NovelToon NovelToon

Nayaka And The Mafia

BAB 1

Suara tapakan kaki bergema dari sepatu seorang pria tinggi tegap di seluruh ruangan gelap yang mencekam, cairan merah pekat dengan aroma amis yang menyengat memenuhi seluruh indra yang dipunya.

Suara yang dihasilkan dari setiap tapakan kakinya membawa hawa dingin yang mencekam dan menakutkan di seluruh sudut ruangan.

Semua orang dengan busana hitam berjejer rapi dengan kepala tertunduk hormat dan sekaligus takut, seolah menyambut dengan penuh pemujaan pada pria itu.

Pria itu kemudian dengan gagahnya menduduki kursi layaknya singgasana yang sudah disiapkan oleh seseorang dengan cermat layaknya ia adalah seorang raja.

“Semua sudah selesai?” Pertanyaan itu terucap dari mulut pria tampan dengan tinggi tegap dan tubuh kekar yang mempesona. Tatapan matanya setajam elang yang siap mencekam musuhnya kapan saja, pria yang terlihat sangat seksi dan memikat bagi kaum hawa dengan aura dingin yang memenuhi seluruh atmosfer di sekitarnya.

Louis Lanvin William adalah pria tampan yang berusia 37 tahun merupakan salah satu petinggi mafia Cosa Nostra yang menguasai wilayah Italia seluruhnya tanpa terkecuali. Klan mafia yang paling tua dan sangat ditakuti di seluruh belahan dunia, yang telah banyak melakukan tindak kriminal mulai dari perjudian, perdagangan narkoba, perdagangan manusia prostitusi dan berbagai kejahatan lainnya yang sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun lamanya.

“Sudah Tuan, semuanya selesai dengan sempurna tanpa ada celah sama sekali. Kami berhasil menangkap pemimpinnya dan sebentar lagi ia akan dibawa kemari tuan, kami juga berhasil merampas semua asetnya dan anak buahnya,” ucap Alex tangan kanan yang selalu mendapatkan kepercayaan mutlak dari tuannya untuk banyak tugas yang dijalankannya.

Pria yang tak jauh berbeda dari tuannya itu telah melakukan banyak sekali operasi penangkapan pada kelompok-kelompok mafia yang tidak mematuhi perintah dari Cosa Nostra. Pria yang bernama lengkap Alex Salvador itu, adalah orang kepercayaan sang tuan Louis William karena kecekatan dan kerapihannya dalam menjalankan setiap tugas yang ia emban tanpa kesalahan yang berarti.

“Bagus Alex, kurung semua anak buahnya di penjara bawah tanah. Sekarang di mana pemimpin mereka? Bawa dia ke hadapan saya sekarang juga,” ucap Louis dengan senyum jahatnya yang dapat menggetarkan jiwa siapa saja yang melihatnya karena ketakutan.

“Dia di sini Tuan.” Tak jauh dari mereka terdengar suara seorang wanita tinggi semampai dengan lekukan tubuh layaknya gitar Spanyol yang dapat memikat mata pria mana saja.

Alexa Salvador saudara dari Alex Salvador yang juga sudah lama bekerja mengabdi pada Louis. Ia sudah mengabdi pada Cosa Nostra sejak usianya masih dua puluh tahun dan sekarang usianya sudah menginjak tiga puluh dua tahun.

Wanita itu berjalan dengan wajah datarnya sambil menyeret seorang pria yang sudah dipenuhi luka-luka mengerikan dari ujung kaki hingga kepalanya, kedua matanya sudah dicabut dari kelopaknya. Kelopak matanya sekarang hanya dipenuhi aliran merah pekat yang membuat siapa pun yang melihatnya akan bergidik ngeri dan ketakutan.

Tapi berbeda dengan orang lain, Louis, Alex dan Alexa terlihat menunjukkan senyum jahatnya yang jauh lebih menakutkan jika dibandingkan dengan kondisi pria itu saat ini. Alexa menyeret pria itu tanpa belas kasihan hingga tepat berada di kaki sang tuan.

“Angkat kepalamu sialan. Tunjukkan hormatku pada Tuan Louis,” ucap Alexa dengan menendang perut orang itu.

“Alexa berhenti memperlakukannya dengan buruk. Dia hanya berusaha mencari keadilan untuk dirinya, karena tak terima dengan aturan Cosa Nostra dan akhirnya malah melanggar kode omerta,” ucap Louis dan dengan gerakan lambat mulai turun dari singgasananya, berjongkok perlahan.

Alexa yang mendengar perkataan Tuannya tanpa banyak bicara lagi perlahan menjauh dari pria yang sudah dipenuhi luka di sekujur tubuhnya. Tuannya sendirilah yang akan memberinya pelajaran sekarang.

Louis dengan kasar menarik dagu pria yang masih terbaring merangkak dengan sangat kasar. Cengkraman dagu yang sangat kasar itu berhasil membuat pria yang sekujur tubuhnya terluka berteriak kesakitan karena Louis tepat menekannya di bagian kulit yang sudah dicongkel sangat dalam hampir memperlihatkan tulang rahangnya.

“Kau tahu apa akibatnya jika kau melanggar kode omerta?” tanya Louis pada pria itu dengan wajah datarnya.

Pria itu sama sekali tak bisa berbicara. Walau pun matanya sudah tak ada lagi, tapi pria itu tahu suara siapa yang ada di depannya ini. Orang yang jika mendengar namanya saja mampu membuat mafia mana pun ketakutan setengah mati kini berada tepat di hadapannya.

Saat matanya tak ada saja, ia mampu merasakan tekanan dan intimidasi dasyat dari suaranya yang membuatnya sama sekali tak bisa membuka mulutnya dengan benar.

“Kau tak bisa menjawab? Baiklah, Alexa.”

Alexa yang mendengar namanya dipanggil tahu betul apa yang dimaksud tuannya, tanpa Louis bicara lagi Alexa mengkode salah satu anak buahnya. Segera salah satu pria yang tadi berdiri berjejer segera berlari mengambil sesuatu dari belakang arah mereka semua.

Itu adalah pistol Smith and Wesson model 29 Revolver dan karambit yang diletakkan di atas piring logam yang dilapisi dengan kain merah. Di sebelahnya ada handuk basah yang juga diletakkan di atas kain merah.

Alexa mengambil alih piring yang berisi dua senjata mematikan itu dan membiarkan pria itu memegang piring berisi handuk basah.

Kedua orang itu kemudian berjalan mendekat ke arah Louis yang masih saja menarik rambut pria itu dengan kepala menengadah ke atas. Louis mengambil pistol dan dengan gerakan tepat menempelkan pistol itu ke kepala pria itu.

“Coba katakan apa permintaan terakhirmu. Mungkin saja saya bisa mengabulkannya,” ucap Louis dengan senyum remeh memandang pria itu.

“Jangan sakiti keluarga saya,” ucap pria itu dengan mantap. Ia sama sekali tidak ingin keluarganya terkena impas dari tindakannya, ia tak ingin keluarganya yang tak bersalah juga mengalami penderitaan sepertinya.

“Kau serius memiliki permintaan seperti. Itu tidak bisa dikabulkan, keluargamu pasti akan mengalami penderitaan yang sam sepertimu dan anak buahmu.”

“Saya mohon Tuan, penuhi permintaan saya Tuan!” Pria itu memohon dengan suara gemetar dan teriakan yang sangat memilukan. Simpuhan tangan ia lakukan di depan Louis yang hanya menatapnya datar.

“Jangan meninggikan suara di depan Tuan Louis Bajingan.” Alex langsung saja menendang lelaki itu tanpa adanya rasa iba dengan kondisi menyedihkan pria itu.

Pria itu kembali diam saat merasakan tendangan kuat dari Alex yang membuat seluruh tubuhnya terasa sangat sakit tanpa bisa ditahan. Ia kemudian diseret kembali oleh Alexa dengan kasar tepat di bawah telapak kaki Louis.

“Tuan Louis di detik terakhir hidup saya, saya berdoa agar anda mempunyai orang yang benar-benar anda sayangi dan orang itu akan mengalami kematian sangat sadis dan menyedihkan! Agar anda bisa mengetahui seberapa sakitnya saat orang yang saya sayangi pergi dari saya dengan menyakitkan!” Teriakan itu memenuhi seluruh ruangan gelap itu, sedetik setelahnya sepuluh tembakan menancap di kepala pria itu dengan kejam.

Tembakan yang diluncurkan oleh Louis berhasil melebur habis kepala pria itu dengan sangat sadis. Semua yang berada di sana bergidik ngeri melihat saraf, otak dan daging pria itu berhamburan di berbagai sudut ruangan.

Wajah Louis sudah dipenuhi dengan bercak darah segar, dengan gerakan elegan layaknya tuan muda Louis mengambil handuk basah dari tangan pengawalnya yang sudah gemetar ketakutan.

“Sumpah yang konyol,” ucap Louis sambil mengelap tangan, wajah dan lehernya yang dipenuhi bercak darah dan potongan leburan kepala pria yang ditembaknya tadi.

Setelahnya, Louis melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan gelap itu diikuti Alex dan Alexa di samping kiri kanannya. Hening lama sangat terasa selama langkah kaki Tuan mereka terdengar, semua pengawal menunduk menahan napas tanpa berani mengangkat kepala.

Saat suara langkah kaki itu mulai menjauh dan tak terdengar lagi, barulah semuanya bisa bernapas lega dan mulai membereskan semua kekacauan yang dibuat oleh Tuan mereka yang sangat kejam itu.

Bab 2 : Kim Nayaka Bimantara

Seorang gadis cantik yang bertubuh mungil, kulit putih bersih dengan polesan make up tipis yang menghiasi wajahnya yang cantik.

Kim Nayaka Bimantara sedang berjalan dengan sedikit melompat diiringi senandung ringan yang ia lantunkan dari pita suaranya dengan senyum sumringah menghiasi wajahnya.

Gadis yang akrab disapa Naya ini memiliki darah campuran Indonesia-korea yang berasal dari orang tuanya.

Gadis manis itu kini tengah berjalan menuju ruangan dekan di salah satu universitas ternama di Indonesia, Indonesia University namanya. Di umurnya yang menginjak usia 22 tahun ia baru saja lulus dari pendidikan sarjananya.

Naya sangatlah pintar, selama kuliahnya ia mengambil dua jurusan sekaligus yakni sistem informasi dan Computer Science yang di mana kedua jurusan tersebut mahasiswanya sangatlah sulit untuk bisa mencapai kelulusan. Naya berhasil mencapainya setelah empat tahun kuliahnya.

Hari ini ia datang kembali ke Universitas besar itu untuk mengambil ijazahnya dari hasil kerja kerasnya bersekolah tanpa mengenal lelah.

Kakinya terus saja ia langkahkan hingga mencapai pintu Ruang Dekan Fakultasnya. Dengan gerakan pelan gadis cantik itu mulai mengetuk pintu kayu itu dengan hati-hati takut-takut bisa mengagetkan orang yang ada di dalamnya.

“Permisi Pak,” ucap Naya masih sambil mengetuk-ngetuk pintu ruangan itu.

“Masuk.” Suara itu berasal dari dalam Ruang Dekan Fakultas Teknik yang menyuruh Naya untuk masuk ke dalam.

Tanpa menunggu lagi gadis cantik itu, melangkahkan kakinya memasuki ruangan besar itu yang dipenuhi buku-buku dan berbagai macam dokumen di segala sisinya. Dengan langkahnya yang seringan bulu, Naya kemudian mulai mendekat ke arah kursi dekan dengan senyum hormat yang ia lontarkan.

“Permisi Pak, saya ingin mengambil ijazah saya hari ini,” ucap Naya dengan sangat hormat pada Dekan Fakultasnya.

“Baiklah, tunggu sebentar di sini.” Setelah mengatakan itu Pak Dekan segera berdiri dari kursinya berjalan ke arah tumpukan dokumen dean kemudian membuka maap merah besar yang berisi ijazah para mahasiswa.

Setelah berhasil mendapatkannya, Pak Dekan kemudian kembali duduk di Kursi kebesarannya dengan hati-hati, kemudian mulai mengulik satu-persatu tumpukan ijazah itu untuk mencari keberadaan ijazah Naya sekarang.

Dalam beberapa kali ulikan akhirnya Dekan tersebut berhasil mendapatkan ijazah gadis cantik di depannya. Ia kemudian mulai memberikan berbagai macam stempel di kertas dokumen tersebut dan terakhir meminta sidik jari Naya sebagai prosedur pelegalan terakhir.

“Sekali lagi selamat Nayaka, kau telah berhasil lulus dengan ipk sempurna. Ini ijazahmu, semoga jalanmu selalu mulus dan tanpa hambatan,” ucap Pak Dekan memanjatkan doa untuk salah seorang mahasiswinya ini.

“Amin, terima kasih Pak. Kalau begitu saya permisi,” ucap Naya kemudian menyalim tangan Dekannya dengan sopan, dengan langkah pasti Naya menjauh dari ruangan itu dengan senandung riangnya dan jangan lupa senyuman yang selalu merekah di wajahnya.

Nayaka terus saja melangkahkan kakinya hingga kini ia telah berada di parkiran besar universitas tersebut. Berbagai jenis mobil terparkir keren di parkiran itu, mulai dari merek yang biasa hingga merek mewah seperti Pajero dan Alphard.

Nayaka kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju ke salah satu mobil Pajero berwarna putih dengan langkah seringan bulu dan senyum yang semakin mengembang membuka pintu mobil mewah itu dan masuk ke dalamnya.

“Sudah selesai?”

“Tentu saja. Lihatkan, Naya bisa melakukannya sendiri sekarang,” ucap Nayaka dengan senyum sombongnya.

“Ya adikku sudah besar sekarang,” ucap Ali pada adiknya itu sembari mengelus lembut surau halus sang adik.

“Naya memang sudah besar. Kakak saja yang selalu menganggap Naya anak kecil, kemampuan Naya sekarang juga sudah hebat. Dan lihat, Nayaka berhasil mendapatkan Ipk sempurna,” ucap Nayaka terus saja menyombongkan diri pada kakaknya itu.

Ali hanya bisa terkekeh pelan melihat tingkah sang adik dan kembali mengelus sayang surai adiknya.

“Mama dan Papah yang ada di surga pasti bangga melihatmu sekarang yang sudah tumbuh menjadi orang hebat,” ucap Ali pada adiknya itu.

“Kakak serius Mama sama Papah bangga sama Naya?” tanya Naya dengan polosnya menatap sang kakak.

“Tentu, Kakak jamin mereka pasti akan sangat-sangat bangga pada anak perempuan mereka ini,” ucap Ali dan dengan gemas mencubit pipi cabi adiknya yang sangat lucu itu.

“Bagaimana dengan organisasi kakak, Dragonfly?” tanya Nayaka pada sang kakak.

“Kau juga membernya, kau ingat? Masa kau tidak tahu kondisi organisasi yang sudah kau emban.”

“Naya sudah lama tidak aktif di sana. Jadi Naya tidak mengetahui apa pun yang terjadi sekarang.”

“Dragonfly masih seperti yang dulu, ladangnya para hacker kelas kakap.”

“Sombong sekali.”

“Memang seperi itu kenyataannya sayangku, kau juga salah satu hacker kelas kakapnya,” ucap Ali kembali menatap adiknya itu dengan sayang.

Ya, Naya adalah salah satu hacker kelas kakap yang sudah beberapa kali berhasil meretas situs-situs besar dan menyabotase cybersecurity berbagai negara besar.

Ia menjadi hacker dari organisasi yang didirikan kakaknya sendiri Dragonfly, organisasi yang dibentuk kakaknya saat berusia dua puluh tahun dan kini usia kakaknya tiga puluh tahun.

Naya dan Ali sudah hidup sebatang kara sejak usia mereka masih remaja, Ali yang saat itu berusia tujuh belas tahun dan Naya sembilan tahun. Kehidupan mereka yang dulunya bergemilang harta harus berubah drastis selepas meninggalnya orang tua mereka akibat kecelakaan pesawat yang ditumpangi kedua orang tuanya.

Ali hingga sekarang terus saja menyelidiki kecelakaan pesawat itu karena kejanggalan-kejanggalan yang didapatinya. Ia kembali memeriksa laporan investigasi kepolisian saat kecelakaan itu terjadi.

Dilaporkan jika kecelakaan pesawat diakibatkan kerusakan pada sayap pesawat yang baru didapati selepas pesawat itu terjatuh. Kepolisian menyalahkan pihak maskapai yang tak bertanggung jawab dalam memeriksa kondisi pesawat dengan benar sehingga menyebabkan kecelakaan fatal hingga insiden itu bisa terjadi.

Namun dengan usaha kerasnya, Ali berhasil mendapatkan hasil pemeriksaan pesawat dan ternyata sama sekali tak ada yang salah dengan sistem terbang pesawat sebelum pesawat tersebut lepas landas.

Kejanggalan itu membuat Ali terus saja bertanya-tanya dan melakukan penyelidikan diam-diam mengenai kecelakaan hari itu, tapi hingga sekarang ia belum juga bisa menemukan titik terang kecelakaan pesawat yang ditumpangi orang tuanya tahun itu.

Ali juga tak memberitahukan hal ini pada adiknya Naya, biarlah ia sendiri saja yang menyelidiki ini tanpa melibatkan Naya demi keselamatan adiknya itu.

Ali tahu betul siapa adiknya itu, Walau pun Naya sangatlah pintar dan ceria, gadis manis itu adalah perempuan yang sangat ceroboh dan mempunyai hati yang sangat rapuh. Ali sama sekali tak menginginkan kesedihan mendalam yang bisa saja dialami adiknya jika mengetahui kalau kecelakaan yang dialami orang tuanya bukanlah kecelakaan biasa, sehinga ia memutuskan untuk menyembunyikan hal itu dari adiknya.

Bab 3 : Kesepakatan The Camorra

Di malam gelap yang indah Naya dan Kakaknya tengah bersantai di ruang keluarga rumah mereka sambil membaca buku di tangan mereka masing-masing.

Kedua kakak beradik itu terlihat sangat fokus dengan bacaan mereka, mata tajam keduanya tak lepas sedetik pun dari buku yang digenggam jari-jarinya.

Ali juga terlihat sedang berkutat dengan laptop mengurus segala pekerjaannya yang masih menumpuk walau matahari sudah tak menampakkan dirinya lagi. Hening tercipta sangat kentara menghiasi atmosfer di sekitar mereka.

Keheningan yang damai itu harus hilang ketika Naya menutup bukunya dan mulai menggetarkan pita suaranya bertanya pada sang kakak.

“Kak, menurut kakak Naya harus tetap di Indonesia atau Naya ke Korea?” tanya Naya pada kakaknya.

Naya sekarang sangat bingung harus memutuskan untuk tetap di Indonesia atau pergi ke Korea. Ia masih ingat pesan mamanya pada dirinya sewaktu dia masih kecil. Mamanya ingin Naya untuk menetap di Korea, kampung halaman sang Mama ketika Naya besar nanti.

Tapi, ia juga tak ingin berpisah jauh dari kakaknya dalam waktu yang lama. Kakaknya tidak akan mungkin bisa mengikutinya ke negeri gingseng itu karena mempunyai banyak sekali pekerjaan yang harus diurus di Indonesia.

“Terserah padamu Naya, kau ingin tetap di Indonesia atau pergi ke Korea itu adalah pilihanmu. Kakak pasti menyetujui keduanya.” Ali tak mempermasalahkan apa pun pilihan Naya, walau pun anak itu juga tetap di Indonesia ia juga tak akan mempermasalahkannya.

Walau pun ia tahu itu adalah pesan Mama mereka, ia tetap tak akan memaksa Naya. Ali sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membebankan hal berat apa pun di pundak Naya, ia yang akan mengurus semuanya. Naya harus merasakan kebahagian dan kebebasan selama hidupnya, Ali ingin memberikan semua kebahagiaan untuk adiknya tercinta itu.

Dikecupnya dahi Naya dengan sayang lalu memeluk adiknya itu dengan erat menyalurkan seberapa besar rasa sayang yang dimiliki Ali untuk adiknya itu.

“Kau tidak perlu terburu-buru memikirkan itu, kau baru saja luluh kuliah. Masih ada waktu itu memikirkannya matang-matang, jangan terbebani dengan hal itu. Paham?”

Naya hanya mengangguk mengiyakan semua yang dikatakan kakaknya dan masih saja terus berada di pelukan kakaknya. Namun, pelukan itu harus terlepas saat seorang pengawal menghadap kepada Ali dengan raut wajahnya sedikit ketakutan.

“Permisi Tuan, maaf mengganggu waktunya. Ada seseorang yang ingin menemui anda,” ucap pengawal itu dengan berkali-kali menelan salivanya, terlihat sangat jelas jika pengawal itu sedang sangat ketakutan sekarang.

Ali yang melihat itu, mulai berdiri dan ingin langsung menuju ke depan menemui orang itu, sepertinya mereka bukan orang biasa, pengawalnya bahkan sampai harus ketakutan seperi ini. Sepertinya mereka adalah orang penting.

“Naya kau tunggu di sini, Kakak akan menemui mereka di depan,” ucap Ali dengan mengelus surai indah adiknya dengan sayang.

“Naya ingin ikut,” ucap Naya, kemudian ikut berdiri bersama kakaknya.

“Naya, dengarkan. Sepertinya mereka bukanlah orang sembarangan, ini pasti akan sedikit berbahaya. Lebih baik kau menunggu saja di sini.”

“Tapi Naya mau ikut. Kakak yang dengerin, Naya sekarang sudah besar. Sudah dua puluh dua tahun, Naya sudah bisa menjaga diri. Lagian, Kakak dan pengawal lainnya juga ada di situ. Naya tidak akan kenapa-napa jika hanya untuk menghadirinya, Naya juga ingin mengetahui siapa yang bisa mengganggu orang larut malam begini.”

“Baiklah sepertinya kau tidak akan bisa dilarang, ikut Kakak,” ucap Ali lalu menggenggam tangan adiknya membiarkan adiknya mengikutinya sekarang.

Setelah berjalan beberapa langkah, sampailah mereka di ruang tamu tempat biasanya mereka menyambut relasi dan client mereka saat di mansion.

Ali dan Naya bisa melihat seorang pria dengan tubuh kekar, tinggi dan terdapat luka codet di garis bibirnya sedang duduk dengan tenang menunggu mereka. Naya sepertinya mulai takut begitu melihat wajah menyeramkan pria itu, tapi gadis manis itu tetap berusaha meyakinkan dirinya, bahwa ia tak akan kenapa-napa.

“Kau yakin tetap ingin ikut?” tanya Ali sekali lagi, ia tahu betul adiknya sedang takut sekarang melihat pria bertubuh kekar itu.

“Yakin Kak,” ucap Naya mantap tanpa ada keraguan sama sekali di dalam ucapannya.

Ali tak bertanya lagi, ia kembali menggenggam erat tangan adiknya berjalan ke tempat pria itu tengah duduk menunggu mereka. Kedua saudara itu kemudian duduk di sofa empuk ruang tamu mereka menghadap pada pria itu dengan tatapan biasanya.

“Baiklah Tuan, saya tak ingin basa-basi, anda pasti tahu jam menunjukkan pukul sepuluh. Yang menandakan jikalau sekarang sudah larut malam dan waktunya semua orang beristirahat. Ada urusan mendesak apa anda kemari di larut malam seperti ini?” tanya Ali pada pria itu mencoba bersikap bersahabat. Tak akan ada gunanya jika ia tak bersahabat dengan pria di depannya ini.

“Saya adalah utusan mafia The Camorra, saya harus mengganggu waktu anda malam-malam begini karena ada permintaan mendesak dari Tuan saya, pemimpin The Camorra. Tuan saya telah mengetahui seberapa besar kemampuan kalian dalam melakukan sabotase data dan peretasan. Ia menginginkan hacker terbaik kalian untuk melakukan peretasan data situs mafia Cosa Nostra. Hacker terbaik kalian harus bisa mendapatkan data mengenai wilayah-wilayah penyerangan yang telah dibuat oleh mafia Cosa Nostra. Dan jika bisa lakukan tanpa Cosa Nostra bisa menyadarinya, tapi jika mereka menyadarinya Tuan saya tahu kalian sangat menyembunyikan identitas client kalian.” Pria itu menjelaskan dengan rinci kedatangannya di jam seperti ini pada Ali tanpa basa-basi yang tak perlu.

Ali yang mendengar nama Mafia Cosa Nostra disebut beberapa kali harus menelan salivanya. Seluruh dunia mengetahui seberapa besar dan mengerikannya Mafia Cosa Nostra. Berbagai tindak kriminal telah dilakukan Klan Mafia itu dengan sangat hati-hati Dan rapi. Mereka bahkan mempunyai koneksi sampai ke pemerintahan.Dan sekarang hacker terhebat Dragonfly ditawarkan untuk meretas data mereka, yang tidak lain dan tidak bukan hacker nya adalah adiknya sendiri Naya.

Dan yang sekarang berada di hadapannya adalah utusan dari The Camorra. Walau tak sehebat Dan sebesar Cosa Nostra, The Camorra juga tak bisa disepelekan begitu saja. Ali terdiam begitu lama berusaha menimbang-nimbang keputusannya dengan sangat hati-hati. Apa memang organisasinya sudah sebesar itu sampai utusan klan mafia besar datang ke sini untuk menggunakan jasa organisasinya?

“Anda tenang saja pekerjaan anda akan dibayar dengan upah yang tak main-main,” ucap Pria itu lalu kemudian mengangkat sebuah koper Dan membukanya tepat di hadapan kedua bersaudara itu.

Betapa terkejutnya mereka saat melihat ternyata isi koper besar itu adalah tumpukan uang dollar yang disusun dengan rapi.

“Untuk sekarang kami akan memberikan sepuluh juta dolar kepada anda sebagai bayaran muka. Jika hacker terbaik anda telah berhasil melakukannya, kami akan memberikan empat puluh juta dollar sebagai tambahannya. Apakah anda menerimanya?” tanya pria itu sekali lagi pada Ali.

Ali harus memutar otaknya baik-baik agar tidak mengambil keputusan yang salah. Uang yang ditawarkan tidaklah main-main jika hanya untuk satu jasa saja. Tapi Ali juga tahu, risiko yang mereka tanggung jika menerima tawaran ini sangat-sangatlah besar.

Yang datanya akan mereka retas adalah Mafia Cosa Nostra, jika sampai mereka tertangkap mungkin Dragonfly hanya akan menyisakan nama saja. Dan yang menjadi kekhawatiran terbesar Ali adalah yang akan melakukannya adalah Naya sebagai hacker terbaik Dragonfly, itu pasti akan sangat membahayakan nyawa adiknya.

“Baik, kami menerimanya.” Ali harus terlonjak kaget begitu mendengar persetujuan Naya sedangkan dia masih berusaha mempertimbangkan keputusannya. Sedangkan adiknya itu, ia mengucapkan kalimat itu dengan tanpa ada keraguan sama sekali dari ucapan dan tatapannya.

“Naya, jangan gegabah. Ini bukanlah keputusan yang bisa diambil dalam waktu beberapa menit saja,” ucap Ali berusaha menjelaskan kepada adiknya jika keputusannya itu bisa sangatlah berisiko.

“Tenanglah Kakak. Naya juga sudah mempertimbangkannya, beberapa kali Naya berkeinginan untuk meretas situs besar, tapi belum ada yang memberikan tawaran. Dan sekarang tawarannya sudah Naya dapatkan. Naya sudah berlatih dengan keras untuk melakukan itu tanpa ada yang menyadarinya, Naya pasti bisa melakukannya,” ucap Naya berusaha meyakinkan kakaknya.

“Tapi Naya ini sangat berbahaya, salah sedikit saja nyawamu yang akan jadi ancamannya.”

“Tenang saja Kak, Naya bisa mengatur semuanya. Kakak jugalah yang paling tahu seberapa hebat kemampuan Naya dalam hal ini. Ini kesempatan besar untuk kita lebih melebarkan sayap Dragonfly Kak. ”

Ali sampai harus menghela napas berkali-kali melihat seberapa keras kepalanya adiknya ini, tapi yang Naya katakan juga tak ada yang salah. Ali tahu betul seberapa hebat Naya dalam bidang peretasan, Naya adalah hacker terhebat yang pernah Ali temui selama ini. Dan juga jika mereka berhasil menyelesaikan ini mereka akan bisa mendapatkan uang yang sangat banyak dan akan melebarkan sayap Dragonfly sebagai organisasi hacker terkemuka. Sepertinya Ali tak bisa membantah lagi.

“Baiklah, kami akan menyetujuinya. Kami akan langsung memberikan laporan dan datanya jika kami telah berhasil,” ucap Ali pada pria utusan The Camorra itu.

“Bagus, kalau begitu saya pamit sekarang. Semoga anda bisa memberikan kabar baik,” ucap pria itu sembari berjabat tangan pada Ali sebagai tanda kerja sama. Pria itu kemudian berjalan menjauh keluar dari mansion keluarga mereka.

“Kau yakin kau bisa melakukan ini?”

“Tentu Kakak.”

Ali sampai harus berdecak kagum melihat tatapan Naya yang tidak menunjukkan keraguan apa pun. Hanya ada kepercayaan diri yang dipancarkan dari sorot matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!