NovelToon NovelToon

Kehadiranmu Mengubah Hidupku

Marni

Tahun 1990 ada seorang gadis desa nan cantik jelita, jadi rebutan para perjaka. Hingga

ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pria nama gadis tersebut adalah Marni. Setelah dipinang oleh keluarga pria yang dijodohkan oleh orang tuanya. Marni mencoba menjalaninya. Namun Marni tak menyangka saat diacara Wayang kulit dikampung sebelah ia berjumpa dengan seorang pria. Pria tersebut duduk berdekatan dengan Marni, dan mereka berkenalan.

“ Boleh saya duduk didekatmu?" Tanya pria tersebut.

“O..iya mas silakan, kebetulan disini juga kosong” jawab Marni.

“ Perkenalkan namaku Kusno, kalau boleh tau siapa namamu?” Tanya kusno sembari mengulurkan tangannya.

Marni juga meresponnya. Mereka asyik berbincang-bincang dengan cemilan kacang tanah rebus yang kusno beli. Kusno memperhatikan Marni dengan tatapan penuh cinta, begitu juga dengan Marni. Semakin lama mereka semakin akrab sampai acara wayang kulit selesai. Marni diantar pulang oleh Kusno kerumahnya.

“Hati-hati dek, terimakasih sudah mau berkenalan denganku.” Ucap kusno sambil melambaikan tangannya pada Marni.

Marni juga ikut melambaikan tangan dan terlihat senyum manis diwajah mereka berdua. Marni juga terpukau dengan Ketampanan Kusno, hidung mancung wajah tirus seperti orang Arab. Marni memandangi kepergian Kusno yang sedang mengayuh sepedanya.

Namun alangkah terkejutnya Marni ibunya keluar lalu menariknya kedalam rumah. Marni dimarahi oleh ibunya sebab ia pergi dengan pria lain. Marni mencoba menjelaskan kepada ibunya, namun karena ibunya sedang emosi Marni hanya diam. Dan Marni langsung masuk ke kamar dengan menitikan Air mata.

Sejak pertemuannya dengan Kusno semakin hari Marni tak bisa melupakannya. Hari demi hari ia lalui dengan tunangannya namun tak bisa menumbuhkan rasa cintanya. Dan secara diam-diam Marni ternyata telah menjalin hubungan dengan Kusno.

Karena sudah tak tahan lagi dengan perjodohannya ia memutuskan untuk meninggalkan tunangannya. Tunangannya bukan tidak baik, tunangannya juga tampan dan baik namun cinta Marni tak bisa dipaksakan. Akhirnya marni menulis sepucuk surat yang ia tinggalkan di meja kamar tunangannya.

Yang saat itu ternyata tunangannya juga baru pulang dari ladang, setelah selesai mandi ia masuk kedalam kamarnya dan menemukan sepucuk surat dari Marni. Ia segera membuka dan membaca isi suratnya.

“ Assalamualaikum, sebelumnya aku minta maaf padamu mas. Aku menulis surat ini bukan tanpa sebab mas. Awal kali perjodohan kita aku sudah mencoba untuk mencintaimu mas, tapi maafkan aku mas. Aku tidak bisa bersamamu lagi mas. Semoga mamas mendapatkan gadis yang lebih baik dariku." Ucap Marni dalam isi surat yang ia tulis.

Betapa hancur hati tunangannya Marni, namun ia menyadari jika marni dari awal memang sudah tidak menyukainya. Ia mencoba menerima keputusan Marni, meski hati serasa hancur lebur karena kehilangan kekasih hatinya. Kedua belah pihak keluarga berusaha untuk menyatukan mereka kembali. Namun Marni bersikeras tidak mau.

Apa boleh buat, keluarga harus menerima keputusan anaknya. Hari demi hari berlalu bulan demi bulan terlewati. Marni sekarang sudah menjadi kekasih Kusno, seminggu kemudian Kusno melamar Marni dan merekapun akhir menikah. Marni merasa bahagia telah menikah dengan orang ia Cintai walau sebenarnya Kusno adalah seorang duda yang sudah mempunyai anak satu. Namun itulah Marni sudah dibutakan oleh cinta.

Beberapa bulan kemudian Marni hamil, betapa bahagianya pasangan ini.

“ Dek nanti anak kita perempuan, aku pengen punya anak perempuan. Kalau laki-laki sudah ada, kalau perempuan nanti bisa bantuin kamu didapur.” Ucap kusno sembari mengelus perut istrinya.

“ Iya mas, insyaallah semoga anaknya perempuan ya mas.” Jawab marni lembut pada suaminya.

Mereka begitu bahagia akan segera mempunyai momongan. Begitu juga dengan Fitri anak Kusno.

“ Hore, fitri mau punya adek. Nanti fitri jadi ada teman buat main ya pak,” ucap fitri sembri loncat kegirangan.

“ Iya, nanti kalau adek udah diluar kamu jaga baik-baik ya nak,” jawab marni.

“ Iya bu, Fitri pasti akan jaga adek. Nanti kalau adek udah besar bisa mainan ayunan bareng Fitri,” Fitri menjawab dengan senyum bahagia diwajahnya.

Marni tersenyum melihat anak Kusno yang polos, dan kini menjadi anak marni juga. Marni menyayangi Fitri seperti anaknya sendiri, ia mencurahkan kasih sayang seperti ibu yang mengandungnya. Begitu juga Fitri, sangat bahagia mempunyai ibu tiri sebaik Marni.

Beberapa bulan telah berlalu, saat masuk 7 bulan Marni mengidam ingin makan pisang goreng buatan suaminya. Karena Marni mengerti jika suaminya sedang sibuk jadi ia memutuskan untuk pulang kerumah, sesampainya dirumah ia disambut oleh ibunya. Tentu saja dengan senang hati ibunya membuatkan pisang goreng yang diminta Marni.

Waktu sudah hampir sore, Marni izin pulang kerumah suaminya. Sesampainya dirumah suaminya belum pulang, segera ia masak dan beberes rumah, tak lupa ia jemput Fitri yang ia titipkan pada mertuanya.

“ Nak maaf ya menunggu lama, ayok kita pulang ibu sudah masak ayam buat kamu. Tadi ibu juga bawa pisang goreng, sebentar lagi bapak pulang,” ucap Marni semabari mengelus kepala fitri.

“Baik bu, ayo kita pulang. Nek Fitri pulang dulu ya, besok futri main lagi," ucap fitri menghampiri neneknya untuk berpamitan.

“Maaf bu Marni sudah merepotkan ibu, kita pamit pulang dulu,” ucap marni sambil mencium tangan mertuanya.

“ Iya nak, hati-hati dijalan. Kalau jenuh dirumah kesini saja, disini ramai banyak adik-adik iparmu,” jawab ibu mertua marni sedikit mengelus perut marni yang sudah terlihat besar.

Marni pulang berjalan kaki bersama fitri, rumah marni dan mertuanya hanya berselang lima rumah saja, rumah marni terletak di paling ujung. Sesampainya dirumah Kusno sudah dirumah. Segera ia membuatkan kopi untuk suaminya dan menghilangkan pisang goreng.

“Marni kamu dapat dari mana pisangnya, bukankah ditempat kita tidak punya pisang. Itu sebabnya aku tak menggorengkan pisang untukmu," ucap kusno yang sedang menikmati kopi buatan istrinya.

“Aku tadi pulang mas, aku kepengen banget makan pisang goreng. Tadi ibu yang goreng mas," jawab marni lembut.

“Lain kali jangan pergi kemana-mana ya dek, kalau mamas belum pulang," ucap kusno.

Marni hanya menganggukkan kepalanya, karena hari sudah masuk ba'da magrib, mereka sholat berjamaah. Selesai sholat mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau dengan fitri. Esok harinya, pagi-pagi buta marni sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.

Selesai sarapan Kusno berangkat kerja diladang bersama tetangganya membajak sawah.

“Hati- hati mas kerjanya," ucap marni sembari mencium tangan suaminya yang akan berangkat kerja.

“ Iya dek, jangan lupa anaknya dibangunin. Tadi aku tak tega mau membangunkannya,” jawab kusno, yang kemudian mengambil sepeda lalu berangkat.

Selepas suaminya berangkat tak lupa ia membangunkan fitri untuk segera mandi dan sarapan. Selesai mandi dan sarapan seperti biasa Firti main kerumah neneknya. Sementara Marni membersihkan halaman rumah depan dan memberi makan ayam miliknya.

Setelah waktu Zuhur, ia pergi main ketempat tetangga samping rumahnya. Mereka keasyikan bercerita satu sama lain hingga ia lupa jika hari sudah hampir ashar. Tanpa diketahui marni suaminya sudah pulang kerumah.

Entah kesambet setan dari mana Kusno berteriak memanggil Marni. Marni begitu kaget mendengar suara suaminya berteriak memanggil dirinya. Marni segera pulang dan menyudahi perbincangan dengan tetangganya.

"I..iya mas, ada apa kok tumben jam segini susah pulang?," tanya marni lembut namun sejujurnya hati begitu takut jika kusno marah padanya.

Tanpa fikir panjang baru saja marni masuk kerumah, Kusno menyiramkan air minum hangat yang baru di awanya dari dapur kekepala Marni. Sontak saja marni berteriak, karena air masih sedikit terasa panas.

“ Ada apa mas, apa salahku padamu sampai kamu menyiramku begini. Aku hanya main sebentar di tetangga sebelah mas, rumah juga sudah aku bereskan. Aku salah apa mas!," jawab marni dengan sedih dan kecewa pada suaminya.

Air mata mulai mengalir membasahi pelupuk mata dan pipinya.

“ Aku sudah pesan padamu jangan main kemana-mana, apa kau tak mendengarkan pesan suamimu marni !! Kau malah pergi asyik ngobrol dengan tetangga, apa setiap hari kamu begini jika aku tidak ada dirumah!! ," ucap Kusno dengan nada tinggi wajah penuh amarah.

Marni yang tak biasa melihat suaminya bersikap kasar padanya kini berubah. Sekarang barulah marni mulai melihat sikap buruk suaminya. Marni berlari masuk kekamar, ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka hanya masalah kecil yang ia buat, bisa membuat Kusno marah padanya. Esok harinya marni seperti biasa tetap menyediakan sarapan dan kopi untuk suaminya. Meski hatinya masih terasa amat sakit karena sikap suaminya.

Namun ia yakin itu hanya marah sesaat suaminya saja. Kusno bangun dari tidurnya segera menyantap hidangan yang disediakan istri dan berlalu pergi tanpa berpamitan.

Dada marni terasa sesak melihat suami ya seperti itu. Marni hanya pasrah dengan hidupnya. Saat sore hari marni menunggu kepulangan suaminya.

Ia mendekati suaminya dan segera meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat. Karena tak ingin melihat istrinya besedih kusno memaafkan marni dan memeluk marni. Kusno mengingatkan Marni agar tak mengulangi kesalahannya. Marni menganggukkan kepalanya sambil memeluk erat suami tercintanya.

Beberapa minggu telah berlalu sudah tiba masa dimana Marni akan melahirkan. Sebelum melahirkan Marni minta tinggal ditempat ibunya selama melahirkan. Kusno mengiyakan keinginan istrinya. Baru tiga hari dirumah ibunya, Marni merasakan mulas diperutnya.

“ Kusno istrimu mau melahirkan, cepat panggil dukun bayi,"ucap ibu marni pada kusno.

Kusno dengan sigap mengambil sepeda dan menggayuhnya dengan kencang. Menjemput dukun bayi. Ditahun 1990 masih banyak orang kampung menggunakan dukun bayi dibandingkan mencari bidan.

Sesampainya dirumah, bdan kusno gemetar melihat istrinya yang akan melahirkan. Ia duduk disamping istrinya untuk memberinya semangat saat melahirkan.

“ Ayo mar, terus mar ,terus. Sedikit lagi mar, ayo sedikit lagi mar. Kamu pasti bisa sedikit lagi mar," ucap dukun bayi pada marni.

“ Kamu pasti bisa dek, kamu pasti bisa. Semangat dek," ucap kusno sambil mengecup kening istrinya.

Beberapa saat kemudian terdengarlah tangisan bayi yang begitu nyaring.

“ Oek, oek, oek," suara bayi yang baru saja dilahirkan marni kedunia.

Terlihat bayi mungil yang sedang diurus oleh dukun bayi, betapa bahagianya mereka setelah melihat anaknya begitu terlihat imut dan Cantik. Harapan Kusno ingin mempunyai anak perempuan akhirnya terwujud.

“ Terimakasih dek kamu sudah melahirkan anak yang cantik untukku,” ucap Kusno sembari mengelus kening marni dan mencium tangannya.

Kesedihan Saat Kelahiran

Setelah bayi selesai dibersihkan oleh dukun bayi lalu letakan disamping marni. Namun sebelumnya dukun bayi sudah membersihkan Marni terlebih dahulu.

“ Anaknya diberi asi dulu marni, agar merangsang air susumu biar cepat keluar," ucap dukun bayi sembari memberikan bayi tersebut pada marni.

“ Iya mbah, terimakasih. Maaf sudah merepotkan mbah," marni mengucapkan banyak terimakasih karena bantuan dukun bayi.

Dukun bayi membalas dengan senyuman pada marni. Karena haru sudah mulai siang ia berpamitan untuk pulang karena ada yang mau melahirkan lagi, dan sudah ada yang menunggu diluar rumah marni. Tak lupa Kusno memberikan amplop untuk tebusan ada dukun bayi.

“ Terimakasih mbah Sastro sudah membantu istri saya, ini ada sedikit buat mbah semoga bermanfaat mbah. Hati-hati di jalan," ucap kusno dan meraih tangan mbah Sastro.

“ Sama-sama nak Kusno, nanti di jaga dan diurus baik-baik istrimu. Sekarang dia masih sangat lemah setelah melahirkan, jangan lupa dibuatkan jamu ya nak kusno biar lekas sehat lagi," jawab mbah Sastro mengingatkan kusno dan berjalan keluar lalu naik sepeda milik seseorang yang menjemput mbah sastro.

“Baik mbah," ujar kasno singkat.

Setelah mbah Sastro pergi, kusno kembali masuk kerumah menemui istrinya dan membawakan jamu. Kusno mengurus istrinya dengan penuh kasih sayang. Sudah masuk satu minggu hari kelahiran anak mereka, dan mengadakan acara pemberian nama.

Marni meminta uang kepada kusno untuk keperluan acara pemberian nama dan akikahan anak mereka.

“Maaf mas aku mau minta uang buat beli semua belanjaan dan kambing akikah buat anak kita mas," ucap marni.

“Aku tidak punya dek, kemarin sisa cuma buat bayar mbah sastro," ujar kusno beralasan.

Marni tidak mempercayai perkataan kusno karena sebelum lahiran Marni sempat melihat isi dompet suaminya ada Rp 200.000. Marni mengira uang itu untuk persiapan anak lahiran, karena ia hanya diberi uang belanja Rp 10.000 selama seminggu untuk kebutuhan dapur. Dan setiap ia memberi marni uang harus sisa Rp 1.000. Di tahun 1992 jumlah uang Rp 200.000 sudah terbilang sangat banyak.

Disinilah Marni meluapkan Emosinya hingga terjadi perselisihan diantara mereka. Sampai Kusno menggendong ia berkata akan membuang anaknya. Sontak saja marni menangis tersedu-sedu dan meraih anak yang digendong Kusno.

“Tega kamu mas, aku yang mengandung dan melahirkannya. Aku sudah cukup bersabar selama ini mas padamu, didepan semua aku selalu bersikap bahagia dan menerimamu apa adanya mas. Tega kamu ya mas, aku hanya meminta untuk biaya acara anak kita sendiri. Kamu malah bertindak seperti ini. Asal kamu tahu saja mas aku melihat dompetmu tempo hari ada uang Rp 200.000. Lalu kemana semua uang itu mas, aku kira kamu memikirkanku mas. Atau kamu berikan uang itu pada ibu dan adik-adikmu lagi mas! Aku ini istrimu mas, seharusnya kamu juga memikirkan ku mas. Bukan hanya kamu perdulikan keluargamu saja," ucap marni dengan tangisan begitu menyedihkan.

Sanak saudara tetangga berdatangan melerai marni dan kusno. Dan ada yang langsung meraih anak Marni takut terjadi sesuatu pada anak mereka.

Setelah kejadian itu, marni menjadi sangat kecewa pada suaminya. Namun dia berusaha tetap baik pada suaminya meski hatinya terluka.

Beberapa hari kemudian tepatnya satu minggu setelah acara pemberian nama untuk mereka . Kusno izin kembali pulang kerumah ibunya karena ada pekerjaan.

Namun sudah dua minggu Kusno belum pulang menemui marni. Marni merasa gelisah takut ada sesuatu yang terjadi pada suaminya. Marni segera menyusul suaminya, sesampainya dirumah mertuanya, ia melihat suaminya sedang duduk santai diteras. Mertuanya keluar menyambut kedatangan Marni. Lalu menggendong cucunya.

“ Cantik anaknya ndok, siapa namanya? Ibu lupa," tanya ibu mertua marni.

“ Namanya Diantisna, dipanggil Tisna," ujar marni.

“ Nama yang indah, itu suamimu didepan. Biar Tisna ibu yang gendong," ucap ibu mertua marni sembari berdiri menggendong cucunya menggunakan kain batik panjang.

Marni mendekati suaminya menanyakan kenapa dia tak kunjung pulang. Kusno menjelaskan jika ia masih ada pekerjaan. Kusno terbilang anak dari orang berada pada masa itu, sedangkan Marni anak seorang janda miskin. Marni merasa ada yang disembunyikan oleh suaminya. Namun Marni mencoba menepis semua itu. Karena sebelumnya mereka sempat ada adu mulut.

“ Ya sudah mas, ayo kita pulang kerumah,” ajak marni pada kusno.

“ Iya dek, tapi sekarang mamas berangkat kerja lagi. Mungkin sore baru pulang," ujar kusno.

Kusno kembali pergi kerja, sedangkan Marni menunggu suaminya dirumah mertuanya. Sudah sore tapi suaminya belum pulang-pulang. Tetapi marni tetap setia menunggu suaminya kembali.

Satu minggu kemudian Tisna sakit, marni ingin membawanya berobat tapi dia tidak mempunyai uang. Marni memberanikan diri meminta uang kembali pada suaminya untuk membawa Tisna berobat pada bidan karena panasnya tak kunjung reda.

Namun jawaban kusno sungguh menyakitkan dan diluar dugaan marni.

“ Tak perlu dibawa kebidan nanti juga sembuh sendiri, kita harus hemat," ujar kusno.

“ Tapi mas, badan tisna sudah beberapa hari tidak menurun. Aku juga sudah paki obat tradisional tapi tidak ada reaksinya. Ayolah mas demi anak kita mas," ucap marni memohon pada suaminya.

“ Aku bilang tidak perlu, uangnya tinggal sedikit. Jika kamu ingin membawanya kebidan bawa sendiri sana cari utangan atau kamu bawa tempat orangtuamu ,"ujar kusno.

“ Tapi mas, kamu saja ada uang kenapa harus cari utangan. Ini anakmu mas yang sakit, anak kita," jawab marni sedikit menitikan air mata.

“ Terserah kamu mau bilang apa, ini uang mau dipakai adikku," ujar kusno lalu pergi meninggalkan marni.

Marni menangis meratapi nasibnya saat ini, setelah melahirkan anak perempuan yang mereka dambakan. Ternyata kebahagiaan yang selama ini rasakan berubah menjadi derita. Namun marni sadar ini bukan kesalahan dari anaknya, marni hatinya sangat hancur. Hingga ia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya karena perlakuan suaminya.

Ia berjalan menyusuri jalan setapak sampai akhirnya sampai dirumah orang tuanya. Sesampainya dirumah marni mengetuk pintu. Betapa terkejutnya ibu marni saat membuka pintu melihat marni menangis dan menggendong anaknya.

“ Ya Allah marni! Ayo masuk nak, ada apa denganmu nak, kenapa bisa jadi seperti ini? Apa yang sudah kusno lakukan padamu nak. Ya Allah nak kenapa badan Tisna bisa sampai panas seperti ini, kamu kehujanan begini dijalan. Dimana suamimu?," ucap ibu marni dengan rasa penuh kekhawatiran.

Namun Marni tak menjawab sepatah katapun, ia hanya bisa menangis meratapi nasib yang ia alami saat ini. Ibu marni berusaha untuk menghiburnya, setelah dirasa marni sudah mulai tenang. Ia meminta marni untuk mandi dan bersiap untuk membawa anaknya kebidan. Selesai mandi marni menyusui anaknya terlebih dahulu sebelum dibawa kebidan.

“ Cepat Marni nanti dokternya pergi menemui pasien yang lainnya,” ucap ibu marni.

“ Iya bu ini sudah selesai,” jawab marni yang baru selesai menyusui.

Mereka bergegas kebidan atau dokter didesa marni orangnya sangat baik dan sabar tapi entah kenapa banyak warga kampung yang lebih suka lahiran dengan dukun bayi dibandingkan dengan bidan atau dokter. Mungkin karena faktor dari biaya.

Sesampainya disana, Tisna segera ditangani oleh dokter karena kejang-kejang. Marni begitu panik melihat anaknya. Ia hanya bisa menangis, namun rasa panik dan khawatir hilang saat terlihat keadaan anaknya mulai stabil.

“ Dokter anak saya kenapa tadi bisa seperti itu?," tanya Marni.

“ Tidak mengapa bu, itu sering terjadi pada anak-anak disebabkan suhu panas di tubuh yang tinggi. Beruntungnya ibu datang tepat waktu kesini. Tapi saya sarankan pada ibu jika suatu hari nanti tubuh anak ibu mulai panas kembali. Segera dikompres saja sebagai pertolongan pertama, jika panasnya tak kunjung reda nanti dibawa saja kesini bu," ujar dokter menjelaskan.

“ Iya dokter, terimakasih," jawab marni.

Setelah Tisna ditangani oleh dokter, marni merasa tenang. Marni belum diperbolehkan pulang oleh dokter karena cuaca sedang tidak baik, air hujan mulai turun. Beruntungnya dokter sangat baik dan marni diminta untuk menginap saja karena jika terjadi sesuatu pada Tisna bisa segera ditangani.

Marni menyetujui permintaan dokter, Marni menginap dirumah bu dokter ditemani ibunya.

“ Yang sabar ya nak, insyaallah besok Tisna pasti sudah sembuh. Kamu fokus saja pada anakmu, jika kamu terlalu bersedih nanti bisa berpengaruh pada anakmu. Ini makanlah, kamu belum makan dari kamu pulang. Dijaga kesehatannya, tadi adikmu Iman mengantarkan nasi untukmu," ujar ibu marni.

“ Iya bu, lalu dimana sekarang Iman bu?," tanya marni.

“ Dia sudah pulang, dirumah tidak ada orang. Kakakmu Yanti lagi rewang dirumah uwak. Katanya mau ada hajat, sudah kamu makan saja yang kenyang. Ibu tadi sudah makan duluan," jawab ibu marni.

Dengan lahapnya marni makan makanan yang diantar oleh adiknya. Ibu memandangi marni keheranan, tidak biasanya marni makan begitu lahap seperti orang kelaparan yang tidak makan 3 hari. Namun ibu marni mencoba menepis fikiran buruknya. Ia berharap semua baik-baik saja tidak seperti yang ia fikirkan.

Alhamdulillah sekitar pukul empat pagi Tubuh tisna sudah tidak panas lagi. Marni sudah lega, ia sampai terjaga semalaman demi anaknya. Ibu marni baru saja terbangun.

“ Kamu tidur dulu nak, biar Tisna ibu yang jaga," ujar ibu marni.

“ Aku belum mengantuk bu, sebentar lagi juga subuh. Aku mau ke toilet dulu bu, titip Tisna ya bu," ujar marni melangkahkan kaki ke toilet.

Ibu marni mencium Tisna dengan rasa haru dihatinya. Tak menyangka jika anak sekecil ini sudah harus mendapatkan penderitaan. Seharusnya ia mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah, namun ayahnya begitu tega padanya. Tak terasa air mata berlinang membasahi pipi ibu marni. Cepat-cepat ia usap air matanya, sebab marni sudah keluar dari toilet.

Kemudian bergantian ibu marni ke toilet untuk membasuh wajahnya agar terlihat segar. Tak berselang lama hari sudah mulai terang. Dokter datang menghampiri marni dikamar tamu menanyakan keadaan Tisna.

“ Alhamdulillah dokter anak saya sudah reda panasnya, maaf sudah merepotkan dokter,"ucap marni.

“ Tidak merepotkan, anggap saja seperti saudara sendiri bu. Jika anaknya sakit jangan sungkan untuk dibawa kesini bu, tak perlu memikirkan masalah biaya. Yang terpenting adalah kesehatan anak ibu," jawab dokter.

“ Masyaallah terimakasih bu dokter," ujar marni.

“ Panggil saja saya Noni atau mba Noni bu, terlalu canggung jika dipanggil bu dokter. Biar lebih akrab panggil nama saja," jawab bu dokter sembari menggendong anak marni yang menggemaskan.

“ Baik mba Noni, terimakasih banyak atas semua bantuannya. O..iya berhubung hari sudah siang, adik saya juga sudah menjemput saya izin pulang dulu," ucap marni.

“ Iya bu, ini anaknya. Hati-hati dijalan bu," sembari memberikan anak marni.

Marni pulang dibonceng oleh Iman sedangkan ibu marni di bonceng keponakan Marni. Sesampainya di rumah, marni meletakkan anaknya di atas ayunan yang baru saya dibuat oleh Iman. Iman memperhatikan marni dengan penuh haru didalam hatinya. Lagi-lagi air mata tak terbendung oleh iman, namun lekas ia usap air matanya lalu mendekati Tisna.

“ Tisna sayang ini om Iman, nanti biar om Iman saja yang mengurus semua kebutuhan Tisna ya nak. Nanti kalau udah bisa ngomong panggil Bapak ya nak hahaha," ucap iman sedikit tertawa menghibur kakaknya.

Marni yang baru saja keluar dari dapur membawakan Iman satu gelas teh hangat. Ia tersenyum melihat adiknya yang bersikap seperti seorang ayah berbincang-bincang dengan anaknya.

“ Iman iman, ada saja tingkahmu. Kalau kamu dipanggil bapak saat dia udah mulai bicara apa kamu tidak malu? Belum menikah kok dipanggil bapak, nanti dikira ini anak kamu beneran lho, hahaha," ucap marni sedikit tertawa.

Kini Iman merasa sedikit bahagia melihat marni tertawa.

" Buat apa malu, sudah sana mba mandi biar Tisna saya yang urus. Hehehe aku bisa sambil belajar rawat anak mba. Kalau aku sudah menikah dan punya anak tidak kaget nantinya saat mengurus anak keci," ujar Iman sedikit tertawa sembari menyeruput teh hangat yang dibuat marni.

Marni kemudian pergi mandi sedangkan ibu marni sedang sibuk didapur masak, mencuci piring-piring kotor serta membersihkan dapur karena belum sempat ia dibersihkan. Dari dapur ibu marni memangil iman diminta memanggilkan mbah sastro setelah sarapan untuk mengurut marni. Selesai sarapan dan memandikan tisna dan memakaikan baju serta minyak kayu putih agar tisan harum.

Kemudian ibu mendekati Iman untuk segera menjemput mbah sastro.

"Iya bu tunggu sebentar, mba marni sedang mandi, aku menjaga Tisna dulu," jawab iman yang masih menggendong Tisna.

“ Sini biar ibu saja yang gendong, kamu cepat pergi jemput mbah sastro nanti kesiangan, orangnya pergi kesawah," ujar ibu.

“ Baik bu, nanti kalau mba marni sudah selesai mandi. Bilang padanya Tisna sudah saya mandikan, sudah harum pokoknya," ujar iman sembari berjalan menuntun sepeda.

“ Iya nanti ibu sampaikan, tapi tidak di sampaikan juga sudah terlihat jika Tisna sudah mandi," jawab ibu.

“ Hahaha, baiklah bu kalau begitu aku berangkat dulu," jawab iman berpamitan pada ibu dan mengayuh sepedanya.

Marni baru saja selesai mandi, ia mencari-cari anaknya. Karena ia sudah menyiapkan air hangat untuk memandikan anaknya. Marni keluar dari rumah lalu mendekati ibunya yang sedang duduk diteras.

“ Anakmu sudah mandi nak, tadi iman yang memandikannya. Ini lihatlah udah cantik dan harum," ujar ibu.

“ Sejak kapan iman bisa memandikan anak sekecil ini bu? Aku kira belum mandi, jadi tadi sudah ku siapkan air hangat untuk tisna," ujar marni.

“ Ibu juga tidak tau, tapi sudahlah yang penting anak sudah mandi. Kamu sarapan dulu selesai sarapan disusui anaknya, sepertinya Tisna sudah haus. Jangan lupa jamu diminum, tadi ibu letakkan diatas meja," jawab ibu sembari menimang cucunya.

Kekecewaan

Marni pergi ambil nasi dan lauk pauk yang baru saja dimasak ibunya. Menikmati makanan dengan hati bercampur aduk, antara bahagia dan sedih. Marni begitu bersyukur mempunyai seorang ibu dan adik yang begitu perhatian padanya. Namun disisi lain suami yang sangat ia cintai tidak memperdulikannya. Baru saja marni memasukan sesuap nasi ke mulutnya, ia mendengar suara suaminya datang.

Bergegas ia cuci tangan lalu menemui suaminya, tak lupa ia mencium tangan suaminya sebagai bentuk rasa hormatnya pada suami. Kusno kemudian duduk, setelah dipersilahkan masuk oleh ibu marni.

Mereka berbincang-bincang tentang kesehatan tisna dan kabar anak istrinya.

“ Alhamdulillah sudah membaik mas, tapi maaf sy masih ingin disini sampai masa pemulihan mas," ucap marni.

“ Betah kamu disini, sampai tidak pulang dan melupakan tanggung jawabmu sebagai istri!," ucap kusno dengan nada tinggi hingga membuat marni geram.

“ Iya mas saya betah disini," jawab marni pelan.

Marni mencoba menekan amarah didalam hati yang telah berkecambuk tidak karuan. Dia masih sempat berkali kali beristighfar. Saat marni diam terdengar kusno mengatakan hal yang tak pantas didengarnya. Yang benar-benar bisa membuat hati merasa hancur lebur.

“ Dasar istri tidak tahu diri, pemboros, tidak bisa mengatur keuangan. Selama ini aku kasih uang selalu saja habis," ujar kasno.

“ Kamu ngomong apa mas? Bisa-bisanya kamu menuduhku seperti ini. Kurang sabar apa aku selama ini jadi istrimu. Uang yang kau kasih padaku setiap hari juga untuk kebutuhan sehari-hari. Kamu kira uang sebesar Rp 5.000 setiap hari cukup mas? Sedangkan uang segitu saja terkadang kau masih minta kembaliannya. Paling banyak kau kasi aku Rp 10.000 mas itu juga harus ada kembalian. Selama ini kamu memberi uang orang tuamu dan adik-adikmu aku diam saja mas. Uang yang kau kasih bukan untuk kebutuhanku saja mas, tapi untuk kita dan anakmu mas," jawab marni penuh dengan kekecewaan.

 Karena mengingat kejadian yang telah dia alami, amarahnya jadi tidak terkendali. Apa yang selama ini selalu ada dalam benaknya ia luapkan begitu saja pada kusno. Hingga akhirnya Marni mengemas pakaian suaminya dan memintanya untuk pergi.

“ Pergi kamu dari sini, sungguh aku menyesal telah menikah denganmu. Bawa semua pakaianmu aku tidak mau menjadi istrimu lagi!," ujar Marni dengan hati yang hancur dengan deraian air mata dipipinya.

Spontan saja kusno tercengang, ia tidak menyangka istri yang begitu lembut baginya bisa berubah begitu keras. Akhirnya kusno menyadari kesalahan yang telah ia perbuat selama ini.

Namun penyesalannya sudah tiada artinya. Kini marni benar-benar sudah terluka olehnya, berulang kali ia berusaha meminta maaf namun marni tidak mau memaafkannya.

“ Marni aku punya anak, kau tega mengusirku marni. Lalu anakku bagaimana nantinya?," ucap kusno mencoba membujuk marni.

“ Aku bisa mengurus anakku walau tanpamu mas, kau yang membuatku seperti ini! Kau yang tanpa sebab yang jelas malah memakiku bahkan disaat anak sakit kau pergi ketempat adikmu. Kamu tidak memperdulikanku dan Tisna yang sedang sakit. Pergi kamu mas, pergi!," jawab marni sembari mendorong suaminya keluar dari rumah.

Ibu marni mencoba menengahi pertengkaran diantara mereka. Namun usahanya sia-sia, marni bersikeras tidak mau memaafkan kusno.Marni kemudian menggendong Tisna membawanya kekamar dan mengunci pintu kamarnya.

Ibu marni bingung dengan keadaan yang terjadi. Ibu marni berjalan mendekati kusno memberikan saran agar bersabar.

Kusno tak bisa berbuat apa-apa lagi, karena apa yang dikatakan semua oleh marni adalah benar adanya. Kusno terlalu perduli dengan adik-adik dan orangtuanya dibandingkan dengan Marni. Dengan berat hati kusno pergi meninggalkan Marni. Ibu marni tak bisa berbuat banyak, karena yang menjalin bahtera rumah tangga adalah mereka. Ia hanya bisa berdo'a semoga diberikan yang terbaik untuk mereka.

Disepanjang perjalanan Kusno terasa sesak didadanya, menyesalpun sudah tidak ada artinya. Kesalahannya bagi marni sudah sangat fatal.

Sesampainya di rumah ia menceritakan semua kejadian yang menimpa pada ibunya. Ia ditegur oleh ibunya atas perlakuan buruknya pada marni.

" Semua salahmu Kusno, marni adalah wanita yang baik yang selama ini ibu kenal. Dia begitu baik dan menyayangi anakmu seperti anak kandungnya sendiri, selama ini ibu tidak pernah melihat dia memarahi Fitri sedikitpun. Justru Fitri selalu bahagia bersamanya, jika seperti ini lalu bagaimana? Kamu telah merusak kebahagiaan keluargamu sendiri," ujar ibu kusno dengan kesal.

Kusno hanya bisa terdiam mendengar semua makian dari ibunya. Terlihat ibu kusno menitikkan air mata, ia merasa sangat kehilangan marni sosok menantu yang perhatian padanya saat kusno tidak ada.

Ibu kusno menceritakan marni yang dulu tanpa sepengetahuan Kusno, marni sering datang kerumah dan membantu meringankan pekerjaan rumah ibu kusno. Sambil terduduk lemas dikursi bersebelahan dengan kusno.

Kusno yang mendengarkan cerita ibunya, hingga ia teringat dengan apa yang ia perbuat pada marni. Yaitu saat menyiramkan air hangat ke kepala tanpa sebab yang jelas, padahal marni sudah seharian melakukan perkerjaan rumah tangga hanya karena marni tidak ada dirumah saat ia pulang.

“ Maafkan aku bu, aku terbawa emosi tidak bisa mengendalikan emosiku. Tapi karena dia tidak mau aku ajak pulang,"ujar kusno.

“ Seharusnya kau biarkan dan turuti dia. Dia juga butuh istirahat. Ibu ingatkan padamu kusno, seorang lelaki bukan hanya bekerja mencari nafkah. Namun tugasmu juga harus bisa membuat istri dan anakmu bahagia. Istrimu juga bukan pembantu Bahkan jika kau melihat istrimu sedang sibuk dirumah, kau juga seharusnya bisa meringankan perkerjaan istrimu," ujar ibu kusno.

Kusno terdiam sejenak namun ia tak menerima jika ia hanya bekerja mencari nafkah.

“ Bu aku mencari nafkah juga untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar kusno.

Ibu kusno semakin geram saat anaknya berkata mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan ia tahu betul bagaimana mana sifat kusno.

"Jangan kau kira perkerjaan rumah tangga itu mudah, pekerjaan rumah tangga itu lebih berat dari perkerjaan mencari nafkahmu kusno. Dari memasak, mencuci, membereskan rumah yang kotor dan berantakkan, mengurus suami dan anak setiap hari. Dan terkadang membantu ibu dirumah, di tambah lagi dia sedang hamil dan sekarang sudah melahirkan seorang anak untukmu," ucap ibu kusno.

Namun kusno masih berdalih dengan alasan ini dan itu. Sampai akhirnya keluar sebuah kata tak pantas didegar oleh ibunya.

“ Itukan cuma melahirkan bu, memang sudah hal wajar bagi wanita. Banyak kok diluaran sana habis melahirkan melakukan pekerjaanya sendiri tanpa bantuan suami," jawab kusno tanpa befikir panjang akibat dari perkataannya.

Ibu kusno berdiri mendekati kusno dan menampar wajahnya, lalu menunjukkan padanya foto saat ia masih bayi.

“ Kusno kamu lahir dari ibu, aku yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkanmu. Ibu juga wanita kusno, apa kamu tiba-tiba bisa besar sendiri seperti ini.

Coba kamu yang melakukan semua itu apa kamu bisa kusno!!! Dan ingat kusno apa kamu bisa mengandung anak dalam perut sampai 9 bulan dan melahirkan ?? Karena ulahmu ibu kehilangan menantu yang ibu sayangi," jawab ibu kusno dengan penuh kekecewaan pada kusno dan pergi meninggalkan kusno sendirian diruang tamu.

Tak bisa keluar sepatah katapun dari mulut kusno saat ia berbicara. Karena tang diucapkan ibunya adalah benar. Kusno sadar dan mengingat semua memori ia juga seorang anak yang telah dilahirkan oleh ibunya. Dirawat dan dibesarkan oleh seorang wanita. Saat kusno sedang larut dalam fikirannya. Terdenga seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Segera ia berdiri membukakan pintu.

“ Kamu kenapa mas, kenapa telihat begitu sedih,"tanya adik kusno.

“ Tidak apa dek, hanya sedikit tidak enak badan. Kalau kamu mau mencari ibu, ibu ada di dapur. Aku mau keluar dulu beli obat," ujar kusno.

" Iya mas, tolong sekalian beliin beras ya mas. Berasku sudah hampir habis dirumah mas, soalnya aku belum menggiling padi," ucap adik kusno beralasan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!