lah kosong jok motor mu" jawab Cia sembari tertawa.
Cia masih memikirkan, siapa teman nya yang jomblo.
*beberapa hari kemudian*
"Serius kamu selingkuh dan putus sama Barra?" tanya Cia pada Elen. Ia terkejut karena pasangan Barra dan Elen telah putus. Terlebih lagi gosipnya Elen telah berselingkuh.
Mereka merupakan pasangan idola disekolah. Karena mereka sama-sama memiliki paras yang rupawan, selain itu juga mereka merupakan murid yang pintar di sekolah. Barra memiliki sejumlah prestasi dalam bidang olahraga sedangkan Elen dibidang akademis.
Entah apa yang membuat mereka memutuskan hubungan mereka, dari gosip teman-teman yang lain Elen telah berselingkuh dari Barra.
" Barra salah paham, dia mengira aku memiliki hubungan sama orang lain" ucap Elen singkat
"siapa?" tanya Cia penasaran.
" Danish "
"Hah! Danish kan punya pacar anak SMA 12"
"sudah putus juga, pacar Danish yang ngomong ke Barra kalau kita selingkuh. Dia menuduh kami karena beberapa kali melihat Danish mengantarku pulang, dia ngga tau kalau kami sekarang tetanggaan" jelas Elen
"Danish pindah rumah?"
Elen mengangguk "seling dua rumah dari rumahku" jelas Elen lagi
"kamu sudah jelaskan ke Barra?"
Elen tersenyum "bahkan bukan cuma aku, Danish pun membantuku menjelaskan semuanya, tapi Barra tidak mau mendengar"
Cia mengeryitkan dahi nya, ia sebenarnya pernah melihat Barra jalan dengan cewek lain, tapi Cia tidak yakin karena waktu itu malam hari, jadi tidak seberapa jelas penglihatan nya. Ia takut kalau omongan nya tidak terbukti, karena dia juga ragu. Cia hanya berpositif thinking bahwa ia salah melihat.
Bel pulang telah berbunyi, siswa dikelas pun bersorak riuh.
"pulang sama siapa len?" tanya Cia
"angkot lah, siapa lagi yang mau nganter aku pulang, aku ksn jomblo sekarang" ucap Elen sembari tertawa.
Mendengar kata "jomblo" Cia ingat Juan yang meminta dirinya untuk mengenalkan temannya pada dia.
"Danish?" tanya Cia
"Gila kamu, sama aja aku memperkeruh keadaan dong kalau aku pulang bareng dia, ngga lah mending naik angkot" ucap Elen
"bareng aku aja, tapi aku mampir ke rumah Kemal dulu, aku mau antar ini" ucap Cia sembari menunjuk kan paperbag yang berisi jaket milik pacarnya tersebut.
"hhhmm... Lama ngga?"
"ngga lah, sebentar aja cuma ngantar doang"
"ngga apa-apa nih kamu nganter aku?"
"iya cepetan jangan sampai aku berubah pikiran" ucap Cia
Elen mengemasi alat tulis nya dan bergegas mengikuti Cia. Cia mengendarai motornya menuju rumah Kemal.
Didalam perjalanan, Cia berharap teman-teman Kemal yang biasa nongkrong bareng dengan nya ada dirumah pacar nya tersebut, termasuk Juan. Ia ingin memperkenalkan Juan pada Elen, untuk mereka nantinya saling suka itu urusan mereka, yang penting mereka kenalan saja dulu.
Sesampai dirumah Kemal, tidak ada satupun teman-teman Kemal yang biasa nongkrong dengan nya. Cia sedikit kecewa "mungkin lain kali, waktu nya belum tepat" ucapnya dalam hati.
"ngga duduk dulu beb?" tanya Kemal pada Cia
"ngga, ada tugas nganter ibu negara" Canda Cia mengarahkan pandangannya ke Elen
"tumben bareng Cia mana pacar mu?" tanya Kemal pada Elen.
"ngga punya pacar" jawab singkat Elen
Kemal melihat Cia. Cia menganggukkan kepalanya memberikan jawaban pada pacarnya atas pertanyaan lewat tatapan nya.
"Serius?" Kemal sedikit tidak percaya mereka bisa putus. "ah paling bentar balik lagi" lanjut Kemal
Ellen mengangkat bahunya. Ellen mengenal Kemal karena mereka adalah teman satu SMP. Ketika mereka lulus mereka memilih SMA yang berbeda. Dan mereka bertemu lagi setelah Cia berpacaran dengan Kemal setahun yang lalu.
Ketika Cia ingin menyalakan motornya. Teman-teman Kemal pun datang termasuk Juan.
"mau kemana Ci?" tanya salah satu diantara mereka.
" mau ngantar ibu negara " sembari menunjuk Elen yang berada dibelakang nya.
Mendengar ucapan itu terulang dari mulutnya, Elen menoyor kepala Cia.
"kenalin dulu teman mu" ucap mereka berisik
Tapi tidak dengan Juan, ia hanya melihat Elen sekilas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Padahal waktu ia meminta dikenalkan dengan salah satu teman nya Cia, dia yang paling berisik.
"ngga mau, aku mau kenalin ke Juan aja" ucap Cia
Mendengar nama nya disebut Juan terkejut
"hah" mulutnya terbuka
Cia mengeryitkan dahinya. Juan pun melangkah mendekat dan melihat wajah Elen yang ia lihat sekilas tadi. Seketika jantung Juan berdegub kencang. Ia terpukau akan kecantikan wanita yang ada dihadapannya. Ini pertama kalinya ia rasakan, jatuh cinta pada pandangan pertama, yang tadi nya ia tidak percaya dengan kalimat itu, tapi kini ia rasakan.
Bola mata Elen yang coklat menatap Juan dengan heran.
"woii" kejut Cia
" eh iya" ucap Juan sembari tersenyum " aku Juan " ia menyodorkan tangan nya untuk bersalaman.
"Elen" tangan Elen menyambut tangan Juan.
Aliran darah didalam tubuh Juan seperti mengalir secara berlebihan, ketika tangan Elen menyentuh tangan nya. Ia merasakan euforia di dalam tubuhnya.
" biasa aja An lihatnya " tegur Kemal.
Yang lain pun tertawa melihat Juan bertingkah aneh di depan cewek yang baru ia kenal, mereka belum pernah liat Juan seperti itu. Mereka tau Juan bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta. Sudah beberapa cewek yang dikenalkan pada nya, namun reaksinya tidak seperti ketika ia melihat Elen.
" sudah ya An, sudah ku kenalkan teman ku, lunas utangku, aku mau balik dulu takut kesorean" ucap Cia
Mulut Juan masih tidak bisa bicara karena gugup, ia menjawab Cia dengan anggukkan.
" Juan aja yang anter Elen pulang, biar kamu ngga kesorean" ucap salah satu diantara mereka.
"ngga!" Elen menolak
"jangan" pekik Kemal dan Cia
Mereka berdua bersamaan menolak usul tersebut, semua mata tertuju pada mereka.
"jangan buru-buru ya, pelan-pelan aja" ucap Kemal pada mereka.
"udah beb, pulang gih hati-hati dijalan" ucap Kemal pada pacarnya.
Mereka menolak karena Elen baru saja putus, mereka tidak ingin memperkeruh keadaan jika Juan mengantar Elen.
Selepas Elen dan Cia pergi, Kemal memberitahukan alasan nya kepada teman-teman nya, kenapa ia menolak usul dari mereka.
"Elen baru putus dari pacarnya, aku masih belum yakin mereka putus beneran, jadi jangan ambil resiko, nanti kamu jadi kambing hitam nya, kalau kamu dekati dia sekarang, pelan-pelan aja, kalau buru-buru takut kamu kecewa juga soalnya" jelas Kemal pada teman-teman nya dan juga Juan.
"Elen baru putus dari pacarnya, aku masih belum yakin mereka putus beneran, jadi jangan ambil resiko, nanti kamu jadi kambing hitam nya, kalau kamu dekati dia sekarang, pelan-pelan aja, kalau buru-buru takut kamu kecewa juga soalnya" jelas Kemal pada teman-teman nya dan juga Juan.
Juan sedikit kecewa, ia berharap Elen benar-benar putus dengan pacarnya, agar diri nya memiliki kesempatan untuk mendekati Elen.
Sedari tadi Juan tidak banyak bicara.
" woi " kejut Kemal "ngga usah dipikirin, dan jangan terlalu berharap, dari yang aku tau, mereka tidak semudah itu putus" Kemal memberikan informasi yang membuat hati Juan down.
"sialan, bukan nya disemangati malah buat aku down" ucap Juan serius
Kemal kaget dengan reaksi Juan
" jangan bilang kamu jatuh cinta beneran An?"
Juan tersenyum tipis " salah kah? "
"Hah! Serius?? Kamu baru kenal dia An! Belum ada sehari, lagian kamu baru tau nama nya saja" kata Kemal sangat terkejut. Ia tidak pernah lihat Juan seperti itu.
Juan mengangkat bahu nya. "entah lah"
"wah, gila Elen bisa menaklukkan seorang Juan dalam waktu beberapa menit" ucap Kemal sembari tertawa.
Sejak SMP Elen sudah populer, sampai SMA pun masih sama, ia terkenal karena kecantikan nya dan kepintaran nya tapi sayang nya dibalik itu semua, Elen juga dikenal suka berganti-ganti pacar, ia bukan tipe cewek yang setia.
Namun semenjak bersama Barra ia menjadi berubah, ia lebih dewasa bahkan ia setia dengan Barra. Elen dan Barra sudah berpacaran semenjak awal masuk sekolah 2 tahun yang lalu. Selama itu hubungan mereka tidak lah mulus-mulus saja, mereka mengalami pasang surut sebuah hubungan, putus nyambung sudah biasa mereka lewati. Seperti saat ini mereka telah putus, dan kemungkinan untuk balikan lagi sangat lah besar.
Itu sebab nya Kemal memperingati Juan agar tidak buru-buru dan berharap banyak.
*** ditempat lain ***
Elen mencoba menghubungi Barra, namun tidak ada balasan, "apa kali ini akan benar-benar berakhir " batin Elen
Ia masih belum bisa terima dengan putusnya hubungan mereka. Apalagi itu hanya kesalah pahaman yang tidak berarti buat Elen, entah mengapa Barra tidak mempercayai ucapan Elen kali ini dan memilih untuk memutuskan hubungan mereka.
*tok tok*
"Dek, buka pintu nya dong"
Elen membuka pintu kamar nya.
"kenapa?"
"bantuin aku kerjain tugas makalah ku dong, nanti aku traktir jajan"
"mamaaaah abang hhmmpph" seketika mulut Elen tertutup oleh tangan abang nya Evan.
"sssssttt, please jangan bilang mamah"
"iishh" Elen kesal dengan abang nya yang selalu meminta bantuan diri nya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi ia juga tidak tega dengan abang nya itu
"tapi aku ngga mau ngetik, kamu sendiri yang ngetik, nanti aku yang kasih tau mana mana yang harus kamu ketik"
"siap, memang the best ade ku ini" Evan mengusap kepala ade nya.
Mereka pun mulai mengerjakan tugas makalah Evan. Elen dan Evan beda 3 tahun, dan Evan sendiri kini duduk dibangku Universitas, ia pun memiliki paras yang tak kalah dengan Elen, karena mereka lahir dari orang tua yang memiliki paras yang baik. Namun sayang nya untuk urusan akademik Evan jauh dibawah Elen, itu sebab nya Evan suka meminta bantuan adik nya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Evan sendiri memiliki keunggulan di bidang musik, ia menguasai beberapa alat musik, sehingga tak sedikit perempuan yang mencoba mendekatinya. Ketika ia bermain musik pesona nya akan terpancar dalam dirinya. Elen sendiri bisa memainkan alat musik, namun ia tidak sejago Evan, ia hanya sekedar bisa memainkan saja.
Elen dan Evan memiliki bakat tersebut dari orang tuanya. Bakat akademis Elen diturun kan dari Mamanya dan sedangkan bakat musik Evan dari papa nya.
"akhirnyaaa selesai juga" ucap Evan setelah hampir 2 jam mereka mengerjakan tugas kuliahnya.
"sudah sana keluar, aku mau tidur" ucap Elen mengusir abang nya.
" hhhmmm... Tidur atau mau telponan sama Barra?"
"aku putus!"
"hah! Yakin??"
Elen menceritakan apa yang terjadi dengan hubungan nya pada abang nya. Elen memang terkadang suka curhat ke abang nya ketimbang ke mama nya, entah kenapa ia lebih nyaman menceritakan masalahnya kepada abang nya itu, walau pun Evan suka rese' tapi dia bukan abang yang ember dan ikut campur urusan adik nya, ia hanya sebatas memperingatkan jika Elen sudah kelewat batas.
" kamu yakin dia ngga selingkuh?" tiba-tiba Evan bicara seperti itu pada adik nya
Elen mengeryitkan dahinya " kenapa abang tiba-tiba ngomong gitu ?"
Evan hanya menggelengkan kepalanya
"aku hanya berspekulasi kalau dia selingkuh, mendengar cerita mu tadi sepertinya ada yang ia tutupi, karena dia tidak pernah seperti itu kan? tapi entah lah, semoga saja tidak, tapi kalau memang iya, ckkk" Evan mengangkat bahu nya
"apa?"
"ya paling ngga bonyok dikit lah, enak aja sudah selingkuh dari adik ku yang cantik ini!" ucap Evan santai
" awas aja ya berantem-beranteman gitu, sampai abang ketahuan mukul dia, aku bakal marah sama abang, enak aja mukul dia ngga ngajak-ngajak, aku juga mau lah mukul dia!"
"ddiiihh... Jadi jajan ngga ini?" tanya Evan
"jadi lah, enak aja sudah ku kerjain tugas abang, terus abang ngga kasih aku jajan" ucap Elen
" ayo lah"
Mereka pun berangkat pergi beli jajan, Elen minta dibelikan burger oleh abang nya, Evan pun mengabulkan nya.
Sesampai ditempat burger, mereka pun memesan burger yang mereka ingin kan, mereka pun menunggu burger tersebut dibuat.
Tiba-tiba mata Elen membulat.
"bang aku ngga salah liat kan?" tanya Elen pada Evan untuk meyakinkan diri
"apa?"
Elen menunjuk ke arah Barra bersama seorang perempuan. Evan pun menangkap petunjuk Elen. Ia sangat geram, tangan nya sudah terkepal namun ditahan oleh Elen. Hati mereka berdua sangat panas.
Elen melangkah kearah Barra dan perempuan itu.
" jadi ini alasan perubahan sikapmu! terimakasih ya, sudah membuka mata ku " ucap Elen lalu meninggalkan mereka, Elen menahan air matanya agar tidak terjatuh didepan mereka.
Barra sedikit shock tiba-tiba ia kepergok oleh Elen, ia memang memutuskan hubungan nya dengan Elen, dan masalah dengan dengan Danish hanya lah alasan ia untuk bisa lepas dari Elen. Ia merasa bosan dengan hubungan nya selama ini sehingga ia memutuskan untuk mencari pengganti Elen.
"buughh"
Evan memukul wajah Barra sekali lalu meninggalkan nya. Barra tidak membalas apa yang telah dilakukan Evan, karena ia memang salah.
Didalam mobil Elen menangis kencang, ia tidak peduli dengan abang nya. Evan pun membiarkan adiknya tersebut menangis. Ia tau rasa sakit hati adik nya.
Evan mengendari mobil nya keliling kota, sampai tangisan adik nya mereda.
" dunia tidak berhenti berputar kalau kamu tidak bersama dia, pria juga bukan hanya dia di dunia, lupakan! Jangan pernah kembali! ingat ya jangan kembali!" Evan mengancam adiknya.
Elen menghela nafas panjang, rasa nya tidak percaya dengan apa yang terjadi, malam itu menjadi malam yang kelam buat Elen.
" dunia tidak berhenti berputar kalau kamu tidak bersama dia, pria juga bukan hanya dia di dunia, lupakan! Jangan pernah kembali! ingat ya jangan kembali!" Evan mengancam adiknya.
Elen menghela nafas panjang, rasa nya tidak percaya dengan apa yang terjadi, malam itu menjadi malam yang kelam buat Elen.
* 1 bulan kemudian *
Sebentar lagi Elen akan ujian nasional, selama sebulan ini ia tidak konsen belajar karena masalah percintaan nya yang kandas bersama Barra. Ia tidak ingin berlama-lama bersedih, cukup lah sebulan ini ia meratapi hubungan nya.
" Len, kamu jadi ikut bimbel? " tanya Cia
Elen mengangguk. Matanya tertuju pada Barra yang baru saja lewat. Entah Barra tidak menyadari ada Elen disitu atau dia sengaja pura-pura tidak melihat Elen.
Cia menepuk kuat pundak Elen.
"kenapa? Masih ngga rela dia ninggalin kamu?" Tanya Cia
Elen melirik pada Cia
"menurutmu?" Elen pergi meninggalkan Cia dan berjalan melewati Barra. Ia sudah tidak peduli dengan nya. Bahkan tuduhan Elen selingkuh darinya pun telah lenyap dan berganti isu bahwa Elen ditolak Danish dan Barra menolak Elen kembali.
Cia mengikuti Elen dari belakang. Satu-satunya orang yang membela Elen hanya Cia, Danish pun membela nya namun ia tidak berusaha meluruskan berita yang beredar disekolah, Danish hanya diam, hanya Cia yang kadang sedikit sewot mendengar berita tersebut sampai ke telinga nya.
"bego sih kalau kamu sampai masih ngarep dia kembali, sudah jelas-jelas dia selingkuh dan ngga peduli lagi sama kamu!" ucap Cia. Cia yang mengetahui Barra selingkuh lebih dulu namun pada saat itu ia tidak melihat nya seberapa jelas sehingga dia tidak yakin dan tidak menceritakan nya pada Elen, bahkan ia berpositif thinking pada Barra bahwa ia yang salah melihat.
Tapi kenyataan nya, keraguan itu di valid kan oleh Ellen, Elen bercerita pada Cia bahwa Barra telah selingkuh dari nya, dan mereka pernah tanpa sengaja bertemu perempuan itu ditoko buku, dan Cia mengingat wajah perempuan itu, wajah yang sempat ia ragukan kalau dia selingkuhan nya Barra.
" apa aku seburuk itu? Laki-laki bukan cuma dia!"
Cia tertawa " bener banget laki² ngga cuma satu, tau aja kamu kalau lagi ada yang naksir "
Elen mengeryitkan dahi "Siapa??"
Ia tidak mengerti ucapan nya Cia. Ia merasa tidak ada yang sedang mencoba menarik perhatian nya, ia sendiri pun sedang tidak tertarik untuk berpacaran kembali. Bukan karena ia trauma tapi ia ingin fokus belajar untuk mempersiapkan ujian nya nanti.
"ada lah?" ucap Cia. Ia mengetahui Juan menyukai Elen, namun Juan tidak pernah bergerak untuk mencoba mendekati Ellen. Bahkan Cia sudah memberikan nomor handphone serta sosial media milik Ellen yang bisa ia hubungi, namun Juan tidak menghubunginya. Ia hanya memantau Ellen dari jauh.
Beberapa kali Kemal menyuruhnya untuk mencoba mulai mendekati Ellen. Namun ia terus menolak, ia masih ingin menikmati mengagumi Elen dari jauh. Ia tidak ingin buru-buru. Juan pun tidak ingin menjadi tempat pelarian Ellen karena terluka oleh masa lalu nya.
Ia ingin mendekatinya jika waktu nya telah tiba.
"kamu ambil bimbel jam berapa?" mereka masih berada diparkiran motor.
" kamu ikut bimbel juga?" tanya Elen pada Cia
Cia mengangguk, namun anggukan Cia membuat Elen tersenyum menahan tawa, seolah tidak percaya seorang Cia akan ikut bimbel.
"ngapain senyum-senyum?" tanya Cia
" ngga apa-apa, kaget aja seorang Cia mau belajar" Ledek Elen.
"sialan! Kalo ngga karna mami ku yang bandingin aku sama kamu, mana mau aku ikut!" Ucap Cia.
Mami Cia dan mama Elen adalah sepupu satu kali, jadi Cia dan Elen adalah sepupu 2 kali. Mereka masih meliki hubungan keluarga.
"nanti sore, mau bareng?" tanya Elen
" boleh deh"
" ya sudah nanti sore aku jemput" ucap Elen.
Mereka pun pulang sekolah menggunakan motor masing-masing.
*sore hari*
Elen telah bersiap-siap untuk berangkat bimbel.
"mau kemana?" tanya Evan
"bimbel"
"nah gitu dong, mending bimbel aja daripada mikirin cowok brengsek" ucap Evan
"diihh, apaan coba!"
"sama siapa?"
"sama Cia"
"aku aja deh yang anter, siapa tau ada yang bening" ucap Evan sembari memainkan alis nya.
" ish, yang bening banyak tapi ngga ada yang mau sama abang!, udah deh ngga usah rese' ". Ucap Elen
"yakin nih ngga mau dianter? Atau jangan-jangan sudah ada yang di incar nih?" ledek Evan pada adik nya
"ngga usah mulai deh bang!"
" ya sudah, hati-hati bawa motornya" ucap Evan perhatian sama adik nya
Elen pun berangkat menggunakan motor matic nya. Ia berjalan menuju rumah Cia.
Sesampai rumah Cia, Elen melihat mami nya.
"eh Len, bimbel nya bareng?" tanya maminya Cia
" iya tante "
"masuk dulu sini, Cia masih ganti baju, baru selesai mandi"
Elen pun turun dari motornya dan masuk kedalam rumah Cia. Elen sudah sering kerumah Cia, jadi ia telah terbiasa dengan rutinitas dirumah itu. Mama Cia memiliki usaha catering yang lumayan besar, sehingga rumah nya selalu ramai orang masak.
"ada pesanan tante? " sembari mengambil kue yang tersedia untuk tamu
"ia buat besok, makanya dicicil sedikit-sedikit"
Tak berapa lama pun Cia pun keluar menemui Elen.
" berangkat dulu mi " pamit Cia pada maminya
"iya, hati-hati, belajar yang benar biar pinter kaya Elen"
Seketika Cia memonyongkan bibir nya. Elen tersenyum mendengar nya.
"Cia pinter kok tante" ucap Elen
" pinter apa? Pacaran terus gitu!"
" ayo buruan Len, panjang sabda nya mami kalau kita lama-lama disini "
Elen tertawa mendengar ucapan Cia, ia pun berpamitan pada mami nya Cia.
Jarak perjalanan mereka dari rumah Cia menuju tempat bimbel tidak lah jauh, sehingga tidak memakan waktu yang banyak.
Sesampai tempat bimbel, Cia menyapa seseorang, Elen hanya melirik sekilas lalu pergi meninggalkan mereka bicara. Elen menunggu kelas berikutnya diruang tunggu.
Tak berapa lama Elen melihat Cia berjalan bersama orang yang ia sapa tadi. Orang yang pernah dikenalkan oleh Cia.
Juan tersenyum melihat Elen, Elen membalas dengan senyuman tipis.
"Dih pelit banget senyum nya" ucap Cia.
" terus harus senyum yang kaya gimana? Kaya gini!" ucap Elen sembari melebar kan senyum nya.
" nah gitu kan cantik " ucap Cia
Elen mencibirkan bibir nya mendengar ucapan Cia.
"masih ingat ini kan?" tanya Cia menunjuk Juan.
Elen mengangguk. Elen memperhatikan Juan dengan sembunyi-sembunyi karena waktu pertama kali kenalan ia tidak begitu memperhatikan nya. Ada rasa kagum dalam hati nya karena ketampanan nya. Namun ketampanan nya tidak lah membuat getaran hatinya.
Mata Juan pun juga mencuri pandang pada Elen, sampai di titik mata mereka bertemu tanpa sengaja dan dengan berani Elen menatap Juan, sehingga membuat Juan memiliki keberanian untuk menatap kembali mata Elen.
Disisi lain Cia yang melihat mereka saling menatap menegur mereka.
"woii masuk!" tegur nya.
mereka pun masuk ke dalam kelas. Cia terkekeh melihat tingkah mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!