NovelToon NovelToon

Ketika Gadis Jatuh Cinta

BAB 1- Akibat Mencari Masalah Dengan Gadis

HAPPY READING

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Najwa masuk ke ruang kerja Vanno dengan membawa secangkir kopi hangat kesukaan suaminya itu. Keningnya mengernyit melihat sang suami yang tampak sedang menahan amarah usai mematikan ponselnya.

"Ada apa Bie? Kok, kelihatan kesal begitu? Ada masalah di perusahaan?" Najwa mendekati suaminya, lalu meletakkan cangkir kopi itu dimeja didepannya.

Vanno menghela nafas kasar dan mengkretakkan giginya.

"Memang ada masalah. Tapi bukan dengan perusahaan. Melainkan dengan anak itu!"

"Maksudmu, Gadis?"

"Siapa lagi anak kita yang selalu membuat masalah, kalau bukan dia?"

"Memang, apa yang terjadi dengannya Bie? Apalagi yang dia lakukan?" mengerti emosi suaminya sedang tidak stabil, Najwa berusaha bertanya dengan pelan.

"Sudahlah, kita kekantor polisi sekarang. Tentunya kamu sudah bisa menebak kan, apa yang dia lakukan, sampai bisa berada disana?"

Najwa terdiam mendengar perkataan suaminya. Tentu saja dia bisa menduga apa yang terjadi pada putrinya, hingga bisa barada disana. Karena ini bukan pertama kalinya putri semata wayangnya itu masuk kantor polisi dan ditahan disana.

🌻🌻🌻🌻🌻

Dibalik jeruji besi, tampak beberapa orang wanita mengenakan seragam tahanan. Tiga orang wanita yang tampaknya menjadi penguasa dalam sel tahanan itu, dengan wajah garang dan suara kencang memberi perintah pada tahanan lainnya yang tidak berdaya untuk memijat-mijat tubuh mereka.

Tak jarang pula mereka tampak memukul tahanan yang dianggap melakukan kesalahan. Namun, tidak ada dari mereka yang berani membantah ataupun melawan karena badan ketiga wanita itu lebih besar dari mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah memasang wajah memelas, menunduk takut dan menuruti apapun yang diperintahkan olah para wanita penguasa itu.

Seorang polwan muncul dengan menyeret seorang gadis cantik mengenakan seragam SMA yang tampak kotor dan awut-awutan. Gadis itu berjalan dengan santai.

Polwan paruh baya itu membuka gembok sel dan mendorong gadis itu untuk bergabung dengan tahanan yang ada didalam sana. Kemudian menguncinya kembali sebelum berlalu.

Gadis itu memperhatikan para tahanan yang sedang sok berkuasa pada tahanan lainnya itu sambil menghenyakkan pinggulnya pada lantai keramik dan bersandar pada dinding tanpa berkomentar apapun. Dia tidak tertarik untuk ikut nimbrung dengan aktifitas yang sedang berlangsung dihadapannya itu.

Wanita berbadan gendut, kulit sawo matang dan rambut ikal berjalan mendekati gadis itu sambil menyipitkan mata. Dia menatap gadis itu dengan tatapan menilai.

Sedangkan kedua temannya yang sedari tadi memasang wajah galak hingga berhasil membuat tahanan lainnya ketakutan, kini justru mereka yang tampak ketakutan melihat gadis berambut panjang yang diikat buntut kuda dan mengenakan topi terbalik itu.

"Wuih, ada anak baru nih." dengan sinis, wanita berambut ikal itu mendekati anak perempuan bernama lengkap Gadis Nona Sanjaya itu.

"Heh, anak kecil. Kasus apa lho, sampai masuk sini?"

Gadis melirik wanita itu dengan ekor matanya, lalu mengacuhkannya. Membuat wanita itu berdecak kesal. Pasalnya, selama satu minggu dia masuk kedalam tahanan itu, belum pernah ada satu orang pun yang berani bersikap kurang ajar terhadapnya.

Dengan badannya yang besar, sikapnya yang garang dan kasar dia berhasil menaklukkan tahanan lainnya, hingga dia bisa menjadi penguasa didalam sel itu.

Tapi anak kecil ini, berani bersikap acuh dan tidak hormat terhadapnya?! Dia tidak terima! Tangannya pun menjadi gatal ingin menghajar anak kurang ajar itu?!!

"Aduh, Mpok, jangan ganggu dia." dengan wajah ketakutan, kedua temannya yang sedari tadi bersikap sok berkuasa disana berusaha menarik bosnya yang berbadan gendut itu untuk menjauhi Gadis. Sebab, mereka sudah sangat mengenal gadis itu. Akan sangat berbahaya mencari masalah atau sampai membuatnya marah.

"Apa sih lho? Berisik aja. Udah diam. Gue mau ngurusin anak kecil ini," seru wanita itu menepis kedua temannya dengan tatapan tajam.

"Tapi Mpok...."

"Ah!" seru wanita itu gusar. Membuat kedua temannya tidak berani bicara atau berkutik lagi. Mereka tau sedang menghadapi dua wanita yang sama-sama menakutkan. Sebab itu mereka memilih diam dan membiarkan kedua wanita beda generasi itu.

"Heh anak kecil, nama lho siapa?!" dengan nada tinggi dan tatapan tajam, wanita itu mencecar Gadis yang tidak merasa gentar sedikitpun melihat wajah galaknya.

"Sorry, gue malas kenalan sama orang kayak lho. Udah, jauh-jauh sana. Gue capek banget nih." dengan santainya Gadis mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh wanita itu menjauh darinya.

Wanita itu terbelalak dengan emosi yang membuncah. Tidak menyangka anak kecil itu akan berani bersikap tidak sopan terhadapnya. Padahal, semua orang ditempat itu yang sudah lebih dulu jadi tahanan sebelum dirinya saja sangat takut padanya. Tapi anak ini?!!

"Belagu juga ya nih anak. Heh! Lho nggak tau siapa gue? Lho mau, gue jadiin dadar gulung? Mau lho?!" bentak wanita itu mengancam.

Gadis menghela nafas kasar dan melirik wanita sok berkuasa itu dengan tatapan sinis.

"Berisik."

Usai berkata seperti itu, Gadis menurunkan topinya ke wajah. Bermaksud untuk tidur karena rasa kantuk yang mulai menyerangnya.

"Kurang ajar lho ya! Harus dikasih pelajaran nih anak!" sikap Gadis membuatnya meradang hingga dia tidak mampu lagi menahan amarahnya. Dengan tangannya dia hendak memberikan bogem mentah ke wajah cantik Gadis.

Namun tanpa di duga, Gadis sudah lebih dulu menangkap dan memelintir tangannya kebelakang sambil bangkit berdiri.

"Aauuw!!" Wanita itu menjerit kesakitan karena Gadis mencengkram tangannya dengan sangat kuat.

Sedangkan yang lainnya hanya bergidik ngeri menyaksikan pemandangan itu. Mereka sudah menduga akan ada adegan perkelahian antara kedua wanita itu. Karena mereka semua sudah tau seperti apa karakter Gadis.

Bahkan, mereka sudah sangat mengenal orang tuanya yang sudah berulang kali datang ketempat itu untuk menjenguk dan membebaskan putrinya yang berulang kali keluar masuk penjara.

Dan, mereka tau siapapun yang berani mencari masalah dengan gadis itu, ujung-ujungnya pasti mereka sendiri yang akan mendapat masalah.

"Aduh!! Lepasin!!"

"Aduh Mpok, ini maksud saya dari tadi. Jangan macam-macam dengannya. Dia ini udah berulang kali masuk kesini. Dalam bulan ini aja, udah lebih dari sepuluh kali. Dan kasusnya selalu sama. Tawuran," ungkap salah satu teman wanita gendut itu tanpa berani menatap Gadis, sebab dia takut akan bernasib sama seperti bosnya itu.

"Hah?!!" seru wanita yang sedang berada dalam cengkraman Gadis itu yang sangat terkejut hingga matanya membulat.

Dia pikir yang ada dihadapannya itu hanya anak kucing yang sangat gampang untuk diinjak. Namun, ternyata dia salah besar. Karena yang dihadapinya itu ternyata anak macan yang sangat menakutkan.

"Sebenarnya gue capek banget ya habis tawuran, terus diangkut kesini sama polisi. Tapi, its oke. Gue jadi punya samsak selama dipenjara buat persiapan tawuran selanjutnya. Hahahaha!!" Gadis tertawa kesenangan. Dia seperti mendapatkan mangsa atau mainan untuk mengusir kejenuhannya selama ditahan ditempat itu.

Gadis mengangkat dan memelintir tangan wanita itu dengan lebih keras lagi. Lalu mendorongnya hingga punggung wanita itu membentur dinding.

BERSAMBUNG

BAB 2- Tetap Ditahan

HAPPY READING

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Ahhhkkkk!!"

Belum puas, Gadis mencengkram baju wanita itu, lalu memberikan tinju pada wajah dan perut wanita paruh baya itu berulang kali.

Tahanan lain semakin ketakutan menyaksikannya. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang berani ikut campur atau mencoba melerai. Karena mereka takut akan bernasib sama.

Apalagi para tahanan yang selama ini selalu mendapatkan perlakuan buruk dari ketiga tahanan yang sok berkuasa itu. Meski merasa ketakutan, namun mereka juga senang hingga tersenyum kecil melihat wanita yang selalu bersikap semena-mena terhadap mereka, dihajar habis-habisan oleh Gadis yang dia sebut anak kecil itu.

Ibaratnya, senjata makan tuan. Niatnya yang ingin menjadikan gadis itu rempeyek, malah dia sendiri yang dijadikan samsak. Kasian sekali.

"Ampun, ampun. Tolong jangan sakiti saya lagi. Saya janji, akan menuruti semua perkataanmu," seru wanita gendut itu sambil menangis, bersimpuh dan menyatukan kedua telapak tangannya kedepan Gadis. Memohon agar dia tidak menyakitinya lagi.

Gadis menatap wanita itu sambil bersidekap dada, mencoba menimbang-nimbang permohonannya.

"Oke. Karena lho hampir seumuran sama nyokap gue, kali ini gue maafin. Tapi awas ya, kalau lho masih berani sok berkuasa disini, gue habisin lho." Gadis mengepalkan tangannya kedepan wanita yang masih bersimpuh itu. Mengancamnya dengan tinjunya.

"Iya-iya." wanita itu mengangguk dengan cepat saking takutnya.

"Oke, sekarang buruan pijitin gue. Gue pegel nih." Gadis kembali duduk dilantai. Sedangkan wanita itu duduk dibelakangnya dan mulai memijat-mijat bahunya.

"Kalian, buruan pijitin mereka. Cepetan!" titah Gadis pada kedua teman wanita yang baru saja dihajarnya itu.

Dengan cepat, kedua wanita itu secara bergiliran memijat-mijat para tahanan yang selama ini mereka perlakukan dengan semena-mena selama dalam sel itu. Membuat para tahanan itu tersenyum senang dan menikmati pijatan itu.

"Yang kencang! Jangan kayak keong!" seru Gadis pada wanita yang sedang memijatnya itu.

"Iya-iya."

🌻🌻🌻🌻🌻

Gadis tampak sedang begitu santai menikmati pijitan dari wanita gendut yang awalnya ingin membullynya itu saat Najwa muncul dengan didampingi seorang polwan.

"Gadis!" seru Najwa sambil tersenyum sumringah saat melihat putri semata wayangnya yang berada di balik jeruji besi.

Mendengar namanya dipanggil, Gadis menoleh menatap mamanya yang sedang berlari-lari kecil menghampirinya.

"Mama!" teriak Gadis sambil berdiri dan ikut tersenyum ceria melihat kehadiran wanita yang telah melahirkannya.

"Putriku." Najwa mendekati Gadis. Ingin dia memeluk putri semata wayangnya itu. Namun, jeruji besi menjadi penghalangnya.

"Kamu tidak apa-apa kan, sayang? Tidak ada yang luka kan?" dengan khawatir, Najwa memindai tubuh putrinya. Berusaha mencari tau apakah putrinya terluka.

"Mama jangan meremehkanku dong. Aku, Gadis Nona Sanjaya. Kapan aku pernah terluka? Justru orang yang berani mencari masalah denganku lah yang akan aku jadikan rempeyek." dengan santainya Gadis membanggakan dirinya.

Najwa menghela nafas berat melihat sikap sombong putrinya itu.

"Kamu itu kenapa sih, Nak? Sudah berulang kali Mama bilang, rubah kelakuanmu. Jangan tawuran terus kerjaannya. Lihat, dalam bulan ini saja kamu sudah bolak-balik keluar masuk penjara. Kamu nggak kapok?"

"Aduh, Mamaku yang cantik, dalam kamusku tidak pernah ada kata-kata kapok. Bahkan aku sudah menganggap kantor polisi, seperti rumah keduaku."

Najwa kehabisan kata-kata untuk menasehati putrinya yang tomboy dan selalu membuat masalah. Usianya sudah 21 tahun. Tapi, sampai saat ini dia masih kelas tiga SMA.

Itu karena Gadis tidak pernah peduli pada sekolah maupun pendidikannya. Bahkan dia sering bolos karena tidak pernah tertarik dengan pelajaran. Karena itulah sudah tiga kali dia tertinggal kelas.

Hobinya hanya tawuran, balapan, main bola dan semua hal yang hanya bisa dilakukan oleh pria. Tidak pernah sekalipun dia berkelakuan feminim layaknya perempuan.

Dan, itulah yang selalu membuat Najwa dan suaminya bertengkar, karena Vanno menganggap Najwa yang terlalu memanjakan putri mereka. Padahal, Vanno selalu bersikap keras demi mendidik sang putri agar kembali pada kodratnya. Berbeda dengan Najwa yang selalu memaafkan dan sering menutupi kelakuan liar Gadis.

"Dan karenamu, papa kembali marah-marah sama mama."

"Lalu, sekarang papa dimana?"

"Seperti biasa, papa sedang bicara dengan inspektur, untuk menjamin kebebasanmu."

Gadis hanya mengerutkan bibirnya dengan santai. Tidak terlalu ambil pusing dengan omelan sang mama.

"Heh, gentong air dan antek-anteknya! Kenapa diam aja?! Buruan, kasih salam sama nyokap gue," titah Gadis pada wanita gendut dan teman-temannya tadi. Dia bersikap layaknya penguasa disana.

Dan itu selalu dilakukannya pada tahanan yang suka mencari masalah dengannya, atau bersikap semena-mena pada tahanan lain setiap kali dia mengunjungi penjara.

"Salam, Tante." wanita gendut dan teman-temannya itu bergantian menyalami Najwa. Dengan takut, mereka mencium punggung tangan wanita itu.

"Gadis, kamu ini apa-apaan sih? Jangan begitu dong, Nak. Mereka ini kan lebih tua darimu."

"Biarkan saja, Mah. Biar mereka nggak sok berkuasa disini. Mama lihat tahanan lain. Digebukin terus sama mereka. Tapi, selama Gadis ada disini, awas saja kalau mereka berani macam-macam." Gadis menatap mereka dengan tatapan mengancam. Membuat mereka bergidik ngeri dan menunduk takut.

Sedangkan tahanan yang sebelumnya mencari korban bullyan para wanita sangar itu, berusaha menyembunyikan senyuman mereka menyaksikan orang-orang yang sebelumnya menjadi penguasa, kini tidak lebih dari seekor tikus yang tidak bisa apa-apa.

Najwa hanya bisa menggelengkan kepalanya menyaksikan tingkah putri semata wayangnya.

"Najwa."

Mereka semua menoleh kearah suara bariton itu.

"Hubby. Bagaimana? Kamu sudah bicara dengan inspektur? Kita sudah bisa pulang kan sekarang?" Najwa mendekati suaminya dengan mata berbinar-binar.

"Iya, aku sudah bicara," jawab Vanno datar.

"Ya sudah kalau begitu. Ayo, sayang, kita pulang." Najwa mengajak putrinya. Senyum sumringah merekah diwajahnya yang masih terlihat cantik walau telah berumur.

"Ayo Mah." Gadis tersenyum lebar. Seperti biasa, orang tuanya akan selalu membebaskannya dari penjara.

"Yang akan pulang hanya kita berdua. Dia akan tetap ada disini." Vanno menatap Gadis dengan tatapan dingin.

Senyuman diwajah Najwa dan Gadis langsung lenyap begitu mendengar pernyataan Vanno.

"Hah? Maksudmu?"

🌻🌻🌻🌻🌻

"Akhirnya kalian pulang juga. Tapi, kok kalian hanya berdua? Gadis mana?" tanya Bianca yang begitu antusias bersama Galang menyambut kepulangan Vanno dan Najwa.

Namun, wanita sepuh itu tampak celingukan saat tidak menemukan Gadis diantara anak dan menantunya itu.

Pertanyaannya membuat Najwa dan Vanno terdiam. Ekspresi Najwa terlihat bingung dan gelisah, berbeda dengan suaminya yang tampak datar.

"Mah, Pah, kok diam? Kak Gadis mana?" Galang ikut menimpali melihat orang tuanya yang tak kunjung menjawab pertanyaan neneknya.

Najwa menatap suaminya. Mengerti arti tatapan istrinya, Vanno pun angkat bicara dengan dingin.

"Kalian tidak perlu khawatir, dia baik-baik saja. Menghadapi puluhan preman saja dia bisa, apalagi hanya meringkuk didalam penjara."

BERSAMBUNG

BAB 3- Membebaskan Gadis

HAPPY READING

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Hah! Jadi maksudmu, cucu mama masih ditahan didalam penjara?" tanya Bianca terkejut. Hal yang sama juga dirasakan oleh Galang yang merupakan adik kembar Gadis.

Tanpa memperdulikan keterkejutan mamanya, Vanno malah melangkahkan kakinya meninggalkan mereka.

"Vanno," seru Bianca yang tidak ditanggapi oleh Vanno yang terus saja berjalan menjauhi mereka. Akhirnya Bianca beralih pada Najwa.

"Na, kenapa kalian tidak berhasil membebaskan Gadis? Biasanya juga, setelah Vanno bicara dengan inspekturnya, Gadis langsung dibebaskan."

"Iya, Mah, tapi kali ini Vanno menolak. Dia bahkan meminta Gadis untuk ditahan saja, kalau perlu, sampai sebulan," jawab Najwa dengan wajah murung sambil menatap suaminya yang semakin menjauh.

"Apa? Keterlaluan. Bisa-bisanya dia memperlakukan putrinya seperti itu. Pokoknya mama harus bicara dengannya!" seru Bianca yang gusar pada anaknya setelah mendengar jawaban menantunya.

Jawaban ibu mertuanya yang sependapat dengannya, membuat wajah Najwa berbinar-binar.

"Iya, Mah, bicara dengannya ya. Minta dia untuk membebaskan putriku," pintanya penuh harap sambil memegang tangan ibu mertuanya. Dia senang karena ibu mertuanya selalu berada di pihaknya dalam persoalan Gadis.

"Percuma saja kalian membujukku, karena aku tidak akan berubah pikiran. Anak itu akan tetap ditahan, sampai dia bisa mengubah kelakuannya," seru Vanno dingin yang membuat mereka bertiga terkejut dan spontan menoleh menatap Vanno yang tidak berbalik badan untuk menatap mereka.

Pria itu hanya berhenti untuk mengatakan keputusannya itu, lalu kembali berjalan dengan langkah lebar meninggalkan mereka yang tampak gelisah mendengar keputusannya yang tampak bersungguh-sungguh.

🌻🌻🌻🌻🌻

Najwa sedang membantu memasangkan dasi Vanno yang hendak bersiap-siap ke kantor.

"Bie, kamu yakin, tidak mau membebaskan Gadis?" tanya Najwa dengan suara lembut dan sedikit manja.

"Cukup." Vanno mengacungkan jari telunjuknya, pertanda tidak ingin mendengar perkataan istrinya.

"Aku tau kamu pasti akan kembali membelanya, begitu juga dengan mama. Tapi, kali ini tidak akan ada yang bisa mengubah pendirianku termasuk kalian," ucap Vanno tegas sebelum dia berbalik dan meraih ponselnya dimeja rias karena Najwa sudah selesai memasangkan dasinya.

"Tapi, sampai kapan kamu akan membuat putri kita ditahan didalam penjara?" Najwa bertanya dengan gelisah sambil berjalan mengekor dibelakang suaminya.

"Sampai dia berubah, dan menjadi seperti yang aku inginkan."

"Sayang, aku yakin dia pasti akan berubah. Cepat atau lambat juga dia pasti akan kembali ke kodratnya...."

Vanno berhenti dan membalikkan badannya.

"Tapi itu tidak akan pernah terjadi, selama kamu dan mama masih memberinya kebebasan. Tidak mencoba untuk mendidik dengan bersikap tegas dengannya," serunya kesal.

"Aku hanya tidak ingin mengekangnya. Dia putriku satu-satunya. Dia juga cucu kesayangan mama. Karena itulah kami tidak bisa bersikap tegas sama dia, apalagi memarahinya," lirih Najwa dengan wajah menunduk.

"Itulah masalahnya, yang selalu membuatku kesal sama kalian. Aku selalu berusaha mendidiknya supaya dia bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya, sesuai dengan namanya. Tapi kalian selalu membelanya. Karena itulah dia tidak bisa berubah."

Raut wajah Najwa yang tiba-tiba tampak sedih membuat Vanno luluh dan merasa bersalah. Dia memang tidak pernah bisa melihat istrinya bersedih, apalagi karena dirinya. Dan itu adalah kelemahan terbesarnya.

Itulah yang membuat Najwa sangat bersyukur dan bahagia memiliki suami seperti Vanno yang setia mencintai dan meratukannya, selama 22 tahun pernikahan mereka.

Meskipun, tidak bisa dipungkiri kalau mereka sering berdebat karena berbeda pendapat tentang Gadis yang sulit diatur. Namun, itu bukanlah masalah berarti yang dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga mereka.

"Sayang, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk bicara keras sama kamu. Aku hanya tidak suka dengan caramu yang terlalu memberi kebebasan sama Gadis. Aku ingin dia berubah. Aku ingin dia menjadi gadis yang cantik, anggun dan feminin. Aku tidak suka dia terus berperilaku seperti pria. Aku ingin dia berperilaku, sesuai dengan jenis kelaminnya." Vanno menurunkan nada suaranya menjadi lebih pelan dan enak didengar.

"Iya, Bie, aku mengerti. Dan aku juga minta maaf, karena mungkin aku terlalu memanjakannya, hingga aku selalu membebaskannya untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya," ucap Najwa yang juga merasa bersalah. Dia akui dirinya memang lemah kalau menyangkut anak-anaknya.

"Tapi memasukkan dia kedalam penjara juga bukan solusi untuk mendidiknya. Dia tidak akan berubah semudah itu. Justru dia akan semakin liar. Apalagi, disana tidak ada anggota keluarganya yang perlu dia takuti dan hormati. Jadi, dia merasa bebas untuk berbuat sesuka hatinya. Aku melihat sendiri bagaimana dia menghajar semua tahanan dalam sel, dan menjadikan mereka sebagai budaknya," papar Najwa yang membuat Vanno terbelalak.

"Bukankah itu lebih parah lagi dibandingkan dengan kelakuannya dirumah? Jadi, apa yang kamu harapkan dengan menahannya didalam penjara? Kamu justru memberinya jalan untuk kebebasan tindakannya. Tapi kalau dia dirumah, kita bisa selalu mengawasinya. Dia tidak segitu beraninya kan kalau sudah berhadapan denganmu?" Najwa berusaha memprovokasi suaminya demi kebebasan sang putri.

Membuat Vanno jadi pusing. Apakah menahan putrinya didalam penjara bukanlah cara yang tepat? Apakah justru akan membuat anak itu semakin bar-bar?

Anak itu memang selalu membuatnya pusing dengan berbagai masalah yang diciptakannya. Dan, ini lebih memusingkan daripada menghadapi mantan suami dan mertua Najwa dulu.

🌻🌻🌻🌻🌻

Setelah mempertimbangkan saran Najwa, akhirnya Vanno setuju untuk membebaskan Gadis. Kepulangannya disambut dengan gembira oleh Bianca dan Galang.

"Oma!" seru Gadis yang menghambur kedalam pelukan omanya dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.

"Cucu Oma. Akhirnya kamu pulang juga sayang. Oma sangat merindukanmu." Bianca membalas pelukan cucunya dengan sumringah. Kecupan juga diberikannya pada Gadis.

Vanno yang kesal dengan pemandangan itu pun berlalu. Sebenarnya dia sangat terpaksa membebaskan Gadis. Semua dilakukannya hanya karena takut putrinya akan semakin bertingkah brutal. Kalau bukan karena itu, dia tidak akan mau membebaskan putri bar-barnya itu.

Najwa membiarkan mertua dan anak-anaknya saling melepas kangen, sedangkan dia sendiri memilih untuk menyusul suaminya yang terlihat kesal.

"Bagaimana kabarmu selama berada didalam sel? Tidak ada yang menyakitimu, kan?" Bianca membelai wajah Gadis dan memindai setiap sisi tubuh cucunya itu. Mencari tau apakah tubuhnya terluka.

"Ya ampun, Oma. Oma bicara seakan-akan aku ini wanita dari jaman company. Ucapan Oma itu sama saja dengan merendahkanku. Memangnya ada, orang yang berani menyakiti Gadis? Kalau ada, berarti orang itu mencari penyakit atau bosan hidup," celetuk Gadis dengan sombongnya.

Bianca menarik nafas berat melihat tingkah sang cucu.

"Iya, cucu Oma ini memang hebat. Tapi kalau bisa, Oma minta berantem dan tawurannya dikurangi ya, supaya kamu tidak keluar masuk penjara terus. Kasian kan orang tuamu, bolak balik kekantor polisi untuk membebaskanmu?" Bianca mencoba menasehati dengan suara selembut mungkin sambil mengelus-elus kepala Gadis.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!